INFO PROFIL

Foto saya
JENTREK ROJOIMO WONOSOBO, jawa tengah indonesia, Indonesia
Ya Allah jadikan kami manusia yang bisa keluar dari belenggu “kemunafikan”. Bimbing kami untuk tidak mengoreksi orang lain sebelum diri ini terkoreksi ya Rabb. Jadikan kami manusia yang jujur dan tidak pernah membohongi diri sendiri apalagi orang lain. kepadaMulah kami berserah ya Allah, kepadaMulah kami bermohon karena tanpa kehendakMu kami tidak bisa berbuat apa-apa Affannur Jentrek rojoimo wonosobo . lahir13 Agustus 1989

Minggu, 25 Juli 2010

Orang Miskin Banyak yang Masuk Surga
affannur jentrek rojoimo
Nihil.
Bismillah. Saya tidak tahu apakah saya akan masuk surga. Saya meyakini hal demikian juga pas dengan pembaca. Dalam al-qur’an itu sepertinya surga itu adalah “milik” mereka yang benar-benar jihad di jalan Allah dan benar-benar sabar. Penulis jauh dari kriteria yang disebutkan ini. Tetapi dalam banyak kesempatan penulis mendapati tulisan, ceramah dan buku-buku tentang banyaknya orang yang miskin masuk surga. Tulisan ini mencoba mengajak pembaca untuk merenung tentang hal tersebut.
Mengapa ya orang miskin banyak yang masuk surga? Perlu kita sepakati bahwa miskin itu banyak kriterianya dan bersifat relatif. Miskin harta, miskin iman, miskin ilmu dan sebagainya. Tetapi yang paling mudah kita fahami adalah miskin harta. Orang yang miskin itu bisa karena banyak alasan. Pertama, mungkin dia ditaqdirkan menjadi miskin tetapi tetap dalam ketaatan dan taqwa pada Allah. Kedua, mungkin di miskin karena “semua” harta yang dianugerahkan Allah dia sumbangkan dijalan Allah untuk kemaslamatan umat dan tegaknya agama Allah. Ketiga, mereka yang miskin tetapi tidak dalam keadaan taat kepada Allah.
Kelompok pertama dan kedua dari zaman dahulu memang banyak jumlahnya. Pada zaman dahulu terkenal dengan banyaknya manusia yang mempunyai akhlak terpuji walaupun mereka dalam keterbatasan. Dalam suatu riwayat, bahkan dinyatakan dalam al-qur’an surat Ibrahim ayat 9 kalau tidak salah, banyak sahabat nabi Muhammad dari golongan anshar yang rela menjamu tetamu nabi “dengan memuaskan” walaupun mereka dalam keadaan kekurangan.
Dikisahkan pada kesempatan menjamu seorang tetamu keluarga anshar itu menghidangkan makanan jatah anak-anak mereka yang masih kecil. Anak-anak itu dibujuk tidur dalam keadaan kelaparan sementara tetamu dihidangi makanan dengan keadaan gelap karena piring makanan untuk tuan rumah kosong (tak ada makanan). Setelah tetamu makan baru lampu dinyalakan kembali.
Orang miskin zaman dahulu terutama zaman khalifah Umar bin khatab banyak yang miskin tetapi akidahnya baik. Seorang anak pengembali ratusan ekor kambing “diajak” khalifah Umar untuk “korupsi”. “Nak, ayo jual kepada saya seekor kambing ini?” “Akan saya bayar dengar harga yang tinggi, kan bosmu tidak melihat”. Anak itu menjawab: “di mana Allah?” katanya. “Walau bos saya tidak melihat tetap ada Allah yang melihat”. Umar kagum dengan pendirian dan prinsip “rakyatnya” itu.
Kalau kita simak banyak cerita tentang orang miskin yang taat itu maka kita mestinya harus meningkatkan “malu” kita. Karena hari ini “hormon” malu itu sudah sangat kurang pada diri kita terutama penulis. Harusnya kita perlu mendatangi “dokter” malu untuk meminta disuntik hormon yang semakin langkah itu.
Kembali kepada orang miskin yang banyak surga itu memang sangat masuk akal mengingat surga itu adalah milik orang yang tidak banyak masalah dalam hidupnya. Yang dimaksud dengan “masalah dalam hidup di sini” adalah apakah kita banyak memperoleh amanah Allah berupa harta, pangkat, jabatan, ilmu, dan sebagainya? Maka beruntungkan dengan orang-orang yang tidak banyak memperoleh amanah itu. Kenapa beruntung?
Orang yang memperoleh amanah seperti disebutkan di atas akan ditanya tentang bagaimana ia memperolehnya dan bagaimana ia menggunakannya. Karena itu persoalan yang sering menjadi penyebab dia harus dihukum dulu di neraka itu tidak lain karena “misuses” (salah guna) amanah-amanah tersebut. Nah orang miskin karena sedikit sekali amanah yang diberikan dan perlu pertanggung-jawabannya maka secara otomatis akan memperoleh balasan yang setimpal di surga. Dunia memang bukan tempat membalas bagi orang-orang yang taat dan baik.
Tulisan ini ingin penulis akhiri dengan suatu himbauan kepada kita semua bahwa kalau memang kita tidak termasuk miskin tetapi ingin masuk surga maka usaha dan doalah sesuai dengan maunya Allah. Yang jelas Allah sudah janjikan kepada kita bahwa menjadi kaya tidak menghambat kita masuk surga tetapi sebaliknya menjadi miskin tidak otomatis akan masuk neraka. Bagaimana jalan keluarnya? Tanya pada al-qur’an  dan al-hadis serta orang-orang shaleh. Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar