INFO PROFIL

Foto saya
JENTREK ROJOIMO WONOSOBO, jawa tengah indonesia, Indonesia
Ya Allah jadikan kami manusia yang bisa keluar dari belenggu “kemunafikan”. Bimbing kami untuk tidak mengoreksi orang lain sebelum diri ini terkoreksi ya Rabb. Jadikan kami manusia yang jujur dan tidak pernah membohongi diri sendiri apalagi orang lain. kepadaMulah kami berserah ya Allah, kepadaMulah kami bermohon karena tanpa kehendakMu kami tidak bisa berbuat apa-apa Affannur Jentrek rojoimo wonosobo . lahir13 Agustus 1989

Minggu, 27 Oktober 2013

makalah fisika

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Dalam kehidupan sehari-hari peranan pengukuran sangat penting , dimana manusia tidak pernah lepas dari kegiatan yang disebut mengukur. Kegiatan mengukur dilakukan untuk mengetahui lamanya  waktu, panjang benda,suhu,dan massa benda.
Pada zaman dahulu orang mengukur benda disekitarnya menggunakan bagian badan sebagai pengukurnya, bangsa mesir kuno mengukur benda menggunakan hasta,yaitu panjang lengan dari siku sampai keujung jari tengah. Panjang rentang kedua lengan yang disebut satu depa juga digunakan untuk mengukur panjang.
Dalam fisika sangat erat kaitannya dengan proses pengukuran berbagai besaran fisika. Alat ukur yang digunakan dalam fisika pada umumnya sedikit berbeda dengan alat ukur yang biasa digunakan sehari-hari, karena hal ini disebabkan dalam fisika sering dituntut batas ketelitian alat ukur yang sangat tinggi. Sehingga pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika, walaupun demikian tidak ada pengukuran yang benar-benar tepat. Ada ketidakpastian yang berhubungan dengan setiap pengukuran dan ketidakpastian muncul dari berbagai sumber yang berbeda. Dan diantara yang paling penting, selain kesalahan adalah keterbatasan, ketepatan setiap alat pengukur dan ketidakmampuan membaca sebuah alat ukur di luar batas bagian terkecil yang ditunjukkan. Untuk itu dalam makalah ini akan di bahas tentang berbagai hal pengukuran suatu benda.

B.     Rumusan Masalah
Adapun materi yang akan dibahas dalam makalah ini, adalah:
Menentukan perbandingan pengukuran berbagai volum secara langsung dan tidak langsung

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari materi yang dibahas dalam makalah ini, adalah:
Untuk mengetahui perbandingan pengukuran berbagai volum secara langsung dan tidak langsung





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Besaran dan Satuan
Besaran adalah gejala alam yang dapat diukur, dinyatakan dengan angka-angka. Besaran memiliki besar yang dinyatakan dengan angka yang diikuti dengan satuan.
 Satuan adalah suatu pembanding di dalam pengukuran. Satuan terdiri dari satuan baku dan satuan tidak baku. Satuan baku disebut juga satuan internasional (SI), yaitu satuan yang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.      Tetap, tidak mengalami perubahan dalam keadaan apapun.
2.      Dapat digunakan secara internasional.
3.      Mudah ditiru.
B.     Besaran Pokok dan Besaran Turunan
1.      Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya didefinisikan sendiri. Besaran pokok digunakan sebagai dasar untuk mendefinisikan besaran lainnya, dan tidak diturunkan dari besaran lain.
Ada 7  besaran pokok dalam fisika:
Besaran Pokok
 Nama Satuan
Lambang Satuan
Panjang
Meter
M
Massa
Kilogram
Kg
Waktu
Sekon
S
Suhu
Kelvin
K
Kuat arus listrik
Ampere
A
Intensitas cahaya
Kandela
Cd
Jumlah zat
Mole
Mol

2.      Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang dibentuk oleh satu atau lebih besaran pokok.

Besaran Turunan
Nama satuan dan singkatan
Lambang Satuan
Luas
Mater kuadrat (m2)
L
Volume
Meter kubik (m3)
V (volume)
Kecepatan
“meter per sekon “(m/s)
v (velocity)
Percepatan
Meter “per sekon kuadrat”(m/s2)
A (acceleration)
Massa jenis
kg/m3
(rho)
Gaya
Kg m/s2=Newton (N)
w (weight)
Usaha dan energi
Kg m2/s2= joule (J)
W
Daya
Kg m2/s3=watt (W)
P (power)
Tekanan
Kg/m s2=pascal (pa)
P (pressure)

C.    Pengukuran
Pengukuran dapat kita artikan mengukur. Mengukur adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan. Satuan adalah suatu pembanding di dalam pengukuran.
Kegiatan mengukur tidak dapat dilepaskan dari kegiatan sehari-hari dan merupakan kegiatan yang sangat penting. Agar hasil pengukuran mendekati benar beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
1.      Pemilihan alat ukur
Alat ukur yang kita gunakan harus sesuai dengan besaran yang akan diukur. Selain itu skala terkecil dan batas ukur alat-alat yang kita gunakan harus diperhatikan. Skala terkecil adalah jarak antara dua goresan terdekat. Batas ukur adalah kemampuan maksimal nilai yang dapat terukur oleh alat ukur. Misalnya untuk mengukur tebal kaca tentunya berbeda dengan alat ukur panjang lapangan bola.
2.      Ketrampilan pengamat
Ketrampilan pengamat dalam menggunakan alat ukur mutlak diperlukan agar hasil pengukuran mendekati kebenaran. Misalnya keterampilan pembacaan skala dan ketepatan meletakkan mata.
3.      Pemilihan cara pengukuran
Pengukuran besaran dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Cara  yang kita pilih harus sesuai dengan objek yang kita ukur. Misalnya mengukur tebal kertas, alat ukur yang paling kecil skalanya yang kita pilih namun jika kita ambil satu lembar kertas  maka hasilnya jauh dari kebenaran. Untuk mengatasinya kita dapat melakukan pengukuran tidak langsung dengan cara mengambil 100 lembar kertas dan kita ukur tebalnya,selanjutnya hasil pengukuran dibagi jumlah lembar kertas maka akan ditentukan hasil tebal 1 lembar kertas.
4.      Waktu respon yang tepat
Waktu respon penggunaan alat ukur, misalnya: stop watch yang tepat akan mempengaruhi  hasil pengukuran waktu yang dilakukan.
5.      Kondisi yang sesuai
Hasil pengukuran jauh dari kebenaran sering terjadi karena kondisi yang tidak sesuai. Misalnya penggaris logam digunakan untuk mengukur panjang benda yang suhunya tinggi, atau meteran kelos dengan kondisi yang sudah ditarik-tarik.
6.      Pengulangan pengukuran
Pengukuran berulang-ulang cenderung mengarah pada suatu hasil tertentu yang mendekati benar. Atau hasil tertentu dapat diperoleh dengan menghitung rata-rata hasil pengukuran dengan menyingkirkan hasil pengukuran yang jauh menyimpang. Dapat juga pengukuran yang dilakukan oleh sekelompok pengamat. Kecuali untuk peristiwa yang tidak mungkin di ulang, contoh mengukur laju kendaraan yang lewat atau air mengalir.

D.    Macam-Macam pengukuran
1.      Pengukuran besaran panjang
Panjang satuan SI-nya adalah meter (m). Satu meter didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh cahaya dalam vakum selama sekon. Besaran panjang dapat di ukur menggunaka, mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup dan masing-masing mempunyai tingkat ketelitian yang berbeda.
a.       Pengukuran panjang dengan mistar
Mistar adalah alat ukur yang sering dipakai oleh siswa. Selain juga sebagai alat ukur panjang, mistar juga sering difungsikan sebagai penggaris. Mistar mempunyai daya ukur yang bervariasi dari 10 cm, 20 cm, 30 cm, 50 cm sampai 100 cm. Penggaris juga berbagai macam jenisnya, seperti penggaris berbentuk lurus, berbentuk segitiga yang terbuat dari plastik atau logam, mistar tukang kayu, dan penggaris berbentuk pita (meteran pita).
Mistar mempunyai batas ukur sampai 1 meter, dengan ketelitian 0,1 mm atau 1 cm. Dalam membaca skala mistar posisi mata harus melihat tegak lurus terhadap skala. Hal ini untuk menghindari kesalahan pembacaan hasil pengukuran akibat kemiringan dalam melihat atau disebut dengan kesalahan paralak.
 Cara mengukur benda menggunakan mistar seperti pada gambar di bawah ini,
Meletakkan ujung benda yang akan diukur tepat di garis angka nol, kemudian baca skala pada mistar. Pada mistar tersebut ditunjukkan bahwa panjang benda adalah 2,5 cm + 0,5 mm = 2,5 cm+ 0,05cm =2,55 cn.
b.      Pengukuran Panjang dengan Jangka sorong
Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur samapai 10 cm dengan ketelitian hingga 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur diameter dalam atau diameter luar sebuah pipa, kedalaman benda (botol,tabung).
Bagian-bagian penting dari jangka sorong yaitu:
·         Rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0,1 cm
·         Rahang geser yang dilengkapi skala utama dan skala nonius atau vernier mempunyai selisih 1 mm.
Cara menggunakan jangka sorong sebagai berikut:
1.      Melihat angka pada skala diam tepat di angka nol skala bergerak (misal angka X).
2.       Carilah angka pada skala bergerak yang berhimpit dengan garis skala diam (misal angka Y)
3.       Jumlahkan X+(0,01xY)



c.       Pengukuran Panjang dengan Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup adalah suatu alat ukur panjang dengan ketelitian hingga 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur panjang atau tebal suatu benda yang sangat tipis, misalnya tebal plastik (sampul buku). Jangka sorong mempunyai dua skala yaitu skala tetap dan skala putar.
Cara menggunakan mikrometer sekrup:
a.       Sebelum digunakan, pastikan pengunci dalam keadaan terbuka untuk mempermudah memutar skala putar.
b.      Membuka rahang dengan cara memutar ke kiri pada skala putar hingga benda dapat masuk ke rahang.
c.       Meletakkan benda yang diukur ketebalannya pada rahang, dan putar kembali sampai tepat.
d.      Putarlah pengunci sampai skala putar tidak dapat digerakkan dan terdengar bunyi ‘klik’.
Contoh pembacaan skala pada mikrometer sekrup:







2.      Pengukuran Besaran Massa
Massa adalah banyaknya zat yang terkandung di dalam suatu benda. Massa satuan SI-nya adalah kilogram (kg). Massa suatu benda selalu tetap, tidak peduli  dimana benda itu berada. Massa berbeda dengan berat , Berat adalah besaran gaya yang dialami benda akibat gaya tarik bumi pada benda tersebut. Berat satuan SI-nya adalah Newton (N).
Alat ukur untuk mengukur massa suatu benda adalah neraca.
a.       Neraca pasar atau timbangan
 Neraca pasar yaitu neraca yang biasa digunakan di pasar-pasar  tradisional. Bentuknya seperti pada gambar dibawah ini,
 
Cara pemakaian neraca pasar atau timbangan yaitu dengan meletakkan benda yang akan ditimbang di bagian yang berbentuk mirip baskom, lalu di bagian sebelahnya yang datar diletekkan bandul neraca yang mirip seimbang dengan bobot benda, selanjutnya lengan neraca akan bergerak dan hasil pengukuran dapat diketahui. 


b.      Neraca Dua Lengan
Neraca dua lengan adalah neraca yang biasanya terdapat di laboratium. Dan bentuknya seperti pada gambar di bawah ini,


Cara pemakaian neraca  dua lengan hampir sama dengan cara pemakaian neraca pasar, bedanya bandul neraca yang terdapat pada neraca pasar dapat digantikan dengan barang lain. 
c.       Neraca Tiga Lengan
Neraca tiga lengan adalah neraca yang juga biasanya terdapat di laboratorium, bentuknya seperti pada gambar di bawah ini,




Cara pemakaian neraca tiga lengan yaitu dengan cara menggeser ketiga penunjuk ke sisi paling kiri (skalanya menjadi nol), kemudian letakkan benda yang akan diukur pada bagian kiri yang terdapat tempat untuk benda yang akan diukur, lalu geser ketiga penunjuk ke kanan hingga muncul keseimbangan, dan hasil pengukuran dapat diketahui.


3.      Pengukuran Besaran Waktu
Pengukur waktu adalah alat yang dapat menunjukkan waktu pada saat itu dan alat yang dapat menunjukkan lamanya sebuah proses berlangsung. Waktu satuan SI-nya adalah sekon. Alat ukur waktu yang sering digunakan antara lain jam dan stop Watch yaitu untuk mengukur waktu mempunyai batas ketelitian 0,01 detik. 
4.      Pengukuran Besaran Volume
Volume satuan SI-nya adalah meter kubik (m3). Pengukuran volum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengukuran secara langsung dan tidak langsung.
a.       Pengukuran secara langsung
Pengukuran secara langsung yaitu dengan menggunakan alat dan nilai besaran yang diukur dapat ditentukan dengan cara membaca skala pengukuran yang ditunjukkan alat ukur tersebut.
Contoh pengukuran secara langsung, yaitu pengukuran sebuah volum balok secara langsung dengan menggunakan gelas ukur. Dengan cara sebagai berikut mula-mula isi gelas ukur dengan air dengan volume tertentu, misalnya 250 cm3, kemudian masukkan benda balok ke dalam gelas ukur tersebut, lalu mengamati air dalam gelas ukur, ternyata tinggi air dalam gelas ukur berubah naik, dibandingkan dengan sebelumnya. Misalkan volume air dalam gelas ukur berubah menjadi 400 cm3. Karena balok mendesak air sebesar volume balok tersebut. Jadi , besar volume (air dan balok)  adalah 400 cm3. Oleh karena itu, besar volume benda balok adalah 400 cm3 – 250 cm3 = 150 cm3 (1 cm3=1 ml). Jadi, volume benda balok adalah 150 cm3 atau 150 ml.
b.      Pengukuran secara tidak langsung
Pengukuran secara tidak langsung yaitu dengan pengukuran yang hasilnya didapatkan dari hasil perhitungan nilai besaran yang di ukur secara langsung.
Contoh pengukuran secara tidak langsung yaitu pengukuran volum balok  dengan mengukur secara langsung. Volum benda berbentuk balok dapat dihitung dengan rumus:
V = p x l x t
Keterangan:
V= volume balok, satuan m3
p = panjang balok, satuan m
l = lebar balok, satuan m
t = tinggi balok, satuan m

    







BAB III
ANALISIS

1.      Analisis Materi Dalam Proses Pembelajaran
Pada makalah ini tentang pengukuran, menurut kami  materi pembelajaran fisika tentang pengukuran di dalam kelas sebaiknya adalah,
 Pertama, menggunakan metode ceramah, dimana seorang guru  menyampaikan materi tentang pengukuran kepada siswa disertai alat-alat peraga tentang pengukuran, dan dalam proses penyampaian materi guru memperlihatkan cara kerja alat peraga yang digunakan dengan membimbing dan melibatkan murid-muridnya dalam mengambil data dan dikaitkan dengan penerapan pengukuran dalam  kehidupan sehari-hari, kemudian guru memberi soal agar siswa ikut berfikir untuk memberikan contoh tentang pengukuran yang sering dilakukan dalam kegiatan sehari-harinya yang dapat membantu siswa lebih mudah mengerti materi yang disampaikan. Di dalam kelas selama guru menyampaikan materi bisa memberikan selingan berupa sebuah permainan yang berkaitan dengan materi pengukuran untuk menghindari kejenuhan di dalam kelas dan tetap fokus pada materi yang di sampaikan guru.
Kedua, menggunakan metode eksperimen, dimana setelah guru menyampaikan materi dengan metode ceramah, siswa telah mengerti konsep tentang pengukuran sebagai dasar untuk bereksperimen agar siswa lebih paham dengan ikut melakukan percobaan atau mempraktikkan sendiri. Sebelum praktikum dilakukan,  seorang guru  membagi siswa dalam beberapa kelompok dengan membagi beberapa macam-macam pengukuran dalam tiap kelompok. Setelah kelompok terbagi semua dengan masing-masing judul yang akan dipraktikkan, siswa di suruh berkelompok dengan kelompoknya, setelah itu guru memberi penjelasan tentang metode praktikum dan  hal-hal yang akan di butuhkan dalam mempersiapkan praktikum. Tiap kelompok di suruh berdiskusi tentang materi yang akan dipraktikkan dan membagi anggotanya untuk membawa perlengkapan praktikum. Di dalam praktikum guru membimbing bagaimana cara-cara melakukam praktikumnya. Setelah praktikum selesai tiap kelompok disuruh membuat laporan sementara hasil praktikum dan disuruh mengumpulkannya. Untuk pertemuan berikutnya siswa disuruh membuat laporan praktikum resmi. Kemudian tiap kelompok mempresentasikan kedepan dengan melibatkan semua siswa untuk berdiskusi kelas. Selama diskusi kelas guru menilai tiap kelompok. Bagi kelompok yang paling aktif dan terbaik dalam mempresentasikan hasil praktikumnya guru bisa memberikan sebuah hadiah, agar siswa lebih semangat dalam belajar.
2.      Analisis Materi pada Masalah pengukuran berbagai volume benda
Pengukuran merupakan kegiatan sederhana, tetapi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang sejenis yang di gunakan sebagai satuannya. Misalnya kami mengukur balok dengan sebuah alat ukur panjang  yang berupa mistar, artinya kami membandingkan panjang balok tersebut dengan satuan panjang yang ada di mistar  cm atau mm, sehingga kita memperoleh hasil pengukuran.
Fisika merupakan ilmu yang memahami segala sesuatu tentang gejala alam  melalui pengamatan atau observasi dan memperoleh kebenarannya secara nyata  melalui panca indra. Oleh karena itu, pengukuran merupakan bagian yang sangat penting  dalam proses membangun konsep-konsep fisika. Dimana di dalam fisika sering dituntut batas ketelitian alat ukur yang sangat tinggi. Sehingga pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika, walaupun demikian tidak ada pengukuran yang benar-benar tepat. Untuk itu cara pengukuran yang benar sangat berkaitan dengan alat ukur yang sesuai dengan besaran yang akan di ukur. Selain itu juga berkaitan dengan cara membaca skala dengan tepat. Alat ukur yang digunakan harus dalam keadaan baik dan tepat.
                        Ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengukuran yaitu masalah ketelitian, masalah ketepatan dan masalah kepekaan. Ketelitian menyatakan kepastian hasil pengukuran,sedangkan ketepatan menunjukkan seberapa tepat hasil pengukuran mendekati hasil sebenarnya. Dan kepekaan adalah ukuran minimal yang masih dapat dikenal oleh alat ukur.
Ketelitian bergantung pada alat yang digunakan pada saat melakukan pengukuran. Umumnya, semakin kecil pembagian skala semakin teliti hasil pengukuran alat tersebut.
            Mistar umumnya  memiliki skala  terkecil 1 mm, sedangkan jangka sorong mencapai 0,1mm, atau 0,05 mm, maka pengukuran menggunakan jangka sorong akan menghasilkan hasil yang lebih teliti dibanding mistar, meskipun memungkinkan untuk  mengupayakan ketelitian pengukuran dengan memilih alat ukur tertentu,tetapi tidak mungkin menghasilkan pengukuran yang tepat secara mutlak.
                        Ketepatan pengukuran harus dicek dengan cara membandingkan terhadap nilai standar yang ditetapkan. ketepatan alat ukur juga harus dicek secara periodik dengan 2 metode. Pertama, apakah alat ukur sudah  menunjuk nol  sebelum digunakan? Kedua, apakah alat ukur memberikan pembacaan ukuran yang benar ketika digunakan untuk mengukur sesuatu yang standar?
                        Dalam pembelajaran dengan materi pengukuran ini kami mencoba membandingkan berbagai volume benda dengan pengukuran langsung dan tidak langsung.
1.      Pengukuran Secara langsung yaitu kami membandingkan volume balok dengan volume kelereng dengan menggunakan gelas ukur.
a.       Pengukuran langsung volume balok
Dimana, mula-mula kita mengisi gelas ukur dengan air dengan volume tertentu, akan di dapat hasil misalnya (X cm3), kemudian masukkan balok ke dalam gelas ukur tersebut. Lalu mengamati air dalam gelas ukur, ternyata tinggi air dalam gelas ukur berubah naik, dibandingkan dengan sebelumnya. Misalkan volume air dalam gelas ukur berubah menjadi (Y cm3). Karena balok mendesak air sebesar volume balok tersebut. Jadi , besar volume (air dan balok)  adalah (Y cm3). Oleh karena itu, besar volume benda balok adalah( Y cm3 –X cm3)= Z cm3 (1 cm3=1 ml). Sehingga didapatkan volume balok tersebut.
b.      Pengukuran langsung volume kelereng
Dimana, cara untuk mendapatkan volume kelereng sama seperti pengukuran volum balok hanya saja benda yang akan di ukur di ganti menggunakan kelereng.

2.      Pengukuran secara tidak langsung yaitu kami membandingkan volume balok dengan volume kelereng.
a.       Pengukuran secara tidak langsung volume balok
Dimana untuk mengukur volume balok dapat di hitung dengan rumus:
 V= p x l xt
keterangan:
V= volume balok, satuan m3
p = panjang balok, satuan m
l  = lebar balok, satuan m
t = tinggi balok, satuan m
Untuk mengukur suatu volume balok, pertama kita mengukur masing-masing ketiga sisi balok tersebut, pengukuran tersebut dapat digunakan alat ukur besaran panjang berupa mistar dengan batas ketelitian 1mm atau 0,1cm. Setelah di ketehui hasilnya kita mengukur volume balok tersebut dengan rumus volume balok yang telah dijelaskan sebelumya. Sehingga kita akan mendapatkan volume balok tersebut.
b.      Pengukuran secara tidak langsung volume kelereng
Dimana untuk mengukur volume kelereng dapat di hitung dengan rumus:
V= 4/3πr2
Keterangam:
V = volume balok, satuan m3
 π = 22/7 atau 3,14
r = jari-jari kelereng, satuan cm
Untuk mengukur suatu volume kelereng, yaitu dapat kita gunakan alat ukur panjang berupa jangka sorong dengan batas ketelitian 0,1mm atau 0,01 cm  atau mikrometer sekrup 0,01 mm atau 0,001 cm. Setelah di ketahui hasilnya kita mengukur volume kelereng tersebut dengan rumus volume kelereng diatas. Sehingga kita akan mendapatkan volume kelereng tersebut
Dari kedua pengukuran di atas antara pengukuran langsung dengan tidak langsung ternyata kedua cara pengukuran tersebut menghasilkan hasil yang berbeda. Perbedaan ke-dua cara pengukuran itu dinamakan ketidakpastian dalam pengukuran ,artinya tidak ada jaminan bahwa pengukuran ulang akan memberikan hasil yang tepat sama.
Ada tiga sumber utama yang menimbulkan ketidakpastian pengukuran:
1.      Ketidakpastian sistematik
Ketidakpastiaan ini bersumber dari alat ukur yang digunakan. Bila sumber ketidakpastian adalah alat ukur, maka setiap alat ukur tersebut digunakan akan menghasilkan ketidakpastian yang sama. Yang termasuk ketidakpastian sistematik antara lain:
a).ketidakpastian alat
ketidakpastian alat ini muncul akibat adanya skala penunjukan angka pada alat tidak tepat sehingga pembacaan skala tidak sesuai  dengan yang sebenarnya.
b).kesalahan nol
ketidaktepatan penggunaan alat pada skala nol juga melahirkan ketidakpastian sistematik. Hal ini sering terjadi,tetapi juga sering terabaikan. Sebagian besar alat umumnya  tepat pada skala nol ,maka untuk mengatasinya harus diperhitungkan  selisih kesalahan tersebut setiap kali melakukan pembacaan skala.
c).waktu respon yang tidak tepat
ketidakpastian ini muncul akibat dari waktu pengukuran(pengambilan data) tidak .
d). Kondisi yang tidak sesuai
ketidakpastian pengukuran in muncul karena kondisi dipengaruhi oleh kejadian yang hendak diukur.
2.      Ketidakpastian random(acak)
Ketidakpastian random  umumnya bersumber dari gejala yang tidak mungkin dikendalikan secara pasti atau tidak bisa diatasi secara tuntas gejala tersebut umumnya merupakan perubahan yang sangat cepat dan acak sehingga pengaturan dna pengontrolannya diluar kemampuan kita.
3.      Ketidakpastian pengamat
Ketidakpastian pengamat bersumber dari ketidaktrampilannya pengamat saat melakukan pengukuran .
Bila yang mengoperasikan tidak terampil, semakin banyak yang harus diatur semakin besar untuk melakukan kesalahan ketidakpastian pengukuran tersebut.
                        Besarnya ketidakpastian berpotensi  menghasilkan produk yang tidak berkualitas, sehingga harus selalau diusahakan untuk memperkecil nilainya. Daintaranya, menghindari gangguan luar, dan hati-hati dalam melakukan pengukuran.










































BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pengukuran dapat kita artikan mengukur. Mengukur adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan. Satuan adalah suatu pembanding di dalam pengukuran. Pengukuran volume ada 2 cara yaitu pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung.
Pengukuran secara langsung adalah pengukuran dengan menggunakan alat dan nilai besaran yang diukur dapat ditentukan dengan cara membaca skala pengukuran yang ditunjukkan alat ukur tersebut. Sedangkan pengukuran secara tidak langsung adalah pengukuran yang hasilnya didapatkan dari hasil perhitungan nilai besaran yang di ukur secara langsung.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari kedua pengukuran di atas antara pengukuran langsung dengan tidak langsung ternyata kedua cara pengukuran tersebut menghasilkan hasil yang berbeda. Perbedaan ke-dua cara pengukuran itu dinamakan ketidakpastian dalam pengukuran ,artinya tidak ada jaminan bahwa pengukuran ulang akan memberikan hasil yang tepat sama.
B.     saran
1.      Di dalam sebuah pengukuran sebaiknya kita harus hati-hati agar mendapatkan pengukuran yang tepat.
2.      Sebaiknya pengukuran benda disesuaikan dengan alat ukurnya agar mendapatkan hasil pengukuran yang tepat. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar