TUGAS
MAKALAH
Teknologi Dan
Hubungannya Dengan Metodologi Pembelajaran
Disususno
oleh
Affanoer Unsiq
BAB II
KAJIAN
2.1
Teknologi Dan
Hubungannya Dengan Metodologi Pembelajaran
Kata Teknoligi seriing dipahami oleh orang awam
sebagai sesuatu yang berupa mesin atau hal-hal yang berkaitan dengan
permesinan, namun sesungguhnya teknologi pendidikan memiliki makna yang lebih
luas,karena teknologi pendidikan merupakan perpaduan dari unsure manusia,
mesin, ide, prosedur, dan pengelolaanya kemudian pengertian tersebut akan lebih
jelas dengan pengertian bahwa pada hakikatnya teknologi adalah penerapan dari
ilmu atau pengetahuan lain yang terorganisir ke dalam tugas-tugas praktis.
Keberadaan Teknologi harus sebagai upaya untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari masalah, sebab teknologi
lahir dan dikembangkan untuk memecahkan permasalahanyang dihadapi oleh manusia.
Berkaitan dengan hal tersebut,maka teknologi pendidikan juga dapat dipandang
sebagai suatu proses. Sebagai suatu produk teknologi pendidikan mudah dipahami
karena sifatnya lebih konkrit seperti radio, televisi , proyektor, OHP dan
sebagainya.
Sebagai sebuah proses teknologi
pendidikan bersifat abstrak. Dalam hal ini teknologi pendididkan bias dipahami sebagai sesuatu
proses yang kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide,
peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk
mengatasi permasalahan, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah
tersebut yang mencangkup semua aspek belajar manusia. Sejalan dengan hal
tersebut, maka lahirnya teknologi pendidikan lahir dari adanya permasalahan
dalam pendidikan. Permasalahn pendidikan yang mencuat saat ini, meliputi
pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu / kualitas,
relevansi, dan efisiensi pendidikan. Permasalahn serius yang masih dirasakn
oleh pendidikan mulai dari pendidikan dasr hingga pendidikan tinggi adalah
masalah kualitas, tentu saja ini dapat dipecahkan melalui pendekatan teknologi
pendidikan.
Terdapat tiga prinsip dasar dalam teknologi
pendidikan sebagai acuan dalam pengembangan dan pemanfaatanya, yaitu :
Pendekatan system, Berorientasi pada siswa,dan Pemanfaatannya sumber belajar.
Prinsip pendekatan system
berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran perlu didesain /
perancangan dengan menggunakan pendekatan system. Dalam merancang pembelajaran
diperlukan langkah-langkah procedural meliputi : Identifikasi masalah, Analisis
keadaan, Identifikasi tujuan, Pengelolaan pembelajarn, Penetapan metode,
Penetapan media evaluasi pembelajaran. Prinsip berorientasi pada siswa berarti
bahwa dalam pembelajaran hendaknya memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan
memperhatikan karakteristik, minat, potensi dari siswa. Prinsip pemanfaatan
sumber belajar berarti dalam pembelajaran siswa hendaknya dapat memnfaatkan
sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan .
Satu hal lagi bahwa teknologi pendidikan adalah satu bidang yang menekankan
pada aspek belajar siswa. Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam satu
kegiatan pendidikan adalah bagaimana siswa dapat belajar, dengan cara
mengidentifikasi, mengembangkan, mengorganisasi, serta menggunakan segala macam
sumber belajar. Dengan demikian upaya pemecahan masalah dalam pendekatan
teknologi pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber belajar. Hal ini
sesuai dengan ditandai dengan pengubahan istilah dari teknologi pendidikan menjadi
teknologi pembelajaran. Dalam definisi teknologi pembelajaran dinyatakan bahwa
“ Teknologi pendidikan adalah teori dan praktek dalam hal desain dan
pengembanggan.
2.2 Peran
Teknologi Informasi Dalam Pendidikan
Menurut Resnick (2002) ada tiga
hal penting yang harus dipikirkan ulang terkait dengan modernisasi pendidikan :
(1) Bagaimana kita belajar ( How people learn); (2) Apa yang kita pelajari (
What people learn); (3) Kapan dan dimana kita Belajar ( Where and when people
learn). Dengan mencermati jawaban atas ketiga pertanyaan ini, dan potensi TI
yang bisa dimanfaatkan seperti telah diuraikan sebelumnya, maka peran TI dalam
modernisasi pendidikan bangsa dapat dirumuskan.
Pertanyaan pertama, Bagaimana
kita belajar, terkait dengan metode atau model 3 pembelajaran. Cara berinteraksi
antara guru dengan siswa sangat menentukan model pembelajaran. Terkait dengan
ini, menurut Panen (2005), saat ini terjadi perubahan paradigma pembelajaran
terkait dengan ketergantungan terhadap guru dan peran guru dalam proses
pembelajaran. Proses pembelajaran seharusnya tidak 100% bergantung kepada guru
lagi ( Instructor dependent) tetepi lebih banyak terpusat kepada siswa (
Student-centerd learning) atau (instructot independent). Guru juga tidak lagi dijadikan
satu-satunya rujukan semua pengetahuan tetapi lebih sebagai fasilitator atau
konsulatan.
Peranan yang bias dilakukan TI
dalam model pembelajaran ini sangat jelas. Hadirnya e-learning dengan semua
variasi tingkatanya telah memfasilitasi perubahan ini. Secara umum, e-learning
dapat didefenisikan sebagi pembelajaran yang disampaikan melalui semua media
elektronik termasuk, internet, internet extranet, satelit, audio/video tape, Tv
interktif, dan CD ROM. Menurut Kirkpatrick (2001), e-learning telah mendorong
demokrasi pengajaran dan proses pembelajaran dengan memberikan kendali yang
lebih besar dalam pembelajaran kepada siswa. Hal ini sangat sesuai dengan
prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional seperti tercantum dalam Pasal 4
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyatakan bahwa “ Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagaman, nilai cultural, dan kemajemukan bangsa ”.
Secara umum, peranan
e-learning dalam proses pembelajaran dapat dikelompokan menjadi dua :
Komlementer dan substitusi. Yang pertama mengandaikan bahwa cara pembelajaran
dengan pertemuan tatap-muka masih berjalan tetapi ditambah dengan model
interaksi berbantuan TI, sedang yang kedua sebagain besar proses pembelajaran
dilakukan berbantuan TI. Saat ini, regulasi yang dikeluarkan pemerintah juga
telah memfasilitasi pemanfaatan e-learning sebagai substitusi proses
pembelajaran konvensional. Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
No.107/U/2001 dengan jelas membuka koridor untuk menyelenggarakan pendidikan
jarak kauh dimana e-learning dapat masuk memainkan peran.
2.3
Pengembangan Teknologi Sebagai Bahan Ajar
Bahan ajar pendidikan teknologi
dikembangkan atas dasar : (1) Pokok-pokok bahasan yang paling essensial dan representative untuk dijadikan objek belajar bagi pencapain tujuan
pendidikan, dan (2) Pokok bahasan, konsep, serta prinsip atau mode of inquery sebagai objek belajar yang memungkinkan
peserta didik dapat mengembangkan dan memiliki hubungan untuk berkembang,
mengandakan hubungan timbal balik dangan lingkungan, dan memanfaatkannya untuk
memecahkan masalah-masalah yang tidak teramalkan.
Atas dasar landasan pemikiran
tersebut, maka ruang lingkup kajian pendidikan teknologi yang dikembangkan
dapat mencakup sebagai berikut :
- Pilar teknologi, yaitu aspek-aspek yang diproses untuk menghasilkan sesuatu produk teknologi yang merupakan bahan ajar tentang materi/bahan, energi, dan informasi
- Domain teknologi, yaitu suatu fokus bahan kajian yang digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan bahan pelajaran yang terdiri atas :(1)teknologi dan masyarakat (berintikan teknologi untuk kehidupan sehari-hari,industri,profesi, dan lingkungan hidup) (2) produk teknologi dan sistem (berintikan bahan,energi, dan sistem),dan (3)perancangan dan pembuatan karya teknologi (berintikan gambar dan perancangan, pembuatan dan kaji ulang perancangan)
- Area teknologi, yaitu batas kawasan teknologi dalam program pendidikan teknologi, hal ini antara lain teknologi produksi, teknologi komunikasi, teknologi energi, dan bioteknologi
Teknologi dapat meningkatkan
kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk pendidikan dan
latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi.
Alisjahbana I. (1966) mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan dan pelatihan
nantinya akan bersifat “Saat itu juga (Just on Time)”.
Teknik pengajaran baru akan
bersifat dua arah, kolaboratif, dan inter-disipliner. Apapun
namanya, dalam era informasi, jarak fisik atau jarak geografis tidak lagi
menjadi faktor dalam hubungan antar manusia atau antar lembaga usaha, sehingga
jagad ini menjadi suatu dusun semesta atau “Global village”. Sehingga
sering kita dengar istilah “jarak sudah mati” atau “distance is dead”
Romiszowski & Mason (1996) memprediksi penggunaan “Computer-based
Multimedia Communication (CMC)” yang bersifat sinkron dan asinkron.
makin lama makin nyata kebenarannya. Dari ramalan dan pandangan para
cendikiawan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan masuknya pengaruh
globalisasi, pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat terbuka dan dua
arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja “saat
itu juga” dan kompetitif.
2.4 Fungsi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
pembelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
memilliki tiga fungsi utama yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu
(1) Teknologi berfungsi sebagai alat (tools),
dalam hal ini TIK digunakan sebagai alat bantu bagi pengguna (user)
atau siswa untuk membantu pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, mengolah
angka, membuat unsur grafis, membuat database, membuat program administratif
untuk siswa, guru dan staf, data kepegawaian, keungan dan sebagainya.(2) Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science).
Dalam hal ini teknologi sebagai bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai
oleh siswa. Misalnya teknologi komputer dipelajari oleh beberapa jurusan di
perguruan tinggi seperti informatika, manajemen informasi, ilmu komputer. dalam
pembelajaran di sekolah sesuai kurikulum 2006 terdapat mata pelajaran TIK
sebagai ilmu pengetahuan yang harus dikuasi siswa semua kompetensinya. (3) Teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu
untuk pembelajaran (literacy). dalam hal ini teknologi
dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk
menguasai sebuah kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini komputer telah
diprogram sedemikian rupa sehingga siswa dibimbing secara bertahap dengan
menggunakan prinsip pembelajaran tuntas untuk menguasai kompetensi. dalam hal
ini posisi teknologi tidak ubahnya sebagai
guru yang berfungsi sebagai : fasilitator, motivator, transmiter, dan
evaluator.
Disinilah peran dan fungsi teknologi informasi untuk
menghilangkan
berkembangnya sel dua, tiga dan empat berkembang di banyak institusi
pendidikan yaitu dengan cara:(1) Meminimalisir kelemahan internal dengan
mengadakan perkenalan teknologi informasi global dengan alat teknologi
informasi itu sendiri (radio, televisi, computer )(2) Mengembangkan teknologi
informasi menjangkau seluruh daerah dengan teknologi informasi itu sendiri
(Wireless Network connection, LAN ), dan (3) Pengembangan warga institusi
pendidikan menjadi masyarakat berbasis teknologi informasi agar dapat
terdampingan dengan teknologi informasi melalui alat-alat teknologi informasi.
Peran dan fungsi teknologi informasi dalam konteks
yang lebih luas, yaitu dalam manajemen dunia pendidikan, berdasar studi tentang
tujuan pemanfaatan TI di dunia pendidikan terkemuka di Amerika, Alavi dan
Gallupe (2003) menemukan beberapa tujuan pemanfaatan TI, yaitu (1) memperbaiki
competitive positioning; (2) meningkatkan brand image; (3) meningkatkan
kualitas pembelajaran dan pengajaran; (4) meningkatkan kepuasan siswa; (5)
meningkatkan pendapatan; (6) memperluas basis siswa; (7) meningkatkan kualitas
pelayanan; (8)mengurangi biaya operasi; dan (9) mengembangkan produk dan
layanan baru. Karenanya, tidak mengherankan jika saat ini banyak institusi
pendidikan di Indonesia yang berlombalomba berinvestasi dalam bidang TI untuk
memenangkan persaingan yang semakin ketat. Maka dari itu untuk memenangkan
pendidikan yang bermutu maka disolusikan untuk memposisikan institusi
pendidikan pada sel satu yaitu lingkungan peluang yang menguntungkan dan
kekuatan internal yang kuat.
2.5
Faktor-Faktor Pendukung Teknologi Informasi Dalam Pendidikan
Teknologi informasi yang
merupakan bahan pokok dari e-learning itu sendiri berperan dalam menciptakan
pelayanan yang cepat, akurat, teratur, akuntabel dan terpecaya.Dalam rangka
mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa factor yang mempengaruhi teknologi
informasi yaitu:(1)Infrastruktur (2)Sumber Daya Manusia (3)Kebijakan
(4)Finansial, dan (5)Konten dan Aplikasi.
Maksud dari faktor diatas
adalah agar teknologi informasi dapat berkembang dengan pesat ,pertama dibutuhkan
infrastruktur yang memungkinkan akses informasi di manapun dengan kecepatan
yang mencukupi. Kedua, faktor SDM menuntut ketersediaan human brain yang
menguasai teknologi tinggi. Ketiga, faktor kebijakan menuntut adanya kebijakan
berskala makro dan mikro yang berpihak pada pengembangan teknologi informasi
jangka panjang. Keempat, faktor finansial membutuhkan adanya sikap positif dari
bank dan lembaga keuangan lain untuk menyokong industri teknologi informasi.
Kelima, faktor konten dan aplikasi menuntut adanya informasi yang disampai pada
orang, tempat, dan waktu yang tepat serta ketersediaan aplikasi untuk
menyampaikan konten tersebut dengan nyaman pada penggunanya.
E-learning yang
merupakan salah satu produk teknologi informasi tentu juga memiliki faktor
pendukung dalam terciptanya pendidikan yang bermutu, adapun faktor-faktor
tersebut; Pertama, harus ada kebijakan sebagai payung yang antara lain mencakup
sistem pembiayaan dan arah pengembangan. Kedua, pengembangan isi atau materi,
misalnya kurikulum harus berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Dengan
demikian, nantinya yang dikembangkan tak sebatas operasional atau latihan
penggunaan komputer.Ketiga, persiapan tenaga pengajar, dan terakhir, penyediaan
perangkat kerasnya.
Perkembangan Teknologi
Informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai sampai
dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya
kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Dan
sekarang ini sedang semarak dengan berbagai huruf yang dimulai dengan awalan e
seperti e-commerce, e-government, e-education, e-library, e-journal,
e-medicine, e-laboratory, e-biodiversiiy, dan yang lainnya lagi yang
berbasis elektronika.
Bishop G. (1989) meramalkan
bahwa pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (flexible), terbuka,
dan dapat diakses oleh siapapun juga yang memerlukan tanpa pandang faktor
jenis, usia, maupun pengalaman pendidikan sebelumnya (Bishop G. 1989). Mason R.
(1994) berpendapat bahwa pendidikan mendatang akan lebih ditentukan informasi
interaktif, seperti CD-ROM Multimedia, dalam pendidikan secara bertahap
menggantikan TV dan Video. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam
bidang pendidikan, maka pada saat ini sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar
jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk menghubungkan antara siswa
dengan gurunya, melihat nilai siswa secara online, mengecek keuangan, melihat
jadwal pelajaran, mengirimkan berkas tugas yang diberikan guru dan sebagainya,
semuanya itu sudah dapat dilakukan.
2.6
Masalah Dan Hambatan Dalam Penggunaan Teknologi Informasi
Seperti teknologi lain yang
telah hadir ke muka bumi ini, TI juga hadir dengan dialektika. Selain membawa
banyak potensi manfaat, kehadiran TI juga dapat membawa masalah. Khususnya
Internet, penyebaran informasi yang tidak mungkin terkendalikan telah membuka
akses terhadap informasi yang tidak bermanfaat dan merusak moral. Karenanya,
penyiapan etika siswa juga perlu dilakukan. Etika yang terinternalinasi dalam
jiwa siswa adalah firewall terkuat dalam menghadang serangan informasi yang
tidak berguna.
Masalah lain yang muncul
terkait asimetri akses; akses yang tidak merata. Hal ini akan menjadikan
kesenjangan digital (digital divide) semakin lebar antara siswa atau
sekolah dengan dukungan sumberdaya yang kuat dengan siswa atau sekolah dengan
sumberdaya yang terbatas. Survei
yang dilakukan oleh penulis pada Mei 2005 di tiga kota/kabupaten di Propinsi DI
Yogyakarta terhadap 298 siswa dari 6 buah SMU yang berbeda menunjukkan bahwa
akses terhadap komputer dan Internet di daerah kota (i.e. Kota Yogyakarta) jauh
lebih baik dibandingkan dengan daerah pinggiran (i.e. Kabupaten Bantul dan
Gunungkidul). Jika hanya sekolah swasta yang dianalisis, kesenjangan ini
menjadi sangat tinggi. Akses siswa SMU swasta di Kota Yogyakarta terhadap
komputer dan Internet secara signifikan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
siswa SMU swasta di Kabupaten Bantul dan Gunungkidul. Minimal, hal ini
memberikan sinyal adanya kesenjangan digital antar kelompok dalam masyarakat,
baik dikategorikan menurut lokasi geografis maupun tingkat ekonomi.
Data Departemen Pendidikan Nasional menunjukkan
bahwa sebanyak 90% SMU dan 95% SMK telah memiliki komputer. Namun demikian,
kurang dari 25% SMU dan 10% SMK yang telah terhubungan dengan Internet
Mohandas, 2003). Di tingkat perguruan tinggi, data Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi – dalam Pannen (2005) – menunjukkan bahwa kesadaran dalam
pemanfaatan TI dalam proses pembelajaran masih sangat rendah. Analisis terhadap
proposal teaching grant, baru 29,69% yang memanfatkan media berbasis teknologi
komputer. Ketersedian media berbasis teknologi informasi juga masih terbatas.
Hanya 15,54% perguruan tinggi negeri (PTN) dan 16,09% perguruan tinggi swasta
(PTS) yang memiliki ketersediaan media berbasis teknologi informasi. Sekitar
16,65% mahasiswa dan 14,59% dosen yang mempunyai akses terhadap teknologi
informasi. Hasil survei yang melihat pemanfaatan TI pada tahun 2004 menunjukkan
bahwa baru 17,01% PTN, 15,44% PTS, 9,65% dosen, dan 16,17% mahasiswayang
memanfaatkan TI dengan baik. Secara keseluruhan statistik ini menunjukkan bahwa
adopsi TI dalam dunia pendidikan di Indonesia masih rendah (Mohandas, 2003).
Tulisan singkat ini dimaksudkan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan terkait dengan (a) bagaimana seharusnya kita memandang
TI, termasuk potensi apa yang ditawarkan oleh TI; dan (b) bagaimana peran TI
dalam modernisasi/reformasi pendidikan.Untuk masalah kesenjangan ini, semua
pihak (e.g. pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dunia pendidikan, dan
industri) dapat mulai memikirkan program untuk meningkatkan dan memeratakan
aksesterhadap teknologi informasi di dunia pendidikan. Program yang
difasilitasi oleh Sekolah2000 (www.sekolah2000.or.id) dengan membagikan
komputer layak pakai ke sekolah-sekolah adalah sebuah contoh menarik. Tentu
saja program seperti ini harus diikuti dengan penyiapan infrastruktur lain
seperti listrik dan
telepon. Pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan melek (literacy) TI juga
pintu masuk lain yang perlu dipikirkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap
potensi TI, yang pada akhirnya diharapkan meningkatkan kesadaran (awareness).
Tanpa awareness, pemanfaatan TI tidak optimal, dan yang lebih mengkhawatirkan
lagi sulit untuk berkelanjutan (sustainable). Dalah kaitan ini, program untuk
peningkatan awareness yang berkelanjutan seperti pendidikan berkelanjutan lewat
berbagai media (e.g. pelatihan konvensional dan media massa) dan lomba website
sekolah (seperti yang diadakan oleh Sekolah2000 setiap tahun) merupakan sebuah
alternatif yang perlu dipikirkan.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar