INFO PROFIL

Foto saya
JENTREK ROJOIMO WONOSOBO, jawa tengah indonesia, Indonesia
Ya Allah jadikan kami manusia yang bisa keluar dari belenggu “kemunafikan”. Bimbing kami untuk tidak mengoreksi orang lain sebelum diri ini terkoreksi ya Rabb. Jadikan kami manusia yang jujur dan tidak pernah membohongi diri sendiri apalagi orang lain. kepadaMulah kami berserah ya Allah, kepadaMulah kami bermohon karena tanpa kehendakMu kami tidak bisa berbuat apa-apa Affannur Jentrek rojoimo wonosobo . lahir13 Agustus 1989

Minggu, 27 Oktober 2013

IMPLEMENTASI PENDEKATAN STM DALAM PEMBELAJARAN IPA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN LITERASI SAINS DAN TEKNOLOGI SISWA KELAS IV SD NO 6 BANJAR JAWA SINGARAJA

IMPLEMENTASI PENDEKATAN STM DALAM PEMBELAJARAN IPA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN LITERASI SAINS DAN TEKNOLOGI SISWA KELAS IV SD NO 6 BANJAR JAWA SINGARAJA


oleh
Rai Sujanem
Jurusan Pendidikan Fisika
Fakultas Pendidikan MIPA,  IKIP Negeri Singaraja


ABSTRAK

            Tujuan penelitian tindakan ini adalah meningkatkan kualitas pembelajaran fisika dengan menerapkan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam upaya meningkatkan kualitas aktivitas, literasi sains dan teknologi, serta respon siswa kelas IV SD No 6 Banjar Jawa Singaraja . Penelitian tindakan ini dilakukan dalam tiga siklus. Subjek dalam penelitian tindakan ini adalah siswa kelas IV SD No 6 Banjar Jawa Singaraja, sedangkan objek penelitian tindakan ini adalah pembelajaran IPA dengan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM), aktivitas, literasi sains dan teknologi, serta respon siswa terhadap pendekatan STM dalam pembelajaran IPA. Data tentang aktivitas siswa dijaring dengan metode observasi. Data literasi sains dan teknologi dikumpulkan dengan metode tes. Sedangkan data tentang respon siswa dikumpulkan dengan kuesioner.  Dengan menggunakan analisis deskriptif, diperoleh temuan bahwa implementasi pendekatan STM dalam pembelajaran IPA di kelas IV SD No 6 Banjar Jawa Singaraja dapat (1) meningkatkan kualitas aktivitas siswa dari kategori cukup aktif pada siklus I menjadi aktif pada siklus II dan III, (2) meningkatkan kualitas literasi sains dan teknologi siswa yaitu dari kategori cukup pada siklus I menjadi kategori baik pada siklus II dan III, dan (3) respon siswa terhadap implementasi pendekatan STM dalam pembelajaran IPA termasuk katagori baik.  Berdasarkan temuan ini, disarankan kepada guru IPA untuk dapat mengoptimalisasi penerapan pendekatan STM dalam pembelajaran IPA secara berkesinambungan dalam upaya meningkatkan kualitas aktivitas siswa, literasi sains dan teknologi, serta mengarahkan respon siswa ke arah yang positif terhadap pembelajaran IPA.

Kata  kunci : pendekatan STM, literasi sains dan teknologi


ABSTRACT

            The aim of this action research was to improve the quality of science learning by applying Science Technology Society (STS) in an effort to improve the qualification of the student activities, scientific literacy and technology, and students responses in class IV of SD No 6 Banjar Jawa Singaraja.  The action research was carried out in three cycles. The subjects were the students of class IV of SD No 6 Banjar Jawa Singaraja and the objects were the science learning using STS, activities, scientific literacy and technology, and student response.  The data about the students’ scientific literacy and technology were collected by testing. The data about students’ activity were collected by doing observation whereas the data about student responses were collected by providing questionnaire.  By using descriptif analyses it was found that the implementation of STS approach in science learning in class IV SD No 6 Banjar Jawa Singaraja: (1) could improve the qualification of students’ activity,i.e., from  category active enough in cycle I, to category active in cycle II and III,  (2) could improve the qualification of the students’ scientific literacy and technology from category adequate in cycle I to category good in cycles II and III, and (3) student responses to the implementation of STS approach in science learning was good.   In the light of  the above findings, it is recommended to science teachers to optimize the STS implementation in science learning continuously in the effort to improve the  the quality of stidents’ activity, scientific literacy and technology, and to direct student responses toward positive oreintation in science learning.

Key words : STS approach,  science literacy and technology

1.    Pendahuluan

Dewasa ini, kita berada pada abad ke-21 yang merupakan era globalisasi. Abad ini dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi. Perubahan yang sangat cepat dan dramatis dalam bidang ini merupakan fakta dalam kehidupan siswa. Pengembangan kemampuan siswa dalam bidang sains (IPA) merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dan memasuki dunia teknologi, termasuk teknologi informasi. Untuk dapat menyikapi perkembangan iptek yang begitu cepat dalam era globalisasi ini, literasi sains bagi masyarakat akan menjadi kebutuhan yang tak dapat ditunda. Literasi sains sangat penting dalam lapangan pekerjaan. Banyak sekali pekerjaaan yang membutuhkan keterampilan tingkat tinggi, membutuhkan tenaga kerja yang dapat belajar, bernalar, berpikir kreatif, membuat keputusan, dan memecahkan masalah. (Klausner, 1996:1). Namun, dalam pembelajaran sains khususnya di Sekolah Dasar No 6 Banjar Jawa, perhatian guru untuk mengembangkan literasi siswa sangat kurang. Guru lebih cenderung berorientasi pada materi yang tercantum pada kurikulum dan soal-soal ujian, tanpa menyentuh aspek keterkaitan antara sains teknologi, dan masyarakat. Hal ini terungkap dari hasil wawancara dari beberapa siswa. Siswa tak dapat menjelaskan mengapa perahu yang besar dapat mengapung di air, sedangkan jarum yang kecil tenggelam, padahal siswa telah memperoleh  pelajaran tentang tenggelam, melayang, dan mengapung. Demikian pula siswa tak dapat menjelaskan mengapa kapal laut atau perahu, atau boat, bagian ujung-ujungnya dibuat agat lancip, padahal siswa telah mendapat pelajaran tentang tekanan.
Seiring dengan permasalahan ini, dilakukan observasi dan wawancara yang lebih intensif pada siswa kelas IV SD 6 Banjar Jawa Singaraja. Temuan-temuan yang diperoleh sebagai berikut.  (1)  Pembelajaran yang dilaksanakan selama ini didominasi oleh penggunaan metode ceramah. Penyajian materi pelajaran sains (IPA) di sekolah masih semata-mata berorientasi kepada materi yang tercantum pada kurikulum dan buku teks. Guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk mengaitkan teori dengan isu-isu sosial dan teknologi yang ada di masyarakat dan lingkungan mereka. Demikian pula guru tidak memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan literasi sains.  (2)  Bagi para siswa, belajar sains tampaknya hanya untuk keperluan menghadapi ulangan atau ujian, dan terlepas dari permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran sains dirasakan sebagai beban yang harus diingat, dihafalkan, dan dipahami dan tidak dirasakan maknanya bagi kehidupan mereka sehari-hari. Kekurangbermaknaan materi sains bagi siswa akan menyebabkan kurangnya minat dan motivasi belajar. Hal tersebut juga akan bermuara pada rendahnya hasil belajar siswa dalam pelajaran sains.  (3)  Sumber-sumber belajar sains yang terdapat di masyarakat belum dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan pembelajaran. Guru sains masih berfokus hanya pada penggunaan buku teks sebagai sumber belajar.
Bertitik tolak dari beberapa permasalahan yang dikemukakan di atas, dicobakan pembelajaran sains yang dapat mengaitkan antara sains teknologi dan masyarakat. Salah satu pendekatan pembelajaran sains yang dapat mengantarkan siswa menuju individu yang literasi sains dan teknologi adalah pendekatan sains teknologi masyarakat (STM) (Yager, 1996) Pendekatan STM adalah merupalan perekat yang mempersatukan sains, teknologi dan masyarakat (Rustum,1985). Melalui pendekatan STM, siswa diberi kesempatan agar mau dan mampu menerapkan prinsip sains untuk mengurangi atau mencegah kemungkinan dampak negatif yang mungkin timbul dari munculnya produk teknologi ini terhadap lingkungan dan masyarakat (Sadia, 1998). Ciri-ciri pendekatan STM antara lain : difokuskan pada isu-isu sosial dan teknologi di masyarakat dan lingkungan yang terkait dengan konsep atau prinsip sains yang  akan dikaji (Yager,1992). Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan minat siswa terhadap sains serta membentuk pribadi siswa yang literasi sains dan teknologi. (Yager, 1996;  Hidayat, 1992).
            Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. (1) Apakah implementasi pendekatan STM dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran sains? (2) Apakah implementasi pendekatan STM dapat meningkatkan literasi sains dan teknologi siswa ? (3) Bagaimanakah respon siswa terhadap implementasi pembelajaran fisika berpendekatan STM ?
         Tujuan yang ingin dicapai adalah (1) meningkatkan aktivitas belajar siswa, (2) meningkatkan literasi sains dan teknologi, (3) mendeskripsikan respon siswa terhadap pendekatan STM.
Temuan-temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat menyiapkan para siswa menjadi warga yang memiliki literasi sains, sehingga mereka dapat secara aktif memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dan mampu mengantisipasi dampak negatif sains dan  teknologi. Di samping itu, mengingat penelitian tindakan ini sifatnya kolaborasi bagi guru IPA, diharapkan guru IPA akan memperoleh pengalaman tentang tehnik merancang dan mengimplementasikan pembelajaran sains dengan pendekatan STM.

2. Metode Penelitian
            Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas IV SD No 6 Banjar Jawa Singaraja tahun pelajaran 2001/2002, sedangkan objeknya adalah pendekatan STM, aktivitas siswa, literasi sains dan teknologi, dan respon siswa.
            Penelitian tindakan ini dilaksanakan selama 6 bulan yang dibagi dalam tiga siklus. Prosedur penelitian tindakan kelas ini untuk masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap evaluasi tindakan dan tahap refleksi tindakan.
 
Siklus ke-1
            Pada siklus ke-1, dikaji pokok bahasan air dengan subpokok bahasan aliran air, sifat permukaan air, dan bentuk air yang berubah-ubah. Rincian kegiatan pada masing-masing tahapan penelitian adalah sebagai berikut.
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan tindakan meliputi dua hal,  yakni (a) Peneliti bersama guru secara kolaboratif menyusun rancangan pembelajaran sains berpendekatan STM dan menyusun lembar kerja siswa (LKS) yang berpendekatan STM,  dan (b)  Peneliti dan guru secara kolaboratif menyusun instrumen penelitian : pedoman observasi, tes literasi sains, serta angket respon siswa.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
            Pelaksana tindakan di kelas adalah guru sains kelas IV. Kegiatan yang dilaksanakan adalah (a) memberikan orientasi materi pelajaran, sumber wajib, sumber pendamping, model pembelajaran yang akan diterapkan, (b) membentuk kelompok dengan anggota 4-5 orang siswa, (c) melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan STM yang terdiri dari 5 fase yaitu fase apersepsi atau eksplorasi, fase pembentukan konsep, fase aplikasi konsep, fase pemantapan konsep, dan fase evaluasi. Pada fase apersepsi atau eksplorasi, guru memotivasi siswa dengan mengaitkan bahan kajian dengan isu-isu sosial dan teknologi, dan guru memfasilitasi dalam mengeksplorasi isu-isu sosial dan teknologi. Pada fase pembentukan konsep, guru memfasilitasi siswa dalam memecahkan masalah yang diangkat dari isu-isu sosial dan teknologi. Pemecahan masalah dilakukan melalui penyelidikan atau percobaan. Pada fase ini pula, siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan merangkai alat, menggunakan alat, mengukur, mengumpulkan data, menganalisis data, dan melaporkan hasil percobaannya. Guru berperanan sebagai fasilitator dan mediator dan memperkenalkan konsep-konsep atau istilah-istilah yang terkait dengan temuan-temuan dalam pembelajaran. Pada fase aplikasi konsep, siswa diberi kesempatan untuk mengaplikasikan konsep-konsep sains yang telah dikaji dalam kehidupan sehari-hari dan mencari kaitan antara sains dan teknologi serta masyarakat. Pada fase pemantapan konsep, guru menyajikan bukti-bukti berdasarkan pandangan para ilmuwan dalam menjelaskan masalah untuk mengubah miskonsepsi siswa. Pada fase evaluasi siswa diberikan kuis atau guru mengajukan pertanyaan kepada siswa.

3) Observasi/Evaluasi

Langkah-langkahya adalah sebagai berikut. (a) Pada setiap pembelajaran, peneliti mengobservasi proses pelaksanaan tindakan dan  interaksi siswa dalam kelas. (b) Pada setiap akhir pembelajaran, peneliti dan pelaksana tindakan mengadakan pertemuan untuk membahas hasil monitoring yang dilakukan selama pembelajaran. (c) Pada setiap akhir siklus, peneliti dan pelaksana tindakan mengevaluasi hasil-hasil literasi sains dan teknologi. (d) Pada setiap akhir siklus, peneliti dan pelaksana tindakan mengevaluasi respon siswa terhadap proses pembelajaran sains berpendekatan STM.


4) Refleksi
            Refleksi dilakukan pada setiap akhir siklus pembelajaran. Sebagai dasar refleksi di setiap akhir pembelajaran adalah kendala-kendala yang dialami siswa dalam pembelajaran sains berpendekatan STM, baik yang menyangkut pemecahan masalah yang ada pada LKS, alokasi waktu yang tersedia, tingkat kesukaran masalah, metode pemecahan masalah, maupun yang menyangkut kemampuan siswa berinteraksi dengan siswa lain dan guru. Dasar refleksi pada akhir siklus adalah aktivitas siswa secara akumulatif, literasi sains dan teknologi, serta respon siswa terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Hasil-hasil refleksi tersebut, selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk menyempurnakan tahapan-tahapan penelitian pada sikluske-2.

Siklus ke-2
Pada siklus ke-2, dikaji pokok bahasan air dengan subpokok bahasan air memiliki tekanan, air dapat berubah wujud, air dapat meresap, dan air dapat melarutkan berbagai macam zat. Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan siklus II ini sama seperti pada siklus I, yaitu sebanyak 6 kali pertemuan. Rincian kegiatan pada masing-masing tahapan penelitian secara garis besarnya sama dengan kegiatan pada siklus ke-1, namun dilakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan hasil refleksi pada siklus sebelumnya.

Siklus ke-3
Pada siklus ke-3, dikaji pokok bahasan air dengan subpokok bahasan air sebagai sumber daya kehidupan, peresapan zat cair dalam sehari-hari, terapung, melayang, dan tenggelam. Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan siklus I ini sama seperti pada siklus I dan II, yaitu sebanyak 6 kali pertemuan.Rincian kegiatan pada masing-masing tahapan penelitian secara garis besarnya sama dengan kegiatan pada siklus II, namun dilakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan hasil refleksi sebelumnya.
            Data tentang aktivitas dikumpulkan dengan metode observasi dan dianalisis secara deskriptif. Kriteria keberhasilan tindakan adalah kualitas aktivitas siswa dalam kategori aktif. Data literasi sains dan teknologi siswa dikumpulkan dengan metode tes dan dianalisis dengan menggunakan teknik konversi skor. Kriteria keberhasilannya adalah literasi sains dan teknologi minimal dalam kategori cukup. Data tentang respon siswa terhadap pendekatan STM dianalisis secara deskriptif dan kriteria keberhasilannya adalah respon siswa termasuk katagori baik.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
            Hasil penelitian ini mencakup aktivitas siswa, literasi sains, dan teknologi, serta respon siswa. Data penelitian tentang aktivitas siswa, literasi sains dan teknologi diambil pada siklus I, II, dan III, seperti tertuang pada tabel 1, sedangkan respon siswa diambil pada akhir siklus III.

Tabel 1. Hasil Penelitian
Objek Penelitian
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Rata-rata
Kategori
Rata-rata
Kategori
Rata-rata
Kategori
Aktivitas Siswa
63
Cukup aktif
71
aktif
72
aktif
Literasi sains dan teknologi
64,0
Cukup
66,4
Cukup
71,0
Baik

Berdasarkan Tabel 1, pada siklus I, rata-rata aktivitas siswa adalah 63, termasuk kategori cukup aktif. Hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA belum mencapai kriteria yang telah ditetapkan pada kategori aktif. Belum tercapainya aktivitas siswa dalam kategori aktif disebabkan oleh siswa belum terbiasa dalam mengemukakan pendapat/ide/pertanyaan/menjawab pertanyaan, mengemukakan keterkaitan antara konsep yang dikaji dan konteks kehidupan nyata sehari-hari, merangkai alat percobaan, melakukan pengamatan/pengukuran, mengumpulkan data, mendiskusikan hasil percobaan (berinteraksi dengan siswa lain, dengan guru). Karena aktivitas siswa belum optimal dalam pembelajaran, peranan guru masih dominan dalam hal  penggalian isu-isu sosial dan teknologi, merangkai alat, penggunaan alat percobaan, dan dalam mencari kaitan antara konsep dan prinsip sains dengan teknologi, dan kaitan sains dengan kehidupan sehari-hari.
Temuan tentang literasi sains dan teknologi siswa pada siklus I, menunjukkan rata-rata 64,0 dengan kategori cukup. Ini berarti, bahwa belum tercapai kriteria keberhasilan literasi sains dan teknologi yang ditetapkan pada kategori baik. Belum tercapainya kriteria keberhasilan literasi sains dan teknologi siswa dalam kategori baik disebabkan oleh siswa belum terbiasa mengidentifikasi isu-isu sosial dan teknologi yang ada di daerahnya serta dampaknya, menggunakan sumber lokal untuk memperoleh informasi yang dapat dipergunakan dalam memecahkan masalah, keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi dapat dipergunakan dalam memecahkan masalah dalam kehidupan nyata, serta penekanan pada ketrampilan proses yang dapat digunakan siswa dalam memecahkan masalah.
Merefleksi temuan pada siklus I yang mencakup aktivitas dan literasi sains dan teknologi yang mana belum mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, maka pelaksanaan pada siklus II dilakukan perbaikan berupa pembuatan lembaran kerja siswa (LKS) yang lebih komprehensif yang mencakup beberapa contoh isu-isu sosial dan teknologi, serta kaitan antara sains dengan masyarakat dan teknologi, yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengemukakan isu-isu sosial dan teknologi, serta kaitan antara sains dengan masyarakat dan teknologi yang lebih banyak lagi. Di samping itu petunjuk percobaan disusun agar dapat memfasilitasi siswa untuk bekerja dalam kelompok, sehingga peranan guru yang dominan dapat bergeser menjadi fasilitator. Dalam mengatasi keterbatasan siswa dalam keterampilan menggunakan alat percobaan, maka siswa diberi kesempatan untuk menggunakan alat percobaan di luar jam pelajaran IPA.
Dengan mengimplementasikan pendekatan STM dengan perbaikan berdasarkan pada siklus I, hasil yang dicapai pada siklus II mengalami peningkatan. Rata-rata aktivitas siswa adalah 71 dengan kategori aktif, dan rata-rata literasi sains dan telnologi siswa adalah 66,4 dengan kategori cukup. Temuan tentang aktivitas siswa pada siklus II ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa telah mencapai kriteria keberhasilan, namun demikian masih perlu dioptimalkan lagi ketrampilan siswa dalam menggunakan alat percobaan dan ketrampilan siswa mengemukakan pendapat. Temuan tentang literasi sains dan teknologi siswa, sudah mengalami peningkatan dari rata-rata 64,0 menjadi 66,4; namun belum mencapai criteria keberhasilan yang ditetapkan. Belum tercapainya kriteria keberhasilan literasi sains dan teknologi karena siswa belum optimal dapat mengidentifikasi isu-isu sosial dan teknologi yang ada di daerahnya serta dampaknya, menggunakan sumber lokal untuk memperoleh informasi yang dapat dipergunakan dalam memecahkan masalah, keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi dapat dipergunakan dalam memecahkan masalah dalam kehidupan nyata, serta penekanan pada ketrampilan proses yang dapat digunakan siswa dalam memecahkan masalah.
Merefleksi temuan pada siklus II, yang mencakup aktivitas yang masih belum optimal, dan literasi sains dan teknologi belum mencapai kriteria keberhasilan, maka pelaksanaan pada siklus II dilakukan perbaikan lembali LKS yang lebih komprehensif yang mencakup beberapa contoh isu-isu sosial dan teknologi, serta kaitan antara sains dengan masyarakat dan teknologi, yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengemukakan isu-isu sosial dan teknologi, serta kaitan antara sains dengan masyarakat dan teknologi yang lebih banyak lagi. Di samping itu, siswa diberi kesempatan untuk menggali isu-isu sosial dan teknologi, serta kaitan antara sains dengan masyarakat dan teknologi di rumah dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.. Dalam mengatasi keterbatasan siswa dalam keterampilan menggunakan alat percobaan, maka siswa diberi kesempatan untuk menggunakan alat percobaan di luar jam pelajaran IPA dan diberi bimbingan yang optimal.
Dengan mengimplementasikan pendekatan STM dengan perbaikan berdasarkan pada siklus II, hasil yang dicapai pada siklus III mengalami peningkatan. Rata-rata aktivitas siswa adalah 72 dengan kategori aktif, sedangkan rata-rata literasi sains dan teknologi siswa adalah 71 dengan kategori baik. Temuan pada siklus III ini, menunjukkan bahwa baik aktivitas siswa maupun literasi sains dan teknologi siswa telah mencapai criteria keberhasilan. Adanya peningkatan rata-rata aktivitas dan literasi sains dan teknologi siswa dari siklus I sampai dengan siklus III, ini berarti implementasi pendekatan STM dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan baik aktivitas siswa maupun literasi sains dan teknologi siswa. Peningkatan aktivitas, literasi sains dan teknologi terjadi karena pembelajaran IPA dengan pendekatan STM dapat menciptakan iklim yang kondusif dalam pembelajaran IPA, memberikan kesempatan kepada siswa secara aktif untuk mengidentifikasi isu-isu sosial dan teknologi yang ada di daerahnya serta dampaknya, menggunakan sumber lokal (manusia dan material) untuk memperoleh informasi yang dapat dipergunakan dalam memecahkan masalah, keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat dipergunakan dalam memecahkan masalah dalam kehidupan nyata, keterlibatan siswa secara aktif dalam mengemukakan pendapat, melakukan percobaan, serta penekanan pada ketrampilan proses yang dapat digunakan siswa dalam memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan temuan Sujanem dkk (1996), implementasi pendekatan STM dalam pembelajaran IPA di SD dapat meningkatkan hasil nelajar dan literasi sains siswa.
            Respon siswa terhadap pembelajaran IPA dengan pendekatan STM termasuk kategori baik. Dari sebaran respon siswa terungkap bahwa siswa memiliki sikap dan persepsi positif terhadap pembelajaran IPA dengan pendekatan STM. Secara terbuka siswa menyatakan responnya terhadap pembelajaan adalah : sangat setuju dengan pendekatan STM, lebih menarik karena materi pelajaran dikaitkan dengan isu-isu sosial dan teknologi yang ada di masyarakat, sehingga pelajaran menjadi bermakna, lebih mudah dipahami, lebih termotivasi, kesempatan mengemukakan pendapat sangat banyak. Melalui kegiatan laboratorium siswa dapat terlibat secara aktif mengamati, mengumpulkan data, menginterpretasi serta membuat kesimpulan, sehingga wawasan siswa menjadi lebih bertambah, pengetahuan yang didapatkan lebih lama diingat karena siswa sendiri yang menemukan konsep-konsep melalui percobaan.      

4. Penutup
            Berdasarkan hasil analisis data dan temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan  sebagai berikut. (1) Dengan implementasi pendekatan STM, kualitas aktivitas siswa mengalami peningkatan dari kategori cukup aktif pada siklus I menjadi kategori aktif pada siklus II dan III.  (2) Dengan implementasi pendekatan STM, literasi sains dan teknologi siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I rata-rata literasi sains dan teknologi siswa adalah 64,0 dengan kategori cukup. Pada siklus II rata-rata literasi sains dan teknologi siswa adalah 66,4 dengan kategori baik.  Pada siklus III rata-rata literasi sains dan teknologi siswa adalah 71,0 dengan kategori baik.  (3) Respon siswa terhadap pendekatan STM dalam pemvbelajaran IPA termasuk kategori baik.
            Berdasarkan temuan-temuan yang telah dikemukakan di atas disarankan hal-hal sebagai berikut.  Para guru IPA SD 6 Banjar Jawa diharapkan mencoba menerapkan pembelajaran IPA dengan pendekatan STM sebagai alternatif untuk meningkatkan aktivitas siswa, literasi sains dan teknologi, serta untuk meningkatkan respon siswa dalam pembelajaran IPA.

DAFTAR PUSTAKA


Hidayat, E.M. 1992.Science-Technology-Society: Pendidikan Sains untuk tahun 2000. Journal Pendidikan IPA. Bandung : Himpunan Sarjana Pendidikan IPA Indonesia.
Klausner, Ricard D. (Chair). 1996. National Science Education Standards. Washington, DC: National Academy Press.
Rustum, Roy. 1985. The Science/Technology/Society Conection. Curriculum Review. 24(3)
Sadia,W. 1998. Reformasi Pendidikan Sains (IPA) Menuju Masyarakat yang Literasi Sains dan Teknologi. (Orasi Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Pendidikan IPA pada STKIP Singaraja, 14 Oktober 1998).
Sujanem, Rai., W.Suastra, dan K. Rapi.1996. Pengembangan  Pengajaran  Ilmu  Pengetahuan  Alam (IPA) dengan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat di Sekolah Dasar. Laporan Penelitian STKP Negeri  Singaraja.
Yager, R.E. 1992  The STS Aproach Parallels Constructivist Practice. Science Education International, Vol.3, No. 2.

Yager, R.E. 1996. Science/Technology/Society, As Reform in Science Education. New York : State University of New York Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar