Afffannur Jentrek Rojoimo
“Sesungguhnya amal manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya” Jika shalatnya baik, maka baik pula seluruh amalnya; dan kalau jelek, maka jeleklah seluruh amalnya. Bagaimana mungkin seorang mukmin mengharapkan kebaikan di akhirat, sedang pada hari kiamat bukunya kosong dari shalat Subuh tepat waktu?
“Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya’ dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya (berjamaah di masjid) sekalipun dengan merangkak” [HR Al-Bukhari dan Muslim]
Shalat Subuh memang shalat wajib yang paling sedikit jumlah rekaatnya; hanya dua rekaat saja. Namun, ia menjadi standar keimanan seseorang dan ujian terhadap kejujuran, karena waktunya sangat sempit (sampai matahari terbit)
Ada hukuman khusus bagi yang meninggalkan shalat Subuh. Rasulullah saw telah menyebutkan hukuman berat bagi yang tidur dan meninggalkan shalat wajib, rata-rata penyebab utama seorang muslim meninggalkan shalat Subuh adalah tidur.
“Setan melilit leher seorang di antara kalian dengan tiga lilitan ketika ia tidur. Dengan setiap lilitan setan membisikkan, ‘Nikmatilah malam yang panjang ini’. Apabila ia bangun lalu mengingat Allah, maka terlepaslah lilitan itu. Apabila ia berwudhu, lepaslah lilitan yang kedua. Kemudian apabila ia shalat, lepaslah lilitan yang ketiga, sehingga ia menjadi bersemangat. Tetapi kalau tidak, ia akan terbawa lamban dan malas”.
“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan (waktu Isya’ dan Subuh) menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat” [HR. Abu Dawud, At-Tarmidzi dan Ibnu Majah]
Allah akan memberi cahaya yang sangat terang pada hari kiamat nantinya kepada mereka yang menjaga Shalat Subuh berjamaah (bagi kaum lelaki di masjid), cahaya itu ada dimana saja, dan tidak mengambilnya ketika melewati Sirath Al-Mustaqim, dan akan tetap bersama mereka sampai mereka masuk surga, Insya Allah.
“Shalat berjamaah (bagi kaum lelaki) lebih utama dari shalat salah seorang kamu yang sendirian, berbanding dua puluh tujuh kali lipat. Malaikat penjaga malam dan siang berkumpul pada waktu shalat Subuh”. “Kemudian naiklah para Malaikat yang menyertai kamu pada malam harinya, lalu Rabb mereka bertanya kepada mereka - padahal Dia lebih mengetahui keadaan mereka - ‘Bagaimana hamba-2Ku ketika kalian tinggalkan ?’ Mereka menjawab, ‘Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat dan kami jumpai mereka dalam keadaan shalat juga’. ” [HR Al-Bukhari]
Sedangkan bagi wanita - walau shalat di masjid diperbolehkan - shalat di rumah adalah lebih baik dan lebih banyak pahalanya, yaitu yang mengerjakan shalat Subuh pada saat para pria sedang shalat di masjid. Ujian yang membedakan antara wanita munafik dan wanita mukminah adalah shalat pada permulaan waktu.
“Barang siapa yang menunaikan shalat Subuh maka ia berada dalam jaminan Allah. Shalat Subuh menjadikan seluruh umat berada dalam jaminan, penjagaan, dan perlindungan Allah sepanjang hari. Barang siapa membunuh orang yang menunaikan shalat Subuh, Allah akan menuntutnya, sehingga Ia akan membenamkan mukanya ke dalam neraka” [HR Muslim, At-Tarmidzi dan Ibnu Majah]
Banyak permasalahan, yang bila diurut, bersumber dari pelaksanaan shalat Subuh yang disepelekan. Banyak peristiwa petaka yang terjadi pada kaum pendurhaka terjadi di waktu Subuh, yang menandai berakhirnya dominasi jahiliyah dan munculnya cahaya tauhid. “Sesungguhnya saat jatuhnya adzab kepada mereka ialah di waktu Subuh; bukankah Subuh itu sudah dekat?” (QS Huud:81)
Rutinitas harian dimulainya tergantung pada pelaksanaan shalat Subuh. Seluruh urusan dunia seiring dengan waktu shalat, bukan waktu shalat yang harus mengikuti urusan dunia.
“Jika kamu menolong (agama) Allah, maka ia pasti akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS Muhammad : 7)
“Sungguh Allah akan menolong orang yang menolong agamanya, sesungguhnya Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa” (QS Al-Hajj:40)
TIPS MENJAGA SHALAT SUBUH :
1. Ikhlaskan niat karena Allah, dan berikanlah hak-hak-Nya
2. Bertekad dan introspeksilah diri Anda setiap hari
3. Bertaubat dari dosa-dosa dan berniatlah untuk tidak mengulangi kembali
4. Perbanyaklah membaca doa agar Allah memberi kesempatan untuk shalat Subuh
5. Carilah kawan yang baik (shalih)
6. Latihlah untuk tidur dengan cara yang diajarkan Rasulullah saw (tidur awal; berwudhu sebelum tidur; miring ke kanan; berdoa)
7. Mengurangi makan sebelum tidur serta jauhilah teh dan kopi pada malam hari
8. Ingat keutamaan dan hikmah Subuh; tulis dan gantunglah di atas dinding
9. Bantulah dengan 3 buah bel pengingat(jam weker; telpon; bel pintu)
10. Ajaklah orang lain untuk shalat Subuh dan mulailah dari keluarga
Jika Anda telah bersiap meninggalkan shalat Subuh, hati-hatilah bila Anda berada dalam golongan orang-orang yang tidak disukai Allah untuk pergi shalat. Anda akan ditimpa kemalasan, turun keimanan, lemah dan terus berdiam diri.
Perbanyaklah Sujud
Saturday, January 01, 2011 8:36 AM
Bersujud di hadapan Allah SWT termasuk ibadah yang paling mulia sekaligus sebagai sarana paling baik untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena, kata Rasulullah Saw, “Saat dimana seorang hamba paling dekat kepada Tuhannya, Allah Azza Wajalla, adalah ketika dia bersujud....” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)
Namun, tahukah Anda bahwa dengan banyak bersujud maka muatan-muatan listrik yang ada dalam tubuh kita akan kelaur karena diserap oleh bumi (tanah)?
Abdurrahman Al-Asymawi, seorang ulama terkemuka berkebangsaan Mesir dalam bukunya yang berjudul Basysyiru Wa La Tunffiru mengatakan, setiap hari tubuh menyerap cahaya dan tenaga listrik magnetis yang tak sedikit jumlahnya melalui perangkat-perangkat listrik yang kita gunakan. Sehingga dengan demikian tubuh ini menjadi alat untuk menyerap cahaya listrik magnetis dalam jumlah banyak. Artinya, tubuh mengangkut sejumlah tenaga listrik tanpa kita sadari.
Ketika kita mengalami influenza, badan terasa pegal, berat, sesak, malas dan lemah, hal ini menandakan bahwa tubuh sedang merasakan sesuatu dari muatan magnetis tersebut. Lalu bagaimana jalan keluarnya?
Melalui riset ilmiahnya, seorang peneliti Barat yang non-muslim mengemukakan bahwa metode paling jitu untuk “mensucikan” tubuh dari kandungan listrik positif (yang berbahaya bagi tubuh) adalah dengan mengarahkan ubun ke bumi(tanah) lebih dari sekali. Karena, tanah itu sifatnya negatif maka ia akan menarik muatan lsitrik yang positif, yang terdapat dalam tubuh. Hal yang sama juga terjadi pada aliran (kabel) listrik dari gedung-gedung yang dialirkan ke dalam tanah. Tujuannaya adalah untuk menarik muatan listrik yang ada pada petir ke arah tanah.
Lebih jaun dia menjelaskan metode paling tepat adalah menempelkan ubun-ubun ke tanah secara langsung seraya memfokuskan arah pandangan ke arah pusat bumi. Karena, dalam keadaan seperti itu, muatan lsitrik yang ada dalam tubuh akan terserap oleh bumi sacara lebih kuat dan dalam jumlah yang banyak. Dan yang lebih mengagumkan adalah seperti yang kita ketahui bersama bahwa secara ilmiah pusat bumi adalah Makkah Al-Mukarramah. Lebih tepatnya lagi adalah Ka’bah, sebagaimana yang terdapat dalam kajian-kajian geografis dan disepakati oleh mereka yang ahli di bidangnya.
Jika demikian, sujud kepada Allah SWT yang kita lakukan setiap kali melaksanakan shalat adalah merupakan sarana yang paling tepat untuk membuang muatan-muatan listrik berbahaya tersebut, sekaligus menjadi sarana yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, Sang Maha Pancipta. “....maka, perbanyaklah oleh kalian bersujud,” perintah Rasulullah (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Manfaat lain dari banyak bersujud adalah ampunan dan derajat yang tinggi di Allah SWT. Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah kamu memperbanyak sujud. Sesungguhnya jika kamu sujud satu kali saja karena Allah, maka Allah akan mengangkatmu satu derajat dan menghapuskan satu kesalahanmu.’”(HR. Muslim dari Tsauban Abu Abdullah)
Maka, dengan memperbanyak sujud, dua beban tubuh yang berbahaya, yaitu muatan listrik dan dosa, akan berkurang sehingga tubuh pun terasa ringan.
Dalam Shahih-nya, Muslim meriwayatakan bahwa Abu Firâs Rabi’ah bin Ka’ab Al-Aslamiy–khadim (pelayan) Rasulullah SAW dan termasuk ahlusshuffah-berkata, Suatu kali saya bermalam bersama Rasulullah SAW. Saya menyediakan air untuk beliau berwudhu dan untuk kepentingan beliau yang lain. Melihat hal tersebut, Rasulullah saw bersabda, “Mintalah padaku sesuatu.” Saya menjawab, “Saya mohon agar dapat menemanimu di dalam surga.” Maka beliau bertanya, ‘Apakah ada permohonan lainnya?” Saya menjawab, “Hanya itu, wahai Rasulullah.” Beliau lalu bersabda, “Bantulah aku untuk mewujudkan permintaanmu itu dengan banyak bersujud.”
Demikianlah Allah SWT mempersembahkan balasan yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya banyak bersujud di hadapan-Nya.(myshandy)
Surat Imam Al-Ghazali Kepada Muridnya
Saturday, January 01, 2011 8:33 AM
Ilmu adalah cahaya. Demikian kata imam syafi’I dalam syairnya. Karena ilmu begitu penting, Rasulullah saw memerintahkan, “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahad.” Namun, ilmu saja tidak cukup. Ilmu harus dimanfaatkan, dengan mengajarkan dan –yang terpenting- mengamalkannya. Imam Al-Ghazali, penulis kitab Ihya Ulumuddin, pernah mengirim surat kepada salah seorang muridnya. Melalui surat itu, Al-Ghazali ingin menyampaikan tentang pentingnya memadukan antara ilmu dan amal. Berikut petikannya.
***
Anakku…
Nasihat itu mudah. Yang sulit adalah menerimanya. Karena, ia keluar dari mulut yang tidak biasa merasakan pahitnya nasihat. Sesunggunya siapa yang menerima ilmu tetapi tidak mengamalkannya, maka pertanggungjawabannya akan lebih besar. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Orang yang paling berat azabnya pada hari kiamat kelak adalah orang berilmu (‘alim; ulama) yang tidak memanfaatkan ilmunya.”
Anakku…
Janganlah engkau termasuk orang yang bangkrut dalam beramal, dan kosong dari ketaatan yang sungguh-sungguh. Yakinlah, ilmu semata tak akan bermanfaat-tanpa mengamalkannya. Sebagaimana halnya orang yang memiliki sepuluh pedang Hindi; saat ia berada di padang pasir tiba-tiba seekor macan besar nan menakutkan menyerangnya, apakah pedang-pedang tersebut dapat membelanya dari serangan macan jika ia tidak menggunakannya?! Begitulah perumpamaan ilmu dan amal. Ilmu tak ada guna tanpa amal.
Anakku…
Sekalipun engkau belajar selama 100 tahun dan mengumpulkan 1000 kitab, kamu tidak akan mendapatkan rahmat Allah tanpa beramal.
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm [53]: 39)
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. Al-Kahfi [18]: 110)
Anakku…
Selama tidak beramal, engkau pun tidak akan mendapatkan pahala. Ali Karramallahu wajhahu berkata, “Siapa yang mengira dirinya akan sampai pada tujuan tanpa sungguh-sungguh, ia hanyalah berangan-angan. Angan-angan adalah barang dagangan milik orang-orang bodoh.
Al-Hasan Al-Basri rahimahullah berkata, “Meminta surga tanpa berbuat amal termasuk perbuatan dosa.”
Dalam sebuah khabar, Allah SWT berfirman, “Sungguh tak punya malu orang yang meminta surga tanpa berbuat amal.”
Rasulullah saw bersabda, “Orang cerdas ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya dan berbuat untuk setelah kematian. Dan orang bodoh ialah siapa yang memperturut hawa nafsunya dan selalu berangan-angan akan mendapatkan ampunan Allah.”
Anakku…
Hiduplah semaumu, karena pada hakikatnya engkau itu mayit. Cintailah sesukamu, karena pasti engkau akan meninggalkannya. Dan, lakukanlah amal karena pasti engkau akan diberi balasan.
Ilmu tanpa amal adalah gila. “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah [02]: 44). Dan, amal tanpa ilmu adalah sia-sia. Keduanya harus dipadukan satu sama lain.
Ilmu semata tak akan menghindarkanmu dari maksiat hari ini, dan tidak pula dapat menyelamatkanmu dari siksa neraka di hari esok. Jika hari ini kamu tidak sungguh-sungguh beramal, maka pada hari kiamat kelak engkau akan berkata, “Kembalikanlah kami (ke dunia) agar dapat melakukan amal salih.” Namun, dijawab, “Hei kamu, bukankah kamu telah dari sana?!”
***
“Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Yasin [36]: 54)
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kepada kita ilmu yang berkah dan kemampuan untuk merealisasikan ilmu-ilmu yang telah Dia anugerahkan kepada kita. Amin…. (myshandy)
"YA ALLAH TOLONGLAH AKU MENGINGATMU"
Saturday, January 01, 2011 8:32 AM
Suatu hari Rasulullah SAW meraih tangan Mu’adz bin Jabal ra lalu bersabda, “Hai Mu’adz, demi Allah, sungguh aku mencintaimu; aku ingin mewasiatkan kepadamu sesuatu. Hai Muadz, jangan tinggalkan setiap usai menunaikan shalat membaca: Ya Allah, tolonglah aku agar selalu mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan beribadah dengan baik hanya untuk-Mu.” (HR.Abu Daud dan An-Nasai)
Inilah wasiat yang sangat berharga antara dua orang yang saling mengasihi. Sebelum memulai wasiatnya Rasulullah sAW, meraih tangan Muadz kemudian bersabda padanya, “Hai Muadz!” Kemudian beliau bersumpah dengan sabdanya, “Demi Allah!” Kemudian beliau mempertegasnya dengan kata Inni (sesungguhnya) dan Lam (sungguh); sungguh aku mencintaimu.
Dari sini kita dapat ketahui betapa pentingnya wasiat ini yang mencakup beberapa hal untuk diperhatikan dengan sungguh-sungguh:
1. Beliau meraih tangannya; untuk menunjukkan tentang adanya perhatian, rasa cinta, persahabatan, kekerabatan dan kasih sayang.
2. Beliau terlebih dahulu memanggilnya dengan sabdanya, “Wahai Muadz”. Dalam seruan tersebut terkandung perhatian dan penegasan; agar ia mengalihkan dan memfokuskan seluruh inderanya, membuka akalnya dan perhatiannya,
3. Beliau bersumpah dengan sabdanya “Demi Allah…”. Dalam hal ini beliau memberinya ketegasan yang setegas-tegasnya.
4. Beliau mempertegasnya dengan perangkat-perangkat ta’kid (penegasan), yaitu Inna (sesungguhnaya) dan Laam (sungguh); “Sungguh aku sangat mencintaimu”
5. Beliau mengulangi seruannya dengan “Wahai Muadz”; agar ia lebih memfokuskan perhatiannya kepadanya.
Kemudian beliau memulai wasiatnya dengan sabdanya “Janganlah kamu meninggalkan setiap usai menunaikan shalat membaca: Ya Allah, tolonglah aku agar senantiasa mengingatmu, bersyukur padaMu dan beribadah dengan baik pada-Mu.”
Dunia memperlena dan menyimbuhkan manusia dan kadang menjauhkan mereka dari Tuhan. Kejauhan dan kesibukan dengan dunia adalah pertanda “kehilangan” manusia. Karenanya, manusia hendaknya senantiasa memohon kepada Tuhannya agar mereka dibantu untuk selalu mengingat-Nya, bersyukur pada-Nya dan beribadah dengan baik, agar mereka aman dari fitnah dunia dan disibukkan oleh dunia, karena orang yang disibukan oleh dunia akan tenggelam dalam lembah kelalaian, sebagaimana yang diisyaratkan dalam firman-NyaL: “Mereka melupakan Allah lalu merekapun di buat lalai oleh diri-diri merek sendiri”, (QS. Al-Hasyr:10).
Dzikir dapat dilakukan dengan seluruh anggota badan, sebagaimana yang diungkapkan oleh para ulama, bahwa dzikir hati ialah takut dan harapan, dzikir lisan ialah pujian, dzikir tangan ialah menempati janji, dan dzikir ruh ialah taslim (berserah diri) dan ridha. Membaca Al-Qur’an adalah dzikir, Shalawat kepada Nabi SAW, berda’wah, mengajar, belajar, mengkaji agama, tasbih, takbir dan tahlil kesemuanya adalah dzikir kepada Allah Ta’ala.
Syukur dilakukan dengan lisan, hati dan seluruh anggota badan. Allah SWT berfirman, ‘Dan dia menjadikan bagi kalian pendengaran, penglihatan dan lisan agar kalian bersyukur (dengannya) “ (QS. Am-Nahl : 78).
Pelajaran yang dapat diambil dari uraian di atas adalah; Pertama, keutamaan berdo’a setelah menunaikan shalat, dan keutamaan do’a yang disebutkan dalam wasiat ini. Kedua, anjuran untuk selalu memohon kepada Allah SWT semoga menjadi hamba Allah SWT yang gemar berdzikir, bersyukur, dan menunaikan ibadah dengan baik. (my.shandy)
Kunci Masuk Surga
Saturday, January 01, 2011 8:30 AM
Rasulullah saw bersabda, “Kunci surga adalah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah.”
(HR. Ahmad)
Dalam suatu kunjungan kerja ke Pulau Tunda, Kab. Serang, Banten, saya menginap di sebuah keluarga kecil yang sangat sederhana, yaitu keluarga Jarot. Sore hari, saat tiba pelabuhan Pulau Tunda saya dijemput oleh salah seorang kawan yang telah lama kenal. Di malam hari, saya ngobrol bersama Jarot dan beberapa kawan lainnya yang telah menyertai saya di sore melakukan liputan.
Obrolan malam terus berlangsung dengan penuh keakraban. Tiba-tiba Aan, putra Jarot yang baru berumur sekitar enam tahun pulang (dari mengaji dekat rumah). Setelah salam, Aan langsung menuju pangkuan bapaknya sembari bertanya, “Pak, surga itu di mana sih?” Malam itu Aan baru saja kembali belajar mengaji di Masjid yang tak jauh dari rumah Jarot. Mendengar pertanyaan tersebut, saya dan teman-teman tiba diam. Seluruh pasangan mata tertuju kepadanya sembari mengerutkan kening. Pertanyaan tersebut seolah asing terdengar di telinga mereka, dan juga saya.
“Iya mas, pertanyaan itu sering dia tanyakan kepada saya. Kalau tahu saya jawab. Pertanyaan lainnya lagi, ‘Pa, bagaimana caranya kita ke surga? Katanya surga itu kayak rumah mewah, besar, tamannya luas, dan memiliki pintu-pintu ya pak’. Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lainnya tentang surga dan neraka,” jelas Jarot. Sekarang pasangan-pasangan mata itu menatap ke Jarot.
Obrolan malam yang tadinya membahas seputar problematika kemanusiaan, tentang “Kecukupan Pangan”, tiba-tiba berubah. Topiknya menjadi sangat religius: antara surga dan neraka, dua tempat yang akan menjadi tempat kembali abadi setiap insan.
“Gimana tuh mas jawabannya?” tanya Slamet, kawan yang turut mendampingi saya melakukan liputan di sore hari-sembari memalingkan pandangannya kepada saya. “Suasana jadi berubah serius begini?” tanyaku menanggapi pertanyaan tersebut, sembari memikirkan jawaban yang tepat. “Surga itu berada di atas langit paling atas, seperti yang saya pernah baca.”
“Terus untuk sampai ke surga, caranya gimana? Kuncinya apa?” Tanya Slamet lagi. “Makanya rajin-rajin pergi ngaji biar tahu! Gimana mau tahu kalau ke masjidnya hanya sekali seminggu,” seloroh seorang kawan. “Itu pun kalau sempat,” timpal kawan lainnya. Dan, suasana pun kembali cair. “Nah, tuk sampai ke sana harus dengan amal saleh,” jawabku. “Makanya, perbanyak amal saleh kalau mau masuk surga,” tegas Jarot.
Hingga jelang tengah malam, pembicaraan tentang “Ketahanan Pangan” seolah terlupakan begitu saja, sampai kawan-kawan pamit pulang ke rumah masing-masing. Saya juga izin ke Jarot untuk tidur terlebih dahulu.
Satu pertanyaan yang terus menghantui saya, baik ketika sudah berada di tempat tidur maupun dalam perjalanan kembali ke jakarta, adalah: apa saja KUNCI UTAMA masuk surga?
Sebuah pertanyaan yang kedengarannya mudah, sederhana, tetapi membutuhkan ilmu dan pengetahuan yang mendalam.
***
Jika merujuk kepada al-Qur’an dan Al-Hadits, kita akan menemukan banyak nash yang bercerita tentang amalan-amalan yang dapat menghantarkan menuju surga.
Dalam Musnad-nya, Imam Ahmad meriwayatkan dari Muadz bin Jabar ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Kunci surga adalah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah (syahadat).”
Imam Bukhari juga menyebutkan dalam Shahih-nya bahwa Wahab bin Munabbih pernah ditanya, “Bukankah La ilaha illallah (tiada Tuhan selain Allah) itu adalah kunci surga?” Wahab menjawab, “Tentu! Namun ketahuilah bahwa kunci itu memiliki beberapa gigi. Jika kamu datang dengan kunci gigi-giginya, maka dibukakan bagimu surga. Tetapi jika tidak, maka tidak (dibuka untukmu surga).”
Seorang Arab Badui, sebagaimana yang diriwayatkan dari Anas r.a. pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, apa kunci surga?” beliau saw menjawab, “Laa ilaha illlah.”
Dalam kitabnya yang berjudul Hadil-Arwah Ila Biladil-Afrah, Ibnu Qayyim Al-jauziyyah berkata, “Allah SWT telah menetapkan bahwa setiap sesuatu yang dicari (mathlub) memiliki kunci, yang dengan kunci itu kita dapat meraih apa yang kita cari;
Kunci shalat adalah berscuci, sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Kunci shalat adalah bersuci.”;
Kunci haji adalah ihram;
Kunci kebaikan adalah benar;
Kunci surga adalah tauhid (mengesakan Allah SWT);
Kunci ilmu adalah baik dalam bertanya dan menyimak;
Kunci pertolongan dan kemenangan adalah sabar;
Kunci mendapatkan tambahan (rizki) adalah syukur;
Kunci mendapatkan perlindungan Allah SWT adalah cinta dan dzikir;
Kunci keberuntungan/kesuksesan adalah takwa;
Kunci diberi taufik oleh Allah SWT adalah rindu dan takut;
Kunci ijabah (terkabulnya permohonan) adalah do’a;
Kunci rindu surga adalah zuhud terhadap dunia;
Kunci iman adalah mentafakkuri apa yang diperintahkan Allah SWT;
Kunci masuk kepada Allah SWT hati yang pasrah kepada-Nya serta selamat dari berbagai penyakit, ikhlas kepada-Nya dalam hal cinta dan benci, dan berbuat dan tidak berbuat;
Kunci menghidupkan hati adalah mentadabburi al-Qur’an, tadharru’ di akhir-akhir malam dan meninggalkan dosa;
Kunci menggapai rahmat Allah SWT adalah ihsan dalam beribadah kepada Allah SWT dan selalu menebatkan manfaat kepada hamba-hamba-Nya;
Kunci rizki adalah usaha yang disertai istighfar dan takwa;
Kunci kemuliaan (al-‘Izz) adalah taat kepada Allah SWT dan rasul-Nya;
Kunci kesiapan menuju akhirat adalah angan-angan yang pendek;
Kunci segala kebaikan adalah keinginan berjumpa Allah SWT dan tempat tinggal di akhirat;
Kunci segala kejahatan adalah cinta dunia dan angan-angan yang panjang.”
Semoga Allah SWT merahmati dan memasukkan kita semua ke dalam surga-Nya. Amin....
(my.shandy)
Teruslah Bergerak
Saturday, January 01, 2011 8:29 AM
”Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan) tetaplah bekerja keras (untuk urusan lain), dan hanya kepada Tuhanmulah kamu berharap.” (QS. Al-Insyirah [94]: 78)
Bergerak ialah berpindah dari tempat atau kedudukan; melakukan suatu usaha; mengadakan aksi, dan berusaha giat. Itulah beberapa makna bergerak yang terdapat dalam kamus Besar Bahasa Indonesia.
Mengapa perlu bergerak? Karena, dengan bergerak berarti kita menyelamatkan tubuh kita dari kekakuan. Tubuh yang kaku hanya akan membuat pemiliknya sengsara dan tak memiliki arti apa-apa. Dengan bergerak seseorang akan memiliki energi baru untuk melakukan sesuatu.
Di sinilah kita dapat melihat betapa bergerak itu sangat penting, tak terkecuali jika arah gerakan itu ke bawah. Loh? Ya, karena dengan melihat gerakan yang mengarah ke bawah itu berarti kita mendapatkan warning bahwa cara atau metode yang dijalankan sebelumnya itu gagal, sehingga tidak dapat digunakan lagi.
Gerak bukan hanya milik tubuh semata. Akal dan hati juga harus digerakkan agar tak mengalami kekakuan. Akal digerakkan dengan belajar, yaitu dengan membaca, melihat, mendengar, berpikir dan bertindak. Hati digerakkan dengan mengingat Allah, bersahalawat kepada Rasulullah saw, dan rasa kepedulian terhadap sesama. Allah SWT berfirman, “Ketahuilah, dengan menginat Allah hati menjadi tenang,” firman Allah SWT.
Menurut ilmu psikologi, orang yang diam (menganggur) sambil merenungi nasibnya ternyata memiliki tingkat stress yang lebih tinggi dibanding orang yang bergerak kendati buah gerakannya tidak seperti yang diharapkannya alias gagal.
DR. Hassan Syamsi Basya, seorang psikiater kenamaan Timur Tengan (Saudi Arabia) menuliskan, “Orang yang TIDAK intelek mempunyau akal yang tidak banyak bergerak, sedangkan orang yang intelek mempunyai akal yang aktif, yang menjadi motor penggerak. Sebagaimana tubuh dengan gerakan menjadikannya hidup, bukan dengan diam.”
Basya menambahkan, “Sesungguhnya seorang intelek yang benar-benar intelek adalah orang yang membekali perasaan, akal dan hati dengan bacaan pengetahuan dan makna-makna hikmah. Orang seperti ini sesungguhnya merupakan orang yang paling bahagia, bahagia baik dalam keadaan kenyang maupun lapar, bahagia saat punya pakaian atau tidak. Dia bahagia karena cahaya akal, sinaran kalbu dan luasnya cakrawala wawasan.”
* * *
Dalam suatu perjalanan pulang dari Kota Depok, pertengahan Januari lalu, saya menumpang angkot jurusan Depok-Rambutan. Karena angkot yang saya tumpangi berakhir di Pasar Rebo, saya kemudian berganti kendaraan. Saya melanjutkan perjalanan menuju rumah di daerah Cipayung dengan menggunakan taxi berwarna biru.
”Selamat sore pak,” sapa sang sopir dengan senyum setelah membuka pintu bagian belakang.
”Selamat sore, assalamu alaikum....pak,” ucapku menjawab sapaannya sembari membenarkan letak tas ransel bawaanku.
Mendengar ucapan tersebut, kendati salam saya belum sempurna, sopir taxi itu langsung menjawab, ”Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh.” dia menjawab salam saya dengan lengkap sembari membenarkan letak peci hajinya.
Dia tampak sangat bahagia siang itu. Wajahnya bersinar, tatapan matanya penuh dengan optimisme, disertai dengan senyuman yang terus mekar saat menjawab pertanyaan-pertanyaan saya.
”Kita kemana pak?” tanya sopir dengan senyum sumbringah sesaat setelah menjalankan taxinya.
”Ke Cipayung pak.” Jawabku.
”Baru keluar pak?” saya balik bertanya.
”Saya keluar dari pagi pak,” jawabnya.
”Sudah berapa lama bawa taxi pak?”
”Alhamdulillah sudah empat tahun lebih, sejak tahun 2004 lalu,” jawabnya sembari memuji Allah SWT.
”Wah, udah dapat banyak donk pak. Ya paling tidak untuk setoran sudah cukup.”
Alhamdulillah, lumayan,” jawabnya memuji lagi.
Mendengar ucapan alhamdulillah yang berulang kali keluar dari mulutnya membuat saya kagum dan yakin bahwa orang ini bukan orang biasa. Dia adalah orang cerdas. Ucapan alhamdulillah hanya akan keluar dari lisan orang-orang yang pandai bersyukur atas pemberian-Nya, bukan hanya ketika mendapatkan materi yang menumpuk atau ketika memenangkan tender yang cukup menguntungkan. Kesempatan, kesehatan dan kelapangan dada adalah nikmat yang tak dapat dinilai dengan materi, yang harus disyukuri, sehingga mengharuskan kita untuk terus mengucapkan puji-pujian kepada-Nya.
***
Ngeeeeeng…. Taxi terus melaju.
“Bapak biasanya mangkal dimana kalau lagi narik?” tanyaku melanjutkan pembicaraan yang sempat terputus beberapa menit. ”Saya lihat kan banyak taxi yang seringnya mangkal di tempat-tempat tertentu sambil menunggu penumpang atau nunggu perintah dari kantor pusat layanan,” imbuhku.
“Waduh…saya jarang mangkal pak, kecuali kalau memang pengen istirahat aja,” ujarnya.
”Jalan terus dong pak?”
”Iya pak. Lebih baik jalan cari penumpang daripada mangkal nungguin yang anggak jelas,” jawabnya singkat.
Mendengar jawaban tersebut, saya sedikit penasaran, apasih maksud ucapan sopir tersebut? Bukankah dengan terus berjalan berarti menghabiskan bahan bakar dan juga belum tentu dapat penumpang?!
“Maksudnya pak?”
“Ya…mangkal itu nunggu yang tidak pasti, kadang ada (yang menumpang), kadang tidak ada. Kalau pun ada (penumpang), itu lama baru ada. Tapi kalau kita jalan terus, insya Allah ada aja tuh penumpang.”
”Prinsip saya,” jelasnya lebih lanjut, ”dengan terus berjalan mencari penumpang berarti kita menjemput rizki dari Allah yang memang sudah ditentukan oleh-Nya.”
Sejenak saya berpikir dan berdecak kagum dengan prinsip sopir itu. Namun, saat larut dalam kekaguman, sang sopir tiba-tiba “membangunkan” saya. Dia balik bertanya, “Benar ga pak?”
“Iya, iya, benar pak!” jawabku.
Kemudian ia berkata lagi, “Memang, kadang-kadang saya juga mangkal, tapi harus tahu waktu dan tempat,” jelasnya sembari menyebutkan tempat mangkalnya di wilayah Senayan. Waktunya antara pukul 23.00 hingga pukul 24.00, karena di wilayah tersebut banyak karyawan yang baru kembali ke rumahnya pada jam tersebut dengan menggunakan taxi.
Dia juga menjelaskan bahwa banyak di antara temannya ada yang terkadang mangkal di satu pangkalan sampai dua atau tiga jam baru dapat penumpang. “Untung kalau dapat, kalau tidak?!” saya manimpalinya.
“Jadi, bagi saya pak,” jelas sopir tersebut, “bergerak terus menerus lebih baik daripada diam menunggu. Kalau kita jalan, insya Allah, ada aja yang menumpang. Tadi aja sebelum bapak naik, Alhamduliillah, saya baru pulang dari Barang Siang, Bogor, bawa penumpang.”
“Wah lumayan dong pak!”
“Alhamdulillah, kalau kita rajin nyari, insya Allah ada aja jalannya. Penumpa tuhng yang ke Bogor tadi itu saya temukan ketika baru saja keluar dari masjid, setelah shalat zhuhur.”
“Sungguh hebat prinsip bapak ini,” ujarku membatin.
Ya, demikian itulah seharusnya yang kita terapkan dalam hidup kita, guna menjadi hamba yang pandai bersyukur: terus mencari rizki tanpa lupa kewajiban kita terhadap Yang di atas. Karena, semua yang kita nikmati dan kita miliki berasal dari-Nya. Siapa yang mensyukuri itu semua niscaya Dia akan tambah.
***
Karena jarak rumah tampaknya masih sedikit jauh, saya berusaha memanfaatkan kesempatan tersebut untuk terus ”bergerak” dengan bertanya.
”Bapak tinggal dimana?”
“Di Cipete.”
“Jumlah anak?”
“Alhamdulillah saya punya empat orang anak.”
“Sudah pada sekolah dong pak?”
“Dua orang sudah di sekolah lanjutan, yang satunya masih di SD (sekolah dasar), dan seorang lagi masih kecil,” ujarnya.
”Biayainnya gimana tuh pak?”
”Alhamdulillah ada aja. Apalagi yang di SD kan gratis,” ujranya.
Ia melanjutkan, “Setiap orang kan sudah punya rizki masing-masing, tinggal bagaimana cara kita menjemputnya, sambil terus berharap kepada yang di atas.”
* * *
Maka, teruslah bergerak, bergerak, dan bergerak! Air yang terus mengalir akan memberikan energi kehidupan dan kesegaran yang positif. Sedangkan air yang diam, hanya dua kemunkinan; Pertama, menjadi tempat berkembangnya kuman dan binatang yang berbahaya bagi kehidupan. Kedua, membuat wadah yang ditempatinya menjadi licin, sehingga mengakibatkan orang lain tergelincir.
Teruslah bergerak, syukuri segala potensi yang ada—dengan memanfaatkannya, tebarkan manfaat sebanyak mungkin, lalu tawakkallah, niscaya Anda menjadi orang paling bahagia sekaligus menjadi yang terbaik (di sisi-Nya). Balasan terbaik hanya akan diperoleh oleh orang-orang yang gemar melakukan kebaikan dengan cara-cara yang terbaik pula.
Rasulullah saw bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dibanding mukmin yang lemah, namun keduanya tetap memiliki kebaikan. Peliharalah apa yang bermanfaat bagimu, memohohonlah pertolongan kepada Allah SWT, dan jangan lemah….” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)
(M.Yusuf Shandy)
ISTIGFAR: Menenangkan Hati, Memberi Solusi, dan Memperlancar Rezeki
Saturday, January 01, 2011 8:28 AM
Sebelum lanjut ke paragraf-paragraf berikut, alangkah baiknya jika kita terlebi dahulu membaca istigfar;
Astagfirullah al-azhim…
Astagfirullah al-azhim…
Astagfirullah al-azhim…
Istigfar ialah memohon ampun kepada Allah SWT atas dosa dan keslahan yang telah kita perbuat, karena tak seorang pun yang terbebas dari kesalahan, baik karena lalai menunaikan kewajiban atau karena melakukan sesuatu yang haram. Rasulullah saw bersabda, “Setiap anak cucu Adam adalah pelaku kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah orang yang bertobat.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dari Anas ra.)
Sudaraku…
Memohon ampun adalah perintah dari Allah SWT. Siapa yang melaksanakannya ia mendapat pahala dan siapa yang meninggalkannya maka ia berdosa. Allah SWT berfirman, ”Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat. (QS. An-Nasr [110]: 3)
Dia juga berfirman, ”Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya, (jika kamu, mengerjakan yang demikian) niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (QS. Huud [11]: 3)
Dan masih banyak lagi ayat yang memerintahkan kita memohon ampun kepada-Nya atas dosa dan kesalahan yang kita perbuat. Dan, yakinlah bahwa siapa yang memohon ampun kepada-Nya dengan sungguh-sungguh, niscaya Dia akan memberinya ampunan. Dia Maha pengampun dan Maha penerima tobat.
Sudaraku...
Berapa jumlah amal yang anda (dan saya) perbuat dalam sehari. Manakah yang lebih banyak mengisi hari-hari kita, amal atau dosa? Amal yang kita lakukan setiap hari tak menjadi jaminan bagi kita untuk memasuki surga Allah SWT. Tiket menuju surga adalah rahmat Allah SWT.
Rasulullah saw bersabda, ”Ketahuilah oleh kalian bahwa tidak seseorang pun yang dapat selamat karena amalnya." Mendengar hal tersebut, para sahabat bertanya, "Termasuk engkau, wahai Rasulullah?! " Beliau Saw menjawab, "Termasuk saya, kecuali jika Allah SWT melimpahkan padaku rahmat dan karunia-Nya. " (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)
Salah satu jalan untuk mendapatkan rahmat Allah SWT adalah dengan banyak istigfar. Allah SWT berfirman melalui lisan nabi Saleh as., ”Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat.” (QS. An-Naml [27]: 46)
Maka gapailah rahmat Allah SWT dengan selalu menghiasi hati dan lisan kita dengan permohonan ampun kepada-Nya.
Saudaraku...
Allah SWT juga menyuruh kita memperbanyak istigfar supaya kita termasuk dalam golongan orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang dijamin mendapatkan kesuksesan di dunia dan akhirat. Salah satu ciri orang yang bertakwa adalah orang yang selalu istigfar. Allah SWT berfirman, ”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa; (yaitu)…dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka.” (QS. Ali Imran [3]: 133)
Saudaraku…
Istigfar adalah amalan yang sangat istimewa. Karena, salah satu amalan yang dapat menghindarkan azab Allah SWT adalah dengan banyak beristigfar. Allah SWT berfirman, “Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS Al-Anfal [8]: 33)
Karena keistimewaannya itu pula sehingga Allah SWT menggolongkan orang-orang yang senantiasa memohon ampun sebagai pribadi-pribadi terbaik. Rasulullah saw bersabda, “Setiap anak cucu Adam adalah pelaku kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah orang yang bertaubat.”
Karena keistimewaannya itu pula sehingga Allah SWT menggolongkan mereka termasuk dalam hamba-hamba yang dicintai oleh-Nya. ”Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (Al-Baqarah [2]: 222)
Itulah beberapa diantara kekuatan dan keutamaan memohon ampun kepada Allah SWT.
* * *
Saudaraku...
Apakah anda pernah merasa galau, jenuh dan semacamnya? Kegalauan adalah salah satu ”musibah” yang senantiasa menghinggapi seseorang. Bahkan Rasulullah saw pun pernah mengalami hal yang sama, namun kesemuanya itu dapat diatasi dengan banyak istigfar.
Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya kegalauan terkadang menghinggapi hatiku; dan sungguh aku akan senantiasa istigfar 100 kali dalam sehari.” (HR. Muslim)
Maka perbanyaklah istigfar; usirlah perasaan-perasaan tersebut dengan banyak istigfar, sehingga kelapangan dada dan kejernihanlah yang menghiasi jiwa dan hati kita.
Saudaraku...
Manfaat istigfar tak hanya dapat dirasakan di akhirat kelak. Manfaatnya sudah dapat dirasakan ketika kita masih hidup, seperti diberi kemudahan, kelapangan dada dan kejernihan jiwa. Rasulullah saw juga bersabda, “Siapa yang senantiasa beristigfar, niscaya Allah SWT berikan padanya jalan keluar dari kesempitan, kelapangan dari kegalauan, dan rezeki dari arah yang tak terduga.” (HR. Abu Daud, darri Ibnu Abbas ra.)
Melalui lisan nabi Nuh as., Allah SWT berfirman, “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh [71]: 10-12)
Melalui kedua nash (dalil Al-Qur’an dan Hadits) di atas, kita dapat melihat bahwa istigfar itu bukan hanya bermanfaat untuk kehidupan akhirat semata, tetapi ia juga mendatangkan banyak manfaat keduniaan, antara lain:
- Kelapangan dada;
- Jalan keluar dari berbagai persoalan;
- Rezeki dari arah yang tak terduga;
- Memperbanyak harta dan anak, dan
- Kebun-kebun yang di dalamnya terdapa sungi-sungai.
Demikianlah keutamaan dan keistimewaan istigfar. Ia adalah solusi untuk berbagai permasalahan, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Saudaraku...
Mari hiasi hari-hari kita dengan memperbanyak istigfar. Iringalah segala aktivitas dan kesibukan kita dengan istigfar, insya Allah, Allah akan berikan solusi atas berbagai permasalahan yang kita hadapi. Wallahu A’lam Bish-Shawab. *** (M.Yusuf Shandy)
KEMUKJIZATAN AL-QUR`AN
Saturday, January 01, 2011 8:23 AM
Pendahuluan
Al-Qur`an sebagai kitab samawi terakhir yang diberikan kepada Muhammad sebagai penuntun dalam rangka pembinaan umatnya sangatlah fenomenal. Lantaran di dalamnya sarat nilai-nilai yang unik, pelik dan rumit sekaligus luar biasa. Hal ini lebih disebabkan karena eksistensinya yang tidak hanya sebagai ajaran keagamaan saja, melainkan ajaran kehidupan yang mencakup total tata nilai semenjak hulu peradaban umat manusia hingga hilirnya.
Diantara nilai-nilai tersebut adalah pada aspek kebahasaannya, isyarat-isyarat ilmiyah dan muatan hukum yang terkandung didalamnya. Saking pelik, unik, rumit dan keluar biasanya tak pelak ia menjadi objek kajian dari berbagai macam sudutnya, yang darinya melahirkan ketakkjuban bagi yang beriman dan cercaan bagi yang ingkar.
Namun demikian, seiring dengan waktu dan kemajuan intelkstualitas manusia yang diikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern, sedikit demi sedikit nilai-nilai tersebut dapat terkuak dan berpengaruh terhadap kesadaran manusia akan keterbatasan dirinya, sebaliknya mengokohkan posisi Al-Qur`an sebagai kalam Tuhan yang Qudus yang berfungsi sebagai petunjuk dan bukti terhadap kebenaran risalah yang dibawa Muhammad. Serentetan nilai Al-Qur`an yang unik, pelik, rumit sekaligus luar biasa hingga dapat menundukkan manusia dengan segala potensinya itulah yang lazimnya disebut dengan MUKJIZAT.
Pembahasan
1. Pengertian Mukjizat
Kata “Mukjizat” menurut Quraish Shihab berasal dari bahasa Arabأعجز yang berarti “melemahkan atau menjadikan tidak mampu”, sedangkan ة“” ta’ marbutah pada kata معجزة menunjukkan makna mubalaghoh (superlative)1. Menurut kamus besar Purwo Darminto adalah “kejadian ajaib/luar bisaa yang sukar dijangkau oleh kemampuan manusia”2. Sedangkan menurut pakar agama Islam adalah “suatu hal atau peristiwa luar bisaa yang terjadi melalui seorang yang disebut Nabi, sebagai bukti kenabiannya yang di tantangkan pada yang meragukan, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan tersebut”.3 Manna’ Khalil Al-Qattan menjelaskan bahwa pengertian “Kelemahan” secara umum ialah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, sehingga nampaklah kemampuan dari “mu’jis”(sesuatu yang melemahkan). Dan kata I’jas dalam konteks ini adalah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul dengan menampakkan kelemahan orang Arab beserta generasi-generasi setelahnya untuk menghadapi mu’jizatnya yang abadi( Al-Qur`an).4
Dalam pengertian lain bahwa pengetahuan manusia tentang hukum sebab-akibat yang terdapat di alam hanyalah sebagian kecil dari hukum-hukum sebab akibat yang ada dalam pengetahuan Tuhan. Sebagai contoh adalah untuk mendapatkan hasil angka 7 bisa melalui 4+3 = 7 (hukum alam yang dapat diketahui manusia), sedangkang masih banyak sebab-akibat dari hasil angka 7 yang tidak dapat diketahui manusia karena keterbatasan pengindraan. Misalnya 3+3+1=7, (2×2)+3=7, 10-3=7, 100-99+(2×2)+2=7 dst, yang semua sebab-akibat tersebut ditunjukkan oleh Tuhan maka manusia akan mampu memahaminya. Oleh karena itu termasuk kata “sukar” di atas kurang tepat. Karena yakin bahwa manusia dibatasi oleh hukum-hukum alam yang melekat pada dirinya. Tetapi seandainya Allah memberikan penjelasan maka akal akan mampu menerima kebenaran tersebut, namun kenyataannya Allah tak memberikan penjelasan karena ada tujuan-tujuan tertentu yang tak mudah kita pahami.
kedua; melemahkan. Istilah ini juga menggoda pada kita untuk mengkaji ulang. Diantara pendapat datang kaum Sirfah. Abu Ishaq Ibrahim An-Nizam dan pengikutnya dari kaum syi’ah seperti al-Murtadha mengatakan bahwa kemukjizatan Al-Qur`an adalah dengan cara shirfah (pemalingan). Artinya bahwa Allah memalingkan orang-orang Arab untuk menantang Qur’an, padahal sebenarnya mereka mampu, maka pemalingan inilah yang luar bisaa yang selanjutnya pendapat ini di habisi oleh Qadi Abu bakar al-Baqalani ia berkata: “kalau yang luar bisaa itu adalah shirfah maka kalam Allah bukan mukjizat melainkan Shirfah itu sendiri yang mukjizat” dengan berlandasan pada QS. Al-Isra’:88. 7
Berbeda dengan pendapat kaum sirfah, penulis lebih memandang melalui kaca mata dilalah siyaqiyah, bahwa makna “melemahkan-dilemahkan ” cenderung mengarah pada konteks menang dan kalah. Hal inilah yang menurut penulis kurang etis. Dan ternyata kata melemahkan معجزة) يعجز–(أعجز tidak terdapat dalam Al-Qur`an. kalimat yang digunakan adalah أيت (tanda-tanda) dan بينات (penjelasan) yang dari kedua kata tersebut menurut Prof. DR. H. Said Aqil Munawar, MA. mempunyai dua pengertian pertama; pengkabaran Ilahi (QS.3:118, 252/QS.6:4/ QS10:7dan QS.2:159/ QS 3:86/ QS 10:150). Kedua; tanda-bukti yang termasuk digolongkan mukjizat (QS.3:49/ QS.7:126/ QS.40:78/ QS.27:13 dan QS.7:105/ QS.16:44/ QS.20:72)8. yang menurut penulis sebenarnya jauh dari makna melemahkan atau bahkan mengalahkan.
ketiga; dibawa oleh seorang nabi. Seandainya peristiwa luar bisaa tersebut terjadi bukan pada nabi meskipun secara fungsi ada kesamaan dengan mukjizat, bisakah disebut mukjizat?. Dalam buku yang sama Quraish Shihab menjelaskan, selain yang membawa nabi kejadian luar bisaa tersebut bukan dinamakan mukjizat. Beliau menambahkan kalau terjadi pada seseorang yang kelak akan menjadi nabi maka disebut Irhash, adakalanya terjadi pada hamba Allah yang taat yang disebut karomah, dan apabila terjadi pada hamba yang durhaka disebut Istidroj (rangsangan untuk lebih durhaka) atau Ihanah (penghinaan)9. Semua peristiwa tersebut adalah merupakan tanda-tanda dan bukti atas kebesaran Allah agar siapapun yang menyaksikannya baik melalui akal maupun hatinya dapat beriman kepada Allah.
keempat; sebagai bukti kerasulan. Kata “bukti” menyangkut percaya dan tidak percaya, seandainya seseorang telah percaya pada rasul bahwa Ia adalah utusan Allah, adakah masih disebut mukjizat?.
Dari definisi mukkjizat, makna “bukti atau tanda” inilah yang paling utama bukan lemah dan melemahkan karena tujuan risalah (kerasulan) adalah agar seseorang mampu memahami dan meyakini bahwa risalah tersebut benar-benar dari Zat yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT. Adapaun bagi mereka yang sudah percaya terhadap kerasulan Nabi beserta apa yang disampaikannya yang berupa wahyu dari Tuhan maka peristiwa luar bisaa tersebut tetap disebut mukjizat. Sebab dimensi lain makna mukjizat(ketidak mampuan akal) tetap berlaku pada orang yang sudah percaya tersebut. Oleh karena itu fungsinya disamping sebagai “bukti” juga merupakan penjelasan dan pemantapan terhadap keyakinan seseorang.
kelima; mengandung tantangan. Memang kebanyakan ulama diantara misalnya Syahrur juga melihat QS. Al-Isra’: 88 mengandung tantangan dan tantangan tersebut berakhir pada kelemahan mu’jas10, namun hemat penulis bahwa sebenarnya Allah tidak hendak menantang orang-orang kafir. Bagaimana bisa Tuhan menantang mahluknya jelas inpossible, karena maksud dan tujuannya bukan untuk menantang. Dalam ilmu dilaliyah, conten analisis perlu meneropong gaya penuturan Autor, misalnya kalimat ” ayo kalau berani !” ( kondisi marah) mempunyai makna tantangan, sedangkan ” ayo kalau berani ” (kodisi tersenyum) bermakana menguji.
2. Makna Kemujizatan Al-Qur`an
Berdsarkan sifatnya, mukjizat (Al-Qur`an) yang diberikan kepada nabi Muhammad SAW. sangatlah berbeda dengan mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada nabi-nabi terdahulu. Jika para nabi sebelumnya bersifat Hissiy-Matrial sedangkan Al-Qur`an bersifat maknawy / immateri. Perbedaan tersebut bertolak pada dua hal mendasar yaitu pertama, para nabi sebelum Muhammad SAW. ditugaskan pada masyarakat dan masa tertentu. Oleh karenanya mukjizat tersebut hanya sementara. Sedangkan Al-Qur`an tidak terbatas pada masyrakat dan masa tertentu sehingga berlaku sepanjang masa. Kedua, secara historis-sosiologis dalam pemikirannya manusia mengalami perkembangan. Auguste Comte(1798-1857) –sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab- ia berpendapat bahwa pikiran manusia dalam perkembangannya mengalami tiga fase. Pertama Fase keagamaan, dikarenakan keterbatasan pengetahuan manusia ia mengembalikan penafsiran semua gejala yang terjadi pada kekuatan Tuhan atau dewa yang diciptakan dari benaknya. Kedua fase metafisika, yaitu manusia berusaha menafsirkan gejala yang ada dengan mengembalikan pada sumber dasar atau awal kejadiannya. Ketiga fase ilmiah, dimana manusia dalam menafsirkan gejala atau fenomena berdasarkan pengamatan secara teliti dan eksperimen sehingga didapatkan hukum-hukum yang mengatur fenomena tersebut11. Posisi Al-Qur`an sebagai mukjizat adalah pada fase ketiga dimana ditengarahi bahwa potensi pikir-rasa manusia sudah luar biasa sehingga bersifat universal dan eternal.
Umumnya mukjizat para rasul berkaitan dengan hal yang dianggap bernilai tinggi dan sebagai keunggulan oleh masing-masing umatnya pada masa itu. Misalnya pada zaman nabi Musa lagi ngeternnya tukang sihir, maka mukjizatnya sebagaimana tertera dalam QS. Al-a’raf: 103-126, As-Su’ara’: 30-51, dan Thoha: 57-73. pada nabi Isa adalah zaman perdukunan / tabib maka mukjizatnya adalah seperti pada QS. Ali Imran: 49 dan Al-Maidah: 110. Dan pada zaman Muhammad lagi marak-maraknya sastra sehingga mukjizat yang mach adalah Al-Qur`an12. Dari sinilah sebagian ulama berpendapat bahwa kemukjizatan Al-Qur`an yang utama saat itu adalah kebahasaan dan kesastraannya di samping isi yang terkandung di dalamnya.
Kemukjizatan Al-Qur`an dari aspek Basaha dan Sastra
Dari segi kebahasaan dan kesastraannya Al-Qur`an mempunyai gaya bahasa yang khas yang sangat berbeda dengan bahasa masyarakat Arab, baik dari pemilihan huruf dan kalimat yang keduanya mempunyai makna yang dalam. Usman bin Jinni(932-1002) seorang pakar bahasa Arab -sebagaimana dituturkan Quraish Shihab- mengatakan bahwa pemilihan kosa kata dalam bahasa Arab bukanlah suatu kebetulan melainkan mempunyai nilai falsafah bahasa yang tinggi13. Kalimat-kalimat dalam Al-Qur`an mampu mengeluarkan sesuatu yang abstrak kepada fenomena yang konkrit sehingga dapat dirasakan ruh dinamikanya, termasuk menundukkan seluruh kata dalam suatu bahasa untuk setiap makna dan imajinasi yang digambarkannya. Kehalusan bahasa dan uslub Al-Qur`an yang menakjubkan terlihat dari balgoh dan fasohahnya, baik yang konkrit maupun abstrak dalam mengekspresikan dan mengeksplorasi makna yang dituju sehingga dapat komunikatif antara Autor(Allah) dan penikmat (umat)14.
Kajian mengenai Style Al-Qur`an, Shihabuddin menjelaskan dalam bukunya Stilistika Al-Qur`an, bahwa pemilihan huruf dalam Al-Qur`an dan penggabungannya antara konsonan dan vocal sangat serasi sehingga memudahkan dalam pengucapannya. Lebih lanjut –dengan mengutip Az-Zarqoni- keserasian tersebut adalah tata bunyi harakah, sukun, mad dan ghunnah(nasal). Dari paduan ini bacaan Al-Qur`an akan menyerupai suatu alunan musik atau irama lagu yang mengagumkan. Perpindahan dari satu nada ke nada yang lain sangat bervariasi sehingga warna musik yang ditimbulkanpun beragam. Keserasian akhir ayat melebihi keindahan puisi, hal ini dikarenakan Al-Qur`an mempunyai purwakanti beragam sehingga tidak menjemukan. Misalnya dalam surat Al-Kahfi(18: 9-16) yang diakhiri vocal “a” dan diiringi konsonan yang berfariasi, sehingga tak aneh kalau mereka (masyarakat Arab) terenyuh dan mengira Muhammad berpuisi. Namun Walid Al-mughiroh membantah karena berbeda dengan kaidah-kaidah puisi yang ada, lalu ia mengira ucapan Muhammad adalah sihir karena mirip dengan keindahan bunyi sihir (mantra) yang prosais dan puitis. Sebagaimana pula dilontarkan oleh Montgomery Watt dalam bukunya “bell’s Introduction to the Qoran” bahwa style Quran adalah Soothsayer Utterance (mantera tukang tenung), karena gaya itu sangat tipis dengan ganyanya tukang tenung, penyair dan orang gila.15 Terkait dengan nada dan lagam bahasa ini, Quraish Shihab mngutip pendapat Marmaduke -cendikiawan Inggris- ia mengatakan bahwa Al-Qur`an mempunyai simponi yang tidak ada taranya dimana setiap nada-nadanya bisa menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka cita. Misalnya dalam surat An-Naazi’at ayat 1-5. Kemudian dilanjutkan dengan lagam yang berbeda ayat 6-14, yang ternyata perpaduan lagam ini dapat mempengaruhi psikologis seseorang.16
Selain efek fonologi terhadap irama, juga penempatan huruf-huruf Al-Qur`an tersebut menimbulkan efek fonologi terhadap makna, contohnya sebagaimana dikutip Shihabuddin Qulyubi dalam bukunya Najlah “Lughah Al-Qur`an al-karim fi Juz ‘amma”, bunyi yang didominasi oleh jenis konsonan frikatif (huruf sin) memberi kesan bisikan para pelaku kejahatan dan tipuan, demikian pula pengulangan dan bacaan cepat huruf ra’ pada QS. An-Naazi’at menggambarkan getaran bumi dan langit. Contoh lain dalam surat Al-haqqah dan Al-Qari’ah terkesan lambat tapi kuat, karena ayat ini mengandung makna pelajaran dan peringatan tentang hari kiyamat.17
Dari pemilihan kata dan kalimat misalnya, Al-Qur`an mempunyai sinonim dan homonym yang sangat beragam. contohnya kata yang berkaitan dengan perasaan cinta. علق diungkapkan saat bertatap pandang atau mendengar kabar yang menyenangkan, kemudian jika sudah ada perasaan untuk bertemu dan mendekat menggunakan ميل, seterusnya bila sudah ada keinginan untuk menguasai dan memiliki dengan ungkapan مودة, tingkat berikutnya محبة, dilanjutkan dengan خلة, lalu الصبابة , terus الهوى , dan bila sudah muncul pengorbanan meskipun membahayakan diri sendiri namanya العشق , bila kadar cinta telah memenuhi ruang hidupnya dan tidak ada yang lain maka menjadi التتيم , yang semua itu bila berujung pada tarap tidak mampu mengendalikan diri, membedakan sesuatu maka disebut وليه .18 yang semua kata-kata tersebut mempunyai porsi dan efek makna masing-masing. Meminjam bahasanya Sihabuddin disebut lafal-lafal yang tepat makna artinya pemilihan lafal-lafal tersebut sesuai dengan konteksnya masing-masing. Misalanya, dalam menggambarkan kondisi yang tua renta (Zakaria) dalam QS. Maryam: 3-6, Wahanal ‘Azmu minni bukan Wahanal lahmu minni. Juga Wasyta’alar-ra’su syaiba (uban itu telah memenuhi kepala) bukan Wasyta’alas- syaibu fi ra’si (uban itu ada di kepala).19
Masih dalam konteks redaksi bahasa Al-Qur`an berlaku pula deviasi(penyimpangan untuk memperoleh efek lain) misalnya dalam QS. Asy-Su’ara’, ayat 78-82. Pada ayat 78, 79 dimulai dengan lafal allazi, pada ayat 80 dimulai waidza, namun pada ayat 81, 82 kembali dengan allazi, dan fail pada ayat 78,79,81,82 adalah Allah, sedang pada ayat 80 faiilnya orang pertama (saya) tentu kalau di’atofkan pada ayat 78,79,81,82 maka terjadi deviasi pemanfaatan pronomina hua (هو). Lafal yahdiin, yumiitunii wa yasqiin dan yasfiin tanpa didahului promnomina tersebut. Pengaruh dan efek deviasi yang ditimbulkan adalah munculnya variasi struktur kalimat sehingga kalimat-kalimat tersebut tersa baru dan tidak menjemukan20.
Selain itu keseimbangan redaksi Al-Qur`an telah membuat takjub para pemerhati bahasa, baik keseimbangan dalam jumlah bilangan kata dengan antonimnya, jumlah bilangan kata dengan sinonimnya, jumlah kata dengan penyebabnya, jumlah kata dengan akibatnya, maupun keseimbangan-keseimbangan yang lain(khusus). Misalnya الحياة dan الموت masing-masing sebanyak 145 kali. النفع dan الفساد sebanyak 50 kali dan seterusnya. Kata dan sinonimnya misalnya, الحرث dan الزراعة sebanyak 14 kali,العقل dan النور sebanyak 49 kali dan lain sebagainya. Kata dengan penyebabnya misalnya, الاسرى (tawanan) dan الحرب sebanyak 6 kali, السلام dan الطيبات sebanyak 60 kali dan lain-lainnya. Kata dan akibatnya contohnya, الزكاة dan البركات sebanyak 32 kali,الانفاق dan الرضا sebanyak 73 kali.21 Secara umum Said Aqil merangkum keistimewaan Al-Qur`an sebagai berikut:
1.
Kelembutan Al-Qur`an secara lafziyah yang terdapat dalam susunan suara dan keindahan bahasa.
2.
Keserasian Al-Qur`an baik untuk orang awam maupun cendekiawan.
3.
Sesuai dengan akal dan perasaan, yakni Al-Qur`an memberi doktrin pada akal dan hati, serta merangkum kebenaran serta keindahan sekaligus.
4.
Keindahan sajian serta susunannya, seolah-olah suatu bingkai yang dapat memukau akal dan memusatkan tanggapan dan perhatian.
5.
Keindahan dalam liku-liku ucapan atau kalimat serta beraneka ragam dalam bentuknya.
6.
Mencakup dan memenuhi persyaratan global(ijmali) dan terperinci (tafsily).
7.
Dapat memahami dengan melihat yang tersurat dan tersirat.22
Semua data-data yang penulis paparkan, hanyalah sekelumit kandungan kemukjizatan dari sisi kebahasaan dan tentunya masih banyak hal terkait dengan kontek ini yang tak mungkin penulis bahas. Singkat kata bahwa ditinjau dari kebahasaan Al-Qur`an mempunyai kandungan makna luar bisa baik pemilihan kata, kalimat dan hubungan antar keduanya, efek fonologi terhadap nada dan irama yang sangat berpengaruh terhadap jiwa penikmatanya atau efek fonologi terhadap makna yang ditimbulkan serta deviasi kalimat yang sarat makna. Sehingga tak heran bila Al-Qur`an menempatkan dirinya sebagai seambrek simbul yang sangat komunikatif lagi fenomenal. Eksistensinya yang sedemikian luarbisa, membuat bangsa Arab khususnya saat itu bertekuk lutut dan tak mampu berbuat apa-apa.
Kemukjizatan Al-Qur`an dari aspek Isyarat Ilmiyah
Selain keistimewaan pada kebahasaan, Al-Qur`an juga mempunyai isyarat-isyarat ilmiyah yang sebagian ulama menganggap sebagai bentuk kemukjizatan Al-Qur`an. Diantara isyarat-isyarat itu adalah bagaimana Al-Qur`an berbicara tentang reproduksi manusia. Setidaknya ada beberapa ayat yang menjelaskan proses kejadian manusia yang berasal dari Nutfah (air mani), yaitu surat Al-Qiyamah (75:36 -39):
36. Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?
37. Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),
38. Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya,
39. Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan.
Surat An-. Najm (53: 45-46):
45. Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita.
46. Dari air mani, apabila dipancarkan
Surat Al-Waqi’ah (56: 58-59)
58. Maka Terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan.
59. Kamukah yang menciptakannya, atau kamikah yang menciptakannya?
Ayat-ayat di atas pada zaman modern sesuai dengan penemuan para ahli genetika bahwa air mani yang menyembur dari laki-laki mengandung 200.000.000 lebih sel sperma yang salah satu darinya akan menembus rahim dan membuahi ovum. Dalam konsep tersebut bahwa sel sperma mempunyai kromosum yang dilambangkan hurup XY, sedangkan perempuan XX. Apabila sel sperma yang berkromosum X lebih dominan maka akan lahir perempuan sedang apabila yang lebih dominan Y maka akan lahir laki-laki. Barang kali inilah penjelasan sementara tentang informasi ayat ke 39 surat Al-Qiyamah. Kemudian setelah ovum terbuahi akan menjadi zigot atau yang dalam ayat ke 38 disebut ‘Alaqoh.23
Selain itu, Al-Qur`an juga mengisyaratkan tentang kejadian alam semesta, bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan seperti digambarkan dalam QS. Al-Anbiya`21: 30.
1.
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
Pada tahun 1929 Edwin P. Hubbel (1889-1953) mengadakan observasi yang menunujukkan adanya pemuaian alam semesta. Hal ini sesuai dengan QS. Azdariyat ayat 57 bahwa alam semesta berekspansi bukan statis sebagaimana diduga Enstin. Ekspansi itu melahirkan sekitar seratur milyar galaksi yang masing-masing mempunyai 100 milyar bintang. Pada awalnya semua benda-benda langit tersebut merupakan gumpalan gas padat terdiri dari proton dan neutron yang mempunyai kisaran secara teratur, dan pada derajat temperature tertentu gumpalan tersebut meledak yang proses ini lazimnya disebut Big Bang.24
Diantara isyarat ilmiyah lain adalah gunung. Secara eksplisit kata gunung dalam Al-Qur`an disebutkan sebanyak 39 kali dan secara implisit terdapat 10 kali. Dari 49 ayat tersebut 22 diantaranya menggambarkan gunung sebagai pasak atau pancang bumi. Misalnya dalam surat An Naba` 78:7
1.
Dan gunung-gunung sebagai pasak.
Begitu juga dalam QS. 13:3, 15:19, 16:15, 21:31, 27:61, 31:10, 50:7, 77:27 dan 79:32.
Fakta-fakta mengenai gunung, baru tersingkap oleh para pakar pada akhir tahun 1960-an, bahwa gunung mempunyai akar, dan peranannya dalam menghentikan gerakan menyentak horizontal lithosfer, baru dapat difahami dalam kerja teori lempengan tektonik(plate tetonics). Hal ini dapat dimengerti karena akar gunung mencapai 15 kali ketinggian di permukaan bumi sehingga mampu menjadi stabilisator terhadap goncangan dan getaran.25
Lebih lanjut Airy(1855) mengatakan bahwa lapisan di bawah gunung bukanlah lapisan yang kaku melainkan gunung itu mengapung pada lautan bebatuan yang lebih rapat. Namun demikian massa gunung yang besar tersebut diimbangi defisiensi massa dalam bebatuan sekelilingnya di bawah gunung dalam bentuk akar. Akar gunung memberikan topangan buoyancy serupa dengan semua benda yang mengapung. Ia menggambarkan kerak bumi yang berada di atas lava dapat dibandingkan dengan kenyataan sehari-hari yaitu seperti rakit kayu yang mengapung di atas air, dimana permukaan rakit yang mengapung lebih tinggi dari permukaan lainnya juga mempunyai permukaan yang lebih dalam. Dengan demikian permukaan bumi tetap dalam Equilibrium Isostasis, artinya bawa permukaan bumi berada dalam titik keseimbangan akibat perbedaan antara Volume dan daya grafitasi.26
Masih banyak lagi isyarat-isyarat ilmiyah yang disinggung Al-Qur`an misalnya tentang kejadian awan, sistem kehidupan lebah, tumbuhan-tumbuhan yang berklorofil dan seterusnya, yang semua itu merangsang terhadap adanya pembuktian-pembuktian secara empiris dan rasionalis. Dan semakin bukti-bukti itu terkuak semakin nyatalah kebenaran Al-Qur`an bahwa ia bukan buatan Muhammad. Bagaimana mungkin seorang Muhammad yang 14 abad silam tak mengenal pendidikan tidak bisa baca-tulis mampu menjelaskan hal itu semua.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana posisi kebenaran ilmiyah terhadap isyarat-isyarat ilmiyah Al-Qur`an?. Satu hal yang harus dipahami adalah bahwa Al-Qur`an bukanlah buku kumpulan teori ilmiyah, ia lebih merupakan suatu petunjuk untuk menuju pada tujuan yang benar. Apabila kita menganalisa sedikit ayat-ayat diatas bahwa Al-Qur`an tidak hanya berhenti pada isyarat ilmiyah tetapi lebih pada bagaimana setelah manusia itu memahami dan mengerti terhadap isyarat-isyarat ilmiyah tersebut. Adapun ke-ilmiyah-an Al-Qur`an hanya sebatas juklak agar tujuan-tujuan Tuhan lebih komunikatif dan efektif. Sehingga ada perbedaan mendasar atas ke-ilmiyah-an Al-Qur`an dan “ke-ilmiyah-an” dalam pengetahuan manusia. Sehingga dapat di analogkan ke-ilmiyah-an Al-Qur`an adalah peta dan “ke-ilmiyah-an” manusia adalah proses penelusuran jejak-jejak tersebut, oleh karenanya hanya bersifat justifikasi andaikata benar. Sebab sevalid apapun ke-ilmiyah-an manusia ia tetap tunduk pada hukum-hukum dan teori-teori ke-probabilitas-an manusia yang notabene bersifat serba terbatas.
Kemukjizatan Al-Qur`an dari aspek kisah-kisah purba
Diantara hal yang menarik dari Al-Qur`an adalah bahwa Al-Qur`an memuat beberapa cerita kaum-kaum terdahulu, hingga jauh ke hulu sejarah peradaban umat manusia yang tak mungkin buku sejarah manapun mampu mengcover secara akurat. Memang Al-Qur`an tidak memaparkan secara kronologis-histories, karena memang Al-Qur`an bukanlah buku sejarah. Al-Qur`an menggunakan sejarah purba tersebut hanya sebagai icon terhadap sebuah fenomena tertentu dengan maksud dan tujuan tertentu. Sehingga starting pointnya dalam memahami kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur`an bukan dari dimensi histories ansih, melainkan dari dimensi agama kisah merupaka metode Tuhan dalam rangka menyampaikan ajaran yang terkandung di dalamnya.
Bahkan Al-Qur`an juga memberi informasi terhadap kejadian-kejadian yang bakal terjadi, misalnya kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia pada masa sekitar sembilan tahun sebelum peristiwa tersebut terjadi. Juga cerita tentang datangnya seekor binatang yang dapat bercakap-cakap menjelang hari kiyamat, yang terdapat dalam surat An-Naml 27: 82.27
82. Dan apabila perkataan Telah jatuh atas mereka, kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa Sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.
Manna’Kholil Khattan menyebutkan macam-macam kisah yang terdapat di Al-Qur`an. Pertama, kisah-kisah para Nabi dan segala hal yang menyangkut perjuangannya. Seperti Nabi Nuh AS, Ibrahim AS, Musa AS, Isa AS, Muhammad SAW. dan seterusnya. Kedua, kisah-kisah yang berhubungan dengan masa lulu dan orang-orang yang belum bias dipastikan kenabiaanya. Misalnya kisah beribu-ribu orang yang pergi dari kampungnya karena takut mati, kisah Talut dan Jalut, dua orang putra Adam, Ashaabul kahfi, Zulkarnain, ashaabul Sabt, Karun dan lain-lainnya. Ketiga, kisah yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW. seperti perang badar, prang uhud, perang Hunain, perang Ahzab, tentang Isra` dan Mi’raj dan lain-lain.28
Sementra diantara kritikus baik dari orientalis maupun oksidentalis ada yang meragukan. Salah satunya seperti yang dikutip Manna’Kholil Khattan, bahwa salah satu kandidat doctor di Mesir mengajukan judul Al Fannul Qasasiy fil Qur`an, yang intinya dalam disertasi tersebut menyatakan bahwa kisah-kisah dalam Al-Qur`an merupakan karya seni yang tunduk kepada daya cipta dan kreatifitas kaidah-kaidah seni, tanpa harus memegangi sisi kebenaran sejarah. Dari pernyataan ini jelas sekali bahwa ia meragukan kebenaran terhadap kisah-kisah dalam Al-Qur`an.29
Dalam Al-Qur`an surat Al-Hadid(57):26 disebutkan:
1.
Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan Al kitab, Maka di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka fasik.
Barang kali kita merasa tertohok jika ada orang bertanya kapan dan dimana Nabi Nuh itu hidup adakah bukti-bukti secara empiris terhadap hal itu?. Untuk menelusuri pertanyaan ini kita dapat murujuk pada tradisi Islam yaitu Al-Qur`an-hadis dan sebagainya, tradisi Semitis yang meliputi injil, data arkeologis dan antropologis.
Al-Qur`an surat 11:44, mengisahkan bahwa perahu Nabi Nuh terdampar di gunung Judy.
Maulana Yusuf menafsirkan, gunung Judy terletak di daerah yang meliputi distrik Bohran di Turki; yaitu dekat perbatasan Turki sekarang dan Irak dan Syiria. Yakni pegunungan besar Plateau Ararat yang mendomonasi distrik ini.
Dalam teradisi Islam dari Imam Abu al-Fida’ Al-Tadmuri (Mattewhs 1949) dapat disimpulkan bahwa sejarah Nabi Nuh AS mulai sekitar 6000 tahun yang lalu atau 4000 SM. Sementara daerah sekitar seperti ayat di atas di huni oleh penduduk lembah Trigis Hulu atau keturunan mereka. Di samping itu pertemuan tadisi Islam dan Injil menguatkan hal tersebut. Menurut Al-Tadmuri nabi Nuh mempunyai tiga putra yaitu Sam, Ham dan Yafat. Menurut tradisi Injil dan Yahudi putra Nabi Nuh adalah Shem, Ham dan Japhet. Sementara Kanaan masih polemic ada yang mengatakan termasuk putranya atau cucunya dari Ham, yang jelas masih keluarga Nabi Nuh.30
Para sarjan Yahudi percaya bahwa Sam adalah cikal-bakal kelompok ras yang umumnya sekarang disebut Timur Tengah. Ham dianggap sebagai nenek moyang oaring yang tinggal di Afrika Utara sedangkan kanaan sebagai asal-usul Canaanites yaitu Hittites, Amorites, Jebusites, Hivites, Girghasites dan Perrizites. Dan Yafat dianggap sebagai bapak dari bangsa yang mendiami daerah utara dan barat Palestina.
Keterangan yang mirip di tuturkan oleh Al-Tadmuri dalam bukunya Muthir Al-Gharam Fi Fadl Zuyarat Al-Khalili dengan mengutip riwayat At-Tha’labi bahwa Sam adalah bapak dari orang Arab, Parsi dan Yunani, Ham adalah bapaknya orang Negro dan Yafat adalah bapaknya orang Turki, Barbar dan Ya’juj dan Ma’juj.31
Dari perkawinan tradisi di atas nampak formasi kehidupan Nabi Nuh sekaligus mempertegas terhadap kisah yang ada dalam Al-Qur`an bukanlah mengada-ada. Meskipun dari sudut latar, setting, plot dan alur tidak jelas. Karena Al-Qur`an tidak hendak me-narasi-kan suatu peristiwa dengan pendekatan sastra. Dan menurut penulis eksistensinya Al-Qur`an sebagai satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan -terkait dengan masalah kisah-kisah ini- maka bila satu kisah sudah dapat dibuktikan secara empiris maka ini sekaligus membuktikan bahwa seluruh kisah dalam Al-Qur`an adalah benar dan non fiktif adanya.
Kemukjizatan Al-Qur`an dari aspek Tasyri’ (hukum)
Tak kalah menakjubkan lagi ketika Al-Qur`an berbicara tentang hukum(tasyri’) baik yang bersifat individu, sosial(pidana, perdata, ekonomi serta politik) dan ibadah. Sepanjang sejarah peradaban umat, manusia selalu berusaha membuat hukum-hukum yang mengatur sekaligus sebagai landasan hidup mereka dalam kehidupan mereka. Namun demikian hukum-hukum tersebut selalu direkonstruksi diamandement bahkan dihapuskan sesuai dengan tingkat kemajuan intelekstualitas dan kebutuhan dalam kehidupan sosial yang semakin kompleks. Perkara ini tak berlaku pada Al-Qur`an. Hukum-hukum Al-Qur`an selalu kontekstual berlaku sepanjang hayat, dimanapun dan kapanpun karena Al-Qur`an datang dari Zat yang Maha Adil lagi Bijaksana.
Dalam menetapkan hukum Al-Qur`an menggunakan cara-cara sebgai berikut; pertama, secara mujmal. Cara ini digunakan dalam banyak urusan ibadah yaitu dengan menerangkan pokok-pokok hukum saja. Demikian pula tentang mu’amalat badaniyah Al-Qur`an hanya mengungkapkan kaidah-kaidah secara kuliyah.sedangkang perinciannya diserahkan pada As-Sunah dan ijtihad para mujtahid. Kedua, hukum yang agak jelas dan terperinci. Misalnya hukum jihad, undang-undang peranghubungan umat Islam dengan umat lain, hukum tawanan dan rampasan perang. Seperti QS. At-Taubah 9:41. Ketiga, jelas dan terpeinci. Diantara hukum-hukum ini adalah masalah hutang-piutang QS. Al-Baqarah,2:282. Tentang makanan yang halal dan haram, QS. An-Nis` 4:29. Tentang sumpah, QS. An-Nahl 16:94. Tentang perintah memelihara kehormatan wanita, diantara QS. Al-Ahzab 33:59. dan perkawinan QS. An-Nisa` 4:22.32
Yang menarik diantara hukum-hukum tersebut adalah bagaimana Tuhan memformat setiap hukum atas dasar keadilan dan keseimbangan baik untuk jasmani dan rohani, individu maupun sosial sekaligus ketuhanan. Misalnya shalat yang hukumnya wajib bagi setiap muslim yang sudah aqil-balig dan tidak boleh ditinggalkan atau diganti dengan apapun. Dari segi gerakan banyak penelitian yang ternyata gerakan shalat sangat mempengaruhi saraf manusia, yang intinya kalau shalat dilakukan dengan benar dan khusuk (konsentrasi) maka dapat menetralisir dari segala penyakit yang terkait dengan saraf, kelumpuhan misalnya. Juga shalat yang kusuk merupakan bentuk meditasi yang luar biasa, sehingga apabila seseorang melakukan dengan baik maka jiwanya akan selamat dari goncangan-goncangan yang mengakibatbatkan sters hingga gila.
Dalam konteks sosial shalat mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar seperti dalam QS. Al-‘Ankabut 29: 45,
45. Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
yang kedua perbuatan tersebut merupakan biang kerok penyakit sosial. Semua bentuk kejahatan sosial seperti politik kotor, korupsi, kriminalitas pelecehan seksual yang semua itu disebabkan oleh nafsu (potensi) syaitoniyah dan shalat adalah obat mujarab untuk itu.
Contoh lain misalnya Al-Qur`an ali imran2;159 yang menanamkan sistem hukum sosial dengan berdasar pada azaz musyawarah.
1.
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[33]. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Ayat diatas menganjurkan untuk menyelesaikan semua problem sosial dengan azaz musyawarah agar dapat memenuhi keadilan bersama dan tidak ada yang dirugikan. Nilai yang dapat diambil adalah bagaimana manusia harus mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kelompoknya, karena hasil keputusan dengan musyawarah adalah keputusan bersama. Dengan demikian keutuhan masyarakat tetap terjaga. Ayat selanjutnya apabila sudah sepakat dan saling bertanggung jawab maka bertawakkal kepada Allah. Hal ini mengindikasikan harus adanya kekuasaan mutlak yang menjadi sentral semua hukum dan sistem tata nilai manusia.
Demikianlah karakteristik sekaligus rahasia hukum-hukum Tuhan yang selalu menjaga keadilan dan keseimbangan baik individu, sosial dan ketuhanan yang tak mungkin manusia mampu menciptakan hukum secara kooperatif dan holistic. Oleh karena itu tak salah bila seorang Rasyid Rida -sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab- mengatakan dalam Al-Manarnya bahwa petunujuk Al-Qur`an dalam bidang akidah, metafisika, ahlak, dan hukum-hukum yang berkaitan dengan agama, sosial, politik dan ekonomi merupakan pengetahuan yang sangat tinggi nilainya. Dan jarang sekali yang dapat mencapai puncak dalam bidang-bidang tersebut kecuali mereka yang memusatkan diri secara penuh danmempelajarinya bertahun-tahun. Padahal sebagaimana maklum Muhammd sang pembawa hukum tersebut adalah seorang Ummy dan hidup pada kondisi dimana ilmu pengetahuan pada masa kegelapan.
1.
Kesimpulan
Menanggapi masalah definisi mukjizat yang telah dihadirkan para ulama, penulis lebih cenderung pada makna “bukti”, hal ini didasarkan pada bahwa kata “mukjizat” tidak ditemukan dalam al-quran melainkan kata “ayat”. Bukti-bukti inilah yang luar biasa sehingga manusia khusunya masyarakat Arab ketika itu bertekuk lutut atau paling tidak sebenarnya mereka mengakuinya. Diantara bukti-bukti yang luar biasa tersebut adalah pada aspek kebahasaannya, isyarat-isyarat ilmiyah dan muatan hukum yang terkandung didalamnya.
Ditilik dari kebahasaan, Al-Qur`an mempunyai kandungan makna luar biasa baik yang dihasilkan dari pemilihan kata, kalimat dan hubungan antar keduanya, efek fonologi terhadap nada dan irama yang sangat berpengaruh terhadap jiwa penikmatanya atau efek fonologi terhadap makna yang ditimbulkan serta deviasi kalimat yang sarat makna. Ditambah lagi adanya keseimbangan redaksinya serta keseimbangan antara jumlah bilangan katanya. Sehingga tak heran bila Al-Qur`an menempatkan dirinya sebagai seambrek simbul yang sangat kominikatif lagi fenomenal.
Tak kalah serunya Al-Qur`an dilihat dari demensi ilmiyah. Bagaimana Al-Qur`an mendiskripsikan tentang reproduksi manusia, hal ihwal proses penciptaan alam beserta frora dan faunanya tentang awan peredaran matahari dan seterusnya yang semua itu dapat dibuktikan keabsahannya melalui kacamata ilmiyah, sehingga menujukkan bahwa Al-Qur`an sejalan dengan rasio dan akal manusia.
Adanya kisah-kisah misterius dalam Al-Qur`an, menempatkannya sebagai ajaran kehidupan yang mencakup total tata nilai mulai hulu peradaban umat manusia hingga hilirnya. Bahwa peristiwa-peristiwa tersebut sengaja dihadirkan oleh Tuhan agar manusia mampu menjadikannya sebagai ‘ibrah kehidupan. Ia merupakan sebuah metode yang dipilih Tuhan untuk menuangkan nilai yang terkandung didalamnya.
Keistimewaan Al-Qur`an yang paling esensi adalah petunjuk hukum secara kooperatif, komprehensif dan holistik baik yang berkenaan masalah akidah, agama, sosial, pilitik dan ekonomi yang secara umum bertolak pada azaz keadilan dan keseimbangan, baik secara jasmani dan rohani, dunia dan akhirat atau manusia sebagai indifidu, social masyarakat atau dengan Tuhannya. Demikianlah yang dapat penulis paparkan dan akhirnya wallahu ‘alam bish-shawab.
***
DAFTAR PUSTAKA
1.
1.
1.
1.
Al-Qur`an Terjemah versi مجمع الملك المدينة المنورة 1418 H
2.
Dekdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal 596, Balai Pustaka Jakarta, Cet. Ke II 1989
3.
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur`an, Misan Bandung, cetakan V April 1999
4.
Manna’ Khalil al_Qattan, Studi Ilmu Qur’an ( terjamahan dariمباحث في علوم القرآن ), Litera Antar Nusa dan Pustaka Ilmiyah, IKAPI Yogyakarta, cetakan V 1998
5.
Prof. DR. H. Said Aqil Munawar, MA, Al-Qur`an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Ciputat Press Jakarta, Cetakan ke 2 Agustus 2002
6.
Shihabuddin Qulyubi, Stilistika Al-Qur`an, Titan Ilahi Perrs yogyakarta cetakan 1 November 1997
7.
M. Syahrur, al-Kitab wa Al-Qur`an (qiraatun mu’asharatun), Syarikah Al-matbuu’ah littauzii’ wa an-nasyr Beirut Libanon cetakan ke VI 2000.
8.
Ahmad Ash Showy (et.al) Mukjizat Al-Qur`an dan As-Sunah tentang IPTEK, GP Jakarta cet. Ke IV 1999
1 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, Misan Bandung, cetakan V April 1999, hal 23
2 Dekdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal 596, Balai Pustaka Jakarta, Cet. Ke II 1989
3 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, Misan Bandung, cetakan V April 1999, hal 23
4 Manna’ Khalil al_Qattan, Studi Ilmu Qur’an ( terjamahan dariمباحث في علوم القرآن ), Litera Antar Nusa dan Pustaka Ilmiyah, IKAPI Yogyakarta, cetakan V 1998 hal. 371
5 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, Misan Bandung, cetakan V April 1999, hal. 24
6 Dalam Al-quran versi مجمع الملك المدينة المنورة diterjemahan . Padahal belum datang kepada mereka penjelasannya , hal ini mengandung arti bahwa sebenarnya akal manusia mampu menerima kebenaran atas ayat-ayat Allah khususnya yang terkait dengan al-quran sebagai mukjizat atas isi dan susunan bahasanya. Karena dalam hal ini bahwa keluarbiasaan tersebut berlaku di alam untuk manusia.
7 Manna’ Khalil al_Qattan, (Studi Ilmu Qur’anterjemahan dari مباحث في علوم القرآن ), Litera Antar Nusa dan Pustaka Ilmiyah, IKAPI Yogyakarta, cetakan V 1998 hal. 375
8 Prof. DR. H. Said Aqil Munawar, MA, Al-Quran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Ciputat Press Jakarta, Cetakan ke 2 Agustus 2002, hal. 30
9 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, Misan Bandung, cetakan V April 1999, hal. 24
10 Lih. M. Syahrur dalam bukunya al-Kitab wa al-Quran (qiraatun mu’sharatun), Syarikah Al-matbuu’ah littauzii’ wa an-nasyr Beirut Libanon cetakan ke VI 2000. hal 179
11 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, Misan Bandung, cetakan V April 1999, hal. 36-37
12 Prof. DR. H. Said Aqil Munawar, MA, Al-Quran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Ciputat Press Jakarta, Cetakan ke 2 Agustus 2002, hal. 31
13 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, Misan Bandung, cetakan V April 1999, hal. 90
14 Prof. DR. H. Said Aqil Munawar, MA, Al-Quran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Ciputat Press Jakarta, Cetakan ke 2 Agustus 2002, hal. 33-34
15 Lihat Shihabuddin Qulyubi, Stilistika Al-Quran, Titan Ilahi Pers yogyakarta cetakan 1 November 1997, hal. 39-41
16 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, Misan Bandung, cetakan V April 1999, hal. 119
17 Shihabuddin Qulyubi, Stilistika Al-Quran, Titan Ilahi Perrs yogyakarta cetakan 1 November 1997, hal. 45-46
18 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, Misan Bandung, cetakan V April 1999, hal. 97
19 Shihabuddin Qulyubi, Stilistika Al-Quran, Titan Ilahi Perrs yogyakarta cetakan 1 November 1997, hal. 54
20 Ibid. hal. 60
21 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, Misan Bandung, cetakan V April 1999, hal. 141-142
22 Prof. DR. H. Said Aqil Munawar, MA, Al-Quran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Ciputat Press Jakarta, Cetakan ke 2 Agustus 2002, hal. 35
23 Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, Misan Bandung, cetakan V April 1999, hal. 166-170
24 Ibid. hal 171-172
25 Zaghul Raghib Muhammad Al Najar, Mukjizat Al-Qur`an dan As-Sunah tentang IPTEK, GP Jakarta cet. Ke IV 1999, hal 122
26 Ibid, hal. 180
27 Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, Misan Bandung, cetakan V April 1999, hal. 194
28 Manna’ Khalil al_Qattan, (Studi Ilmu Qur’an مباحث في علوم القرآن terjemahan dari ), Litera Antar Nusa dan Pustaka Ilmiyah, IKAPI Yogyakarta, cetakan V 1998 hal. 436
29 Ibid, hal. 438-439
30 Zaghul Raghib Muhammad Al Najar, Mukjizat Al-Qur`an dan As-Sunah tentang IPTEK, GP Jakarta cet. Ke IV 1999, hal 67-68
31 Ibid. hal 68-69
32 Prof. DR. H. Said Aqil Munawar, MA, Al-Quran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Ciputat Press Jakarta, Cetakan ke 2 Agustus 2002, hal. 49-52
33 Maksudnya urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi dan hal-hal kemasyarakatan lainnya. Terjemahan Al-quran versi مجمع الملك المدينة المنورة 1418. hal. 103
Kemu'jizatan Al Quraan
Saturday, January 01, 2011 8:01 AM
Oleh : Prof. Dr. Achmad Satori
Di antara ciri agama yang layak dianut di abad modern adalah bahwa agama tersebut dibawa oleh manusia pilihan ( yaitu Nabi) yang dikuatkan dengan mukjizat. Sebagian mukjizat nabi tersebut masih bisa kita saksikan sekarang ini, sehingga kita bisa membuktikan apakah agama tersebut benar-benar asli dari Pencipta atau tidak, dengan cara menentang mukjizat tersebut. Kalau mukjizat itu bisa kita kalahkan berarti bukanlah mukjizat.
Dalam pengetahuan agama, mukjizat bisa diartikan sebagai sesuatu yang luar biasa, muncul pada diri seorang yang mengaku menjadi Nabi, bersifat menantang dan tidak mungkin untuk ditandingi oleh siapapun. Kalau mukjizat bisa ditandingi oleh manusia tidak ada artinya mukjizat tersebut sebagai tanda kebenaran Rasulullah saw. Agama nantinya bisa dipalsukan oelh orang-orang yang mengaku menjadi nabi.
Agama islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Beliau dikuatkan dengan berbagai mukjizat seperti membelah bulan, Al Quran dsb. Mukjizat Nabi Muhammad saw yang masih bisa disaksikan adalah Al Quran . Al quran adalah mukjizat Nabi muhammad yang abadi sampai hari Kiamat.
Ciri-ciri kemukjizatan Alquran adalah : Dia merupakan kitab suci yang luar biasa hebatnya baik ditinjau dari segi keindahan susunan bahasa ataupun dari isinya. Dia diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw yang menantang semua orang kafir untuk menandinginya (lihat surat Al Baqarah 23-24 Yunus 37-39), tapi sampai sekarang tidak ada seorangpun yang mampu menandinginya.
Allah berfirman dalam surat Al Baqarah :
Artinya : Bila Kamu sekalian ragu-ragu terhadap apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (berupa Alquran), buatlah satu surat saja yang sepadan (dengan salah satu surat Alquran) dan panggillah penolong-penolongmu selain Allah bila kamu sekalian benar. Bila kami tidak bisa melakukannya dan pasti tidak akan bisa melakukannya, takutlah kepada api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, yang disiapkan untuk orang-orang kafir. ( Albaqarah 23-24).
Al Quran menantang orang-orang kafir yang ragu terhadap kebenaran Alquran untuk membuat suarat sepadan dengan Al Quran dari segi keindahan bahasa dan kebenaran isinya.
Kemukjizatan Al Quran menurut sebagian ulama terletak pada keindahan susunan kalimatnya dalam hal balaghah, fashahah dan keindahan ungkapannya. Namun sebagian ulama berpendapat bahwa kemukjizatan Alquran terletak pada kesesuaian prinsip-prinsip al quran untuk seluruh umat manusia. Kalau seandainya prinsip-prinsip ajaran itu dari produk manusia atau produk masyarakat tertentu pasti tidak akan cocok untuk diterapkan sepanjang masa .
Sebagian ulama berpendapat bahwa kemukjizatan Al Quran terletak pada pemberitannya tentang hal-hal ghaib. Misalnya, dalam surat Ali Imran disebutkan sbb.:
Artinya : Katakanlah kepada orang-orang yang kafir:” Kamu pasti akan dikalahkan di dunia ini dan akan digiring ke dalam neraka jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya. Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur) Segolongan berperang di jalan Allah dan segolongan lain kafir yang dengan mata kepala seakan-akan orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka . Allah menguatkan dengan bantuanNya siapa yang dikehendakiNya, Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati. ( Ali Imran 12-13)
Alquran telah memberitakan akhir dari masyarakat di jazirah Arabia dengan kemenangan umat islam atas orang-orang kafir. Padahal saat diturunkannya ayat tersebut orang kafir Quresy dalam kondisi kuat luar biasa baik dari segi kualitas dan kuantitas dan kaum mukminin berada dalam kelemahan .
Dalam surat Ar Rum Allah menyatakan :
Artinya :Alif laam miim, Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat (yaitu Syam) dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allahlah urusan sebelum dan sesudah mereka menang.Dan di hari kemenangan Romawi itu bergembiralah orang-orang yang beriman. ( Ar Ruum 1-4)
Romawi dikalahkan oleh Persia dalam peperangan yang dimulai tahubn 603 M sampai setelah tahun 610 M pada masa Imperator romawi Heraklius yang memerintah dari tahun 610 M s/d 642 M. Pada perang tersebut Persia mengalahkan secara telah tentara Romawi. Aleppo, Damaskus dan sebagai besar kota-kota di Siria direbut oleh Persia. Yerussalem direbut tahun 614-615 yaitu tujuh tahun sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Yerussalem dibakar diblokade dan orang-orang Nasrani diusir, gereja-gereja dibakar dan peninggalan-peninggalan bersejarah dirampas khususnya tiang salib yang diyakini kaum nasrani sebagai tempat digantungnya Yesus. Para tokoh agama Persia berpesta pora karena mengalahkan pendata dan pastur Nasrani.
Pada tahun 610 M Nabi Muhammad saw memulai dakwah kepada seluruh umat manusia. Dunia sedang disibukkan dengan berita kemenangan Persia atas Romawi. Akan tetapi Alquran menyebutkan bahwa kemenangan itu adalah kemenangan sementara yang akan disusul dengan kekalahan Persia setelah lewat beberapa tahun saja. Romawi akan mengalahkan Persia secara telak .
Ramalan ini benar. Romawi mendapatkan kemenangan atas Persia pada masa pemerintahan Heraklius atau setelah terjadinya hijrah Nabi ke Madinah. yaitu pada tauh 622 M. Pada sat itu Heraklius merayakan kemenangannya di Konstantinopel tahun 628 .
Pada saat kemenangan itu terdapat kabar gembira bagi umat mukminin . Karenan kemengnan itu akan disusul dengan kehancuran suatu umat. Kemengnan ada di fihak Romawi akan tetapi kemengan ini akan disusul dengan kehancuran imperium Romawi di Tmur dan juga di utara Afrika yang kemudian akan diwarisi oleh umat Islam.
Perang antara Persia dan Romawi adalah pendahuluan untuk kemnangan umat Islam di Jazirah Arabia dan sekitarnya. Kemangan umat Islam ini adalah kemangan yang diraih oleh umat Islam sendiri bukan hasil peperangan kedua super power tsb Mulai dari kemenganan di Badar, kemudian terus ke luar jazirah Arabia ke Persia dan akhirnya sampai ke Romawi.
Alquran memberitahukan dua hal yang terbukti setelah beberapa tahun kemudian:
1. Sebelum hijrah ke Madinah Al Quran memberitahukan kemenagan Romawi atas Persia . Kemenangan ini baru terwujud 6 tahun setelah hijrah ke Madinah.
2. Alquran memberitahukan bahwa Umat Islam akan bergembira dengan memengankan pertempuran atas orang-orang materialis di Mekkah , Persia dan Romawi.
Pemberitaan Alquran tentang hal-hal ghaib ini merupakan bukti kebenaran Rasulullah saw. Rasulullah bukanlah seorang yang ahli di bidang ini. Al Quran bukanlah dari Rasul akan tetapi dari Allah SWT.
Lain dari pada itu ada sebagian ulama yang menyatakan bahwa Kemukjizatan Al Quran terletak pada keindahan bahasanya yang amat mampengaruhi hati sanubari manusia. Banyak orang yang masuk masuk Islam karena mendengarkan bacaan Al Quran, seperti Umar Bin Khattab, Najasyi dsb.
Kemukjizatan Alquran juga bisa dilihat dari segi kandungan keilmuan di dalamnya. Al Quran telah menyebutkan berbagai hakekat ilmiyah yang belum ditemukan para ilmuwan saat itu seperti bulatnya bumi, bergeraknya semua benda-benda angkasa dsb.
Kemu'jizatan Ilmiyah
Mukjizat yang diberikan Alah kepada setiap rasul disesuaikan dengan keistimewaan kaum di mana rasul itu diutus. Nabi Musa a.s. diberi mukjizat tongkat untuk mengungguli kehebatan sihir yang berkembang sat itu, Nabi Isa a.s diberi mukjizat bisa menghidupkan orng mati untuk menantang kemajuan ilmu kedokteran saat itu. Kalau kita amati semua mukjizat terdahulu bersifat indrawi yang bisa dirasakan atau dilihat. Yang sudah barang tentu pengaruhnya terbatas pada waktu tertentu dan terbatas pada risalah tertentujuga . Ketika risalah dipungkasi dengan Islam , Allah memberikan mukjizat yang abadi sampai akhir zaman demi memelihara agama Islam mendukung kenabian rasulullah SAW.
Kemukjizatan yang paling cocok bagi risalah akhir zaman yang menjadi pemungkas risalah samawiyah dan paling cocok untuk menghadapi berbagai level masyarakat adalah kemukjizatan ilmiyah.
Allah SWT berfirman dalam S. Al An’am ayat 19 yang artinya :
“Katakanlah : siapakah yang lebih kuat persaksiannya ? Katakanlah : “Allah” Dia menjadi saksi antara aku dan kamu dan AlQuran itu diwahyukan kepadaku suapaya dengan dia aku memberi peringatan kepadamu dan kepapda orang yang sampai AlQuran kepadanya.” Di antara persaksian itu adalah dengan mukjizat ilmiah yang terkadndung dalam Al Quran.
Allah berfirman dalam ssurat An Nisa’ ayat 166 yang artinya :
‘ Mereka tidak mau mengakui yang diturunkan kepadamu itu tetapi Allah engakui Alquran yang diturunkannya kepadamu Allah menurunkannya dengan ilmuNya.”
Dalam ayat yang diturunkan untuk membantah orang-orang kafir di atas terdapat penjelasan watak kemukjizatan ilmiyah Alquran yang tetap ada papda manusia dan akan terus muncul sesuai dengan perkembangan ilmu yang ditemukan manusia.
Dengan demikian kemukjizatan ilmiah Alquran akan dikenali oleh manusia pda setiap zaman . Rasulullah SAW pernah menyatakan :dalam haditsnya yang artinya :
“Tiadalah seorang nabi yang diutus kecuali diberikan kepadanya ayat atau mukjizat yang mendorong manusia beriman kepadanya. Akan tetapi yang diberikan kepadaku adalah wahyu yaitu alQuran) yang diwahyukan Allah kepadaku , maka aku berharap pengiutku adalah yang terbanyak dia antara pengikut para nabi lainnya pada hari kiamat kelak.” H. R al Bukhari dan Muslim . (lih Fathul Bari juz 9 hal 3 . dan Shohih Muslim Kitab al Iman)
Allah menghendaki agar setiap berita dan kejadian terjajdi pada waktu tertentu. Bila sutau peristiwa terjadi di hadapan kita maka akan terbersitlah makna-makna yang menunjukan kemukjizatan ayat-ayat yang ada dalam alQuran. Kemukjizatan ilmiah ini akan muncul sepanjang masa . Hal ini telah disitir oleh Allah dalam firmanNya yang artinya :”Untuk tiap-tiap berita yang dibawa oleh Rasul-rasul ada waktu terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui.” ( al An’am 67)
Berdasarkan hal di atas para mufassirin berpendapat bahwa berita-berita tentang bumi, langit dalam al Quran akat tersingkap pada abad penemuannya dan sesunggunya berita yang dikandung Al quran merupakan berita dari Ilahi yang |Maha Mengetahui rahasia segala sesuatu.
Oleh sebab itu kita harus terus menggali kemukjizatan ilmiyah yang terkandung dalam Al Quran. Allah telah menyatakan dalam firmanNya yang artinya :
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami disegenap penjuru dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa AlQuran itu benar.” (Fushshilat 53)
Wallahu a’lamu bis showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar