KONSEP FILOSOFIS
HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM
Diampu oleh dosen Faisal
Kamal,M.Pd.I
Disusun Oleh:
AFfanoer
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN
2013
I.PENDAHULUAN
1.Latar
Belakang
Filsafat
membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran
filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan
kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari
segi yang bisa diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya isi alam yang dapat
diamati hanya sebagian kecil saja, diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu
melihat yang di atas permukaan laut saja. Semantara filsafat mencoba menyelami
sampai kedasar gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui
pikiran dan renungan yang kritis.Sedangkan pendidikan merupakan salah satu
bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari induknya
yaitu filsafat, sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga
lepas secara perlahan-lahan dari dari induknya. Pada awalnya pendidikan berada bersama
dengan filsafat, sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri dengan
pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan
memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup
manusia.
2.Rumusan Masalah
a.pengertian fisafat
b.Pendekatan Filosofi Dalam Pemecahan masalah Pendidikan
c.Hubungan
Filsafat dan teori Pendidikan
II.PEMBAHASAN
A.Pengertian Filsafat
Filsafat adaah
pandangan hidup seseorang atau keompok orang yang merupakan konsep dasar
mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu
sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara
mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala
hubungan. [1]
B..Pendekatan Filosofi Dalam Pemecahan Masalah Pendidikan
Pendekatan filosofis adalah cara
pandang atau paradigma yang bertujuan untuk menjelaskan inti, hakikat, atau
hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik objek formanya. Dengan kata lain,
pendekatan filosofis adalah upaya sadar yang dilakukan untuk menjelaskan apa
dibalik sesuatu yang nampak.[1]
Pendekatan filosofis untuk
menjelaskan suatu masalah dapat diterapkan dalam aspek-aspek kehidupan manusia,
termasuk dalarn pendidikan. Filsafat tidak hanya melahirkan pengetahuan baru,
melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan adalah
filsafat terapan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi.
John Dewey (1964) berpendapat bahwa filsafat merupakan teori umum tentang
pendidikan. Filsafat sebagai suatu sistem berpikir akan menjawab
persoalan-persoalan pendidikan yang bersifat filosofis dan memerlukan jawaban
filosofis pula.
Filsafat pendidikan sebagai filsafat terapan,
yaitu studi tentang penerapan asas-asas pemikiran filsafat pada masalah-masalah
pendidikan pada dasarnya mengenal dua pendekatan yang polaritis, yaitu :
- pendekatan tradisional,
- pendekatan progresif.
Pengertian
masing-masing pendekatan dan variasi pendekatan daripadanya dan aliran-aliran
filsafat pendidikan dihasilkannya akan dijelaskan di bawah ini:
- Pendekatan Tradisional[2]
Pendekatan
tradisional dalam Filsafat pendidikan melandaskan diri pada asas-asas sebagai
berikut:
1) Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah filsafat, sehingga untuk
mempelajari filsafat pendidikan haruslah memiliki pengetahuan dasar tentang
filsafat.
2) Bahwa kenyataan yang esensial baik dan benar adalah
kenyataan yang tetap, kekal dan abadi.
3) Bahwa nilai norma yang benar adalah nilai yang absolut,
universal dan obyektif. 2
4) Bahwa tujuan yang baik dan benar menenukan alat dan sarana,
artinya tujuan yang baik harus dicapai dengan alat sarana yang baik pula.
5) Bahwa faktor pengembang sejarah atau sosial (science,
technology, democracy dan industry) adalah sarana alat untuk prosperity of life
dan bukannya untuk welfare of life sebagai tujuan hidup dan pendidikan
sebagaimana yang ditentukan oleh filsafat.
- Pendekatan Progresif
Sebagai
penghujung yang lain dari pendekatan di atas dan dari kontinuitas aliran
filsafat pendidikan adalah pendekatan progresif kontemporer dengan dasar-dasar
pemikiran sebagai berikut:
1) Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah sosiologi, atau filsafat
sosial humanisme ilmiah, yang skeptis terhadap kenyataan yang bersifat
metafisis transendental.
2) Bahwa kenyataan adalah perubahan, artinya kenyataan hidup
yang esensial adalah kenyataan yang selalu berubah dan berkembang.
3) Bahwa truth is man-made, artinya kebenaran dan kebajikan itu
adalah kreasi manusia, dengan sifatnya yang relatif temporer bahkan subyektif.
4) Bahwa
tujuan dan dasar-dasar hidup dan pendidikan relatif ditentukan oleh
perkembangan tenaga pengembang sosial dan manusia, yang merupakan sumber
perkembangan sosial masyarakat.
5) Bahwa antara tujuan dan alat adalah bersifat kontinu, bahwa
tujuan dapat menjadi alat untuk tujuan yang lebih lanjut sesuai dengan
perkembangan sosial masyarakat.
C. Hubungan filsafat dan teori pendidikan
Hubungan antara filsafat dan teori
pendidikan sangatlah penting sebab ia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu
sistem pendidikan.filsafat pendidikan merupakan aktivitas pemikiran teratur
yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan,
menyelaraskan dan mengharmoniskan serta menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang
ingin di capai.
Sebagaimana telah di kemukakan bahwa tidak semua masalah
kependidikan dapat dipecahkan dengan menggunakan metode ilmiah semata-mata.
Banyak diantara masalah-masalah kependidikan tersebut yang merupakan
pertanyaan-pertanyaan filosofis, analisa filsafat terhadap masalah-masalah
pendidikan tersebut, dengan berbagai cara pendekatannya, akan dapat
menghasilkan pendangan-pndangan tertentu mengenai masalah-maslah
kependidikan bisa tersebut. Dan atas
dasar itu bisa disusun secara sistematis teori-teori pendidikan . disamping itu
jawaban-jawaban yang telah di kemukakan oleh jenis dan aliran filsafat
tertentusepanjang sejarah terhadap problematika kehidupanyg dihadapinya
menunjukkan pandangan-pandangan tertentu yang tentunya juga akan memperkaya
teori-teori pendidikan. Dengan demikian terdapat hubungan fungsional antara
filsafat dan teori pendidikan
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan
teori pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut:[3]
1. Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan
salah satu cara Pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam
memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori- teori pendidikannya,
disamping menggunakan metode- metode ilmiah lainnya. Sementara itu dengan
filsafat, sebagi pandangan tertentu terhadap sesuatu obyek, misalnya filsafat
idelisme, realisme, materialisme dan sebaginya, akan mewarnai pula pandangan
ahli pendidikan tersebut dalam teori- teori pendidikan yang dikembangkannya.
Aliran filsafat tertentu terhadap teori- teori pendidikan yang di kembangkan
atas dasar aliran filsafat tersebut. Dengan kata lain, teori- teori dan
pandangan- pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh fillosof, tentu
berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan airan filsafat yang
dianutnya.
2. Filsafat, juga berpungsi memberikan arah agar teori
pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan
menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan
kehidupan nyata.artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat
pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek
kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang
dalam masyarakat. Di samping itu, adalah merupakan kenyataan bahwa setiap
masyarakat hidup dengan pandangan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan dengan sendirinya akan menyangkut
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Di sinilah letak fungsi filsafat dan filsafat
pendidikan dalam memilih dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu
juga merevisi teori pendidikan tersebut, yang sesuai dan relevan dengan
kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari masyarakat.
3. Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai
fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori
pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik. Suatu praktek kependidikan
yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan
menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan kependidikan yang
tertentu pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam suatu
masyarakat tertentu. Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan
arti terhadap data-data kependidikan tersebut, dan untuk selanjutnya
menyimpulkan serta dapat disusun teori-teori pendidikan yang realistis dan
selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik).
E.PENDIDIKAN ISLAM PADA
MASA NABI MUHAMMAD SAW
Nabi Muhammad s.a.w menerima wahyu yang pertama di gua Hira’
di Makkah pada tahun 610 M. Dalam wahyu itu termaktub, yang artinya kira-kira
demikian :“Bacalah ya Muhammad dengan nama tuhanmu yang telah menjadikan
semesta alam. Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu
Maha Pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang
belum diketahunya.[4]
”Kemudian disusul oleh wahyu yang kedua, artinya kira-kira
demikian: “hai, orang berselimut (Muhammad), bangunlah dan beri ingatlah
kaummu, dan besarkanlah Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu, dan tinggalkanlah
dosamu (berhala), jangan engkau memberi, supaya mendpat lebih banyak, dan
sabarlah menurut perintah Tuhanmu.”
Dalam kedua wahyu yang mula-mula turun itu dapat diambil
kesimpulan, bahwa pendidikan dalam islam terdiri dari empat macam :
- Pendidikan Keagamaan, yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata-mata, jangan dipersekutukan dengan nama berhala, karena Tuhan itu Maha Besar dan Maha Pemurah. Sebab itu hendaklah dienyahkan berhala itu sejauh-jauhnya.[5]
- Pendidikan ‘akliyah dan ilmiah, yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta. Alam akan mengajarkan demikian itu kepada orang-orang yang mau menyelidiki dan membahasnya, sedangkan mereka dahulu belum mengetahuinya. Untuk mempelajari hal-hal itu haruslah dengn banyak membaca dan menyelidiki serta memakai pena untuk mencatat.
- Pendidikan akhlakdan budi pekerti, yaitu si pendidik hendaklah suka memberi/mengajar tanpa mengharapkan balasan dari orang yang menerima pemberian itu, melainkan karena Allah semata-mata dan mengharapkan keridaaNya. Begitu juga si pendidik harus berhati sabar dan tabah dalam melakukan tugasnya.
- Pendidikan jasmani (kesehatan), yaitu mementingkan kebersihan, bersih pakaian, bersih badan dan bersih tempat kediaman. Terutama si pendidik harus bersih pakaian, suci hati dan baik budi pekertinya, supaya menjadi contoh dan tiru teladan bagi anak-anak didiknya.
Dengan turunnya kedua wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah
diberi tugas oleh Allah, supaya bangun melemparkan kain selimut dan
menyisingkan lengan baju untuk memberi peringatan dan pengajaran kepada kaumnya
khususnya dan kepada umat manusia umumnya, sebagai tugas suci, tugas mendidik
dan mengajarkan agama Islam.kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu
yang lain. Semuanya itu disampaikan dan diajarka oleh Nabi, mula-mula kepada
karib kerabatnya dan teman sejawatnya dengan bersembunyi-sembunyi. Setelah agak
banyak orang memeluk agama Islam, lalu nabi menyediakan rumah Al-Arqam bin Abil
Arqam untuk tempat pertemuan dengan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya.
Rumah Al-Arqam itulah tempat pendidikan Islam yang pertama dalam sejarah
pendidikan Islam yang pertama dalam sejarah pendidikan Islam. Bekas rumah itu
masih dikenal sampai sekarang di Makkah. Disanalah nabi mengajarkan
dasar-dasar/pokok-pokok agama Islam kepada sahabat-sahabatnya. Disanalah Nabi
membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) Al-Qur’an kepada pengikut-pengikutnya.
Disanalan Nabi menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama Islam
atau menanyakan hal-hal yang bersangkut dengan agama Islam. Bahkan disanalan
Nabi bersembahyang bersama sahabat-sahabatnya. (belum lagi sembahyang lima
waktu). Pendeknya rumah Al-Aqram itulah terbentuk jama’ah Islamiyah yang
pertama. Selain dari pada itu Nabi juga mengajarkan agama Islam dirumah beliau
sendiri, bila ada orang datang berkunjung kepada beliau.
Tiga tahun lamanya Nabi menyeru penduduk Makkah, supaya
memeluk agama Islam dengan bersembunyi-sembunyi dan tetap berpusat dirumah
Al-Aqram itu. Kemudian turun wahyu menyuruh Nabi, supaya menyiarkan agama Islam
kepada seluruh penduduk Jazirah Arab dengan berterang-terang. Lalu nabi melaksanakan tugas itu dengan
sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan
sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran Islam dan mendidik
sahabat-sahabatnya dengan pendidikan Islam.
F.CARA NABI MENYIARKAN
AGAMA ISLAM
Cara Nabi menyiarkan agama Islam ialah dengan berpidato dan
bertablig di tempat-tempat yang ramai dikunjungi orang seperti di pecan ‘Ukaz,
terutama di musim haji. Ketika itu banyak orang dari suku-suku bangsa Arab
datang berkunjung ke kota Makkah. Begitu pula Nabi menyiarkan agama Islam
dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an yang berisikan petunjuk dan pangajaran
kepada umum. Oleh karena isi Al-Qur’an terang dan hebat, bahasnya indah dan
fasihat, menarik dan bersemangat. Lambat laun penduduk Makkah memeluk agama
Islam sedikit demi sedikit, akhirnya bertambah banyak dan ramai juga. Meskipun
mereka menderita siksaan dari kaum Quraisy, mereka tetap dalam keimanan. Nabi
sendiri menderita kesuliytan juga, tetapi beliau tetap menyiarkan agama Islam.
Setapak tak mau surut. “Demi Allah” kata Nabi, “ kalau mereka letakkan matahari
di kananku dan bulan di kiriku, supaya kutinggalkan pekerjaan ini (penyiaran
islam) ; sehingga ia dilahirkan Allah atau aku mati karenanya niscaya tiada
kutinggalkan pekerjaan ini.” Demikianlah kemauan Nabi dan keyakinanya dalam
mentiarkan agama Islam. Oleh karena siksaan yang di derita kaum Muslimin di
Makkah, Nabi menyuruh mereka hijrah (mengungsi) ke negeri habasyah yang
penduduknya beragama Masehi.[6]
Lalu pergi sebagian
kaum Muslimin kesana, terutama mereka yang tidak ada pembelanya. Nabi sendiri
tetap tinggal di Makkah bi bela pamannya, Abu Thalib. Setelah wafat Abu Thalib
dan Siti Khadijah, makasewenang-wenanglah kaum Quraisy menindas Nabi dan
sahabat-sahabatnya. Pada tahun itulah Nabi pergi israk dan mi’raj tahun 11 dari
Nubuwah (tahun 621 M). Pada malam itu di wajibkan Allah sembahyang lima waktu
sehari semalam. (sebeum itu Nabi telah sembahyang juga bersama-sama
sahabat-sahabatnya,tetapi tidak lima kali seperti sekarang ini). Pada tahun 12
Nubuwah (621 M) waktu musim haji
datang 12 orang laki-laki dari Jatsrib (Madinah), lalu bai’ah (bersetia) dengan
Nabi serta memeluk agama Islam. Kemudian Nabi mengutus Mush’ab Umair pergi
bersama mereka ke Jatsrib untuk membacakan Al-Qur’an dan mengajarkan agama
Islam kepada penduduk disana. Inilah guru agama yang pertama diutus Nabi ke
daerah luar kota Makkah. Dengan demikian tersebarlah agama Islam di Jatsrib
(Madinah). Oleh karena siksaan yang
diderita kaum muslimin bertambah hebat, lalu Nabi Nabi menyuruh mereka hijrah
ke Jatsrib (Madinah). Akhirnya Nabi sendiri hijrah pula bersama sahabatnya Abu
Bakar (tahun 622 M).
G.INTISARI PENDIDIKAN
DAN PENGAJARAN ISLAM YANG DI BERIKAN NABI SAW DI MAKKAH SELAMA KURANG LEBIH 13
TAHUN.
Nabi s.a.w tinggal di Makkah sejak mulai jadi Nabi sampai
hijrah ke Madinah, lamanya 12 tahun 5 bulan dan 21 hari. Pengajaran yang di
berikan Nabi selama itu ialah menyampaikan wahyu Allah, Al-Qur’an, terdiri dari
93 surat yang diturunkan di Makkah sebelum hijrah, yaitu surat-surat Makkiyah
namanya. Di antara inti sari pengajaran di Makkah itu, ialah menerangkan
pokok-pokok agama Islam, seperti beriman kepada allah, rasulNya dan hari yang
kemudian, serta sedikit amal ibadat, yaitu sembahyang. Adapun zakat belumlah
diperinci di Makkah, bahkan zakat waktu itu berarti sedekah kepada fakir miskin
dan anak-anak yatim. Selain daripada itu menyuruh manusia berakhlak mulia dan
berkelakuan baik dan melarang mereka berperangai jahat dan berkelakuan buruk.
Pendeknya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah, ialah
pendidikan keagamaan dan akhlak, serta menganjurkan kepada manusia supaya
mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan dan alam semesta, sebagai anjuran kepada pendidikan ‘akliyah
dan ilmiyah.[7]
III.KE[1]SIMPULAN
Filsafat dan pendidikan itu saling
berhubungan karena filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan
sungguh-sungguh tentang pemikiran yang menggunakan akal sehat dengan adanya
kebenaran dalam memecahkan kesulitan atau permasalahan. Sedangkan pendidikan
adalah salah satu dari proses yang diharapkan untuk mencapai tujuan, seperti
kematangan,integritas atau kesempurnaan pribadi dan terbentuknya kepribadian
muslim. Jadi filsafat dan pendidikan ini saling berkaitan. Keduanya menjadi
arah dasar dan pedoman suatu kehidupan. Masalah pendidikan adalah merupakan
masalah hidup dan kehidupan manusia,bahkan keduanya pada hakikatnya adalah
proses yang satu. Pendekatan filosofis adalah cara cara pandang atau paradigm
yang bertujuan untuk menjelaskan inti hakikat atau hikmah mengenai sesuatu yang
berada dibalik objek formanya. Hubungan filsafat dan teori pendidikan sangatlah
penting sebab ia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan.
IV.DAFTAR PUSTAKA
- Muhamad yunus . Sejarah Pendidikan Islam,PT karya agung,Jakarta,1992.hal,5
- Ahmad Marimba,Pengantar Pendidikan Filsafat,PT al-maarif,Bandung,1962,hal,19.
- http://copast-master.blogspot.com/2012/10/makalah-filsafat-dalam-pendidikan_27.html
[1]
http://copast-master.blogspot.com/2012/10/makalah-filsafat-dalam-pendidikan_27.html
[2]
Marimba ahmad,pengantar pendidikan filsafat,PT al-maarif,Bandung,1962,hal,19.
[3]
Ibid hlm.7
[4]
Yunus muhamad sejarah pendidikan islam,PT karya agung,Jakarta,1992.hal,5
[5]
Ibid hlm 6
[6]
Ibid hlm 7
[7]
Ibid hlm 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar