INFO PROFIL

Foto saya
JENTREK ROJOIMO WONOSOBO, jawa tengah indonesia, Indonesia
Ya Allah jadikan kami manusia yang bisa keluar dari belenggu “kemunafikan”. Bimbing kami untuk tidak mengoreksi orang lain sebelum diri ini terkoreksi ya Rabb. Jadikan kami manusia yang jujur dan tidak pernah membohongi diri sendiri apalagi orang lain. kepadaMulah kami berserah ya Allah, kepadaMulah kami bermohon karena tanpa kehendakMu kami tidak bisa berbuat apa-apa Affannur Jentrek rojoimo wonosobo . lahir13 Agustus 1989

Sabtu, 07 April 2012

Akhlak dan Remaja


PENDAHULUAN
Akhlak dan Remaja
Oleh Affanoer

A.     Latar Belakang
Pembinaan Generasi Muda terjadi dalam semua lingkungan hidup, mulai dari keluarga, sekolah dan masyarakat.Pembinaan tersebut mencakup semua aspek, baik jasmani, rohani dan sosial, atau seperti yang dimaksud oleh tujuan pembangunan dalam GBHN, yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya. Pembinaan aspek rohani sangat penting karena ia mempengaruhi keseluruhan hidup, bahkan mempengaruhi perkem,bangan jasmani dan sosial juga.
      Faktor terpenting dalam aspek rohani adalah agama, yang masuk terjalin ke dalam struktur kepribadian, sehingga menjadi faktor penyerasi, penyeimbang dan penyelaras. Dalam kesempatan ini akan di bahas betapa pentingnya jiwa agama (psiko-religi) bagi kehidupan keluarga, pertumbuhan anak, perkembangan remaja dan kehidupan masyarakat, terutama dalam komplek perumahan instansi.

B.     Rumusan Masalah
a)      Peran agama dalam keluarga
b)      Agama dan pembinaan anak
c)      Agama dan pembinaan remaja





PEMBAHASAN

A.     Peranan Agama Dalam Keluarga
Setiap keluarga  dibentuk dengan suasana gembira, semua sanak saudara, karib-kerabat ikut bergembira dalam pesta perkawinan sepasang penganten yang akan membentuk keluarga baru.semua yang hadir ikut mendo’akan agar keluarga yang baru dibentuk itu hidup bahagia dan makmur sejahtera. Betapa riang dan gembiranya kedua mempelai menghadapi hidup yang akan datang, bahkan khayal dan angan-angan mereka melambung tinggi, seolah-olah dunia berada ditangan mereka, kebahagiaan serasa berkumpul pada mereka. Mereka tidak tahu bahwa kebahagiaan yang mereka rasakan ketika itu dapat pudar dan berkurang pada suatu ketika, apabila mereka tidak pandai memelihara dan menjaganya.Bahkan tidak jarang terjadi, keluarga itu menjadi pecah berantakan, yang kadang-kadang disertai oleh permusuhan dan dendam kesumat.
Disinilah letak pentingnya agama. Jiwa dan semangat agama lah yang akan menjadi benteng pertahanan yang kokoh, yang dapat melindungi keluarga dari mala petaka kehancuran, karena agamalah yang memberikan petunjuk-petunjuk yang tegas, yang tidak pernah berubah karena zaman, dan tidak pudar karena keadaan.
Dalam agama perkawinan itu mempunyai tujuan yang jelas dan mempunyai ketentuan-ketentuan yang harus dijaga dan dipatuhi oleh suami dan istri. Dalam islam misalnya, tujuan berkeluarga adalah untuk mencapai ketenangan dan kebahagiaan seperti tersebut dalam Al-qur’an surat Ar-rum ayat 21 sebagai berikut:
Artinya       : “dan diantara tanda-tanda kejuasaanNya (Allah), ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya; dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan saying. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
Ketenanagan, kebahagiaan yang penuh dengan rasa klasih dan sayang dalam kehidupan suami istri perlu dipertahankan sepanjang hayat dikandung badan, bahkan setelah matipun masih dikenang.hidup ini banyak godaan, sifatnya manusia tidak selamanya tetap. Kehidupan suami istri yang dimulai dengan kasih saying, dapat kembali menjadi benci dan dendam, kendatipun ada slogan menyatakan bahwa cinta itu hanya sekali, namun kenyataannya tidak selalu demikian, ada orang yang yang dapat mempertahankan cinta hanya sekali, namun tidak sedikit orang yang gagal mempertahankkan cintanya.  
Ditinjau dari psikologi, cinta dan benci itu berada di satu garis lurus, jika pada ujung yang satu cinta, maka pada ujung yang lainnya benci. Artinya apa yang sekarang sangat disayangi, suatu ketika mungkin sangat dibenci, dan apa yang kini dibenci boleh jadi pada suatu saat disayangi. Apa yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut? Jawabanya adalah “pengalaman”
Apabila pengalaman yang dilalui bersama itu menyanangkan, maka pengalaman itu akan memupuk dan menambah kesayangan, tapi jika pengalaman itu terjadi, tidak menyanangkan, maka hubungan kasih akan diganggu oleh pengalaman pahit tersebut. Apabila pengalaman yang tidak menyenagkan itu berulang kali terjadi, maka kasih sayang dapat berganti dengan antipati dan kebencian, sehingga kehidupan keluarga tidak dapat dipertahankan lagi, lalu pecah berantakan.Untuk menjaga dan memelihara agar pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam keluarga selalu yang dan menyenangkan, maka dalam ajaran agama diatur pa kewajiban masing-masing suami .

B.     Agama dan Pembinaan Anak
Dapat dikatakan bahwa pembinaan kepribadian anak mulai sejak dalam kandungan.Keadaan perasaan ibu yang sedang mengandung memepengaruhi janin yang dikandungnya. Ibu yang merasa bahagia dalam keluarga, serta mengharapkan kelahiran bayinya, akan merupakan wadah yang baik bagi pertumbuhan anaknya kelak. Unsur-unsur positif akan menyertai pertumbuhan kepribadian anaknya yang akan lahir nanti. Dan sebaliknya ibu yang gelisah, cemas dan tidak bahagia dalam keluarga akan memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan kepribadian janin yang dalam kandungannya. Keadaan akan bertambah buruk apabila ia tidak ingin mempunyai anak, maka anak itu akan lahir sebagai anak yang tidak diharapkan ibunya.
Hubungan suami istri pada masa istri mengandung, mudah menjadi goncang apabila kurang adanya pengertian dari kedua belah pihak, lebih-lebih lagi jika suami kurang memperhatikan perasaan istri yang mungkin berubah-ubah dalam masa hamil.Ketenangan dan kebahagiaan keluarga dapat dipupuk dan diciptakan apabila suami istri tersebut taat beragama.Nilai-nilai agama memberi kelegaan bagi jiwa mereka. Istri tidak akan cemas dan kuatir suaminya akan menyeleweng di luar rumah dan mereka sama-sama mengharapkan kelahiran bayi yang merupakan amanat Tuhan Yang Maha Esa pada mereka.
Setelah bayi lahir, sejak hari pertama ia mulai mendapat pengalaman, baik melalui pendengaran, penglihatan ataupun perlakuan yang diterimanya. Suara azan yang dibisikan di telinganya tidak lam asetelah ia lahir, diharapkan akan merupakan unsur positif pertama dialaminya setelah ia lahir.
Apabila dalam keluarga terdapat suasana keagamaan, dimana ibu dan bapak hidup penuh kasih sayang dan menjaga sopan santun, sikap dan tindakan sesuai dengan petunjuk agama, maka sejak lahir anak telah mendapat unsur-unsur positif melalui pengalaman yang dilihat dan di dengarnya dari kedua orang tuanya, bagi pertumbuhan kepribadianya, selanjutnya perlakuan orang tua yang lemah lembut, penuh kasih saying, disertai dengan kejujuran, keikhlasan dan keadilan yang dilandasi oleh ketaatan kapada agama, akan menambah kuatnya unsur-unsur positif dalam kepribadian anak.
Pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak pada tahun-tahun pertama dari umurnya, terjadi melalui percontohandan latihan praktis dari pihak orang tuanya, kemampuan bahasa anak masih sangat terbatas, pertumbuhan kecerdasannya belum mampu memahami hal-hal abstrak.
Jika dalam kehidupan keluarga, yang menonjol adalah ketenangn dan kebahagiaan, disertai dengan pengertian dan kemampuan mendidik anak, serta mentaati ajaran agama, maka bekal positif yang kuat dan sehat akan cukup banyak terdapat dalam kepribadian anak yang sedang tumbuh. Pembinaan akhlaq dan sopan santun dimalai dari kecil, melalui percontohan dan latihan, jika contoh yang diterima anak baik dan latihan serta pembiasaan bertingkah laku secara baik dilakukan dengan sadar dan bijaksana oleh kedua orang tua nya, maka modal pertama dalam pembinaan akhlaq dan sopan santunnya adalah unsur-unsur yang baik tersebut.
Lingkungan keluarga adalah pembinaan pertama da pertama dalam pembinaan kepribadian anak.Kemudian pada umur sekolah pertumbuhan anak dipengaruhi pula oleh guru. Guru dan suasana dalam lingkungan sekolah merupakan merupakan lingkungan kedua yang dapat mempengaruhi pembinaan anak. Suasana yang ideal bagi pertumbuhan kepribadian anak adalah, adalah adanya kesamaan sikap orang tua dan guru dalam pembinaan anak. Guru yang mampudan bijaksana serta mempunyai kepribadian yang kuat dan baik, akan dapat memperbaiki pendidikan yang salah yang di dapat anak dalam keluarga. Dan sebaliknya guru dan lingkungan sekolah yang tidak baik dapat pula merusak, bahkan menghancurkan apa yang didapat anak dirumah dalam keluarganya.
Umur diantara enam tahun dan dua belas tahun, adalah umur pertumbuhan kecerdasan cepat, sehinggan si anak sering berkhayal dan senang sekali kepada cerita-ceruta, terutama yang dapat menjawab angan-angan dan khayalannya.Pertumbuhan sikap sosial, berkelompok dan bermain dengan teman-teman sebaya, sangat disenangi oleh anak-anak yang sedang bertumbuh itu.Disini pengaruh teman mulai besar terhadap anak.Kalau teman-temanya baik, bertingkah laku sopan dan suka mengikuti kegiatan keagamaan. Demikian pula sebaliknya anak yang ikut dalam kelompok teman yang jauh dari agama, akan menjauh pula dari agama.
Umur sekolah dasar adalah umur yang sangat perlu pembiasaan dan latihan kehidupan sesuai dengan nilai-nilai moral, terutama nilai agama, karena setelah itu anak akan memasuki usia yang paling berat menghadapinya, yaitu usia remaja, yang dimulai kira-kira pada umur tiga belas tahun. Jika si anak telah terbiasa bersikap dan berkelakuan sesuai dengan nilai-nilai moral yang absolut (yaitu agama) maka ia akan dapat memanfaatkannya dalam kehidupannya pada masa remaja yang goncang itu.
Dari luar, remaja menghadapi sikap dan perlakuan orang tua, yang sering kali tidak menyenangkan baginya, karena orang tua basanya kurang menyadari bahwa anaknya tidak kecil lagi dan sedang menghadapi berbagai persoalan yang tidak mudah penyelesaiannya.Ia diperlakukan seperti anak-anak diumur sekolah dasar. Dan ada pula orang tua yang mempunyai persangkaan bahwa pertumbuha mental dan moral anak berjalan serentak, bersama-sama dengan pertumbuhan jasmani, sehingga mereka dianggap telah dewasa, mampu mengendalikan dirinya dan dapat bersikap dan bertingkah laku matang dan dewasa, apabila harapan itu tidak tercapai, maka mereka dicela dan dikecam. Kedua macam  perlakuan dan tanggapan orang tua terhadap anakyang telah berada pada usia remaja pertama itu, tidak menunjang pertumbuhan nya. Maka hubungan anak dan orang tua menjadi retak, bahkan mungkin terjadi putus, apabila oramg tua otoriter suka memerintah dan memperlakukannya dengan keras.

C.     Agama dan Pembinaan Remaja
Ditinjau dari segi perkembangan kejiwaan, masa remaja dapat dikatakan berada pada diantara umur tiga belas tahun dan dua puluh satu tahun.Pertumbuhan terjadi di segala bidang, sehingga remaja terpaksa melakukan penyesuaian diri terhadap pertumbuhan yang kadang-kadang cepat, tidak serasi, tidak seimbang dan tidak difahaminya. Ketika si anak memasuki usia tiga belas tahun, ia mulai menghadapi berbagai faktor yang menggoncangkan, baik dari dalam dirinya sendiri, maupun dari luar. Dari dalam ia mengalami pertumbuhan jasmani yang sangat cepat dan tidak berjalan serasi antara bagian-bagian tubuhnya. Jasmaninya bertumbuh memenjang cepat sekali, sehingga si anak kelihatan tinggi kurus dan tampak lemah.Beberapa anggota bertumbuh lebih cepat dari pada bagian lainnya, misalnya kaki, tangan dan hidung. Keserasian gerak berkurang sehingga ia mudah jatuh atau menjatuhkan benda yang dipegangnya, hidungnya tampak kurang seimbang dengan mukanya dengan suaranya menjadi  kurang menarik. Pertumbuhan jasmani cepat seperti itu berlangsung kira-kira sampai umur enambelas tahun.
Pertumbuhan jasmani yang terjadi dari luar (anggota tubuh yang tampak), disertai oleh pertumbuhan organ sexs, disamping menghilangnya kelenjar kanak-kanak, berganti dengan kelenjar yang mengandung hormone sexs, biasanya ditandai dengan datang bulan (haid) pertama bagi wanita dan mimpi pada pria. Pertumbuhan jasmani, baik diluar ataupun didalam itu, menimbulkan berbagai gejala yang menggelisahkan pada remaja, misalnya remaja cemasmelihat pertumbuhan dirinya yang tidak seimbang, ia takut jangan-jangn rupanya akan tetap tidak serasi dan tidak seimbang. Disamping itu dia mulai tertarik pada laean jenisnya. Dorongan seks mulai bekerja, namun ia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.
Akan sengsara dan kebingunganlah remaja yang tidak mempunyai bekal pengertian akan dirinya dan tidak mengenal agama dalam arti praktis dan riil. Sebabnya adalah karena semua faktor yang menggoncangkan, yang timbul dari dalam dirinya sendiri tidak difahami dan dia tidak berlatih menggunakan agama dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya pada usia antara 13-16 tahun itu, anak remaja tidak tersinggung, tapi mudah pula mengucapkan kata-kata yang tidak sopan. Karena itu pada umur-umur ini, remaja perlu mendapat perhatian khusus, agar ia tidak tersesat menghadapi gejolak yang timbul dalam dirinya yang terjadi tanpa prosedur.
Apabila remaja itu tidak mempunyai bekal pengertia dan keterampilan beragama, kemampuan untuk berdo’a dan bermohon serta mengadu kepada Tuhan tidak ada, maka kegoncangan jiwanya itu akan dihadapkannya keluar (ia menjadi nakal) atau kedalam (ia menjadi pendiam atau terganggu kejiwaannya). Kedua-duanya merusak hari depannya dan membelokannya dari cita-cita semula.
Pertumbuhan kepribadian adalah yang terakhir terjadi pad masa remaja terakhir (17-21) tahun. Pertumbuhan kecerdasan (IQ) dapat dikatakan telah mencapai kesempurnaannya  pada umur 16 athun, kecuali anak-anak yang mempunyai kecerdasan istimewa, pertumbuhan kecerdasannya mungkin berlanjut sampai umur delapan belas tahun, pertumbuhan jasmani juga mencapai puncak keserasiaanya pada umur 17 tahun. Dengan selesainya pertumbuhan kecerdasan, berarti si remaja telah mampu berfikir logis dan dapat memahami hal-hal yang abstrak dari kenyataan yang dilihat atau di dengar dan dialaminaya. Ini berarti bahwa remaja tidak dapat lagi menerima sesuatu pendapat yang tidak masuk akal, dan tidak mau lagi di perintah dan di suruh dan dilarang tanpa alas an yang dapat difahaminya. Akibatnya boleh jadi ia menjadio tidak patuh dan kurang mau mengindahkan nasehat orang tua atau guru, jika nasehat itu tidak masuk akalnya.
Jika pertumbuhan jasmani telah mencapai kesempurnaannya pad umur 17 tahun, sebenarnya dari segi seks, ia telah mencapai kematangan pada umur empat belas setengah tahun itu. Akibat kematangan seksual dan jasmani  tersebut, remaja semakin condong untuk bergaul dengan teman lawan jenisnya, bahkan ada yang condong untuk melakukan hubungan seks untuk memenuhi dorongan tersebut.
Setelah umur tujuh belas tahun mereka lalui, pertumbuhanm yang belum selesai adalah pertumbuhan kepribadian dan sosial.Pertumbuhan kepribadian dan sosial yang terpenting disini adalah nyata diri dan merasa bahwa dirinya berharga dan berguna. Karena itu tidak jarang remaja pada umur tujuh belas tahun itu, tiba-tiba berubah sikap dari terbuka menjadi pendiam  dan tertutup, memencilakan diri dari kelompok teman-temannya, apabila ia merasa dirinya kurang. Atau sebaliknya ia menjadi terbuka secara berlebih-lebihan, mengikuti arus teman-temanya, melakukan hal-hal yang selama ini dihindarinya, karena ia ingin merasa diterima dalam kelompok teman-temannya.
Kesetia kawanan antara remaja itu tinggi, sampai-sampai mereka mau berkorban untuk kepentingan teman-temannya.Yang kadang-kadang sampai menentang orang tua dan gurunya.
Perhatian terhadap kepentingan masyarakat tinggi, mereka kecewa melihat keadaan masyarakat yang tidak mampu, dan prihatin terhadap masyarakat lemah dan tidak berdaya. Kendatipun demikian, kelakuan mereka belum tentu menunjukan sikap yang baik karena kemampuan untuk mengendalikan diri, emosi, dorongan dan angan-angan masih terbatas, apa lagi kalau mereka tidak mempunyai keimanan dan keyakinan beragama yang kuat, yang dapat menjadi pengendali dan pengawas bagi kelakuan mereka sendiri. Dalam usia remaja tersebut berkecamuk berbagai dorongan dan perasaan, akibat pertumbuhan jasmani dan kecerdasan yang telah mendekati kesempurnaanya. Apabila remaja pada usia tersebut belum mempunyai pengalaman keagamaan yang cukup dan belum mencapai keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi pegangan dan tempat mengeluh dan meminta tolong untuk mengatasi segala persoalan yang berkecamuk dalam dirinya, dan untuk membantunya dalam mengendalikan diri menghadapi dorongan-dorongan yang bertentangan dengan nilai-nilai moral dan ketentuan agama, maka remaja tersebut mungkin akan mudah diombang-ambingkan oleh keadaan luar yang tampak menarik dan membawanya kepada kesesatan, perbuatan salah, kepercayaan akan hal-hal khurafat atau kebatinan menyimpang.
Jika remaja yang telah berada pada masa terakhir dari pertumbuhan tersebut terlanjur melakukan perbuatan salah, atau keyakinan menyimpang, boleh jadi mereka akan semakin menjauh dari agama, atau mungkin sampai kepada tidak mempercayai lagi kekuasaan dan keadilan Tuhan, bahkan berakhir dengan tidak percaya kepada Tuhan.
Kitu berubahlah dia menjadi seorang yang tidak percaya kepada adanya Tuhan Yang Maha Esa (atheis) dan anti agama. Dan selanjutnya ia melepaskan diri dari keyakinan beragama dan nilai-nilai moral yang bersumber kepada agama.
Keadaan akan bertambah gawat, apabila disekolah mereka tidak mendapatkan pendidikan agama yang cukup dan tepat, sehingga kecerdasan dan ketrampilan mereka berkembang tanpa dihubungkan dengan agama. Apalagi jika guru-guru dan suasana sekolah tidak membantu pengembangan jiwa agama. Dari sini mereka akan mengembangkan diri kearah yang tidak seimbang dan tidak serasi, dimana kecerdasan dan pengetahuan berkembang pesat, tapi segi kejiwaan yang lain yaitu segi kerohaniah yang menjadi penyeimbang dan penyelaras tertinggal di belakang. Keadaan yang pincang tersebut menyebabkan mereka sukar atau tidak mampu mengendalikan diri dalam menghadapi berbagai masalah, sehingga mereka mudah melonjak marah, agresif, berkelahi atau tenggelam dalam obat-obat penenang atau narkotik.
Dengan demikian akan sulitlah mengharapkan diri mereka, hari depan yang baik dan semangat juang yang tangguh, karena perkembangan jiwa mereka tidak stabil dan tidak seimbang. Dan selanjutnya kita akan kehilangan sumber daya manusia yang sangat penting untuk pembangunan.





KESIMPULAN

Dari uraian ini, bahwa faktor-faktor yang merupakan masalah dalam proses pembinaan generasi muda cukup banyak dan terdapat dalam semua lingkungan hidup mulai sejak lahir bahkan dalam kandungan sampai kepada umur dewasa muda (pemuda). Dan yang sangat penting adalah generasi muda itu sendiri, sebagai orang yang akan dididik dan di bina, yang mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat pertumbuhan dari dalam, baik pertumbuhan jasmani, rohani dan sosial, yang berbeda dari satu tahap umur kepada thap lainnya.





DAFTAR PUSTAKA

Drajat, Zakiyah, Pembinaan Remaja, Jakarta : Bulan Bintang, 1982

Alqur’an dan Terjemahannya.1997. Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penafsir Al-Qur’an

R.R.I. dalam Rangka Penyuluhan Oleh Badan Koordinasi Pelaksana Inpres No. 6 tahun 1971(bakolak)

www.google.com













PEMBINAAN REMAJA DAN PSIKO-RELIGI



Disusun sebagai tugas untuk mengikuti Ujian Akhir Semester mata kuliah psikologi keluarga sakinah yang di ampu oleh Bapak Soekarjo M.Ag








Oleh: Affanoer




Tidak ada komentar:

Posting Komentar