MATERI ESENSIAL IPA SEKOLAH DASAR
(Pengayaan Materi Guru)
KONSEP ILMU PENGETAHUAN BUMI
DAN ANTARIKSA
GERAK BUMI DAN BULAN
Agus Fany Chandra Wijaya
DIGITAL LEARNING LESSON
STUDY JAYAPURA
2010
GERAK BUMI dan BULAN
Standar Kompetensi: Memahami matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi
bumi dalam tata surya
Kompetensi Dasar: - Mendeskripsikan peristiwa rotasi bumi, revolusi bumi dan
revolusi bulan
-
Menjelaskan terjadinya gerhana bulan dan
gerhana matahari
Kita senantiasa mengalami
pergantian siang dan malam, mengagumi lukisan bintang-bintang di langit yang
senantiasa berganti-ganti, mengalami pergantian musim, Bulan berubah-ubah
bentuknya, bahkan mungkin gerhana, dan lain-lain. Namun seringkali kita tidak
pernah menyadari bahwa semua itu merupakan akibat dari sebuah fenomena gerak
Bumi kita. Fenomena yang menjadi sebab dari hal tersebutlah yang akan menjadi
pembahasan kali ini.
ROTASI BUMI
Gerak rotasi Bumi adalah gerak
Bumi mengitari porosnya sendiri. Gerak ini dengan arah negatif atau timur,
yaitu dari barat ke timur. Jika kita lihat dari pesawat antariksa tepat di atas
kutub utara, maka bumi berotasi berlawanan arah jarum jam (arah negatif). Gerak
rotasi Bumi ini dapat dibuktikan dengan percobaan bandul Foucoult. Ada enam
peristiwa yang diakibatkan oleh gerak rotasi Bumi ini:
1. Peredaran
semu harian benda langit. Setiap hari kita mengamati peredaran
Matahari dan benda-benda langit melintas dari timur ke barat. Pergerakan
Matahari dan benda-benda langit dari timur ke barat disebut sebagai peredaran
semu harian benda langit. Ini karena pergerakan yang kita amati bukan
semata-mata disebabkan oleh pergerakan Matahari dan benda-benda langit
tersebut, melainkan disebabkan oleh rotasi Bumi dari arah barat ke timur.
2. Pergantian
siang dan malam. Belahan Bumi yang terkena sinar Matahari mengalami
siang, sebaliknya yang tidak terkena sinar Matahari mengalami malam. Karena
Bumi berotasi terus menerus dari barat ke timur, maka setengah bagian Bumi yang
terkena sinar Matahari selalu bergiliran. Dengan kata lain, pada suatu tempat
dalam sehari selalu terjadi pergantian siang dan malam.
3. Perbedaan waktu.
Garis bujur adalah garis khayal yang sejajar dengan garis tengah kutub.
Perbedaan waktu bergantung pada derajat garis bujurnya. Tempat-tempat yang
bebeda bujur 1o akan berbeda 4 menit (360o : 1440 menit)
atau berbeda 1 jam dalam 15o garis bujur (360o
: 24 jam). Pembagian waktu berdasarkan
garis bujur ditetapkan pada acuan
garis
bujur 0o yang berada di kota Greenwich. Setiap garis bujur yang jauhnya 15o, di sebelah
barat akan lebih lambat 1 jam sedangkan di sebelah timur akan lebih cepat 1
jam. Waktu pada bujur standar dinamakan waktu standar atau waktu lokal. Waktu
yang ditunjukkan oleh bujur standar yang lebih ke barat lebih kecil daripada
waktu yang ditunjukkan oleh bujur standar yang lebih ke timur. Batas
penanggalan internasional ialah tempat-tempat yang terletak pada bujur 180o, di mana tempat
di timur dan di barat bujur ini akan berbeda waktu satu hari.
4. Perbedaan
percepatan gravitasi di permukaan Bumi. Akibat rotasi Bumi, garis
tengah khatulistiwa lebih besar daripada garis tengah kutub. Ini menyebabkan
percepatan gravitasi di permukaan Bumi berbeda-beda. Karena percepatan
gravitasi atau g berbanding terbalik dengan radius R2, maka
percepatan gravitasi di ekuator (khatulistiwa) akan lebih kecil daripada
percepatan gravitasi di kutub. Jadi, jika kita bergerak dari khatulistiwa
menuju kutub, maka percepatan gravitasi akan semakin besar. 2 R GM g
5. Pembelokan arah angin.
Arah angin tidak persis searah dengan arah gradien tekanan, yaitu dari daerah
isobar tekanan tinggi ke isobar tekanan rendah (garis patah-patah pada gambar
2.6.). Ini disebabkan oleh adanya efek gaya Coriolis pada angin. Gaya Coriolis
bukanlah gaya sebenarnya melainkan gaya semu yang timbul akibat efek dua
gerakan, yaitu: (i) gerakan rotasi Bumi dan (ii) gerakan benda relatif terhadap
permukaan Bumi.
100% Utara
86,7%
50%
0%
Belahan Bumi Utara
Simpangan
ke kanan
Khatulistiwa
Tidak tersimpangkan
Belahan Bumi Selatan
Simpangan
ke kiri
0o
30o LU
tekanan tinggi
60o LU
tekanan rendah
30o LS
tekanan tinggi
60o LS
tekanan rendah
tekanan rendah
Selatan
Gambar 1. Efek Coriolis yang timbul karena rotasi Bumi
mengakibatkan pembelokan arah angin.
Pada
gambar 1. terlihat bahwa gaya Coriolis makin besar dengan bertambahnya lintang
tempat, dan di ekuator (lintang 0o), gaya Coriolis tidak ada (menuju nol). Karena itu
angin yang bergerak sepanjang ekuator (garis khatulistiwa) tidak dibelokkan.
Perubahan lintasan angin disimpulkan oleh Buys Ballot, disebut hukum Buys
Ballot yang berbunyi sebagai berikut:
a.
Udara (angin) bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan
rendah
b. Di belahan Bumi utara, angin
berbelok ke kanan dan di belahan Bumi selatan angin berbelok ke kiri.
6. Pembelokan arus laut.
Karena arus-arus permukaan laut disebabkan oleh angin, maka seperti halnya
angin, arus lau juga disimpangkan oleh rotasi Bumi. Arus laut dipaksa membelok
searah jarum jam (ke kanan) di laut-laut belahan Bumi utara dan berlawanan arah
jarum jam (ke kiri) di laut-laut belahan Bumi selatan.
REVOLUSI BUMI
Revolusi Bumi adalah gerak Bumi
pada orbitnya mengelilingi Matahari. Bidang orbit Bumi mengelilingi Matahari
disebut ekliptika. Selama mengitari Matahari, poros Bumi selalu miring 23,5o terhadap garis
yang tegak lurus ekliptika (lihat gambar 2.). Orbit planet-planet lain tidak
sebidang dengan ekliptika. Sudut antara bidang orbit planet lain dengan
ekliptika disebut inklinasi.
23,5o
Matahari
Bumi
Ekliptika (bidang orbit
Bumi)
garis tegak lurus ekliptika
Poros Bumi
Gambar 2. Poros Bumi selalu miring membentuk sudut 23,5o terhadap garis
yang tegak lurus ekliptika.
Bumi berevolusi dalam arah
negatif (berlawanan arah jarum jam), artinya jika kita berada dalam pesawat
antariksa tepat di atas kutub utara maka kita akan melihat Bumi mengitari
Matahari dalam arah yang berlawanan arah jarum jam.
Terdapat
dua peristiwa yang dapat membuktikan gerak revolusi Bumi ini:
a. Terjadinya Paralaks
Bintang. Paralaks bintang adalah pergeseran kedudukan bintang yang
dekat ke Bumi terhadap latar belakang bintang-bintang yang lebih jauh yang
disebebkan oleh pengamat di Bumi telah mengubah kedudukannya. Sewaktu pengamat
di PA,
pengamat melihat bintang dekat ke arah A. Enam bulan kemudian ketika pengamat
di PC,
pengamat melihat bintang dekat ke arah C (lihat gambar 3.). Jelaslah paralaks
bintang membuktikan bahwa Bumi berevolusi mengitari Matahari.
Gambar 3. Paralaks Bintang
Mth.
bumi
Bintang dekat
Ekliptika
PC
PA
C
A
b. Terjadinya aberasi
cahaya bintang. Aberasi cahaya bintang didefinisikan sebagai
perpindahan yang tampak dalam arah cahaya datang dari sebuah bintang akibat
gerak revolusi Bumi. Peristiwa aberasi cahaya bintang dapat dianalogikan dengan
aberasi tetes-tetes hujan yang menimpa kaca depan mobil. Ketika mobil diam,
pengamat dalam mobil melihat tetesan hujan jatuh tegak lurus mengenai kaca,
akan tetapi ketika mobil bergerak, tetesan hujan tampak jatuh miring oleh
pengamat dalam mobil. Jika aberasi tetes-tetes hujan disebabkan oleh pengamat
yang berada dalam mobil yang bergerak, maka aberasi cahaya bintang tentu
disebabkan oleh gerakan revolusi Bumi.
Gerak
revolusi Bumi ini pun mengakibatkan beberapa peristiwa yang dapat dirasakan
oleh para penghuni planet ini, diantaranya adalah:
a. Gerak semu tahunan
matahari pada ekliptika. Gerak semu tahuan Matahari adalah gerakan semu
Matahari dari khatulistiwa bolak-balik antara 23,5o lintang utara
dan lintang selatan setiap tahun (lihat gambar 4.). Karena Matahari selalu
berbalik arah setelah sampai lintang 23,5o
disebut garis balik. Garis 23,5o LU disebut
garis balik utara (GBU) dan garis 23,5o LS disebut garis balik selatan (GBS). Garis lintang
adalah garis yang sejajar dengan garis khatulistiwa.
21
Mar
23
Sep
21
Mar
22
Des
22
Jun
LU
LS
0o
10o
10o
20o
20o
30o
30o
Gambar 4. Bagan gerak semu tahunan Matahari pada ekliptika
b. Perubahan
lamanya siang dan malam. Pada tanggal 21 Maret dan 23 September setiap
tahunnya, semua tempat di Bumi (kecuali kutub) mengalami siang dan malam hari
sama panjang, yaitu 12 jam. Ini karena semua tempat mendapat sinar Matahari
selama 12 jam dan tidak mendapatkannya 12 jam. Tanggal 21 Juni ketika Matahari
ada pada kedudukan paling utara, yakni 23,5o
LU (GBU), belahan Bumi utara mengalami
siang lebih panjang daripada malam. Sebaliknya di belahan Bumi selatan, lamanya
siang akan lebih pendek daripada malam. Daedah dalam lingkaran kutub utara
mendapat sinar Matahari selama 24 jam, sehingga siang akan terjadi secara terus
menerus pada waktu itu. Sebaliknya di daerah lingkaran kutub selatan tidak
mendapat sinar matahari selama 24 jam, sehingga malam terjadi secara terus
menerus pada waktu itu.
c. Pergantian musim.
Revolusi Bumi dan kemiringan poros Bumi terhadap ekliptika mengakibatkan
terjadinya pergantian musim sepanjang tahun di daerah iklim sedang
(gambar 5.). Dalam revolusi
Bumi dari 21 Maret sampai dengan 21 Juni, kutub utara makin condong ke arah
Matahari, sebaliknya kutub selatan makin menjauh dari Matahari. Ini menyebabkan
belahan Bumi utara mengalami musim semi (sping) dan belahan Bumi selatan
mengalami musim gugur (autum). Pada tanggal 21 Juni, Matahari berada di
GBU dan kutub utara menghadap ke Matahari. Belahan Bumi utara mendapat
pemanasan lebih besar dari belahan Bumi selatan, sehingga di belahan Bumi utara
mengalami puncak musim panas dan sebaliknya di belahan Bumi selatan akan
mengalami musim dingin. Sedangkan pada tanggal 23 September sampai dengan 22
Desember, kutub utara menjauhi Matahari dan sebaliknya belahan Bumi selatan
mendekati Matahari. Dalam periode ini belahan Bumi Utara akan mengalami musim
dingin (winter) dan belahan Bumi selatan akan mengamai musim panas (summer).
Gambar 5. Belahan Bumi secara bergantian condong ke arah
Matahari atau menjauhi Matahari, sehingga mengakibatkan terjadinya 4 musim di
daerah iklim sedang
d. Terlihatnya rasi
bintang yang berbeda dari bulan ke bulan. Gerak revolusi Bumi juga
mengakibatkan rasi bintang yang berbeda dari bulan ke bulan. Rasi bintang
adalah kumpulan beberapa bintang yang membentuk pola tertentu.
POSISI DAN PENAMPAKAN BULAN
Bulan bukanlah hanya sebagai
penghias langit malam dan penerangan saat Matahari tenggelam. Objek yang
dikenal sebagai satelit Bumi ini merupakan salah satu anggota tata surya yang
senantiasa mengelilingi planet ketiga Matahari ini. Jarak rata-rata Bulan dari
Bumi adalah
384.400
km atau 0,00258 kali jarak rata-rata Bumi dari Matahari (149.000.000 km). Hal
inilah yang menyebabkan Bulan tampak berukuran hampir sama dengan Matahari jika
diamati dari Bumi, karena itu pula pantulan cahaya Bulan yang berasal dari
Matahari pun cukup banyak, sehingga Bulan akan tampak sebagai benda langit
paling terang kedua setelah Matahari. Berikut adalah perbandingan data antara
Bulan dan Bumi:
diameter Bulan = ¼ diameter
Bumi
volume Bulan = volume Bumi 64 1
massa Bulan = massa Bumi 18 1
percepatan gravitasi bulan =
percepatan gravitasi Bumi 6 1
Bulan sebagai satelit alami
Bumi mengalami tiga gerak sekaligus: (1) rotasi Bulan; (2) revolusi Bulan; (3)
besama-sama dengan Bumi mengitari Matahari (gambar 6.(a)). Bidang orbit Bulan
membentuk sudut 5o terhadap ekliptika (bidang orbit Bumi), atau secara
konsep dapat dikatakan bahwa inklinasi bulan adalah 5o.
Utara
Bulan
Orbit Bulan
Matahari
Ekliptika
(a)
5o
Bulan
Orbit Bulan
Ekliptika
(b)
Gambar 6. Gerak relatif Bulan dan Bumi. (a) gambar dilihat dari
atas bidang ekliptika. (b) gambar dilihat sejajar dengan bidang ekliptika
Sambil berevolusi dengan arah
negatif, Bulan juga berotasi dengan arah negatif (gambar 6.(b)). Periode rotasi
Bulan sama dengan periode revolusinya, sehingga muka Bulan yang
menghadap
Bumi selalu hanya setengah bagian dan tetap. Orbit Bulan berbentuk elips,
sehingga jarak Bulan dari Bumi berubah selama revolusi. Perigee (titik
terdekat) adalah kedudukan Bulan yang terdekat dari Bumi dan Apogee (titik
terjauh) adalah kedudukan Bulan yang terjauh dari Bumi. Berdasarkan acuan
revolusinya, Bulan memiliki dua peiode yang berbeda. Periode siderik atau Bulan
siderik adalah selang waktu yang diperlukan untuk berevolusi 360o (tepat 1
putaran) mengitari Bumi dengan mengacu ke suatu bintang. Periode siderik
mendekati angka 27 hari. Periode sinodik atau Bulan sinodik adalah periode
Bulan berdasarkan fase-fase Bulan, yaitu mulai dari Bulan baru sampai Bulan
baru berikutnya. Periode sinodik mendekati nilai 29 ½ hari. Dalam periode
sinodik, bulan berevolusi lebih dari 360o (lebih dari 1 putaran) (gambar 7.) 3 1
E1
E2
M1
M2
M3
θ
Orbit Bumi
Ke bintang
jauh
Ke bintang
jauh
Matahari
Bulan baru
Bulan baru
Gambar 7. Acuan penentuan periode revolusi
Bulan. Posisi bulan M1 ke M2 merupakan
siklus periode siderik Bulan yang berevolusi dalam satu putaran penuh (360o) dengan acuan bintang jauh yang diamati dari posisi E1 dan E2. Sedangkan periode sinodis
digambarkan pada posisi M1
dan M3, dengan acuan pengamatan dari Bumi, bulan telah melengkapi
satu kali siklus fasenya (bulan baru di E1 ke
bulan baru di E2)
Fase-fase
Bulan
Fase Bulan
adalah bentuk Bulan yang berbeda-beda saat diamati dari Bumi (sabit, kuartil,
gibous, purnama). Bulan tampak bersinar karena memantulkan cahaya Matahari.
Setengah bagian Bulan yang menghadap Matahari akan terang, dan sebaliknya
setengah bagian yang membelakangi Matahari akan gelap. Akan tetapi fase bulan
yang terlihat dari Bumi bergantung pada kedudukan relatif Matahari, Bulan, dan
Bumi (gambar 8.)
Gambar 8. Fase-fase Bulan
Pada kedudukan 1, Matahari, Bulan, dan Bumi terletak pada
satu bidang dan Bulan diantara Bumi dan Matahari. Kedudukan seperti ini disebut
konjungsi. Pada kedudukan ini bagian terang Bulan tidak terlihat dari Bumi. Bulan
pada kedudukan ini disebut Bulan baru. Pada kedudukan 2, hanya kira-kira
seperempat dari bagian terang Bulan yang terlihat dari Bumi. Bulan pada
kedudukan ini disebut Bulan sabit. Berurutan seterusnya hingga kedudukan 4
posisi Bulan yang relatif antara Bumi dan Matahari menunjukkan bagian yang
semakin besar. Kemudian pada kedudukan 5, Matahari, Bulan, dan Bumi terletak
pada satu bidang dan Bulan berada di belakang Bumi. Kedudukan seperti ini
disebut oposisi. Pada kedudukan ini seluruh bagian terang Bulan terlihat dari
Bumi. Bulan pada kedudukan ini berada pada fase Bulan Purnama.
Posisi relatif Bulan, Bumi, dan Matahari ini terkadang
menghasilkan fenomena lain yang lebih unik. Ada saatnya ketika Bulan, Bumi, dan
Matahari berada pada posisi oposisi atau konjungsi berperilaku berbeda dari
biasanya, atau yang lebih sering kita kenal sebagai gerhana. Bayangan yang
dibentuk oleh Bumi atau Bulan ditunjukkan pada gambar 9. Umbra adalah bayangan
inti (sempurna), berbentuk bidang kerucut sehingga makin kecil begitu menjauh
dari Bumi. Penumbra adalah daerah bayangan kabur (sebagian) yang terdapat di
sekeliling kerucut umbra.
Gambar 9. Bagian-bagian dari bayangan Bumi atau
Bulan
dari:
http://www.hermit.org/Eclipse/why_lucnar.html
Sudut inklinasi orbit Bulan kira-kira 5o sehingga orbit Bulan akan memotong ekliptika (orbit Bumi) di
dua titik selama Bulan berevolusi mengitari Bumi. Titik potong orbit Bulan
dengan ekliptika disebut simpul, dan garis yang menghubungkan kedua simpul
(garis AB pada gambar 10.) disebut garis simpul.
Gambar 10. Sudut inklinasi orbit Bulan terhadap
ekliptika sebesar 5o
A
B
Dari
:http://www.ap.stmarys.ca/demos/content/astronomy/lunar_eclipse/lunar_eclipse.html
Gerhana Bulan
terjadi apabila Matahari, Bumi, dan Bulan berada dalam satu garis simpul,
dengan posisi Bulan membelakangi Bumi (oposisi). Tentu saja gerhana Bulan
terjadi pada malam Bulan purnama. Gerhana Bulan terjadi karena Bulan memasuki
umbra Bumi (gambar 11.).
Penumbra
Umbra
1
2
3
4
5
6
7
Gambar 11. Bosisi Bulan saat dalam keadaan
konjungsi dapat terjadi dalam 7 kemungkinan yang berbeda
Karena
pengaruh inklinasi Bulan terhadap ekliptika, maka gerhana total tidak selalu
terjadi pada saat Bulan purnama. Jika Bulan hanya dekat simpul, maka hanya akan
terjadi gerhana penumbra. Jika Bulan sangat jauh dari simpul maka tidak terjadi
gerhana Bulan pada saat Bulan purnama.
1
2
3
4
5
(a)
(b)
Gambar 12. Pola terjadinya gerhana Matahari
Gerhana
Matahari terjadi pada saat Bulan berkonjungsi (Bulan baru) tepat pada simpul
atau setidak-tidaknya mendekati simpul, dan terjadi pada siang hari. Gerhana
Matahari terjadi karena umbra atau penumbra bulan menutupi Matahari. Gerhana
total terjadi ketika Bulan menutupi Matahari. Gerhana Matahari total terjadi
ketika umbra bulan menutupi Matahari (kedudukan 3 pada Gambar 12. (a)). Gerhana
Matahari sebagian atau gerhana Matahari parsial terjadi ketika penumbra Bulan
menutupi Matahari (kedudukan 2 dan 4 pada Gambar 12. (a)). Gerhana Matahari
cincin (Gambar 12. (b))terjadi ketika perpanjangan umbra Bulan menutupi
Matahari, fenomena ini terjadi pada saat Bulan berada pada posisi apogee (titik
terjauh).
Catatan:
Untuk mempelajari lebih lanjut setiap fenomena tersebut anda
dapat memanfaatkan bebarapa animasi yang tersedia dalam set materi ini. Jangan
lupa sebelum anda membuka animasi tersebut, pastikan perangkat komputer anda
telah memiliki software Macromedia Flash (MMFlash), jika anda belum
memilikinya, silahkan lakukan instalasi dulu (file instalasi ada di dalam
folder animasi). Selamat Menjelajah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar