Posisi Strategis Kaum Wanita
Oleh Affanoer
Membaca surat-surat dalam al Qur�n, terdapat satu surat yang diberi
nama An-Nisa�
yang artinya perempuan. Tidak ada surat dalam al Qur�n yang diberi nama ar Rijal atau
laki-laki. Saya menangkap bahwa pemberian nama an-Nisa� dalam surat al Qur�n itu, menunjukkan betapa penting
posisi perempuan dalam kehidupan keluarga, bangsa, dan bahkan kehidupan secara
keseluruhan.
Menurut apa yang pernah saya baca, dalam sejarah ada dua wanita yang menggambarkan sebagai penentu peradaban manusia, yaitu isteri Fir�un dan isteri Nabi Luth. Dalam sejarahnya, kedua perempuan ini memiliki karakter yang sangat berbeda, isteri Faraun adalah perempuan shalehah, sedangkan isteri Nabi Luth adalah wanita Thalehah.
Perbedaan yang sangat kontras juga mengenai suaminya masing-masing. Fairaun dikenal sebagai laki-laki yang sangat tidak baik, seorang raja yang mengaku sebagai tuhan. Ia sangat congkak dan sombong, penindas rakyat. Hal yang sangat berlawanan dengan itu, adalah Nabi Luth. Ia adalah seorang rasul atau utusan Tuhan, bertugas mengenalkan ke Esaan Tuhan dan akhlak mulia.
Kisah ke dua tokoh manusia yang berbeda karakternya ini, tentu seharusnya menjadi pelajaran penting bagi kehidupan manusia generasi setelahnya. Fir�un yang sedemikian jahat, memerintahkan membunuh semua anak laki-laki, hanya ketakutan kalau-kalau muncul orang yang akan menjadi musuhnya. Namun karena ia memiliki isteri yang baik, atau shalihah, maka Musa pun menjadi selamat. Demikian pula sebaliknya, Nabi Luth yang sedemikian shalehnya, tetapi oleh karena memiliki isteri yang thalehah atau jahat, maka seluruh keluarga dan bahkan ummatnya menjadi rusak semuanya.
Kisah tersebut menganggambarkan betapa peran wanita atau isteri dalam keluarga dan bahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Lewat kisah tersebut maka dapat dirasakan dengan jelas, Tuhan menunjukkan bahwa peran wanita dan isteri sedemikian strategis dalam membangun akhlak mulia bagi keluarga dan bahkan masyarakat pada umumnya. Masyarakat akan menjadi baik manakala isteri atau wanita-wanitanya baik dan begitu pula sebaliknya.
Peran strategis posisi wanita juga dijelaskan dalam beberapa hadits nabi, di antaranya mengatakan bahwa, sorga berada di bawah telapak kaki ibu. Maka artinya, bahwa seorang wanita atau ibu berpotensi dan bahkan menjadi kekuatan penentu untuk mengantarkan putra-putrinya menjadi mulia, yaitu sebagai anak yang beriman, beramal saleh, dan berakhlakul karimah, hingga akhirnya masuk surga.
Selain itu, masih dalam hadits nabi, disebutkan bahwa, wanita atau kaum ibu adalah bagaikan madrasah atau sekolah. Manakala madrasah itu baik, maka murid-muridnya akan menjadi baik, dan akan melahirkan lulusan yang baik pula. Anak shaleh dan shalihah hanya akan lahir dari lembaga pendidikan yang baik. Sedangkan seorang ibu atau wanita diibaratkan sebagai lembaga pendidikan yang akan melahirkan generasi setelahnya.
Membaca adanya satu nama surat dalam al Qur�n, yakni an-Nisa�, kisah kehidupan Fir�un dan Nabi Luth, serta beberapa hadits nabi tersebut maka dengan sangat jelas menggambarkan bahwa posisi wanita atau kaum ibu dalam keluarga sangat strategis. Wanita menjadi penentu kehidupan keluarga dan bahkan masyarakat.
Oleh karena itu, jika pada akhir-akhir ini muncul berbagai gerakan gender yang bertujuan agar kaum ibu atau wanita menjadi berdaya dan bahkan memiliki kekuatan yang kokoh dalam membangun akhlak generasi penerus, maka perlu didukung dan diapresiasi. Adanya wanita yang kuat dan gigih dalam menegakkan akhlak mulia adalah merupakan kunci tegaknya keluarga dan masyarakat.
Hari kelahiran RA.Kartini yang diperingati sekarang ini, semestinya dijadikan momentum untuk mengingatkan kembali terhadap posisi strategis kaum perempuan. Kisah isteri Fir�un dan isteri Nabi Luth dijadikan pelajaran penting betapa posisi strategis kaum perempuan. Demikian pula, bangsa Indonesia adalah sangat beruntung, memiliki sejarah RA Kartini, seorang perempuan yang berjuang untuk menjadikan kaumnya meraih posisi terhormat.
Perempuan dalam dunia yang semakin modern dan terbuka ini, seharusnya memang menempati posisi sebagai kekuatan untuk membangun akhlak yang mulia, obor dan tuntunan keluarga, masyarakat, dan bahkan bangsa secara keseluruhan. Sebaliknya, bukan memposisikan diri dan bangga tatkala sebatas menjadi tontonan atau hiburan. Wallahu a�lam.
Menurut apa yang pernah saya baca, dalam sejarah ada dua wanita yang menggambarkan sebagai penentu peradaban manusia, yaitu isteri Fir�un dan isteri Nabi Luth. Dalam sejarahnya, kedua perempuan ini memiliki karakter yang sangat berbeda, isteri Faraun adalah perempuan shalehah, sedangkan isteri Nabi Luth adalah wanita Thalehah.
Perbedaan yang sangat kontras juga mengenai suaminya masing-masing. Fairaun dikenal sebagai laki-laki yang sangat tidak baik, seorang raja yang mengaku sebagai tuhan. Ia sangat congkak dan sombong, penindas rakyat. Hal yang sangat berlawanan dengan itu, adalah Nabi Luth. Ia adalah seorang rasul atau utusan Tuhan, bertugas mengenalkan ke Esaan Tuhan dan akhlak mulia.
Kisah ke dua tokoh manusia yang berbeda karakternya ini, tentu seharusnya menjadi pelajaran penting bagi kehidupan manusia generasi setelahnya. Fir�un yang sedemikian jahat, memerintahkan membunuh semua anak laki-laki, hanya ketakutan kalau-kalau muncul orang yang akan menjadi musuhnya. Namun karena ia memiliki isteri yang baik, atau shalihah, maka Musa pun menjadi selamat. Demikian pula sebaliknya, Nabi Luth yang sedemikian shalehnya, tetapi oleh karena memiliki isteri yang thalehah atau jahat, maka seluruh keluarga dan bahkan ummatnya menjadi rusak semuanya.
Kisah tersebut menganggambarkan betapa peran wanita atau isteri dalam keluarga dan bahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Lewat kisah tersebut maka dapat dirasakan dengan jelas, Tuhan menunjukkan bahwa peran wanita dan isteri sedemikian strategis dalam membangun akhlak mulia bagi keluarga dan bahkan masyarakat pada umumnya. Masyarakat akan menjadi baik manakala isteri atau wanita-wanitanya baik dan begitu pula sebaliknya.
Peran strategis posisi wanita juga dijelaskan dalam beberapa hadits nabi, di antaranya mengatakan bahwa, sorga berada di bawah telapak kaki ibu. Maka artinya, bahwa seorang wanita atau ibu berpotensi dan bahkan menjadi kekuatan penentu untuk mengantarkan putra-putrinya menjadi mulia, yaitu sebagai anak yang beriman, beramal saleh, dan berakhlakul karimah, hingga akhirnya masuk surga.
Selain itu, masih dalam hadits nabi, disebutkan bahwa, wanita atau kaum ibu adalah bagaikan madrasah atau sekolah. Manakala madrasah itu baik, maka murid-muridnya akan menjadi baik, dan akan melahirkan lulusan yang baik pula. Anak shaleh dan shalihah hanya akan lahir dari lembaga pendidikan yang baik. Sedangkan seorang ibu atau wanita diibaratkan sebagai lembaga pendidikan yang akan melahirkan generasi setelahnya.
Membaca adanya satu nama surat dalam al Qur�n, yakni an-Nisa�, kisah kehidupan Fir�un dan Nabi Luth, serta beberapa hadits nabi tersebut maka dengan sangat jelas menggambarkan bahwa posisi wanita atau kaum ibu dalam keluarga sangat strategis. Wanita menjadi penentu kehidupan keluarga dan bahkan masyarakat.
Oleh karena itu, jika pada akhir-akhir ini muncul berbagai gerakan gender yang bertujuan agar kaum ibu atau wanita menjadi berdaya dan bahkan memiliki kekuatan yang kokoh dalam membangun akhlak generasi penerus, maka perlu didukung dan diapresiasi. Adanya wanita yang kuat dan gigih dalam menegakkan akhlak mulia adalah merupakan kunci tegaknya keluarga dan masyarakat.
Hari kelahiran RA.Kartini yang diperingati sekarang ini, semestinya dijadikan momentum untuk mengingatkan kembali terhadap posisi strategis kaum perempuan. Kisah isteri Fir�un dan isteri Nabi Luth dijadikan pelajaran penting betapa posisi strategis kaum perempuan. Demikian pula, bangsa Indonesia adalah sangat beruntung, memiliki sejarah RA Kartini, seorang perempuan yang berjuang untuk menjadikan kaumnya meraih posisi terhormat.
Perempuan dalam dunia yang semakin modern dan terbuka ini, seharusnya memang menempati posisi sebagai kekuatan untuk membangun akhlak yang mulia, obor dan tuntunan keluarga, masyarakat, dan bahkan bangsa secara keseluruhan. Sebaliknya, bukan memposisikan diri dan bangga tatkala sebatas menjadi tontonan atau hiburan. Wallahu a�lam.
6 komentar
Mukhlis Puntir
Berbicara wanita dalam posisi
kehidupannya sangat penting dan strategis. Dalam Islam memang ada sebuah ayat
'arrijalu qauwamuna 'alan nisak' tetapi ayat tersebut bukan semata-mata posisi
wanita dalam dunia karir sebagai obyek yang diatur tapi posisi sebagai ibu
rumah tangga yang bertanggung jawab hak dan kewajibannya, sedangkan seorang
bapak (suami) sebagai kepala keluarga juga bertanggung jawab sesuai hak dan
kewajibannya. Kembali kepada peran wanita sebagai profesi (karir) juga sangat
menentukan dan tidak ada larangan apabila menjadi kepala negara dan seterusnya
dalam urusan duniawi atau muamalah serta dalam hidup sosial. Wanita (ibu)
pendidik pertama dikeluarga bagi anak, wanita (ibu) adalah surga ditelapak
kakinya menunjukkan tempat kedamaian serta kasih sayang, wanita (ibu) adalah
tiang negara juga menggambarkan betapa penting posisi wanita dalam ikut
menentukan kemakmuran dan kemajuan negara. Oleh karena itulah wanita yang
berkarya (karir) hendaklah menjaga diri martabat dan kehormannya sebagai wanita
sholikah, baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai wanita karir. Kaum hawa
(wanita) harus ingat dan merenungi hadits Nabi Muhammad Saw 'addunya mata'un
wakhoiru mata'ihal maratus sholihati' (dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik
perhiasan adalah wanita shaliha). Wanita yang baik dalam Islam maupun dalam
hidup di Indonesia harus menunjukkan sikap yang santun sesuai adat ketimuran
dan berpakaian yang rapi, tidak mengundang nafsu syahwat kalau dilihat, apalagi
mampu menutup aurat sesuai ajaran Islam. Dengan semangat 'Kartini' sosok
pahlawan wanita Indonesia dalam memperjuangkan hak dan kewajiban seperti
laki-laki tapi tidak boleh melupakan kodratnya sebagai wanita. Jangan jadi
wanita dijajah secara tidak langsung sebagai wanita penghibur, jangan menjadi
wanita iklan yang menunjukkan erotisnya, serta jangan menjadi wanita peran
penyanyi yang mengandalkan goyangannya, bintang sinetron dan film layar yang
menjadi kurban nafsu lelaki dalam peranannya. Wallahul a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar