INFO PROFIL

Foto saya
JENTREK ROJOIMO WONOSOBO, jawa tengah indonesia, Indonesia
Ya Allah jadikan kami manusia yang bisa keluar dari belenggu “kemunafikan”. Bimbing kami untuk tidak mengoreksi orang lain sebelum diri ini terkoreksi ya Rabb. Jadikan kami manusia yang jujur dan tidak pernah membohongi diri sendiri apalagi orang lain. kepadaMulah kami berserah ya Allah, kepadaMulah kami bermohon karena tanpa kehendakMu kami tidak bisa berbuat apa-apa Affannur Jentrek rojoimo wonosobo . lahir13 Agustus 1989

Jumat, 13 April 2012

Posisi Strategis Kaum Wanita Oleh Affanoer



Posisi Strategis Kaum Wanita
Oleh Affanoer

Membaca surat-surat dalam al Qurn, terdapat satu surat yang diberi nama An-Nisa yang artinya perempuan. Tidak ada surat dalam al Qurn yang diberi nama ar Rijal atau laki-laki. Saya menangkap bahwa pemberian nama an-Nisa dalam surat al Qurn itu, menunjukkan betapa penting posisi perempuan dalam kehidupan keluarga, bangsa, dan bahkan kehidupan secara keseluruhan.

Menurut apa yang pernah saya baca, dalam sejarah ada dua wanita yang menggambarkan sebagai penentu peradaban manusia, yaitu isteri Fir
un dan isteri Nabi Luth. Dalam sejarahnya, kedua perempuan ini memiliki karakter yang sangat berbeda, isteri Faraun adalah perempuan shalehah, sedangkan isteri Nabi Luth adalah wanita Thalehah.

Perbedaan yang sangat kontras juga mengenai suaminya masing-masing. Fairaun dikenal sebagai laki-laki yang sangat tidak baik, seorang raja yang mengaku sebagai tuhan. Ia sangat congkak dan sombong, penindas rakyat. Hal yang sangat berlawanan dengan itu, adalah Nabi Luth. Ia adalah seorang rasul atau utusan Tuhan, bertugas mengenalkan ke Esaan Tuhan dan akhlak mulia.

Kisah ke dua tokoh manusia yang berbeda karakternya ini, tentu seharusnya menjadi pelajaran penting bagi kehidupan manusia generasi setelahnya. Fir
un yang sedemikian jahat, memerintahkan membunuh semua anak laki-laki, hanya ketakutan kalau-kalau muncul orang yang akan menjadi musuhnya. Namun karena ia memiliki isteri yang baik, atau shalihah, maka Musa pun menjadi selamat. Demikian pula sebaliknya, Nabi Luth yang sedemikian shalehnya, tetapi oleh karena memiliki isteri yang thalehah atau jahat, maka seluruh keluarga dan bahkan ummatnya menjadi rusak semuanya.

Kisah tersebut menganggambarkan betapa peran wanita atau isteri dalam keluarga dan bahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Lewat kisah tersebut maka dapat dirasakan dengan jelas, Tuhan menunjukkan bahwa peran wanita dan isteri sedemikian strategis dalam membangun akhlak mulia bagi keluarga dan bahkan masyarakat pada umumnya. Masyarakat akan menjadi baik manakala isteri atau wanita-wanitanya baik dan begitu pula sebaliknya.

Peran strategis posisi wanita juga dijelaskan dalam beberapa hadits nabi, di antaranya mengatakan bahwa, sorga berada di bawah telapak kaki ibu. Maka artinya, bahwa seorang wanita atau ibu berpotensi dan bahkan menjadi kekuatan penentu untuk mengantarkan putra-putrinya menjadi mulia, yaitu sebagai anak yang beriman, beramal saleh, dan berakhlakul karimah, hingga akhirnya masuk surga.

Selain itu, masih dalam hadits nabi, disebutkan bahwa, wanita atau kaum ibu adalah bagaikan madrasah atau sekolah. Manakala madrasah itu baik, maka murid-muridnya akan menjadi baik, dan akan melahirkan lulusan yang baik pula. Anak shaleh dan shalihah hanya akan lahir dari lembaga pendidikan yang baik. Sedangkan seorang ibu atau wanita diibaratkan sebagai lembaga pendidikan yang akan melahirkan generasi setelahnya.

Membaca adanya satu nama surat dalam al Qur
n, yakni an-Nisa, kisah kehidupan Firun dan Nabi Luth, serta beberapa hadits nabi tersebut maka dengan sangat jelas menggambarkan bahwa posisi wanita atau kaum ibu dalam keluarga sangat strategis. Wanita menjadi penentu kehidupan keluarga dan bahkan masyarakat.

Oleh karena itu, jika pada akhir-akhir ini muncul berbagai gerakan gender yang bertujuan agar kaum ibu atau wanita menjadi berdaya dan bahkan memiliki kekuatan yang kokoh dalam membangun akhlak generasi penerus, maka perlu didukung dan diapresiasi. Adanya wanita yang kuat dan gigih dalam menegakkan akhlak mulia adalah merupakan kunci tegaknya keluarga dan masyarakat.

Hari kelahiran RA.Kartini yang diperingati sekarang ini, semestinya dijadikan momentum untuk mengingatkan kembali terhadap posisi strategis kaum perempuan. Kisah isteri Fir
un dan isteri Nabi Luth dijadikan pelajaran penting betapa posisi strategis kaum perempuan. Demikian pula, bangsa Indonesia adalah sangat beruntung, memiliki sejarah RA Kartini, seorang perempuan yang berjuang untuk menjadikan kaumnya meraih posisi terhormat.

Perempuan dalam dunia yang semakin modern dan terbuka ini, seharusnya memang menempati posisi sebagai kekuatan untuk membangun akhlak yang mulia, obor dan tuntunan keluarga, masyarakat, dan bahkan bangsa secara keseluruhan. Sebaliknya, bukan memposisikan diri dan bangga tatkala sebatas menjadi tontonan atau hiburan. Wallahu a
lam.

6 komentar

Mukhlis Puntir
Berbicara wanita dalam posisi kehidupannya sangat penting dan strategis. Dalam Islam memang ada sebuah ayat 'arrijalu qauwamuna 'alan nisak' tetapi ayat tersebut bukan semata-mata posisi wanita dalam dunia karir sebagai obyek yang diatur tapi posisi sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab hak dan kewajibannya, sedangkan seorang bapak (suami) sebagai kepala keluarga juga bertanggung jawab sesuai hak dan kewajibannya. Kembali kepada peran wanita sebagai profesi (karir) juga sangat menentukan dan tidak ada larangan apabila menjadi kepala negara dan seterusnya dalam urusan duniawi atau muamalah serta dalam hidup sosial. Wanita (ibu) pendidik pertama dikeluarga bagi anak, wanita (ibu) adalah surga ditelapak kakinya menunjukkan tempat kedamaian serta kasih sayang, wanita (ibu) adalah tiang negara juga menggambarkan betapa penting posisi wanita dalam ikut menentukan kemakmuran dan kemajuan negara. Oleh karena itulah wanita yang berkarya (karir) hendaklah menjaga diri martabat dan kehormannya sebagai wanita sholikah, baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai wanita karir. Kaum hawa (wanita) harus ingat dan merenungi hadits Nabi Muhammad Saw 'addunya mata'un wakhoiru mata'ihal maratus sholihati' (dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shaliha). Wanita yang baik dalam Islam maupun dalam hidup di Indonesia harus menunjukkan sikap yang santun sesuai adat ketimuran dan berpakaian yang rapi, tidak mengundang nafsu syahwat kalau dilihat, apalagi mampu menutup aurat sesuai ajaran Islam. Dengan semangat 'Kartini' sosok pahlawan wanita Indonesia dalam memperjuangkan hak dan kewajiban seperti laki-laki tapi tidak boleh melupakan kodratnya sebagai wanita. Jangan jadi wanita dijajah secara tidak langsung sebagai wanita penghibur, jangan menjadi wanita iklan yang menunjukkan erotisnya, serta jangan menjadi wanita peran penyanyi yang mengandalkan goyangannya, bintang sinetron dan film layar yang menjadi kurban nafsu lelaki dalam peranannya. Wallahul a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar