INFO PROFIL

Foto saya
JENTREK ROJOIMO WONOSOBO, jawa tengah indonesia, Indonesia
Ya Allah jadikan kami manusia yang bisa keluar dari belenggu “kemunafikan”. Bimbing kami untuk tidak mengoreksi orang lain sebelum diri ini terkoreksi ya Rabb. Jadikan kami manusia yang jujur dan tidak pernah membohongi diri sendiri apalagi orang lain. kepadaMulah kami berserah ya Allah, kepadaMulah kami bermohon karena tanpa kehendakMu kami tidak bisa berbuat apa-apa Affannur Jentrek rojoimo wonosobo . lahir13 Agustus 1989

Kamis, 03 Februari 2011

Tajwid ku




























Catatan Tajwid Sederhana nan Praktis 
Affannur 95@yahoo.co.id












































































ii


 



 
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam, Yang telah mengijinkan penyusun menyelesaikan catatan tajwid ini. Sesuai namanya, catatan ini menyuguhkan materi tajwid secara sederhana dan praktis. Sumber acuan utama catatan ini yaitu, bukuPedoman Membaca Al-Quran (Ilmu Tajwid)oleh Drs. H.


A. Nawawi Ali, Mutiara Sumber Widya (2002) dan software Holy Quran versi 6.2, Sakhr Software.


Catatan ini ditulis bermula dari keinginan penyusun sekedar merapikan catatan tajwidnya. Segala kekurangan disebabkan oleh kekurangan penyusun; semoga Allah swt melindungi pengguna catatan ini dari segala kekurangan yang disebabkan penyusun. Amin. Mudah-mudahan Allah swt menjadikan catatan ini bermanfaat bagi mereka yang belajar tajwid. Dengan bentuknya yang sederhana nan prak-tis diharapkan catatan ini juga dapat dipakai sebagai semacam 'quick reference'. Amin.





Bochum, September 2004


Imam Fachruddin


















iii












































































iv












Daftar Isi







1 Beberapa Hal Mengenai Huruf                                                                                                      1


1.1 Huruf Arab dan Tanda Baris . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .                                         1


1.1.1 Huruf Arab . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .                                              1


1.1.2 Tanda Baris . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .                                             2


1.2 Huruf Qalqalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .                                                4


1.3 Pengucapan Secara Tafkhiim atau Tarqiiq . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .                                  5


1.3.1 Huruf Isti`laa' . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .                                            5


1.3.2 Huruf Laam pada Kata Allaah (Laam Jalaalah) . . . . . . . . . . . . . . . .                            5


1.3.3 Huruf Raa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .                                             5



2 Beberapa Hukum Membaca                                                                                                           9


2.1 Cara Berhenti pada Akhir Kata . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .                                       9


2.2 Hukum Mim Bertasydid dan Nun Bertasydid; Ghunnah . . . . . . . . . . . . . . . . 10


2.3 Membaca Al (Alif Laam Ma`rifat) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10


2.4 Hukum Nun Mati dan Tanwiin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11


2.4.1 Iqlaab . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12


2.4.2 Izhhaar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12


2.4.3 Idghaam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13


2.4.4 Ikhfaa' . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16


2.5 Hukum Mim Mati . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17


2.5.1 Idghaam Mutamaatsilayn . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17


2.5.2 Ikhfaa' Syafawii . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18


v



2.5.3 Izhhaar Syafawii . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18


2.6 Idghaam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19


2.6.1 Idghaam Mutamaatsilayn . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19


2.6.2 Idghaam Mutajaanisayn dan Idghaam Mutaqaaribayn . . . . . . . . . . . . . 20



3 Memanjangkan Bunyi Sebuah Huruf (Mad)                                                                              23


3.1 Mad Thabii`i . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24


3.2 Mad Far`ii . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26


3.2.1 Mad Wajib Muttashil dan Mad Jaaiz Munfashil . . . . . . . . . . . . . . . . 26


3.2.2 Mad Jaaiz `Aaridh Lissukuun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27


3.2.3 Mad Laazim Kilmi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28


3.2.4 Mad Laazim Harfii . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29



4 Perhentian dalam membaca Al-Quran; Waqaf dan Ibtida                                                        33



5 Beberapa Hukum Membaca (Lanjutan)                                                                                      37


5.1 Jenis Hamzah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37


5.2 Tanwin Bertemu Hamzah Washal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41




























vi


                                   
Bab 1





Beberapa Hal Mengenai Huruf






1.1 Huruf Arab dan Tanda Baris



1.1.1 Huruf Arab



Lambang huruf Arab yaitu:
zaay      raa      dzaal daal            khaa haa           jiim       tsaa       taa        baa       alif
kaaf qaaf faa ghayn `ayn zhaa thaa dhaad shaad syiin siin
yaa waaw Haa nuun miim laam
alif maqshuurah taa marbuuthah hamzah laam-alif


digunakan lambang ` sedangkan untuk
Catatan: Dalam panduan ini untuk pengucapan huruf
huruf
dipakai lambang '.


1


            



       



 
Keterangan tentang 4 huruf terakhir
• Huruf
merupakan kombinasi dua huruf yaitu, huruf
• Huruf
ditulis secara:



berdiri sendiri,
di atas atau di bawah huruf
di atas huruf
tanpa dua titik di bawahnya (
(Ketentuan mengenai hal ini tidak dibahas di sini.)

• Huruf


dibaca seperti huruf

seperti huruf
bawah (dalam kotak).
1.1.2 Tanda Baris
hanya muncul di akhir kata. Jika membaca berhenti pada kata itu maka huruf tersebut
. Jika membaca tidak berhenti pada kata itu maka huruf tersebut dibaca
. Contoh dalam surat Al-Israa' ayat 39 di bawah (dalam elips).
yaitu huruf
yang ditulis seperti huruf
namun tanpa dua titik di bawahnya.


hanya muncul di akhir kata dan berfungsi sebagai tanda baca panjang, sebagaimana


juga bisa berfungsi seperti itu (lihat Bab 3). Contoh dalam surat Al-Israa' ayat 39 di














Surat Al-Israa' ayat 39








Semua huruf tersebut di atas merupakan konsonan. Bunyi vokal 'a', 'i', 'u' diberikan dengan menam-bahkan tanda baris di atas atau di bawah huruf sebagai berikut:


2


Text Box: Keterangan: 
• Fathah (  Text Box: Keterangan: 
• Fathatein (  Text Box: ) dan tasydid (
Keterangan:
• Tanda sukun (
• Tanda tasydid ( 

 
 



    



              
) untuk memberikan bunyi vokal 'a'.
• Kasrah (
) untuk memberikan bunyi vokal 'i'.
• Dhammah (
) untuk memberikan bunyi vokal 'u'.



Ada lagi tanda baris yang disebut tanwin untuk memberikan bunyi 'an', 'in', 'un' sebagai berikut:
) untuk memberikan bunyi 'an'.
• Kasratein (
) untuk memberikan bunyi 'in'.
• Dhammatein (
) untuk memberikan bunyi 'un'.



Berikutnya, tanda sukun (
). Keduanya diletakkan di atas huruf, contohnya:
) di atas sebuah huruf berarti bahwa huruf itu mati.
) di atas sebuah huruf berarti bahwa huruf itu dibaca secara dobel, contohnya
3


        



 



 
1.2 Huruf Qalqalah



Yang termasuk huruf qalqalah yaitu:
Apabila huruf qalqalah tersebut mati atau pada huruf qalqalah itu membaca berhenti maka huruf itu diucapkan seraya menambahkan semacam pantulan bunyi dari huruf itu sendiri di akhir pengucapan.


Kasus qalqalah ada dua yaitu, Qalqalah Sughraa dan Qalqalah Qubraa.


Pada kasus Qalqalah Sughraa huruf qalqalah itu memang mati (mati asli). Contoh dalam surat


Al-Qaari`ah ayat 3, surat Al-Fiil ayat 2:
Surat Al-Qaari`ah ayat 3                                             Surat Al-Fiil ayat 2




Pada kasus Qalqalah Qubraa huruf qalqalah itu menjadi mati karena membaca berhenti pada huruf itu. Di sini pemantulan bunyi dilahirkan lebih jelas lagi. Contoh dalam surat Al-Lahab ayat 1, surat Yunus ayat 35:
Surat Al-Lahab ayat 1
Surat Yunus ayat 35



4


Text Box: ), contohnya: 
5                 



     
1.3 Pengucapan Secara Tafkhiim atau Tarqiiq



Ada huruf-huruf atau keadaan-keadaan yang di situ suatu huruf diucapkan secara tafkhiim (tebal/berat) atau tarqiiq (tipis/ringan).




1.3.1 Huruf Isti`laa'



Tujuh huruf di bawah ini disebut huruf Isti`laa' dan harus selalu diucapkan secara tebal.
1.3.2 Huruf Laam pada Kata Allaah (Laam Jalaalah)



Ada dua cara mengucapkan huruf
tipis. Huruf


atau 'u' (baris dhammah
pada kata
(laam jalaalah) yaitu, secara tebal dan secara
itu diucapkan secara tebal jika didahului oleh bunyi vokal 'a' (baris fathah
). Contoh dalam surat Asy-Syuuraa' ayat 24 di bawah (dalam kotak ).

itu diucapkan secara tipis jika didahului oleh bunyi vokal 'i' (baris kasrah
Sebaliknya, huruf


Contoh dalam surat Asy-Syuuraa' ayat 24 di bawah (dalam lingkaran).
Surat Asy-Syuuraa' ayat 24




1.3.3 Huruf Raa
Dalam beberapa keadaan huruf
diucapkan secara tebal, sementara dalam keadaan lain secara tipis.
Huruf
diucapkan secara tebal jika:
1. berbaris fathah (
) atau dhammah (



Text Box: ), contohnya:         



 



 



     
Surat Al-Insyiqaaq ayat 22                              Surat Al-Insyiqaaq ayat 2
2. mati sesudah bunyi vokal 'a' (baris



) atau 'u' (baris
), contohnya:

Surat Al-Buruuj ayat 21                                   Surat Al-Insyiqaaq ayat 3




termasuk juga mati karena membaca berhenti, seperti:
Surat Al-Kawtsar ayat 3
Surat Al-An`aam ayat 73
Surat Al-An`aam ayat 135

3. mati sesudah bunyi vokal 'i' (baris
(sebagian ahli tajwid memasukkan juga baris
) asli dan berikutnya bertemu huruf Isti`laa' berbaris
6






 



     



   



  



   



 
Surat Al-Fajr ayat 14



4. mati sesudah bunyi vokal 'i' (baris
da kata perintah atau
washal karena,
) tidak asli, yaitu yang terdapat pada hamzah (
itu hilang (diabaikan) pada saat membaca tidak



berhenti melainkan diteruskan (washal). Contoh:
Surat Al-Fajr ayat 28
Huruf
diucapkan secara tipis jika:
1. berbaris kasrah (
), contohnya:
Surat Al-Ghaasyiyah ayat 15




2. mati sesudah bunyi vokal 'i' (baris


tohnya:
) asli dan berikutnya tidak bertemu huruf Isti`laa', con-
Surat Al-Fajr ayat 10

3. membaca berhenti pada suatu kata sehingga huruf
pada akhir kata itu dimatikan atau kebe-

tulan memang mati dan sebelum berhenti ada bunyai vokal 'i' (baris
), contohnya:
Surat Al-An`aam ayat 18


7


   
Tip: Untuk mudahnya ingat saja kasus huruf
diucapkan secara tipis, yang selalu berhubungan
dengan baris























































8


         
Bab 2






Beberapa Hukum Membaca







2.1 Cara Berhenti pada Akhir Kata





Ada beberapa cara berhenti pada akhir kata. Untuk mudahnya satu saja yang disampaikan di sini yaitu, jika membaca berhenti pada akhir sebuah kata maka huruf terakhir pada kata itu dimatikan


menjadi seperti bertanda sukun (
). Ada dua kasus yang perlu diingat karena di situ terjadi perubahan
bentuk yaitu:
1. Jika kata itu berakhir dengan huruf
maka huruf
itu dimatikan sebagai huruf
. Kasus


ini beserta contohnya telah diberikan dalam Sub-bab 1.1.1.







2. Jika kata itu berakhir dengan baris fathatein (
itu diganti dengan baris fathah (
) selain pada huruf
maka baris fathatein
) dan setelahnya ditambahkan huruf alih (
) sebagai tanda



baca panjang. Dengan demikian, bacaan berakhir dengan bunyi vokal 'a' panjang pada huruf terakhir itu selama 2 harakat atau 2 ketuk (lihat Sub-bab 3.1). Contoh dalam surat An-Nisaa' ayat 1:


9


Text Box: membaca   



   



    
Surat An-Nisaa' ayat 1





2.2 Hukum Mim Bertasydid dan Nun Bertasydid; Ghunnah



Ada bacaan-bacaan yang diucapkan dengan melahirkan ghunnah yaitu, bunyi dengung atau sengau dalam hidung seperti misalnya '... nnn ... ', '... mmm ... ', ... ngngng ...'. Jika menemui nun


bertasydid (

) ghunnah atau dengung (kurang lebih '... nnn ...') harus dilahirkan. Dengung pada

kasus ini disebut Ghunnah Nuun. Juga jika menemui mim bertasydid (
) dengung (kurang lebih


'... mmm ...') harus dilahirkan. Dengung pada kasus ini disebut Ghunnah Miim. Ghunnah Nuun dan Ghunnah Miim masing-masing dilahirkan selama 2 sampai 3 harakat (ketuk). Contoh:
Surat At-Takaatsur ayat 8





2.3 Membaca Al (Alif Laam Ma`rifat)




Ada dua cara membaca Al (
) bergantung pada huruf setelahnya. Bunyi huruf 'l' ketika membaca



itu bisa tetap diucapkan dengan jelas atau bunyi huruf 'l' itu dimasukkan ke bunyi huruf sesu-


dahnya sehingga yang diucapkan bukan bunyi huruf 'l' melainkan bunyi huruf sesudahnya. Dalam ilmu tajwid memasukkan bunyi sebuah huruf ke bunyi huruf sesudahnya disebut idghaam. Dalam
dikenal dua macam idghaam yaitu, Idghaam Qamariyah dan Idghaam Syamsiyah.


10


  



 



  



 



 



     
Pada kasus Idghaam Qamariyah bunyi huruf 'l' itu tetap diucapkan dengan jelas yaitu, jika


bertemu dengan salah satu dari huruf-huruf berikut:
Contoh:
Surat An-Naas ayat 4



Pada kasus Idghaam Syamsiyah bunyi huruf 'l' itu dimasukkanke bunyi huruf sesudahnya yaitu, jika
bertemu dengan salah satu dari huruf-huruf berikut:
Contoh:
Surat Quraysy ayat 2



Pada contoh di bawah Idghaam Syamsiyah dilakukan dengan melahirkan bunyi dengung selama 2 sampai 3 harakat (lihat Sub-bab 2.2 sebelum ini):
Surat An-Naas ayat 1




2.4 Hukum Nun Mati dan Tanwiin
terdapat bunyi 'n'. Ada 4 kasus mengenai bunyi 'n' pada


tersebut yaitu: iqlaab, izhhaar, idghaam dan ikhfaa'.


11


   



   



 



         



          
2.4.1 Iqlaab
itu diganti dengan bunyi 'm' disertai dengung selama 2 sampai


3 harakat, seolah-olah yang dibaca sebagai berikut:
Dalam beberapa cetakan Al-Qur'an tempat-tempat iqlab ini ditandai oleh huruf mim (
atas nun mati dan tanwin, dan juga tanwin (
) itu sudah diganti oleh baris biasa (
Contoh
bertemu
yaitu:
Surat Al-Humazah ayat 4                              Surat Al-Layl ayat 8
yaitu:
Surat Al-`Alaq ayat 15




2.4.2 Izhhaar
12


Text Box: Contoh:         



 



         
itu dilahirkan secara tegas, jelas, pendek tanpa dengung. Con-


toh:
Surat Al-Fajr ayat 2                                                    Surat Al-Qaari`ah ayat 11
Surat Al-Qadr ayat 3                                       Surat Al-Qadr ayat 5
Surat Al-Qaari`ah ayat 8
Surat At-Tiin ayat 6




2.4.3 Idghaam
Pada kasus ini bunyi 'n' pada
dimasukkan ke bunyi huruf sesudahnya sehingga yang


diucapkan bukan bunyi 'n' melainkan bunyi huruf sesudahnya. Ada dua jenis idghaam dalam hal ini yaitu, Idghaam Bighunnah dan Idghaam Bilaaghunnah.




2.4.3.1 Idghaam Bighunnah



Idghaam bighunnah maksudnya idghaam disertai dengung selama 2 sampai 3 harakat yaitu, apabila
bertemu huruf-huruf di bawah pada kata berikutnya:
13


Text Box: dalam empat kata berikut:  Text Box: Contoh:          



 



 



 



 
Surat Al-Lahab ayat 5                     Surat Al-Humazah ayat 2
Surat Al-Zalzalah ayat 7                     Surat Al-Ghaasyiyah ayat 3
bertemu empat huruf di atas masih dalam satu kata yang sama maka bunyi
itu diucapkan secara jelas (kasus izhhaar). Dalam Al-Qur'an hal ini ditemui






Surat An-Naazi`aat ayat 38
Surat Muhammad ayat 36
Surat Ash-Shaf ayat 4



14


 



 



       
Surat Ar-Ra`d ayat 4
Surat Al-An`aam ayat 99




2.4.3.2 Idghaam Bilaaghunnah
Idghaam bilaaghunnah tidak disertai dengung yaitu, apabila


bawah:
Contoh:
Surat Al-`Alaq ayat 7                              Surat Al-Balad ayat 5



15


       



      



 
Surat Al-Qaari`ah ayat 7                            Surat Al-Mursalaat ayat 15




2.4.4 Ikhfaa'



Arti asal ikhfaa' yaitu menyembunyikan, samar. Dengan begitu, dalam kasus ikhfaa' bunyi 'n' pada
dilahirkan secara samar yaitu, tidak jelas seperti pada kasus izhhaar tapi juga tidak


hilang seperti pada kasus idghaam melainkan di antara keduanya disertai dengung selama 2 sampai 3
harakat. Kasus ikhfaa' terjadi apabila
bertemu huruf-huruf berikut:
Lebih detil, ikhfaa' dibagi atas tiga dengan sifat sebagai berikut:
, dengung lebih ditekankan,
, kesamaran bunyi 'n' lebih ditekankan,



3. jika bertemu huruf yang lain maka kesamaran bunyi 'n' dan dengung diberi penekanan sama.


Tip: Perhatikan bahwa ketika mengucapkan bunyi 'n' ujung lidah menyentuh pangkal gigi depan atas. Untuk melahirkan bunyi 'n' samar, ucapkan 'n' tanpa ujung lidah menyentuh pangkal gigi depan atas, lalu bersiap untuk mengucapkan huruf berikutnya, tahan selama 2 sampai 3 harakat, setelah itu ucapkan bunyi huruf berikutnya.


Contoh:
Surat Al-Fajr ayat 20-23


16


Text Box: tersebut disertai dengung selama   



 



 



    



   



 



 
Surat Al-Qalam ayat 7
Surat Al-Balad ayat 14-15
Surat Al-Bayyinah ayat 3




2.5 Hukum Mim Mati
terdapat bunyi 'm'. Ada 3 kasus mengenai bunyi 'm' pada
Pada
tersebut yaitu; idghaam


mutamaatsilayn, ikhfaa' syafawii dan izhhaar syafawii.




2.5.1 Idghaam Mutamaatsilayn
Apabila
bertemu huruf

maka bunyi 'm' pada
itu harus dimasukkan ke bunyi huruf



2 sampai 3 harakat, seolah-olah yang dibaca sebagai berikut:
Idghaam di sini disebut juga Idghaam Miim. Contoh:
Surat Quraysy ayat 4



17


 
 



       



      



 



 



 
2.5.2 Ikhfaa' Syafawii

maka bunyi 'm' pada

dilahirkan secara samar disertai dengung selama 2 sampai 3 harakat.

Caranya menurut sebagian besar ahli tajwid yaitu, ucapkap bunyi 'm' pada
, lalu lahirkan den-
gung selama 2 sampai 3 harakat, terakhir barulah ucapkan bunyi huruf
. Memang jika didengar


akan sulit dibedakan apakah yang terjadi kasus ikhfaa' syafawii atau iqlab (Sub-bab 2.4.1). Contoh:
Surat Al-Fiil ayat 4                                        Surat Al-Qalam ayat 40




2.5.3 Izhhaar Syafawii
itu diucapkan secara jelas, lebih-
lebih jika bertemu huruf
Surat Al-Faatihah ayat 2                                        Surat Asy-Syarh ayat 1
Surat Asy-Syams ayat 13
Surat Al-Faatihah ayat 7
Surat Al-Fiil ayat 2



18


  



 



 



 



   
2.6 Idghaam



Seperti telah disebutkan di muka idghaam yaitu memasukkan bunyi sebuah huruf ke dalam bunyi huruf berikutnya sehingga yang dilahirkan bukan bunyi huruf pertama melainkan bunyi huruf kedua. Secara lebih tepat idghaam yang disampaikan di sini disebutidghaam saghiir dengan sifat yaitu, huruf yang pertama mati sedang huruf yang kedua mempunyai baris.




2.6.1 Idghaam Mutamaatsilayn



Jika dua huruf yang bertemu itu sama maka idghaam di sini disebut Idghaam Mutamaatsilayn. Salah

satu contohnya telah diberikan pada Sub-bab 2.5 (hukum

). Contoh-contoh lain yaitu:
Surat An-Naazi`aat ayat 18


Surat Asy-Syu`araa' ayat 63


Surat Yaasiin ayat 43


Surat Al-Maaidah ayat 61


: Kedua huruf ini termasuk huruf mad (lihat Bab 3) yaitu, ketika



mati pada keadaan tertentu berfungsi memanjangkan bunyi huruf sebelumnya. Pada keadaan ini tidak


19





      



 



    
idghaam mutamaatsilayn, tetapi jika


mutamaatsilayn. Contoh:
terjadi idghaam mutamaatsilayn. Lebih jelasnya, apabila


tidak terjadi idghaam mutamaatsilayn, tetapi jika


idghaam mutamaatsilayn. Begitu pula, ketika
Surat An-Naas ayat 5



Surat Ali `Imraan ayat 200
sebagai huruf mad bertemu
maka
itu hadir bukan sebagai huruf mad maka terjadi
sebagai huruf mad bertemu
maka tidak terjadi


itu hadir bukan sebagai huruf mad maka terjadi idghaam

























2.6.2 Idghaam Mutajaanisayn dan Idghaam Mutaqaaribayn



Beberapa huruf bisa memiliki makhraj (tempat keluar bunyi)yang sama namun sifat berbeda (sehing-ga bunyinya berbeda). Huruf-huruf seperti ini dikatakan sejenis. Adapula huruf-huruf yang makhraj dan / atau sifatnya berdekatan. Sebutan Idghaam Mutajaanisayn dipakai jika dua huruf yang berte-mu sejenis, sedangkan Idghaam Mutaqaaribayn jika dua huruf yang bertemu berdekatan sifat dan / atau makhrajnya. Pasangan huruf yang bertemu dalam masalahIdghaam (Saghiir) Mutajaanisayn dan Idghaam (Saghiir) Mutaqaaribayn yaitu (dibaca dari kanan ke kiri):
20




 



 



 



 



 



 
Karena sudah diidghaamkan maka bunyi huruf pertama tidak lagi dilahirkan, seolah-olah huruf kedua bertasydid, contohnya:
Contoh-contoh dalam Al-Qur'an:
Surat Huud ayat 42
Surat Al-Mursalaat ayat 20
Surat Al-A`raaf ayat 176
Surat Al-Ahzaab ayat 13



21


 



 



     
Surat Al-A`raaf ayat 189
Surat Al-Maaidah ayat 28



Kita lihat pada contoh-contoh di atas bahwa tempat-tempat idghaam itu bisa dikenali dengan adanya tanda tasydid pada huruf kedua kecuali pada contoh terakhir Surat Al-Maaidah ayat 28. Ini menunjukkan bahwa idghaam pada contoh terakhir itu bersifat tidak sempurna. Hal ini berlaku untuk


pasangan huruf (dibaca dari kanan ke kiri)
qalqalah huruf
itu tetap terasa.
. Karena diidghaamkan ke bunyi huruf


hilang namun, sebagian sifat lainnya tetap ada. Dengan katalain, kehadiran huruf

























22




                 
Bab 3





Memanjangkan Bunyi Sebuah Huruf (Mad)






Maksud mad yaitu memanjangkan bunyi sebuah huruf yang diikuti oleh huruf mad atau huruf layn.
, yang hadir dalam keadaan mati setelah huruf yang berbaris


sebagai berikut:
, yang hadir dalam keadaan mati setelah huruf berbaris fathah:
Mad dipilah dalam dua kelompok besar yaitu Mad Thabii`i (disebut juga mad asli) dan Mad Far`ii (disebut juga mad turunan atau mad cabang). Terdapat perbedaan mengenai jumlah mad dikarenakan oleh perbedaan para ahli dalam mengelompokkannya; suatu mad berdiri sendiri menurut yang satu sementara oleh yang lain mad itu disatukan bersama mad lain, atau dimasukkan ke dalam mad yang lain. Hal ini dimungkinkan karena, ketika mendapat pemanjangan bunyi beberapa rangkaian huruf pada suatu kata atau pada pertemuan dua kata mengalami perubahan bentuk sehingga bentuk akhirnya sama dengan bentuk rangkaian huruf pada mad yang lain. Huruf mad juga bisa muncul secara asli atau karena ditambahkan kemudian, contoh di Sub-bab 2.1: cara berhenti pada kata yang berakhir
dengan baris
selain pada huruf
; di situ huruf mad
tidak hadir secara asli melainkan di-


tambahkan apabila membaca berhenti. Sehubungan dengan itu, sebuah mad digolongkan sebagai


23


  



    



   
mad far`ii menurut pendapat yang satu, sementara menurut yang lain dimasukkan dalam mad thabii`i karena, bentuk akhir rangkaian hurufnya serupa dengan yang ada pada mad thabii`i. Sesuai sifat sederhana catatan ini, dipilih pengelompokkan mad yang juga sederhana, supaya lebih mudah mem-praktekkannya.




3.1 Mad Thabii`i
atau huruf mati, baik mati asli maupun mati karena
Pada mad thabii`i huruf mad tidak diikuti oleh


membaca berhenti. Panjang bunyi suatu huruf pada mad thabii`i yaitu dua harakat (ketuk) atau disebut juga satu alif (jadi, 1 alif = 2 harakat).


Contoh:
Surat An-Naas ayat 5



Mad thabii`i juga terdapat pada kata
Contoh:
Surat Yuunus ayat 10



Contoh-contoh lain mad thabii`i beserta tanda-tandanya:
Surat Al-Faatihah ayat 6                     Surat Al-Faatihah ayat 3



24


       



       
Surat Al-Layl ayat 5                              Surat Al-Maa`uun ayat 3
Surat Al-`Aadiyaat ayat 6                                       Surat Quraysy ayat 2
Surat Al-Lahab ayat 4                                        Surat Al-Ikhlaash ayat 4




Dalam cetakan Al-Qur'an yang lain (biasa juga ditemui di Indonesia) mad thabii`i ditandai juga dengan pencantuman fathah dan kasrah sebagai garis pendek berdiri serta dhammah yang terputar 180o:
Contoh (bandingkan dengan beberapa contoh terakhir di atas):
Surat Al-Layl ayat 5                                                       Surat Al-Faatihah ayat 3
Surat Al-`Aadiyaat ayat 6                                       Surat Quraysy ayat 2
Surat Al-Lahab ayat 4                                        Surat Al-Ikhlaash ayat 4



25


    
 



 



   
3.2 Mad Far`ii



atau huruf mati, baik mati asli maupun
Pada mad far`ii huruf mad dan huruf layn diikuti oleh


mati karena membaca berhenti. Mad far`ii ada beberapa macam dan panjangnya berbeda-beda. Se-buah mad disebut laazim apabila para ahli sepakat mengenai keharusan untuk melakukannya dan panjangnya, disebut wajib jika para ahli sepakat mengenai keharusan untuk melakukannya namun tidak mengenai panjangnya, disebut jaaiz jika para ahli tidak sepakat mengenai baik keharusan untuk melakukannya maupun panjangnya.




3.2.1 Mad Wajib Muttashil dan Mad Jaaiz Munfashil
. Jika huruf mad dan
itu berada pada
Pada mad far`ii ini ditemui kasus huruf mad dikuti oleh


kata yang sama maka mad dinamakan Mad Muttashil dan sifatnya wajib. Jika
yang mengikuti


huruf mad berada di kata yang lain maka mad dinamakan Mad Munfashil dan sifatnya jaaiz. Dalam Al-Qur'an baik mad muttashil maupun mad munfashil dikenali dari tanda seperti tilde(f) di atas
Panjang mad muttashil menurut pendapat para ahli berbeda-beda. Yang paling pendek yaitu 3 dan


yang paling panjang yaitu 6 harakat. Contohnya:
Surat Al-Fajr ayat 22-23
Surat Al-Insaan ayat 22
Surat Adh-Dhuhaa ayat 8                     Surat Adh-Dhuhaa ayat 10


26


berhenti sebelum kata tempat
sebelumnya belum bertemu
mad munfashil: 

 
 



 



 



 



 
Panjang mad munfashil menurut para ahli juga berbeda-beda, yang terpendek 2 dan terpanjang 6


harakat. Bagi yang ingin melakukannya maka, mad munfashil hanya dilakukan jika membaca tidak
berada. Jika berhenti sebelum kata itu berarti huruf mad di kata
dan mad munfashil tidak berlaku melainkan mad thabii`i. Contoh





Surat Al-Lahab ayat 1-2
Surat Al-Kautsar ayat 1
Surat Shaad ayat 41
Surat Fushilat ayat 39



Pada contoh dalam lingkaran, jika membaca berhenti di situ maka berlaku mad thabii`i.




3.2.2 Mad Jaaiz `Aaridh Lissukuun



Mad `aaridh lissukuun bersifat jaaiz. Di sini ditemui kasus huruf mad atau huruf layn diikuti oleh huruf mati, yang bukan mati asli melainkan dimatikan karenamembaca berhenti. Panjang mad `aaridh lissukuun berbeda-beda menurut para ahli, ada yang mengatakan 2, 4 dan 6 harakat. Contoh:


27


 



 



 



 



  
Surat An-Naas ayat 1-3
Surat Al-Fajr ayat 17-18
Surat Al-Kaafiruun ayat 1-2
Surat Quraysy ayat 3-4





3.2.3 Mad Laazim Kilmi



Mad laazim kilmi ada dua yaitu, Mad Kilmi Mutsaqqal dan Mad Kilmi Mukhaffaf. Pada mad kil-mi mutsaqqal huruf mad diikuti oleh huruf bertasydid dalam satu kata, sedangkan pada mad kilmi mukhaffaf huruf mad diikuti oleh huruf mati asli dalam satu kata. Sebagai catatan, perhatikan kem-


bali maksud tanda tasydid
di halaman 3. Dengan begitu pada dasarnya, pada mad kilmi ditemui
kasus huruf mad diikuti oleh huruf mati asli; pada yang satu terjadi idghaam (idghaam mutamaatsi-layn) dan disebut mutsaqqal, sedangkan pada yang lain tidak terjadi idghaam dan disebut mukhaffaf. Panjang bunyi baik pada mad kilmi mutsaqqal maupun pada mad kilmi mukhaffaf yaitu 6 harakat.


Dalam Al-Qur'an mad kilmi mutsaqqal dikenali dari tanda seperti tilde(f) di atas huruf mad se-belum huruf bertasydid, sedangkan mad kilmi mukhaffaf dari tanda(f) di atas huruf mad sebelum huruf mati asli. Contoh mad kilmi mutsaqqal yaitu,


28


 



 



 



 



 



 
Surat Asy-Syuuraa ayat 29
Surat Al-Haaqqah ayat 1-3
Surat `Abasa ayat 33





Contoh mad kilmi mukhaffaf hanya ada pada satu kata, yang berada di dua ayat dari surat Yunus yaitu, ayat 51 dan 91:
Surat Yuunus ayat 51
Surat Yuunus ayat 91





3.2.4 Mad Laazim Harfii



Dua puluh sembilan surat dalam Al-Qur'an diawali dengan sederet huruf tanpa baris contohnya, Surat


Al-Baqarah, Ibraahiim, Yaasiin, Shaad, Al-Mu'min. Huruf-huruf itu ada 14 buah, yang dapat dibagi


29



Text Box: , yang huruf keduanya yaitu                  
                



  
atas 2 kelompok berdasarkan panjang membacanya yaitu:
kelompok 1:
kelompok 2:



Ejaan bunyi huruf-huruf pada kelompok 1 terdiri atas tiga huruf dengan ciri yaitu, huruf yang terakhir
mati dan huruf yang kedua merupakan salah satu huruf mad, kecuali

Huruf-huruf pada kelompok 2 memiliki ejaan bunyi yang terdiri atas 2 huruf dengan huruf kedua
yaitu huruf mad
, kecuali huruf
, yang memiliki ejaan bunyi terdiri atas tiga huruf:
Huruf-huruf pada kelompok 1 dibaca panjang selama 6 harakat, dalam Al-Qur'an ditandai dengan


(f) di atasnya. Pemanjangan bunyi huruf pada kelompok 1 ini disebut Mad Harfii dan sifatnya


dibaca pendek
laazim. Huruf-huruf pada kelompok 2 dibaca sesuai ejaan bunyinya. Jadi, huruf


dan yang lainnya dibaca panjang selama 2 harakat sesuai panjang mad thabii`i. Berikut ini daftar 29 rangkaian huruf pembuka surat itu:


30


 



 



          
. Telah

diawali
ditunjukkan bahwa ejaan bunyi huruf
, sementara ejaan bunyi huruf
oleh huruf
disertai dengung selama 2 sampai 3 harakat. Idghaam terjadipula apabila huruf
seperti terdapat pada sebagian ayat di atas. Ejaan bunyi huruf
ejaan bunyi huruf
diawali oleh huruf


terjadi idghaam (idghaam bighunnah) disertai dengung selama 2 sampai 3 harakat. Mad laazim harfii


31


     
yang disertai idghaam disebut Mad Laazim Harfii Mutsaqqal,sedangkan yang tidak disertai idghaam
disebut Mad Laazim Harfii Mukhaffaf. Beberapa contoh mad laazim harfii mukhaffaf yaitu bila,
diikuti
(di sini terjadi izhhaar),
diikuti
(di sini terjadi ikhfaa'), jika huruf pada kelompok


1 tidak diikuti huruf lain.




















































32












Bab 4






Perhentian dalam membaca Al-Quran;



Waqaf dan Ibtida






Sebagaimana layaknya, sebuah kalimat yang tidak penuh dibaca atau terputus akan memberikan pesan yang lain dari yang dimaksud atau tidak memiliki pesan sama sekali karena tidak jelas maksudnya. Demikian juga halnya dengan sebuah pesan yang terdiri dari beberapa kalimat atau anak kalimat, jika hanya sebagian saja dibaca maka makna yang disampaikannya menjadi berbeda. Hal ini patut diperhatikan terlebih lagi dalam membaca Al-Qur'an, agar pesan-pesan Allah swt di dalamnya tidak rusak.


Membaca Al-Qur'an dilakukan dengan satu tarikan nafas. Jika membaca tidak terputus maka hal ini disebut Washal. Mengingat tidak mungkin seluruh Al-Qur'an atau beberapa ayat atau sebuah ayat yang panjang dibaca dengan satu tarikan nafas maka, melakukan perhentian dalam membaca tidak dapat dihindari. Melakukan perhentian dalam membaca Al-Qur'an seraya mengambil nafas dengan niat untuk setelahnya melanjutkan membaca disebut Waqaf, sementara memulai membaca atau memulai meneruskan membaca disebut Ibtida. Untuk menjaga makna ayat-ayat yang dibaca, perlu diketahui di mana waqaf baik atau boleh dilakukan. Ibtida bisa dilakukan pada kata setelah waqaf atau sebelumnya, bergantung pada sifat waqaf itu. Jika waqaf itu baik atau dibolehkan maka ibtida dapat dilakukan pada kata setelah waqaf, namun jika waqaf itu salah atau tidak baik maka ibtida dilakukan pada kata atau tempat sebelum waqaf demi tidak merusak makna ayat yang dibaca. Adakalanya waqaf terpaksa dilakukan, karena sesuatu hal yang tidak dapat dihindari, di tempat yang


33


            
salah atau tidak baik. Jika terjadi hal seperti itu maka yang penting diperhatikan yaitu cara ibtida, bahwa ibtida dilakukan pada kata atau tempat sebelum waqaf yang terpaksa dilakukan itu.


Mengenai waqaf pada akhir ayat terdapat perbedaan pendapat mengingat tidak semua ayat Al-


Qur'an berakhir sebagai suatu kalimat yang utuh, atau jika tidak dibaca bersama ayat berikutnya akan memberikan makna yang salah. Contoh ayat keempat dari Surat Al-Ma`uun, yang terjemahnya berbunyi ”maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat”, sementara ayat kelima berbunyi ”yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya”. Sebagian ulama mengatakan boleh waqaf pada akhir ayat tan-pa melihat maknanya sebagai sesuatu yang bersifat sunnah, sementara sebagian yang lain berpendapat bahwa baik atau tidak melakukan waqaf pada akhir ayat bergantung pada maknanya atau keutuhan kalimatnya.


Mengingat tidak semua yang membaca Al-Qur'an mengerti bahasa Arab, para ulama memberi


tanda-tanda tempat waqaf sebagai panduan. Pada cetakan Al-Qur'an yang berbeda bisa saja ditemui tempat-tempat waqaf yang berbeda dikarenakan perbedaan pendapat ulama yang menentukannya. Melihat sifatnya yang relatif seperti itu maka, tanda-tanda tempat waqaf itu tidaklah mutlak harus diikuti, khususnya oleh mereka yang memahami bahasa Arab. Namun, mereka yang tidak memahami bahasa Arab sebaiknya mengikuti tanda-tanda tempat waqaf yang telah dibuat oleh para ulama terse-but. Berikut ini tanda-tanda tempat waqaf beserta maksud praktisnya; perhatikan bahwa pada suatu cetakan Al-Qur'an belum tentu semua tanda-tanda itu ditemui.
: sangat baik waqaf
: lebih baik waqaf
: hadir sepasang, waqaf pada salah satu
: boleh waqaf atau washal
: ada sebagian kecil ulama yang membolehkan waqaf
: tidak baik waqaf
34


 



 



 



 



 
Beberapa contoh waqaf:
Surat Al-Baqarah ayat 2
Surat Al-Baqarah ayat 26
Surat An-Nisaa' ayat 171
Surat Al-A`raaf ayat 65



35


 



 



 



 



      
Surat Al-A`raaf ayat 172
Surat An-Nahl ayat 38
Surat An-Nahl ayat 64


Selain waqaf ada lagi perhentian yang disebut saktah. Berbeda dari waqaf, pada saktah tidak di-lakukan pengambilan nafas. Juga, perhentian pada saktah dilakukan tidak lebih lama dari dua harakat. Setelah melakukan saktah membaca dilanjutkan pada kata setelah saktah. Tempat saktah ditandai oleh huruf
Contoh saktah yaitu:
Surat Al-Qiyaamah ayat 27                          Surat Al-Muthaffifiin ayat 14
Perhatikan bahwa karena membaca berhenti maka huruf
mati pada tempat saktah di atas
tidak diidghaamkan ke dalam huruf



36


  



 



 



 



 
Bab 5





Beberapa Hukum Membaca (Lanjutan)







5.1 Jenis Hamzah


yaitu, Hamzah Fashal dan Hamzah Washal.
Ada dua jenis hamzah


Hamzah fashal selalu diucapkan, hadir baik dalam keadaan mati maupun berbaris fathah, kasrah


atau dhammah, di awal, tengah maupun akhir kata. Contoh:
Surat Al-Fat-h ayat 1
Surat Al-A`raaf ayat 4
Surat Fushshilat ayat 41
Surat Al-Qiyaamah ayat 2


37


  



 



 



 



 



 
Hamzah washal hadir di awal kata dan hanya diucapkan jika membaca mulai (ibtida) pada kata itu.


Pada sebagian cetakan Al-Qur'an baris fathah, kasrah atau dhammah yang dimiliki hamzah washal itu


tidak dicantumkan dan keberadaan hamzah washal ditandai oleh simbol (
) di atas huruf alif (tempat
hamzah washal itu berada). Namun, baris fathah, kasrah atau dhammah itu bisa diketahui dari sifat atau bentuk kata yang diawali hamzah washal itu:




1. berbaris fathah: hamzah washal pada kata benda yang diawali oleh alif laam ma`rifat (lihat


Sub-bab 2.3), contoh:
Surat Al-Faatihah ayat 1
Surat Ar-Ra`d ayat 29




2. berbaris kasrah:



(a) hamzah washal pada tujuh kata benda berikut:
contoh:
Surat Az-Zukhruf ayat 57



38


 



 



 



 



 



 



 
Surat At-Tahriim ayat 12
Surat `Abasa ayat 37
Surat An-Naml ayat 23
Surat Yaasiin ayat 14
Surat Al-Mu'min ayat 11
Surat Al-A`laa ayat 15




39


 



 



 



 



 



 
(b) hamzah washal pada empat kata kerja berikut:
contoh:
Surat Al-Jaatsiyah ayat 25
Surat Ash-Shaaffaat ayat 97
Surat Yuunus ayat 71
Surat Shaad ayat 6


40


Text Box: ) pada tanwin itu diganti oleh   



 



 



 



 



 



   
(c) hamzah washal pada kata kerja yang memiliki baris fathah atau kasrah pada huruf ketiga


(perhatikan bahwa huruf bertasydid dilihat sebagai dua huruf, yang pertama mati dan yang berikutnya berbaris), contoh:
Surat Thaahaa ayat 24
Surat Al-Mu'minuun ayat 96
Surat Al-Fajr ayat 28
Surat Al-Mujaadilah ayat 16


3. berbaris dhammah: hamzah washal pada kata kerja yang memiliki baris dhammah pada huruf


ketiga, kecuali empat kata kerja pada nomor 2b di atas, contoh:
Surat Al-Hijr ayat 46
Surat Al-A`raaf ayat 55




5.2 Tanwin Bertemu Hamzah Washal



Jika sebuah kata berakhir dengan baris tanwin


washal, maka apabila membaca tidak berhenti (washal) bunyi 'n' (


41
dan kata berikutnya diawali oleh hamzah




 
 



 



 



 
Contoh:
Surat Al-Jumu`ah ayat 11
Surat Al-Qiyaamah ayat 30

































42

Tidak ada komentar:

Posting Komentar