Multimeter
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Multimeter digital
Multimeter adalah alat pengukur listrik yang sering dikenal sebagai VOAM (VolT, Ohm, Ampere meter) yang dapat mengukur tegangan (voltmeter), hambatan (ohm-meter), maupun arus (amper-meter). Ada dua kategori multimeter: multimeter
digital atau DMM (digital multi-meter)(untuk yang baru dan lebih akurat hasil
pengukurannya), dan multimeter analog. Masing-masing kategori dapat mengukur
listrik AC, maupun listrik DC.
Multimeter
adalah alat ukur yang dipakai untuk mengukur tegangan listrik, arus listrik,
dan tahanan (resistansi). Itu adalah pengertian multimeter secara umum,
sedangkan pada perkembangannya multimeter masih bisa
digunakan untuk beberapa fungsi seperti mengukur temperatur, induktansi,
frekuensi, dan sebagainya. Ada juga orang yang menyebut multimeter dengan
sebutan AVO meter, mungkin maksudnya A (ampere), V(volt), dan O(ohm).
Multimeter dibagi menjadi dua jenis yaitu multimeter analog dan multimeter digital.
Multimeter dibagi menjadi dua jenis yaitu multimeter analog dan multimeter digital.
|
Multimeter analog
|
Multimeter analog lebih banyak dipakai untuk kegunaan sehari-hari, seperti para tukang servis TV atau komputer kebanyakan menggunakan jenis yang analog ini. Kelebihannya adalah mudah dalam pembacaannya dengan tampilan yang lebih simple. Sedangkan kekurangannya adalah akurasinya rendah, jadi untuk pengukuran yang memerlukan ketelitian tinggi sebaiknya menggunakan multimeter digital.
|
Multimeter digital
|
Multimeter
digital memiliki
akurasi yang tinggi, dan kegunaan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan
multimeter analog. Yaitu memiliki tambahan-tambahan satuan yang lebih teliti,
dan juga opsi pengukuran yang lebih banyak, tidak terbatas pada ampere, volt,
dan ohm saja. Multimeter digital biasanya dipakai pada penelitian atau kerja-kerja
mengukur yang memerlukan kecermatan tinggi, tetapi sekarang ini banyak juga
bengkel-bengkel komputer dan service center yang memakai multimeter digital.
Kekurangannya adalah susah untuk memonitor tegangan yang tidak stabil. Jadi
bila melakukan pengukuran tegangan yang bergerak naik-turun, sebaiknya
menggunakan multimeter analog.
|
Multimeter digital, yang ini
memakai sumber daya listrik, bukan baterai
|
senang dengan dunia elektronika pasti sudah mengetahui apa
itu multitester/multimeter. Walaupun sudah
ketinggalan jaman, kali ini sobatpc.com akan mencoba mengangkat kembali
materi Bagian multitester/multimeter dan cara
menggunakannya. Multimeter adalah alat pengukur listrik yang sering dikenal sebagai VOM (Volt/Ohm meter) yang dapat mengukur tegangan
(voltmeter), hambatan (ohm-meter), maupun arus (ampere-meter). Kalo dilihat dari jenisnya, ada 2 jenis Multimeter yaitu
Multimeter Analog dan Multimeter Digital.
Di bawah ini adalah penampakannya :
(Gambar Bagian-bagian Multitester)
Cara Penggunaan Multimeter
200 mV artinya adalah kita akan mengukur tegangan sebesar 0,2
Volt
2 V artinya adalah kita akan mengukur tegangan sebesar 2 Volt
20 V artinya adalah kita akan mengukur tegangan sebesar 20 Volt
200 V artinya adalah kita akan mengukur tegangan sebesar 200 Volt
750 V artinya adalah kita akan mengukur tegangan sebesar 750 Volt
Gunakan skala yg tepat untuk pengukuran, misal baterai 3,6 Volt gunakan skala pada 20 V. Maka hasilnya akan akurat misal terbaca 3,76 Volt.
Jika menggunakan skala 2Volt akan muncul angka 1 (pertanda overload/melebihi skala)
Jika menggunakan skala 200 V akan terbaca hasilnya namun tidak akurat misal terbaca : 3,6 V atau 3,7 V saja (1 digit dibelakang koma)
Jika menggunakan 750 V bisa saja terbaca namun hasilnya akan terbaca 3 atau 4 volt (Dibulatkan langsung tanpa koma)
Jika kabel terbalik maka hasilnya akan tetap muncul, namun tanda negatif di depan hasilnya. Beda dengan Multimeter Analog. Jika kabel terbalik jarum akan mentok ke kiri.
2 V artinya adalah kita akan mengukur tegangan sebesar 2 Volt
20 V artinya adalah kita akan mengukur tegangan sebesar 20 Volt
200 V artinya adalah kita akan mengukur tegangan sebesar 200 Volt
750 V artinya adalah kita akan mengukur tegangan sebesar 750 Volt
Gunakan skala yg tepat untuk pengukuran, misal baterai 3,6 Volt gunakan skala pada 20 V. Maka hasilnya akan akurat misal terbaca 3,76 Volt.
Jika menggunakan skala 2Volt akan muncul angka 1 (pertanda overload/melebihi skala)
Jika menggunakan skala 200 V akan terbaca hasilnya namun tidak akurat misal terbaca : 3,6 V atau 3,7 V saja (1 digit dibelakang koma)
Jika menggunakan 750 V bisa saja terbaca namun hasilnya akan terbaca 3 atau 4 volt (Dibulatkan langsung tanpa koma)
Jika kabel terbalik maka hasilnya akan tetap muncul, namun tanda negatif di depan hasilnya. Beda dengan Multimeter Analog. Jika kabel terbalik jarum akan mentok ke kiri.
NB : Jika multimeter ada tombol DH= Data Hold. Jika ditekan
maka hasilnya akan freeze dan bisa dicatat hasilnya.
Menggunakan Multimeter sebagai Ohmmeter :
1.
Perhatikan object yang
akan diukur. (Resistor, hambatan jalur, dll)
2.
Perhatikan skala
pengukuran pada Ohmmeter
3.
200 artinya akan mengukur
hambatan yang nilainya max 200 Ohm
4.
2K artinya akan mengukur
hambatan yang nilainya max 2000 Ohm
5.
20K artinya akan mengukur
hambatan yang nilainya max 20.000 Ohm
6.
200K artinya akan
mengukur hambatan yang nilainya max 200.000 Ohm
7.
2M artinya akan mengukur
hambatan yang nilainya max 2.000.000 Ohm ( 2 Mega Ohm)
Bila tidak tahu besaran nilai yang mau diukur, dianjurkan
pilih skala tengah misalkan skala 20K. Lalu lakukanlah pengukuran.
Jika hasilnya 1 (overload) maka naikkan skala
Jika hasilnya digit dibelakang koma kurang akurat, maka
turunkan skala.
Contoh pembacaan hasil :
Pada skala 2K hasilnya adalah 1,76 itu artinya hambatan yang
terukur adalah 1,76K Ohm
Pada skala 2K hasilnya adalah 0,378 itu artinya hambatan yang
terukur adalah 0,378K Ohm atau sama dengan 378 Ohm (1Kilo Ohm= 1000 Ohm)
Pada skala 20K hasilnya adalah 1, artinya object yg mau
diukur melebihi skala 20K, maka naikkan skala menjadi 200K, hasilnya menjadi
38,78 itu artinya hambatan yang terukur adalah sebesar 38,78 KOhm
Pada pengukuran tegangan PLN, maka skala dipindahkan ke
bagian AC Volt (~) lalu skala ke 750 Volt maka hasil yang akan muncul misalnya
adalah 216 artinya tegangan PLN tersebut adalah sebesar 216 Volt.
Jika memakai skala 200 maka hasilnya akan sebesar 1 di layar
itu adalah pertanda overload alias melebihi skala 200 Volt tersebut.
Menggunakan Multimeter sebagai pengukur kapasitas
Kondensator :
Kondensator (capasitor) adalah suatu alat yang dapat
menyimpan energi di dalam medan listrik dengan cara mengumpulkan
ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kondensator memiliki satuan
yang disebut Farad, ditemukan oleh Michael Faraday (1791-1867). Kondensator kini juga
dikenal sebagai “kapasitor”, namun kata “kondensator” masih dipakai hingga saat
ini. Pertama disebut oleh Alessandro Volta seorang ilmuwan Italia pada tahun
1782 (dari bahasa Italia “condensatore”), berkenaan dengan kemampuan alat untuk
menyimpan suatu muatan listrik yang tinggi dibanding komponen lainnya.
Kebanyakan bahasa dan negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris masih
mengacu pada perkataan bahasa Italia “condensatore”, seperti bahasa Perancis
“condensateur”, Indonesia dan Jerman “kondensator”, Spanyol menggunakan kata
“condensador”.
Kondensator diidentikkan mempunyai 2 kaki dan 2 kutub yaitu
kutub positif dan kutub negatif serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya
berbentuk tabung.
Lambang Kondensator (mempunyai kutub positif dan negatif)
pada skema elektronika.
Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilainya
kapasitasnya lebih rendah, tidak mempunyai kutub positif atau kutub negatif
pada kakinya, kebanyakan bebentuk bulat pipih berwarna coklat , merah, hijau
dan lainnya seperti tablet atau kancing baju yang sering disebut dengan nama
kapasitor (capasitor).
Lambang kapasitor tidak mempunyai kutub pada skema
elektronika namun kebiasaan dan kondisi serta artikulasi bahasa setiap negara
tergantung pada masyarakat yang lebih sering menyebutkannya. Kini kebiasaan
orang tersebut hanya menyebutkan salah satu nama yang paling dominan digunakan
atau lebih sering didengar. Pada masa kini, kondensator sering disebut
kapasitor ataupun pada ilmu elektronika disingkat dengan huruf (C).
Satuan dalam kondensator disebut Farad. 1 Farad = 9 x 1011
cm² yang artinya luas permukaan kepingan tersebut menjadi 1 Farad sama dengan
106 mikroFarad (µF), jadi
1 µF = 9 x 105 cm².
Satuan-satuan cm² jarang sekali dipergunakan karena kurang
praktis, satuan yang banyak digunakan adalah :
1 Farad = 1.000.000 µF (mikro Farad)
1 µF = 1.000.000 pF (piko Farad)
1 µF = 1.000 nF (nano Farad)
1 nF = 1.000 pF (piko Farad)
1 pf = 1.000 µµF (mikro-mikro Farad)
1 µF = 1.000.000 pF (piko Farad)
1 µF = 1.000 nF (nano Farad)
1 nF = 1.000 pF (piko Farad)
1 pf = 1.000 µµF (mikro-mikro Farad)
Langkah
Pengukuran :
Pilih Skala bagian F dan pilih skala yang sesuai maka nilai yang tampil adalah nilai kapasitas kondensator tersebut dengan satuan Farad atau Mikro Farad (10 pangkat -6)
atau Nano Farad (10 pangkat -9) atau Piko Farad (10 pangkat -12).
Pilih Skala bagian F dan pilih skala yang sesuai maka nilai yang tampil adalah nilai kapasitas kondensator tersebut dengan satuan Farad atau Mikro Farad (10 pangkat -6)
atau Nano Farad (10 pangkat -9) atau Piko Farad (10 pangkat -12).
Menggunakan
Multimeter Digital sebagai pengukur jalur (Kontinuitas) :
1.
Pilih Skala Buzzer, yg
ada icon Sound atau LED nya. Jika kabel tester merah dan hitam ditempelkan
langsung, maka multimeter akan berbunyi pertanda jalur ok tanpa hambatan
(<50 o:p="" ohm="">50>
2.
Pilih object pengukuran.
Misal akan mengukur jalur POWER ON dari IC UEM kaki P7 ke switch On off maka
tempel salah satu kabel (bebas yang mana saja) ke kaki Switch On Off, satu lagi
ke kaki IC UEM P7 atau capasitor terdekatnya. Jika berbunyi maka pertanda jalur
bagus dan terhubung. Jika tidak berbunyi maka bisa dipastikan jalur sudah putus
dan harus dijumper.
Menggunakan
Multimeter Digital sebagai pengukur arus rangkaian :
Pindahkan kabel merah ke 20A dan kabel hitam di ground.
Dipilih lobang 20 A karena kita akan mengukur arus sebesar >0,2 Ampere.
sumber :
http://www.kaskus.us/showpost.php?p=449893409&postcount=1 &
http://www.kaskus.us/showpost.php?p=449894085&postcount=2
pradiptadevie
Just another WordPress.com site
Cara Kerja Multimeter Analog
dan Digital
on March 22, 2012
MENGUKUR
TEGANGAN AC DENGAN MULTIMETER (part3)
V. MENGUKUR TEGANGAN AC
Gunakan alas kaki kering terbuat dari bahan isolator sebagai pengaman minimal jika terjadi kejutan listrik. Ini perlu dilakukan bila dilakukan pengukuran tegangan AC yang dianggap besar. Sebelum melakukan pengukuran tegangan hendaknya kita sudah bisa memperkirakan berapa besar tegangan yang akan diukur, ini digunakan sebagai acuan menentukan Batas Ukur yang harus digunakan. Pemilihan batas ukur yang tepat hendaknya harus lebih tinggi dari tegangan yang diukur
contoh : untuk pengukuran tegangan PLN, diketahui jenis tegangan-nya adalah AC dan besar tegangan adalah 220 VAC, sehingga batas ukur yang harus digunakan adalah 250 atau 1000. Jika tidak diketahui nilai tegangan yang akan diukur, pilih batas ukur tertinggi.
Gunakan alas kaki kering terbuat dari bahan isolator sebagai pengaman minimal jika terjadi kejutan listrik. Ini perlu dilakukan bila dilakukan pengukuran tegangan AC yang dianggap besar. Sebelum melakukan pengukuran tegangan hendaknya kita sudah bisa memperkirakan berapa besar tegangan yang akan diukur, ini digunakan sebagai acuan menentukan Batas Ukur yang harus digunakan. Pemilihan batas ukur yang tepat hendaknya harus lebih tinggi dari tegangan yang diukur
contoh : untuk pengukuran tegangan PLN, diketahui jenis tegangan-nya adalah AC dan besar tegangan adalah 220 VAC, sehingga batas ukur yang harus digunakan adalah 250 atau 1000. Jika tidak diketahui nilai tegangan yang akan diukur, pilih batas ukur tertinggi.
Cara
awal :
-Colokan probe merah pada terminal (+), dan probe hitam pada terminal (-) pada multimeter.
-Menentukan Batas Ukur pengukuran. Karena tegangan PLN secara teori adalah 220VAC maka kita arahkan selektor pada bagian VAC dengan Batas Ukur 250 atau 1000 (ingat Batas Ukur dipilih lebih besar dari pada tegangan yang akan diukur). Untuk pembahasan kita kali ini kita akan menggunakan Batas Ukur 250.
-Dalam pengukuran tegangan AC posisi penempatan probe bisa bolak-balik.
-Hubungkan kedua ujung probe (colokan) multimeter masing-masing pada dua kutub jalur tegangan PLN misalnya stop kontak.
-Colokan probe merah pada terminal (+), dan probe hitam pada terminal (-) pada multimeter.
-Menentukan Batas Ukur pengukuran. Karena tegangan PLN secara teori adalah 220VAC maka kita arahkan selektor pada bagian VAC dengan Batas Ukur 250 atau 1000 (ingat Batas Ukur dipilih lebih besar dari pada tegangan yang akan diukur). Untuk pembahasan kita kali ini kita akan menggunakan Batas Ukur 250.
-Dalam pengukuran tegangan AC posisi penempatan probe bisa bolak-balik.
-Hubungkan kedua ujung probe (colokan) multimeter masing-masing pada dua kutub jalur tegangan PLN misalnya stop kontak.
-Perhatikan
saat melakukan pengukuran, jangan sampai ujung probe merah dan hitam saling
bersentuhan, karena akan menyebabkan korsleting.
-Dari pengukuran tersebut diperoleh penunjukan jarum sebagai berikut.
-Dari pengukuran tersebut diperoleh penunjukan jarum sebagai berikut.
-menentukan
pembacaan hasil ukur, rumus yang digunakan tidak berbeda saat kita menghitung
hasil ukur tegangan DC.
BU
= Batas Ukur
SM = Skala maksimum yang dipakai
JP = Jarum Penunjuk
VAC = Tegangan terukur
SM = Skala maksimum yang dipakai
JP = Jarum Penunjuk
VAC = Tegangan terukur
Pada
pengukuran kita di atas Batas Ukur yang digunakan adalah 250 Vc dan Skala
Maksimum yang digunakan 250, serta penunjukan jarum pada angka 200 lebih 4
kolom kecil yang mana masing kolom bernilai 5 sehingga bila kita jumlah
menunjuk angka 220. dari data tersebut maka diketahui BU=250, SM=250 dan
JP=220.
sehingga tinggal kita masukan ke rumus diatas sbb:
Vac = (250/250) 220
Vac = 220
Untuk penerapan pengukuran yang lain kita lakukan hal yang sama misalnya output trafo step down yang merupakan tegangan AC. Untuk mengukurnya tentukan batas ukur terlebih dahulu dengan mengacu pekiraan nilai yang tertera pada trafo tersebut. Kemudian sentuhkan ujung probe multimeter ke masing-masing terminal outpu trafo yang akan diukur. Tentu saja terminal trafo primer trafo harus terhubung tengangan PLN.
sehingga tinggal kita masukan ke rumus diatas sbb:
Vac = (250/250) 220
Vac = 220
Untuk penerapan pengukuran yang lain kita lakukan hal yang sama misalnya output trafo step down yang merupakan tegangan AC. Untuk mengukurnya tentukan batas ukur terlebih dahulu dengan mengacu pekiraan nilai yang tertera pada trafo tersebut. Kemudian sentuhkan ujung probe multimeter ke masing-masing terminal outpu trafo yang akan diukur. Tentu saja terminal trafo primer trafo harus terhubung tengangan PLN.
Cara mengukur
tegangan :
Hubungkan
hitam ujung (negatif -) ke 0V, normalnya terminal negatif batteray atau catu
daya. merah ujung (positif +) titik dimana anda menginginkan mengukur tegangan.
Pembacaan skala
analog :
Perhatikan penempatan sakelar jangkah ukur pilih skala yang sesuai. Untuk beberapa jangkah ukur anda perlu mengalikan atau membagi 10 atau 100 seperti ditunjukan pembacaan dibawah ini. Untuk jangkah ukur teganagn AC gunakan tanda merah sebab calibrasi skala sedikit geser.
Contoh pembacaan skala ditunjukan pada:
- Jangkah ukur DC 10V: 4.4V (baca langsung skala 0-10 )
- Jangkah ukur DC 50V: 22V (baca langsung skala 0-50 )
- Jangkah ukur DC 25mA : 11mA (baca 0-250 dan bagi dengan 10)
- Jangkah ukur AC 10V : 4.45V (gunakan skala merah, baca 0-10)
Rumus :
Perhatikan penempatan sakelar jangkah ukur pilih skala yang sesuai. Untuk beberapa jangkah ukur anda perlu mengalikan atau membagi 10 atau 100 seperti ditunjukan pembacaan dibawah ini. Untuk jangkah ukur teganagn AC gunakan tanda merah sebab calibrasi skala sedikit geser.
Contoh pembacaan skala ditunjukan pada:
- Jangkah ukur DC 10V: 4.4V (baca langsung skala 0-10 )
- Jangkah ukur DC 50V: 22V (baca langsung skala 0-50 )
- Jangkah ukur DC 25mA : 11mA (baca 0-250 dan bagi dengan 10)
- Jangkah ukur AC 10V : 4.45V (gunakan skala merah, baca 0-10)
Rumus :
Cara menghitung :
Misalnya Batas Ukur yang digunakan 10 VDC dengan Skala Maksimum 10 VDC dan jarum diatas menunjuk pada angka 4 lebih 2 kolom kecil masing-masing kolom kecil bernilai 0,2 karena antara angka 4 dan 5(tidak tertulis), terbagi jadi (5 kolom kecil) Sehingga JP=4,4
- VDC = (BU/SM)JP
=(10/10)4,4
Misalnya Batas Ukur yang digunakan 10 VDC dengan Skala Maksimum 10 VDC dan jarum diatas menunjuk pada angka 4 lebih 2 kolom kecil masing-masing kolom kecil bernilai 0,2 karena antara angka 4 dan 5(tidak tertulis), terbagi jadi (5 kolom kecil) Sehingga JP=4,4
- VDC = (BU/SM)JP
=(10/10)4,4
MULTIMETER
Banyak
sekali istilah yang digunakan untuk menyebut alat ini, ada yang menyebut Avometer karena merujuk kegunaanya dari
satuan yang digunakan Ampere, Volt dan Ohm. Multimeter dari kata Multi (banyak) dan Meter (dikonotasikan
sebagai alat ukur). Multitester dari
kata Multi (banyak) dan tester (alat untuk menguji).
Sebelum kita menggunakanya alangkah baiknya bila kita mengenal panel, terminal, dan fasilitas yang dimiliki alat ukur elktronika ini.
Sebelum kita menggunakanya alangkah baiknya bila kita mengenal panel, terminal, dan fasilitas yang dimiliki alat ukur elktronika ini.
I.
BATAS UKUR (BU) pada Multimeter seperti berikut ini.
Batas Ukur merupakan Nilai maksimal yang bisa diukur oleh multimeter
Batas Ukur merupakan Nilai maksimal yang bisa diukur oleh multimeter
1.
Paling kiri atas merupakan
blok selektor DC Volt. Ini merupakan blok selektor yang harus kita pilih saat
melakukan pengukuran tegangan DC. Perlu diingat Ini merupakan Batas Ukur (BU)
yang harus kita perhatikan saat akan melakukan pengukuran. Bila diketahui
perkiraan nilai tegangan yang akan diukur maka Batas Ukur yang harus dipilih
harus berada diatas nilai perkiraan tersebut. Sebagai contoh bila kita akan
mengukur tegangan pada suatu rangkaian yang memiliki nilai tertera pada PCB
tersebut 9 volt DC maka kita boleh menggunakan batas ukur 10 volt DC.
2.
Paling kiri atas merupakan
blok selektor AC Volt. Ini merupakan blok selektor yang harus kita pilih saat
melakukan pengukuran tegangan AC. Demikian juga untuk pengukuran teganganAC
Batas Ukur yang harus dipilih harus berada diatas nilai perkiraan tersebut
tegangan AC tersebut. Contoh Bila akan mengukur tegangan Jala-jala PLN seperti
kita ketahui nilai tegangan PLN berkisar antara 220 Volt AC maka harus dipilih
batas ukur 250 volt AC.
3.
Bawah kanan tertulis satuan
Ohm untuk mengukur resistansi, ini tidak terlalu kritik atau beresiko bila
salah memilih selektor. Hanya akan berpengaruh pada ketelitian dan cara kita
menghitung nilai resistansi terukur.
4.
Kiri bawah tertulis DC mA
yang digunakan untuk mengukur Arus DC. Arus yang terukur maksimal 250 milli
Ampere DC. penggunaan batasn ukur harus diatas nilai arus perkiraan yang ada
pada rangkaian.
5.
Bila tidak diketahui
perkiraan nilai tegangan gunakan batas ukur yang paling besar (bisa 1000 VoltDC
atau 1000 VoltAC). Demikian juga untuk arus DC gunakan skala batas ukur
tertinggi. Yang paling penting pada pengukuran arus dan tegangan DC polaritas
colokan (probe) jangan terbalik. Kutup (-) terhubung colokan hitam dan (+)
terhubung colokan merah.
6.
Bila dalam pengukuran terjadi
kesalahan batas ukur ataupun polaritas colokan terbalik sebaiknya cepat-cepat
kita tarik colokan dari titik ukur yang kita lakukan. Hal ini pada multimeter
analog beresiko terhadap rusaknya alat ukur kita meskipun dalam multimeter
terdapat sekring pengaman.
II.
SKALA MAKSIMUM
Skala Maksimum (SM) merupakan batas nilai tertinggi pada panel meter
Skala Maksimum (SM) merupakan batas nilai tertinggi pada panel meter
1.
Pada Skala Maksimum paling
atas merupakan skala yang dibaca saat mengukur resistansi. Perlu diingat bahwa
penunjukan jarum pada simpangan paling ujung kanan merupakan nilai resistansi
paling kecil. Sedang pada simpangan paling kiri untuk atau jarum (bergerak
sedikit) mengindikasikan nilai resistansi paling besar. Karena nilai skala
resistansi (ohm) paling kiri memiliki angka paling besar, sedangkan paling
kanan nilainya nol.
2.
Pada gambar di bawah ini
diperjelas untuk Skala Maksimum pengukuran arus, tegangan AC ataupun DC.
Pada
gambar diatas ada tiga nilai yang umumnya dipakai pada multimeter analog yaitu
skala maksimum 10, 50, dan 250.
III. MENGUKUR
RESISTANSI
1. Letakan
selektor atau batas ukur (BU) resistansi yang paling sesuai. Pilih batas ukur
resistansi sehingga mendekati tengah skala. Sebagai contoh: dengan skala yang
ditunjukkan dibawah dengan resistansi sekitar 50kohm pilih × 1kohm range.
2. Hubungkan
kedua ujung probe (colokan) jadi satu. Bila jarum belum bisa menunjuk skala
pada titik nol putar ohm ADJ sampai jarum menunjukan nol (ingat skala 0 bagian
kanan!). jika tidak dapat diatur ke titik nol maka batteray didalam meter perlu
diganti.
3. Cara
menghitung nilai resistansi yang terukur :
R = BU X JP
R =
resistansi yang terukur (ohm)§
BU = Batas Ukur yang digunakan§
JP = Penunjukan Jarum pada skala§
BU = Batas Ukur yang digunakan§
JP = Penunjukan Jarum pada skala§
sehingga pada contoh diatas dapat kita hitung
resistansi yang terukur memiliki nilai :
• BU = x 1K
• JP = menunjuk pada angka 50 ohm
terhitung :
• R = 1K x 50
• R = 50K ohm
• BU = x 1K
• JP = menunjuk pada angka 50 ohm
terhitung :
• R = 1K x 50
• R = 50K ohm
1. Cara Menggunakan Multimeter
Analog
1)
Untuk memulai setiap
pengukuran, hendaknya jarum menunjukkan angka nol apabila kedua penjoloknya
dihubungkan. Putarlah penala mekanik apabila jarum belum tepat
pada angka nol (0).
2)
Putarlah sakelar pemilih ke
arah besaran yang akan diukur, misalnya ke arah DC mA apabila akan mengukur
arus DC, ke arah AC V untuk mengukur tegangan AC, dan ke arah DC V untuk
mengukur tegangan DC.
3)
Untuk mengukur tahanan
(resistor), sakelar pemilih diarahkan ke sekala ohm dan nolkan dahulu dengan
menggabungkan probe positif dan negatif. Apabila belum menunjukkan angka nol
cocokkan dengan memutar ADJ Ohm.
4)
Sambungkan penjolok warna
merah ke jolok positif dan penjolok warna hidam ke jolok negatif.
5)
Untuk pengukuran besaran DC,
jangan sampai terbalik kutub positif dan negatifnya karena bisa menyebabkan
alat ukurnya rusak.
2. Cara Menggunakan Multimeter
Digital
Cara menggunakannya sama dengan multimeter analog, hanya lebih sederhana dan lebih cermat dalam penunjukan hasil ukurannya karena menggunakan display 4 digit sehingga mudah membaca dan memakainya.
- Putar sakelar pemilih pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat ukur siap dipakai.
- Hubungkan probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah disambungkan dengan alat ukur.
- Catat angka yang tertera pada multimeter digital.
- Penyambungan probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya terpasang terbalik karena display dapat memberitahu.
Cara menggunakannya sama dengan multimeter analog, hanya lebih sederhana dan lebih cermat dalam penunjukan hasil ukurannya karena menggunakan display 4 digit sehingga mudah membaca dan memakainya.
- Putar sakelar pemilih pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat ukur siap dipakai.
- Hubungkan probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah disambungkan dengan alat ukur.
- Catat angka yang tertera pada multimeter digital.
- Penyambungan probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya terpasang terbalik karena display dapat memberitahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar