IMPLEMENTASI PENDEKATAN STM DALAM
PEMBELAJARAN IPA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN LITERASI SAINS DAN TEKNOLOGI SISWA
KELAS IV SD NO 6 BANJAR JAWA SINGARAJA
oleh
Rai Sujanem
Jurusan Pendidikan Fisika
Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Tujuan penelitian tindakan ini
adalah meningkatkan kualitas pembelajaran fisika dengan menerapkan pendekatan
Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam upaya meningkatkan kualitas aktivitas,
literasi sains dan teknologi, serta respon siswa kelas IV SD No 6 Banjar Jawa
Singaraja . Penelitian tindakan ini dilakukan dalam tiga siklus. Subjek dalam
penelitian tindakan ini adalah siswa kelas IV SD No 6 Banjar Jawa Singaraja,
sedangkan objek penelitian tindakan ini adalah pembelajaran IPA dengan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM), aktivitas, literasi sains dan
teknologi, serta respon siswa terhadap pendekatan STM dalam pembelajaran IPA.
Data tentang aktivitas siswa dijaring dengan metode observasi. Data literasi
sains dan teknologi dikumpulkan dengan metode tes. Sedangkan data tentang
respon siswa dikumpulkan dengan kuesioner.
Dengan menggunakan analisis deskriptif, diperoleh temuan bahwa
implementasi pendekatan STM dalam pembelajaran IPA di kelas IV SD No 6 Banjar
Jawa Singaraja dapat (1) meningkatkan kualitas aktivitas siswa dari kategori
cukup aktif pada siklus I menjadi aktif pada siklus II dan III, (2)
meningkatkan kualitas literasi sains dan teknologi siswa yaitu dari kategori
cukup pada siklus I menjadi kategori baik pada siklus II dan III, dan (3) respon
siswa terhadap implementasi pendekatan STM dalam pembelajaran IPA termasuk
katagori baik. Berdasarkan temuan ini,
disarankan kepada guru IPA untuk dapat mengoptimalisasi penerapan pendekatan
STM dalam pembelajaran IPA secara berkesinambungan dalam upaya meningkatkan
kualitas aktivitas siswa, literasi sains dan teknologi, serta mengarahkan
respon siswa ke arah yang positif terhadap pembelajaran IPA.
Kata kunci : pendekatan STM, literasi sains dan teknologi
ABSTRACT
The aim of this action research was
to improve the quality of science learning by applying Science Technology
Society (STS) in an effort to improve the qualification of the student
activities, scientific literacy and technology, and students responses in class
IV of SD No 6 Banjar Jawa Singaraja. The
action research was carried out in three cycles. The subjects were the students
of class IV of SD No 6 Banjar Jawa Singaraja and the objects were the science
learning using STS, activities, scientific literacy and technology, and student
response. The data about the students’
scientific literacy and technology were collected by testing. The data about
students’ activity were collected by doing observation whereas the data about
student responses were collected by providing questionnaire. By using descriptif analyses it was found that
the implementation of STS approach in science learning in class IV SD No 6
Banjar Jawa Singaraja: (1) could improve the qualification of students’
activity,i.e., from category active
enough in cycle I, to category active in cycle II and III, (2) could improve the qualification of the
students’ scientific literacy and technology from category adequate in cycle I
to category good in cycles II and III, and (3) student responses to the
implementation of STS approach in science learning was good. In the light of the above findings, it is recommended to
science teachers to optimize the STS implementation in science learning
continuously in the effort to improve the
the quality of stidents’ activity, scientific literacy and technology,
and to direct student responses toward positive oreintation in science
learning.
Key
words : STS approach, science literacy and technology
1.
Pendahuluan
Dewasa ini, kita berada
pada abad ke-21 yang merupakan era globalisasi. Abad ini
dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi. Perubahan yang
sangat cepat dan dramatis dalam bidang ini merupakan fakta dalam kehidupan
siswa. Pengembangan kemampuan siswa dalam bidang sains (IPA) merupakan salah
satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan dan memasuki dunia teknologi, termasuk teknologi informasi. Untuk
dapat menyikapi perkembangan iptek yang begitu cepat dalam era globalisasi ini,
literasi sains bagi masyarakat akan menjadi kebutuhan yang tak dapat ditunda.
Literasi sains sangat penting dalam lapangan pekerjaan. Banyak sekali
pekerjaaan yang membutuhkan keterampilan tingkat tinggi, membutuhkan tenaga
kerja yang dapat belajar, bernalar, berpikir kreatif, membuat keputusan, dan
memecahkan masalah. (Klausner, 1996:1). Namun, dalam pembelajaran sains
khususnya di Sekolah Dasar No 6 Banjar Jawa, perhatian guru untuk mengembangkan
literasi siswa sangat kurang. Guru lebih cenderung berorientasi pada materi yang tercantum pada kurikulum dan soal-soal ujian,
tanpa menyentuh aspek keterkaitan antara sains teknologi, dan masyarakat.
Hal ini terungkap dari hasil wawancara dari beberapa siswa. Siswa tak dapat
menjelaskan mengapa perahu yang besar dapat mengapung di air, sedangkan jarum
yang kecil tenggelam, padahal siswa telah memperoleh pelajaran tentang tenggelam, melayang, dan
mengapung. Demikian pula siswa tak dapat menjelaskan mengapa kapal laut atau
perahu, atau boat, bagian ujung-ujungnya dibuat agat lancip, padahal siswa
telah mendapat pelajaran tentang tekanan.
Seiring dengan permasalahan ini, dilakukan observasi dan wawancara yang
lebih intensif pada siswa kelas IV SD 6 Banjar Jawa Singaraja. Temuan-temuan
yang diperoleh sebagai berikut. (1) Pembelajaran yang
dilaksanakan selama ini didominasi oleh penggunaan metode ceramah. Penyajian materi
pelajaran sains (IPA) di sekolah masih semata-mata berorientasi kepada materi
yang tercantum pada kurikulum dan buku teks. Guru tidak memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengaitkan teori dengan isu-isu sosial dan teknologi yang
ada di masyarakat dan lingkungan mereka. Demikian pula guru tidak memberi
peluang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan literasi sains. (2) Bagi
para siswa, belajar sains tampaknya hanya untuk keperluan menghadapi ulangan
atau ujian, dan terlepas dari permasalahan-permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari. Materi pelajaran sains dirasakan sebagai beban yang harus diingat,
dihafalkan, dan dipahami dan tidak dirasakan maknanya bagi kehidupan mereka
sehari-hari. Kekurangbermaknaan materi sains bagi siswa akan menyebabkan
kurangnya minat dan motivasi belajar. Hal tersebut juga akan bermuara pada
rendahnya hasil belajar siswa dalam pelajaran sains. (3) Sumber-sumber
belajar sains yang terdapat di masyarakat belum dimanfaatkan secara optimal
untuk kepentingan pembelajaran. Guru sains masih berfokus hanya pada penggunaan
buku teks sebagai sumber belajar.
Bertitik
tolak dari beberapa permasalahan yang dikemukakan di atas, dicobakan
pembelajaran sains yang dapat mengaitkan antara sains teknologi dan masyarakat.
Salah satu pendekatan pembelajaran sains yang dapat mengantarkan siswa menuju
individu yang literasi sains dan teknologi adalah pendekatan sains teknologi
masyarakat (STM) (Yager, 1996) Pendekatan STM adalah merupalan perekat yang
mempersatukan sains, teknologi dan masyarakat (Rustum,1985). Melalui pendekatan
STM, siswa diberi kesempatan agar mau dan mampu menerapkan prinsip sains untuk
mengurangi atau mencegah kemungkinan dampak negatif yang mungkin timbul dari munculnya
produk teknologi ini terhadap lingkungan dan masyarakat (Sadia, 1998).
Ciri-ciri pendekatan STM antara lain : difokuskan pada isu-isu sosial dan
teknologi di masyarakat dan lingkungan yang terkait dengan konsep atau prinsip
sains yang akan dikaji (Yager,1992).
Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan minat siswa terhadap sains serta
membentuk pribadi siswa yang literasi sains dan teknologi. (Yager, 1996; Hidayat, 1992).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut. (1) Apakah implementasi pendekatan STM
dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran sains? (2) Apakah implementasi pendekatan STM dapat meningkatkan literasi sains
dan teknologi siswa ? (3) Bagaimanakah respon siswa terhadap implementasi
pembelajaran fisika berpendekatan STM ?
Tujuan yang ingin dicapai adalah (1) meningkatkan aktivitas
belajar siswa, (2) meningkatkan literasi sains dan teknologi, (3)
mendeskripsikan respon siswa terhadap pendekatan STM.
Temuan-temuan dalam penelitian ini
diharapkan dapat menyiapkan para siswa menjadi warga
yang memiliki literasi sains, sehingga mereka dapat secara aktif memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dan mampu
mengantisipasi dampak negatif sains dan
teknologi. Di samping itu, mengingat penelitian tindakan ini sifatnya
kolaborasi bagi guru IPA, diharapkan guru IPA akan memperoleh pengalaman
tentang tehnik merancang dan mengimplementasikan pembelajaran sains dengan
pendekatan STM.
2. Metode Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa
Kelas IV SD No 6 Banjar Jawa Singaraja tahun pelajaran 2001/2002, sedangkan
objeknya adalah pendekatan STM, aktivitas siswa, literasi sains dan teknologi,
dan respon siswa.
Penelitian tindakan ini dilaksanakan
selama 6 bulan yang dibagi dalam tiga siklus. Prosedur penelitian tindakan
kelas ini untuk masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan tindakan, tahap evaluasi tindakan dan tahap refleksi tindakan.
Siklus ke-1
Pada siklus ke-1, dikaji
pokok bahasan air dengan subpokok bahasan aliran air, sifat permukaan air, dan
bentuk air yang berubah-ubah. Rincian kegiatan pada masing-masing tahapan
penelitian adalah sebagai berikut.
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Kegiatan yang
dilakukan pada tahap perencanaan tindakan meliputi dua hal, yakni (a) Peneliti bersama guru secara
kolaboratif menyusun rancangan pembelajaran sains berpendekatan STM dan
menyusun lembar kerja siswa (LKS) yang berpendekatan STM, dan (b)
Peneliti dan guru secara kolaboratif menyusun instrumen penelitian :
pedoman observasi, tes literasi sains, serta angket respon siswa.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksana
tindakan di kelas adalah guru sains kelas IV. Kegiatan yang dilaksanakan adalah
(a) memberikan orientasi materi pelajaran, sumber wajib, sumber pendamping,
model pembelajaran yang akan diterapkan, (b) membentuk kelompok dengan anggota
4-5 orang siswa, (c) melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan STM yang
terdiri dari 5 fase yaitu fase apersepsi atau eksplorasi, fase pembentukan
konsep, fase aplikasi konsep, fase pemantapan konsep, dan fase evaluasi. Pada
fase apersepsi atau eksplorasi, guru memotivasi siswa dengan mengaitkan bahan
kajian dengan isu-isu sosial dan teknologi, dan guru memfasilitasi dalam
mengeksplorasi isu-isu sosial dan teknologi. Pada fase pembentukan konsep, guru
memfasilitasi siswa dalam memecahkan masalah yang diangkat dari isu-isu sosial
dan teknologi. Pemecahan masalah dilakukan melalui penyelidikan atau percobaan.
Pada fase ini pula, siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan
merangkai alat, menggunakan alat, mengukur, mengumpulkan data, menganalisis
data, dan melaporkan hasil percobaannya. Guru berperanan sebagai fasilitator
dan mediator dan memperkenalkan konsep-konsep atau istilah-istilah yang terkait
dengan temuan-temuan dalam pembelajaran. Pada fase aplikasi konsep, siswa
diberi kesempatan untuk mengaplikasikan konsep-konsep sains yang telah dikaji
dalam kehidupan sehari-hari dan mencari kaitan antara sains dan teknologi serta
masyarakat. Pada fase pemantapan konsep, guru menyajikan bukti-bukti
berdasarkan pandangan para ilmuwan dalam menjelaskan masalah untuk mengubah
miskonsepsi siswa. Pada fase evaluasi siswa diberikan kuis atau guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa.
3) Observasi/Evaluasi
Langkah-langkahya adalah sebagai berikut. (a) Pada setiap pembelajaran,
peneliti mengobservasi proses pelaksanaan tindakan dan interaksi siswa dalam kelas. (b) Pada setiap
akhir pembelajaran, peneliti dan pelaksana tindakan mengadakan pertemuan untuk
membahas hasil monitoring yang dilakukan selama pembelajaran. (c) Pada setiap
akhir siklus, peneliti dan pelaksana tindakan mengevaluasi hasil-hasil literasi
sains dan teknologi. (d) Pada setiap akhir siklus, peneliti dan pelaksana
tindakan mengevaluasi respon siswa terhadap proses pembelajaran sains
berpendekatan STM.
4) Refleksi
Refleksi dilakukan pada setiap akhir
siklus pembelajaran. Sebagai dasar refleksi di setiap akhir pembelajaran adalah
kendala-kendala yang dialami siswa dalam pembelajaran sains berpendekatan STM,
baik yang menyangkut pemecahan masalah yang ada pada LKS, alokasi waktu yang
tersedia, tingkat kesukaran masalah, metode pemecahan masalah, maupun yang
menyangkut kemampuan siswa berinteraksi dengan siswa lain dan guru. Dasar refleksi
pada akhir siklus adalah aktivitas siswa secara akumulatif, literasi sains dan
teknologi, serta respon siswa terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.
Hasil-hasil refleksi tersebut, selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk
menyempurnakan tahapan-tahapan penelitian pada sikluske-2.
Siklus
ke-2
Pada siklus ke-2, dikaji pokok bahasan air dengan subpokok bahasan air
memiliki tekanan, air dapat berubah wujud, air dapat meresap, dan air dapat
melarutkan berbagai macam zat. Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan siklus
II ini sama seperti pada siklus I, yaitu sebanyak 6 kali pertemuan. Rincian
kegiatan pada masing-masing tahapan penelitian secara garis besarnya sama
dengan kegiatan pada siklus ke-1, namun dilakukan perbaikan-perbaikan sesuai
dengan hasil refleksi pada siklus sebelumnya.
Siklus
ke-3
Pada siklus ke-3, dikaji pokok bahasan air dengan subpokok bahasan air
sebagai sumber daya kehidupan, peresapan zat cair dalam sehari-hari, terapung,
melayang, dan tenggelam. Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan siklus I ini
sama seperti pada siklus I dan II, yaitu sebanyak 6 kali pertemuan.Rincian
kegiatan pada masing-masing tahapan penelitian secara garis besarnya sama
dengan kegiatan pada siklus II, namun dilakukan perbaikan-perbaikan sesuai
dengan hasil refleksi sebelumnya.
Data tentang
aktivitas dikumpulkan dengan metode observasi dan dianalisis secara deskriptif.
Kriteria keberhasilan tindakan adalah kualitas aktivitas siswa dalam kategori
aktif. Data literasi sains dan teknologi siswa dikumpulkan dengan metode tes
dan dianalisis dengan menggunakan teknik konversi skor. Kriteria
keberhasilannya adalah literasi sains dan teknologi minimal dalam kategori
cukup. Data tentang respon siswa terhadap pendekatan STM dianalisis secara
deskriptif dan kriteria keberhasilannya adalah respon siswa termasuk katagori
baik.
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian ini
mencakup aktivitas siswa, literasi sains, dan teknologi, serta respon siswa.
Data penelitian tentang aktivitas siswa, literasi sains dan teknologi diambil
pada siklus I, II, dan III, seperti tertuang pada tabel 1, sedangkan respon
siswa diambil pada akhir siklus III.
Tabel 1. Hasil Penelitian
Objek Penelitian
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
|||
Rata-rata
|
Kategori
|
Rata-rata
|
Kategori
|
Rata-rata
|
Kategori
|
|
Aktivitas Siswa
|
63
|
Cukup aktif
|
71
|
aktif
|
72
|
aktif
|
Literasi sains dan teknologi
|
64,0
|
Cukup
|
66,4
|
Cukup
|
71,0
|
Baik
|
Berdasarkan Tabel 1, pada siklus I,
rata-rata aktivitas siswa adalah 63, termasuk kategori cukup aktif. Hal ini
mengindikasikan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA belum mencapai
kriteria yang telah ditetapkan pada kategori aktif. Belum tercapainya aktivitas
siswa dalam kategori aktif disebabkan oleh siswa belum terbiasa dalam
mengemukakan pendapat/ide/pertanyaan/menjawab pertanyaan, mengemukakan
keterkaitan antara konsep yang dikaji dan konteks kehidupan nyata sehari-hari,
merangkai alat percobaan, melakukan pengamatan/pengukuran, mengumpulkan data,
mendiskusikan hasil percobaan (berinteraksi dengan siswa lain, dengan guru).
Karena aktivitas siswa belum optimal dalam pembelajaran, peranan guru masih
dominan dalam hal penggalian isu-isu
sosial dan teknologi, merangkai alat, penggunaan alat percobaan, dan dalam
mencari kaitan antara konsep dan prinsip sains dengan teknologi, dan kaitan
sains dengan kehidupan sehari-hari.
Temuan tentang literasi sains dan teknologi siswa pada siklus I,
menunjukkan rata-rata 64,0 dengan kategori cukup. Ini berarti, bahwa belum
tercapai kriteria keberhasilan literasi sains dan teknologi yang ditetapkan
pada kategori baik. Belum tercapainya kriteria keberhasilan literasi sains dan
teknologi siswa dalam kategori baik disebabkan oleh siswa belum terbiasa
mengidentifikasi isu-isu sosial dan teknologi yang ada di daerahnya serta
dampaknya, menggunakan sumber lokal untuk memperoleh informasi yang dapat
dipergunakan dalam memecahkan masalah, keterlibatan siswa secara aktif dalam
mencari informasi dapat dipergunakan dalam memecahkan masalah dalam kehidupan
nyata, serta penekanan pada ketrampilan proses yang dapat digunakan siswa dalam
memecahkan masalah.
Merefleksi temuan pada siklus I yang
mencakup aktivitas dan literasi sains dan teknologi yang mana belum mencapai
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, maka pelaksanaan pada siklus II
dilakukan perbaikan berupa pembuatan lembaran kerja siswa (LKS) yang lebih
komprehensif yang mencakup beberapa contoh isu-isu sosial dan teknologi, serta
kaitan antara sains dengan masyarakat dan teknologi, yang dapat memfasilitasi
siswa untuk mengemukakan isu-isu sosial dan teknologi, serta kaitan antara
sains dengan masyarakat dan teknologi yang lebih banyak lagi. Di samping itu
petunjuk percobaan disusun agar dapat memfasilitasi siswa untuk bekerja dalam
kelompok, sehingga peranan guru yang dominan dapat bergeser menjadi
fasilitator. Dalam mengatasi keterbatasan siswa dalam keterampilan menggunakan
alat percobaan, maka siswa diberi kesempatan untuk menggunakan alat percobaan
di luar jam pelajaran IPA.
Dengan mengimplementasikan pendekatan STM dengan perbaikan berdasarkan pada
siklus I, hasil yang dicapai pada siklus II mengalami peningkatan. Rata-rata
aktivitas siswa adalah 71 dengan kategori aktif, dan rata-rata literasi sains
dan telnologi siswa adalah 66,4 dengan kategori cukup. Temuan tentang aktivitas
siswa pada siklus II ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa telah mencapai
kriteria keberhasilan, namun demikian masih perlu dioptimalkan lagi ketrampilan
siswa dalam menggunakan alat percobaan dan ketrampilan siswa mengemukakan
pendapat. Temuan tentang literasi sains dan teknologi siswa, sudah mengalami
peningkatan dari rata-rata 64,0 menjadi 66,4; namun belum mencapai criteria
keberhasilan yang ditetapkan. Belum tercapainya kriteria keberhasilan literasi
sains dan teknologi karena siswa belum optimal dapat mengidentifikasi isu-isu
sosial dan teknologi yang ada di daerahnya serta dampaknya, menggunakan sumber
lokal untuk memperoleh informasi yang dapat dipergunakan dalam memecahkan
masalah, keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi dapat dipergunakan
dalam memecahkan masalah dalam kehidupan nyata, serta penekanan pada
ketrampilan proses yang dapat digunakan siswa dalam memecahkan masalah.
Merefleksi temuan pada siklus II, yang
mencakup aktivitas yang masih belum optimal, dan literasi sains dan teknologi
belum mencapai kriteria keberhasilan, maka pelaksanaan pada siklus II dilakukan
perbaikan lembali LKS yang lebih komprehensif yang mencakup beberapa contoh
isu-isu sosial dan teknologi, serta kaitan antara sains dengan masyarakat dan
teknologi, yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengemukakan isu-isu sosial dan
teknologi, serta kaitan antara sains dengan masyarakat dan teknologi yang lebih
banyak lagi. Di samping itu, siswa diberi kesempatan untuk menggali isu-isu
sosial dan teknologi, serta kaitan antara sains dengan masyarakat dan teknologi
di rumah dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.. Dalam mengatasi
keterbatasan siswa dalam keterampilan menggunakan alat percobaan, maka siswa
diberi kesempatan untuk menggunakan alat percobaan di luar jam pelajaran IPA
dan diberi bimbingan yang optimal.
Dengan mengimplementasikan pendekatan STM dengan perbaikan berdasarkan pada
siklus II, hasil yang dicapai pada siklus III mengalami peningkatan. Rata-rata
aktivitas siswa adalah 72 dengan kategori aktif, sedangkan rata-rata literasi
sains dan teknologi siswa adalah 71 dengan kategori baik. Temuan pada siklus
III ini, menunjukkan bahwa baik aktivitas siswa maupun literasi sains dan
teknologi siswa telah mencapai criteria keberhasilan. Adanya peningkatan
rata-rata aktivitas dan literasi sains dan teknologi siswa dari siklus I sampai
dengan siklus III, ini berarti implementasi pendekatan STM dalam pembelajaran
IPA dapat meningkatkan baik aktivitas siswa maupun literasi sains dan teknologi
siswa. Peningkatan aktivitas, literasi sains dan teknologi terjadi karena
pembelajaran IPA dengan pendekatan STM dapat menciptakan iklim yang kondusif
dalam pembelajaran IPA, memberikan kesempatan kepada siswa secara aktif untuk
mengidentifikasi isu-isu sosial dan teknologi yang ada di daerahnya serta
dampaknya, menggunakan sumber lokal (manusia dan material) untuk memperoleh
informasi yang dapat dipergunakan dalam memecahkan masalah, keterlibatan siswa
secara aktif dalam mencari informasi yang dapat dipergunakan dalam memecahkan masalah
dalam kehidupan nyata, keterlibatan siswa secara aktif dalam mengemukakan
pendapat, melakukan percobaan, serta penekanan pada ketrampilan proses yang
dapat digunakan siswa dalam memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan temuan
Sujanem dkk (1996), implementasi pendekatan STM dalam pembelajaran IPA di SD
dapat meningkatkan hasil nelajar dan literasi sains siswa.
Respon siswa terhadap pembelajaran
IPA dengan pendekatan STM termasuk kategori baik. Dari sebaran respon siswa
terungkap bahwa siswa memiliki sikap dan persepsi positif terhadap pembelajaran
IPA dengan pendekatan STM. Secara terbuka siswa menyatakan responnya terhadap
pembelajaan adalah : sangat setuju dengan pendekatan STM, lebih menarik karena
materi pelajaran dikaitkan dengan isu-isu sosial dan teknologi yang ada di
masyarakat, sehingga pelajaran menjadi bermakna, lebih mudah dipahami, lebih
termotivasi, kesempatan mengemukakan pendapat sangat banyak. Melalui kegiatan
laboratorium siswa dapat terlibat secara aktif mengamati, mengumpulkan data,
menginterpretasi serta membuat kesimpulan, sehingga wawasan siswa menjadi lebih
bertambah, pengetahuan yang didapatkan lebih lama diingat karena siswa sendiri
yang menemukan konsep-konsep melalui percobaan.
4. Penutup
Berdasarkan hasil analisis data dan
temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. (1) Dengan implementasi
pendekatan STM, kualitas aktivitas siswa mengalami peningkatan dari kategori
cukup aktif pada siklus I menjadi kategori aktif pada siklus II dan III. (2) Dengan implementasi pendekatan STM,
literasi sains dan teknologi siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I
rata-rata literasi sains dan teknologi siswa adalah 64,0 dengan kategori cukup.
Pada siklus II rata-rata literasi sains dan teknologi siswa adalah 66,4 dengan
kategori baik. Pada siklus III rata-rata
literasi sains dan teknologi siswa adalah 71,0 dengan kategori baik. (3) Respon siswa terhadap pendekatan STM
dalam pemvbelajaran IPA termasuk kategori baik.
Berdasarkan temuan-temuan yang telah
dikemukakan di atas disarankan hal-hal sebagai berikut. Para guru IPA SD 6 Banjar Jawa diharapkan
mencoba menerapkan pembelajaran IPA dengan pendekatan STM sebagai alternatif
untuk meningkatkan aktivitas siswa, literasi sains dan teknologi, serta untuk
meningkatkan respon siswa dalam pembelajaran IPA.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat, E.M. 1992.Science-Technology-Society:
Pendidikan Sains untuk tahun 2000. Journal Pendidikan IPA. Bandung : Himpunan Sarjana Pendidikan IPA Indonesia .
Klausner, Ricard D. (Chair). 1996. National
Science Education Standards. Washington , DC : National
Academy Press.
Rustum, Roy. 1985. The Science/Technology/Society
Conection. Curriculum Review. 24(3)
Sadia,W. 1998. Reformasi Pendidikan Sains (IPA) Menuju
Masyarakat yang Literasi Sains dan Teknologi. (Orasi Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam
Pendidikan IPA pada STKIP Singaraja, 14 Oktober 1998).
Sujanem, Rai., W.Suastra, dan K.
Rapi.1996. Pengembangan Pengajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) dengan
Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat di Sekolah Dasar. Laporan
Penelitian STKP Negeri Singaraja.
Yager, R.E. 1992
The STS Aproach Parallels Constructivist Practice. Science Education International,
Vol.3, No. 2.
Yager, R.E. 1996. Science/Technology/Society, As Reform in Science
Education. New York : State University
of New York
Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar