INFO PROFIL

Foto saya
JENTREK ROJOIMO WONOSOBO, jawa tengah indonesia, Indonesia
Ya Allah jadikan kami manusia yang bisa keluar dari belenggu “kemunafikan”. Bimbing kami untuk tidak mengoreksi orang lain sebelum diri ini terkoreksi ya Rabb. Jadikan kami manusia yang jujur dan tidak pernah membohongi diri sendiri apalagi orang lain. kepadaMulah kami berserah ya Allah, kepadaMulah kami bermohon karena tanpa kehendakMu kami tidak bisa berbuat apa-apa Affannur Jentrek rojoimo wonosobo . lahir13 Agustus 1989

Kamis, 29 Juli 2010

“APA ISI AL-QUR’AN DAN BAGAIMANA
CARA DITURUNKANNYA ?”
Oleh : Affannur jentrek rojoimo

Saudaraku sesama muslim,
Sebuah mutiara syair dibaca oleh saya pada suatu malam yang hening sunyi dan oleh telinga terdengar indah, begini bunyinya :

Kuunuu jamii-‘an yaa bunayya idza’taraa khathbun walaa tafarraquu aajaadaa
Ta’barrimaahu idzajtama’na takassuraa wa idzaftaraqna takassarta afraadaa
"Wahai anak-anakku, janganlah kalian bercerai berai ketika datang bahaya”.
“Ketahuilah anak-anak panah ketika terhimpun jadi satu, sukar untuk dipatahkan atau dipecah belah. Mudah dipatahkan atau dipecah belah, apabila satu persatu.”

Saudaraku, kapan pun dan dimana pun kita berada, kalau bertemu (berjumpa) dengan orang muslim (sesama muslim) lainnya, maka ia (mereka) itu adalah saudara kita. Di Indonesia ini, mayoritas rakyatnya (85%) beragama Islam dan di dunia ini, konon menurut data statistik sekarang jumlah umat Islam sudah mencapai lebih dari 1,4 milyar (satu koma empat per sepuluh milyar) orang.

Saya jadi berpikir, sesuai dengan kalimat demi kalimat yang tertera di dalam mutiara syair tersebut di atas, kalau saja kita sesama muslim tanpa alasan ini dan itu, tanpa embel-embel ini dan itu, mau bersatu, tentu kita akan kuat (kokoh), Islam akan jaya, Islam akan besar tidak saja di Republik ini tetapi di dunia. Sekarang kita memang sudah besar (banyak) tetapi lemah. Disegala bidang (politik, ekonomi, industri / perdagangan) dan lain-lain, kita tidak memimpin tetapi di pimpin.

Saudaraku, saya (penulis) rindu kalau membaca sejarah tentang kejayaan Islam pada masa-masa pemerintahan Khulafaurrasyidiin. Pemerintahan Islam ketika itu jaya, mempunyai kekuasaan yang luas. Betapa tidak, Persia ditaklukan, kemudian kota Damaskus, Bilbis, kota Iskandaria (ketika itu sebagai ibukota jajahan Romawi di Mesir) dengan direbutnya kota tersebut maka jatuhlah seluruh Negeri Mesir ke tangan kekuasaan Islam. Daerah Asia Minor pun ditaklukan, kemudian Daratan utara Benua Afrika seperti Barkah, Tripoli. Kemudian Khurasan, Jazirah Arab, Syam dan daerah pesisirnya menjadi taklukan Pemerintahan Islam. Sekarang di abad ke dua puluh ini, umat Islam memang ada dimana-mana dihampir setiap Negara di dunia ini, di Asia, Afrika, Amerika, Eropa (Negara-negara Barat dan Timur) dan jumlahnya satu koma empat milyar. Seperti dikatakan di atas kita memang banyak (besar) tetapi kenapa kita tidak memimpin tetapi dipimpin ?

Saya (penulis) jadi teringat kepada sebuah Hadist dari Tsauban ra bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian seperti menyerbu makanan di atas piring. Bertanya seorang Sahabat : Apakah karena sedikitnya kami waktu itu ? Beliau Nabi SAW bersabda : Bahkan kalian pada waktu itu banyak sekali, akan tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit Wahn. Kembali seorang Sahabat bertanya : Wahai Rasulullah, apakah itu Wahn ? Beliau Nabi SAW bersabda : Mencintai dunia dan takut mati. (HR. Abu Daud, Ahmad dan Abu Na’im)

Saudaraku, kita banyak (besar) tetapi bagaikan buih di atas air, itu artinya kita sangat lemah, lemah sekali dan tidak memiliki kekuatan sedikit pun. Kenapa ?! Karena kita bercerai-berai, Karena kita tidak bersatu seperti kata syair bahwa anak-anak panah saja ketika terhimpun menjadi satu menjadi kuat, sukar untuk dipatahkan atau dipecah belah.

Coba tengok perang antara Iran dan Irak, masalah Palestina, tentang Masjid Aqsho yang sampai kini masih dikuasai (dijajah) oleh Israel (sampai-sampai orang yang mau shalat di Masjid harus pasrah di bawah todongan senjata api), padahal letaknya di kelilingi Negara-negara Islam. Kemudian di negeri kita sendiri, Indonesia tercinta, apakah kita (Islam) sudah bersatu ? Tengok tokoh-tokoh (Islam) kita yang satu bilang begini, yang satu lagi berkata begitu, partai-partai (besar) Islam pecah menjadi partai (Islam) dengan nama ini, dengan nama itu, masing-masing pimpinan saling tuding, umat bingung dan yang tersenyum dikulum adalah mereka para pemimpin Non Muslim.

Dan yang paling sangat mengambil keuntungan dari masalah kita ini, adalah musuh-musuh Islam (kaum kafir) dari luar, mereka dengan kegembiraan yang meluap-luap datang menyerbu kita, senjata yang mereka gunakan bukan senjata api, bukan persenjataan yang serba canggih, bukan Nuklir, Rudal Scut, tidak pula Rudal Patriot. Tetapi yang pasti yang mereka serang, sebagai tujuan, sebagai sasaran adalah aqidah kita.

Jangan heran kalau ada ribut-ribut diantara kita. Karena perasaan marah, dendam, iri, hasad, dengki, memang ditanamkan oleh mereka dan kita yang terhanyut lalu menjadikan saudara kita sendiri (sesama muslim) sebagai musuh atau lawan-lawan kita. Kenapa ?! Jawabnya karena kita bercerai-berai, sekali lagi karena kita bercerai-berai dan
karena kita tidak bersatu. Dan kaum kafir pun saling menghasung untuk menjajah Islam, Negeri-negerinya serta penduduknya, karena Negeri-negeri muslimin adalah Negeri-negeri sumber kebaikan dan barokah yang mengundang air liur kaum kafir untuk menjajahnya.

Saudaraku, tulisan (artikel) religius saya kali ini seperti judulnya tersebut di atas, semoga menjadi sebagai tambahan ilmu bagi sidang pembaca, dan Insya Allah menjadi sebagai suatu bentuk perbuatan amal sholeh bagi saya sebagai penulisnya. Insya Allah !

Apabila kita membaca kitab (buku) yang berhubungan dengan Al-Qur’an, maka kita dapat mengemukakan beberapa pendapat para ulama tentang isi (kandungan) Al-Qur’an, antara lain dikemukakan :

1. Aqidah yang mewajibkan beriman kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul dan hari Akhirat. Ini merupakan garis pemisah antara iman dengan kafir seperti yang termasuk dalam Rukun Iman.
2. Ibadah, sebagai perbuatan yang menghidupkan aqidah dalam hati serta meresapkannya di dalam jiwa.
3. Janji dan ancaman, Al-Qur’an menjanjikan pahala bagi mereka yang mengamalkan perintah Al-Qur’an dan mengancam mereka yang mengingkarinya dengan siksaan. Janji Allah berlaku bagi orang per orangan maupun bagi suatu bangsa keseluruhannya. Baik merupakan janji kenikmatan dunia maupun kenikmatan akhirat.
4. Jalan-jalan mencapai kebahagiaan dunia maupun akhirat, karena itu Al-Qur’an berisi peraturan-peraturan, hukum-hukum. Peraturan-peraturan dan hukum tersebut ada yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (vertical) dan hubungan antara sesama umat manusia (horisontal).
5. Riwayat dan cerita, yaitu sejarah orang-orang yang tunduk dan patuh kepada agama Allah SWT, serta menjalankan hukum-hukum Nya seperti para Nabi-nabi, Rasul-rasul dan orang-orang yang sholeh. Maksud dari riwayat tersebut untuk menjadi contoh tauladan bagi mereka yang mendambakan kebahagiaan.

Saudaraku sesama muslim.

Menurut penelitian para ahli (para alim ulama) mereka sependapat bahwa Al-Qur’an terdiri dari 30 juz dan 114 ayat. Adapun mengenai jumlah ayat, mereka berbeda pendapat. Diantara mereka ada yang berpendapat Al-Qur’an berjumlah 6236 ayat (Makkiyah 4631 ayat dan Madaniyah 1623 ayat). Sebahagian mereka ada yang berpendapat berjumlah 6277 ayat, ada yang mengatakan 6218 ayat, bahkan ada pula yang berpendapat 6204 ayat.

Walaupun terjadi perbedaan pendapat mengenai jumlah ayat, namun tidak akan mempengaruhi bagi isi Al-Qur’an itu sendiri, dengan pengertian bahwa ayat Al-Qur’an tidak akan bertambah maupun berkurang. Timbulnya perbedaan pendapat dikarenakan sebahagian Sahabat yang mendengar bacaan Nabi SAW berbeda pendapat tentang waqof dan washal dari bacaan tersebut. Sebahagian Sahabat beranggapan bahwa dalam rentetan bacaan tersebut merupakan satu ayat, sedangkan Sahabat lainnya beranggapan sudah merupakan dua ayat atau lebih. Demikian juga mengenai huruf-huruf pembukaan yang terdapat dalam surat-surat Al-Qur’an, sebahagian mereka beranggapan terdiri dari satu ayat, sedangkan pendapat lainnya bukan merupakan ayat tersendiri. Itulah sebab-sebab yang menimbulkan perbedaan pendapat mengenai jumlah ayat Al-Qur’an.

Jumlah kalimat dalam Al-Qur’an adalah sebanyak 77.934 buah kalimat, sedangkan huruf-hurufnya berjumlah 323.015 buah huruf, sebahagian dari ayat-ayat yang panjang dan sebahagian ada yang pendek. Pada umumnya ayat-ayat yang panjang terdapat dalam surat-surat yang panjang, demikian juga ayat-ayat yang pendek terdapat dalam surat-surat yang pendek. Ayat yang paling panjang berkenaan dengan masalah hutang piutang yang terdapat dalam surat Al-Baqarah yaitu ayat 282 yang terdiri dari 128 kalimat. Adapun ayat yang terpendek adalah kalimat yang terdapat pada permulaan surat Yaa-Siin.

Apabila kita membuka kitab suci Al-Qur’an, maka kita akan menjumpai tanda atau keterangan bahwa sebahagian dari ayat-ayatnya disebut ayat Makkiyah dan ayat Madaniyah.

• Ayat Makkiyah ialah semua ayat-ayat yang diterima Nabi Muhammad SAW sebelum hijrah ke Madinah. Tanda-tanda ayat Makkiyah adalah pendek-pendek dan disebut ayat Qishar, sedangkan ayat Madaniyah ayatnya panjang-panjang dan disebut ayat Thiwal.

• Pada umumnya ayat-ayat Makkiyah dimulai dengan seruan :
“Yaa Ayyuhannas.”
Artinya : Wahai seluruh manusia.

• Sedangkan ayat-ayat Madaniyah dimulai dengan seruan :
“Yaa Ayyuhallaziina Amanuu.”
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman.

• Pada umumnya ayat-ayat Makkiyah mengandung hal-hal yang berkenaan dengan tauhid, adzab dan nikmat pada hari kemudian.

• Sedangkan ayat-ayat Madaniyah berisi hal-hal yang berhubungan dengan masalah hukum, cerita-cerita umat terdahulu dan orang-orang sholeh.

Saudaraku, bagaimana cara Al-Qur’an diturunkan ? Allah SWT menurunkan Al-Qur’an secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan umat pada waktu itu.

• Perhatikan Firman Allah SWT :
“Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur, agar kamu membacanya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya sebahagian.” (QS. Al-Isro : 106)


Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur mengandung beberapa hikmah, antara lain :
a. Agar Al-Qur’an lebih mudah dapat dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Sebagai jawaban terhadap peristiwa yang terjadi dalam masyarakat, sehingga jelas hukumnya, sebagai contoh perhatikan Firman Allah SWT :
“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang arak dan judi. Katakanlah : Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” (QS. Al-Baqarah : 219)


Sedangkan contoh ayat yang turunnya di karenakan terjadi suatu peristiwa, perhatikan Firman Allah SWT :
“Dan jangalah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman, sesungguhnya wanita budak yang beriman lebih baik dari wanita musyrik walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahi orang-orang yang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman, sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka sedang Allah mengajak ke Sorga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayatnya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.” (QS. Al-Baqarah : 221)

Ayat ini turun sehubungan dengan peristiwa Martsad yang diutus Nabi Muhammad SAW ke Mekkah untuk menjemput umat Islam yang masih bermukim di sana. Seorang wanita musyrik yang cantik dan kaya raya merayu Martsad untuk dijadikan istri. Pada prinsipnya permintaan wanita tersebut disetujui Martsad dengan syarat apabila mendapat restu dari Nabi Muhammad SAW. Sesudah kembali ke Madinah Martsad menyampaikan maksudnya untuk merestui pernikahan dengan wanita idamannya, sehingga turunlah ayat Al-Qur’an yang melarang menikahi wanita musyrik. Pada umumnya ayat-ayat hukum diturunkan diawali dengan suatu kejadian, atau pertanyaan, untuk menjelaskan hal-hal yang perlu diketahui oleh masyarakat.

Saudaraku, sampai disini dulu jumpa kita, Insya Allah bertemu lagi kita pada tulisan (artikel) religius saya mendatang, tentu saja dengan judul dan materi yang berbeda. Terima kasih atas segala perhatian, wabillahi Taufik wal hidayah Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar