INFO PROFIL

Foto saya
JENTREK ROJOIMO WONOSOBO, jawa tengah indonesia, Indonesia
Ya Allah jadikan kami manusia yang bisa keluar dari belenggu “kemunafikan”. Bimbing kami untuk tidak mengoreksi orang lain sebelum diri ini terkoreksi ya Rabb. Jadikan kami manusia yang jujur dan tidak pernah membohongi diri sendiri apalagi orang lain. kepadaMulah kami berserah ya Allah, kepadaMulah kami bermohon karena tanpa kehendakMu kami tidak bisa berbuat apa-apa Affannur Jentrek rojoimo wonosobo . lahir13 Agustus 1989

Kamis, 07 April 2016

TAFSIR TENTANG KETUHANA

TAFSIR TENTANG KETUHANAN
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Aqidah
Dosen pengampu Bapak MA. Mustofa Kamal, AH.,S,Th.I.,M.S.I
http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSQjFbsAxHuUw2AU_m1Rct5c1-8MrldQ27gb23afgYmhuB0-UKohQ

Disusun oleh :
Vivit Nur Kholifah

PROGRAM DTUDI ILMU QUR’AN DAN TAFSIR (IQT)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM (FSH)
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2015
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pengetahuan tentang Tuhan dan kesetiaan terhadap aturan-aturanNya merupakan dasar bagi tiap-tiap agama. Istiqamah untuk beriman kepada Tuhan merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh umat. Banyak masyarakat yang mengaku dirinya muslim namun tidak melaksanakan perintah dari dari yang menciptakannya. Dan banyaknya anggapan tentang Tuhan selain Allah terkadang memberikan pemahaman yang berbeda dan menyebabkan kekeliruan dalam konsep ketuhanan. Dengan adanya makalah ini, saya akan membahas tentang ketuhanan yang ada dalam islam ini. Semoga kedepan kita mampu berfikir bahwa tuhan hanyalah satu yaitu Allah swt Yang Maha Kuasa dan tidak ada satupun yang menyamainya.




B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana penafsiran tentang keTuhanan QS. Fushshilat:30 ?
2.      Bagaimana penafsiran tentang keTuhanan QS. Al-Anbiya’:22,25 ?
3.      Bagaimana penafsiran tentang keTuhanan QS. Al-A’raf :172 ?




PEMBAHASAN

A.    Penafsiran QS.Fushshilat Ayat 30
Ayat & arti

Penafsiran kata-kata sulit:
Istaqaamu : mereka teguh dalam beriman dan tidak kembali kepada syirik
Auliyaaukum : pembantu-pembantumu dalam urusan-urusanmu
Tadda’un : kamu menginginkan dan meminta
An nuzlu : suguhan untuk tamu yang ia makan ketika singgah

Pengertian secara umum:
Setelah Allah menyampaikan pada firman-Nya yang lalu mengenai ancaman-Nya terhadap orang-orang kafir sedemikian rupa sehingga sesudah itu tidak ada lagi dalam jiwa keinginan untuk menentang. Kemudian dilanjutkanlah dengan janji-Nya yang baik bagi orang-orang mukmin, sebagaimana yang telah menjadi sunnah Al-Qur’an untuk mengikutkan salah satu di antara keduanya sesudah yang lain, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah yag lain:
(al-hijr:49-50)
Atha’ berkata: dari Ibnu abbas ra, ayat ini turun mengenai Abu Bakar as shiddiq 
(innalladziina-istaqamu)
Sesungguhnya orang-orang yang berkata: Tuhan kami adalah Allah, dengan mengaku kepemeliharaan-Nya (rubbubiyahnya) dan mengakui keEsaan-Nya (wahdaniyah-Nya), kemudian teguh dalam beriman sehingga tidak tergelincir kakinya, dan termasuk dalam hal ini semua ibadah dan i’tikad-i’tikadnya.
Abu bakar ra berkata: istiqomah adalah tidak menyekutukan sesuatu kepada Allah.
Sedang Ahmad, Abd bin humaid, Ad-Darimi dan Al-Bukhari dalam tarikhnya, serta Muslim, An-Nasa’i,Ibnu Majjah dan Ibnu Hubban telah meriwayatkan dari Sufyan bin Abdillah as-Saqafi bahwa seorang lelaki berkata: ya Rasulullah, suruhlah aku melakukan suatu perkara dalam islam yang sesudah engkau aku takkan menanyakannya kepada seorang pun. Rasul bersabda: ucapkanlah amantu billah ( aku beriman kepada Allah) kemudian istiqomahlah. Saya berkata: apakah yang harus saya hindari.
Maka rasulullah saw mengisyaratkan kepada lidahnhya, (menurut at-tirmidzi hadis ini hasan sahih)
Kesimpulannya, istiqomah ialah kestabilan dalam melakukan ketaatan baik yang menyangkut  i’tikad perkataan maupun perbuatan dengan melanggengkan sikap seperti itu.
(tanazzalu alaihimul malaaikata)

Maka turunlah malaikat kepada mereka dari sisi Allah swt dengan membawa kabar gembira yang mereka turunkan yang berupa diperolehnya kemanfaatan atau ditolaknya bahaya atau dihilangkannya kesedihan. Yakni dengan membawa apa saja yang berguna bagi mereka dari segala urusan didunia maupun agama yang melapangkan dada mereka dan menolak dari mereka rasa khawatir dan sedih dengan cara memberi ilham, sebagaimana orang-orang kafir disesatkan oleh teman-teman yang bururk dengan membuat mereka memandang baik kepada kemaksiatan-kemaksiatan dan melakukan dosa-dosa.
Waqi’ berkata: kabar gembira akan terjadi pada tiga tempat: ketika mati, ketika didalam kubur dan ketika dibangkitkan.
(allaa takhoofu walaa takhzanuu)
Janganlah kamu khawatir terhadap urusan-urusan akhirat yang kamu hadapi, dan janganlah kamu sedih atas urusan-urusan dunia yang telah lalu, baik yang berkaitan dengan keluarga,anak-anak maupun harta.
Sedang Ata’ berkata: janganlah kamu khawatir ditolaknya pahalamu, karena pahalamu diterima. Dan janganlah kamu sedih atas dosa-dosamu karena sesungguhnya Allah mengampuninya.
(waabsyiruu-tuu’aduun)
Dan dikatakanlah kepada mereka: bergembiralah kamu dengan surga yang pernah dijanjikan kepadamu lewat lidah para rasul semasa didunia. Karena kamu akan sampai kesana dan tinggal disana dengan kekal menikmati segala kenikmatan disana.[1]
Allah berfirman: sesungguhnya orang-orang yang percaya dan mengatakan dengan lidahnya bahwa : “Tuhan kami hanyalah Allah” mengatakannya sebagai cerminan kepercayaan mereka tentang kekuasaan dan keMahaEsaan Allah kemudian mereka memohon atau bersungguh-sungguh beristiqamah meneguhkan pendirian mereka dengan melaksanakan tuntunannya, maka buat mereka bukan teman-teman buruk yang memperindah keburukan yang menemani mereka sebagaimana halnya para pendurhaka, tetapi akan turun kepada mereka yakni akan dikunjungi dari saat ke saat serta secara bertahap hingga menjelang ajal mereka oleh malaikat-malaikat untuk meneguhkan hati mereka sambil berkata: janganlah kamu takut menghadapi masa depan dan janganlah kamu bersedih atas apa yang sudah berlalu, dan janganlah bergembira dengan perolehan surga yang telah dijanjikan Allah melalu rasulNya kepada kamu.[2]
Setelah para malaikat itu menenangkan kaum beriman, mereka melanjutjan guna menunjukkan hubungan keakraban mereka. Mereka berkata: kamilah atas perintah dan restu Allah yang menjadi pelindung-pelindung kamu yang sangat dekat kepada kamu dan selalu siap menolong dan membantu kamu dalam kehidupan dunia dan demikian juga di akhirat, dan yakinlah bahwa bagi kamu disana yakni didalam surga apa yang kamu inginkan dari aneka kenikmatan apaun dan bagi kamu juga disana apa yang kamu minta. Itu sebagai hidangan pendahuluan bagi kamu. Sebenarnya masih sangat banyak anugrah lainnya. Semua itu adalah anugerah dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kalimat (rabbunallahu) mengandung pengkhususan sehingga ia diterjemahkan Tuhan kami hanyalah Allah. Pengkhususan itu lahir dari bentuk makrifat pada kedua kata diatas.
Kata (tsumma) mengisyaratkan kelangsungan serta kemantapan istiqamah itu dalam waktu yang berkepanjangan. Bukannya berarti bahwa istiqamah tersebut baru terjadi setelah berlangsungnya waktu yang lama dari ucapan mereka. Bisa juga tsumma mengisyaratkan tinggi dan pentingnya istiqamah dibandingkan dengan sekedar ucapan rabbunallah. Karena kalau itu hanya berbentuk ucapan yang diyakini, maka istiqamah adalah  buah ucapan tersebut sehingga secara otomatis istiqamah mengandung ucapan, keyakinan dan amalan sekaligus.
Kata (istaqaamuu) terambil dari kata (qooma) yang pada mulanya berarti lurus. Kata ini kemudian dipahami dalam arti konsisten dan setia melaksanakan apa yang diucapkan. Sufyan ats-Tsaqafi bermohon kepada nabi Muhammad untuk diberi jawaban yang menyeluruh tentang Islam sehingga dia tidak perlu lagi bertanya kepada orang lain. Beliau menjawab singkat: qul aamantu billah, tsumma istaqim (ucapkanlah aku beriman kepada Allah lalu konsistenlah). Ucapan itu menandai tulusnya hati dan lurusnya keyakinan, sedang istiqamah atau konsisten menunjukkan benar dan baiknya amal.
Huruf sin dan ta’ pada kata istaqaamu dipahami oleh banyak ulama dalam arti kesungguhan. Al-Biqa’i memahaminya dalam arti permohonan.” Konsisten dalam kepercayaan tentang keesaan Allah serta pengamalan konsekuensinya hingga datangnya ajal, memerlukan taufik dan bantuan Allah, karena itu ayat diatas menggunakan kata tsumma dan permohonan agar kepercayaan tersebut terus terpelihara.yakni tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan Tuhan, berhala, malaikat, binatang dan lain-lain. Ibadah pun tidak dilakukan dengan riya’, bahkan selalu beramal sesuai yang diridhaiNya dan menjauhi apa yang dilarangNya walau berlangsung dalam waktu yang lama”. Demikian tulis al-Biqa’i.
Sementara ulama memahami turunnya malaikay itu terjadi pada saat kiamat, yakni ketika para pendurhaka itu digiring ke neraka, kaum mukmin dikunjungi para malaikat untuk menyampaikan berita gembira itu. Ini menurut mereka dikuatkan oleh penggalan akhir ayat 30, (arab). Maksudnya telah dijanjikan sewaktu kamu hidup didunia.[3]
Kata istaqaamu pokok kata (mashdar) nya adalah istiqaamah. Teguh pendirian ialah tegak lurus, teguh tegap terhadap pendirian itu. Tidak bergeser, tidak beranjak. Tdiak dapat dicondongkan kekiri ataupun kekanan. Tidak dapat dimundurkan kebelakang atau dimajukan kedepan. Apaun yang terjadi, pendirian itu tidak dilepaskan. Tetap pendirian berTuhan kepada Allah dengan membayarkan haknya dan hakikatnya. Tetap pendirian bertuhan kepada Allah dalam hati sanubari, dalam tindakan hidup, dalam kesyukuran menerima nikmat, dalam kesabaran menahan cobaan, karena pendirian yang tetap itu pasti mendapat ujian.
Janji Allah bahwa malaikat akan datang kepada mereka menyampaikan bahwa janganlah takut akan kesengsaraan hari akhirat kelak, sebab puncak kehidupan itu sendiri telah dipegang nya teguh, yaitu “kami beriman kepada Allah”. Dan janganlah kamu berduka cita meninggalkan anak-anakmu, isterimu dan harta bendamu. Anak dan isteri, Allah yang menjaminnya, sedang engkau pergi menemui Tuhanmu. Harta benda dunia itu tidak ada artinya jika dibandingkan dengan nikmat yang menunggu engkau. Disebutkan dalam sebuah hadits riwayat ad-Darimi “hendaklah kamu bertakwa kepada Allah dan beristiqamahlah”.[4]
Tentang malaikat akan turun kepada orang yang beristiqamah ini, Mujahid, as-Suddi, dan Zaid bin Aslam menafsirkan bahwa malaikat itu akan turun seketika orang itu akan mati. Artinya, bahwa disaat dia kelihatan sedang naza’ itu dia akan melihat malaikat datang.
Menurut tafsiran yang disalinkan ath-Thabari dari Ibnu Abbas malaikat itu akan datang ketika ketika roh bangkit kelak dari alam kubur setelah mendengar  tiupan serunai sangkakala ketika dipanggil untuk hidup yang kedua kali.[5]


B.     Penafsiran QS. AL-Anbiya’ ayat 22 dan 25
(Ayat dan arti)
Penafsiran kata-kata sulit:
Lafasadataa: niscaya langit dan bumi itu keluar dari tatanannya dan rusak.
Fasubhaanallahi: pensucian terhadap Allah dari apa yang mereka sifatkan kepadaNya.

Pengertian secara umum:
Dalam ayat-ayat terdahulu, Allah menjelaskan bahwa kebanyakan umat yang mendustakan para rasul telah dibinasakan, dan sesudah itu diciptakan kaum-kaum yang lain. Allah menjelaskan pula bahwa ketika mereka merasakan siksaNya, mereka lari dan menyesel pada waktu tidak berguna lagi penyesalan. Kemudian Allah menerangkan bahwa yang ada dilangit dan bumi adalah hamba-hambaNya, dan para malaikat tidak enggan beribadah kepadaNya, tidak bosan dan tidak letih.
Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa mereka wajib segera bertauhid, tetapi mereka tidak melakukan kewajiban itu. Malah mereka melakukan hal sebaliknya, sehingga mereka petut mendapat celaan dan kekerasa. Kemudian Allah menegakkan hujjah atas keesaanNya dan menjelaskan bahwa sekiranya dilangit dan dibumi ada dua Tuhan, tentu akan binasa seluruh yang ada pada keduanya. Maha Suci Allah dari apa yang dikatakan orang-orang musyrik. Allah mendustakan orang yang menjadikan tuhan-tuhan bahwa mereka tidak mempunyai dalil, dan seluruh agama membawa tauhid yang murni. Allah juga mendustakan orang yang menjadikan anak bagi Allah dengan mengatakan: “para malaikat adalah putri-putri Allah”, padahal para malaikat adalah makhluk yang taat kepada Tuhannya, yang berbuat hanya jika diperintah oleh Tuhannya, dan tidak memberi syafa’at kecuali pada orang yang di ridhaiNya. Mereka lalu berhati-hati karena takut pada siksaNya, adapun orang yang mengatakan dirinya sebagai Tuhan, maka dia akan mendapat balasan berupa Jahannam yang merupakan balasan bagi setiap orang yang dzalim.[6]


Penjelasan:
Ayat 22:
Langit dan bumi akan rusak jika ada dua Tuhan padanya.
Kemudian Allah menegakkan dalil ‘aqli atas keesaanNya dan meniadakan Tuhan selain Allah:
(laukaana_lafasadataa)
Sekiranya dilangit dan di bumi ada tuhan selain Allah, niscaya keduanya akan roboh dan yang ada pada keduanya akan binasa. Hal ini disebabkan jika pada keduanya terdapat dua tuhan, maka akan terjadi dua kemungkinan, yaitu: apakah keduanya akan bertentangan atau bersepakat dalam berbuat terhadap alam. Kemungkinan yang pertama jelas bathil, karena barangkali keduanya akan melakukan kehendaknya secara bersamaan. Sehingga mereka berselisih dalam mengadakan sesuatu dan meniadakan sesuatu. Tuhan tidak bersifat demikian. Kemungkina kedua pun bathil, karena apabila keduanya mengadak sesuatu secara bersamaan, maka akan ada penciptaan satu makhluk oleh dua pencipta.
Setelah menetapkan dengan dalil bahwa yang mengatur langit dan bumi itu hanya satu, dan bahwa yang satu itu tidak lain adalah Allah, selanjutnya Allah berfirman:
(fasubhaanallahi-yashifuun)
Maha Suci Allah pemilik ‘arsy yang meliputi alam dan pusat pengaturannya, dari apa yang dikatakan oleh orang-orang musyrik bahwa dia mempunyai anak atau sekutu.

Ayat 25:
Kemudian Allah menguatkan dalil-dalil tauhid yang telah disajikan:
(wama arsalnaa-fa’buduun)
Kami tidak mengutus seorang rasul kepada suatu umat melainkan Kami mewahyukan kepadanya bahwa tidak ada sembahan dilangit dan di bumi selain Aku. Oleh sebab itu murnikanlah ibadah kepada-Ku dan khususkanlah ketuhanan bagi-Ku.
Ringkasan: sesungguhnya seluruh rasul diutus dengan membawa kemurnian ibadah dan tauhid. Allah tidak menerima selainNya dari mereka.
Senada dengan ayat tersebut adalah firman Allah:
(az-zukhruf:45 dan arti)
Dan firman Allah yang lain:
(an-nahl:36)
“Dan sesungguhnya kami telah mengutus para rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘sembahlah Allah saja dan jauhilah tagut itu’”.[7]
Ayat 22 merupakan salah satu argumentasi menyangkut keesaan Allah swt. Penjelasannya lebih kurang sebagai berikut. Tuhan diyakini oleh setiap orang yang mempercayai wujudNya adalah Maha Kuasa yang tidak terbatas dan tidak dapat dibendung kehendak dan kekuasaanNya. Seandainya ada dua tuhanyang wujud mengatur alam raya ini, maka hanya ada tiga kemungkinan yang muncul dalam benak manusia menyangkut pengaturan alam raya. Yang pertama bahwa keduanya sepakat membagi kekuasaan, misalnya yang ini kuasa pada waktu tertentu atau bagian tertentu dan yang itu pada waktu dan bagian yang lain. Jika ini terjadi maka itu menunjukkan bahwa kekuasaannya terbatas, yakni tuhan A dibatasi oleh tuhan B dan sebaliknya. Kalu demikian itu halnya, maka pada hakikatnya keduanya tidak dapat diterima oleh benak manusia sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa. Kemungkinan kedua adalah kedua tuhan ini berselisih dan tidak sepakat dalam pengaturan alam raya. Masing-masing ingin melaksanakan kehendaknya. Jika kemungkinan ini yang terjadi, maka boleh jadi masing-masing tuhan berhasil mewujudkan apa yang dikehendakinya. Kemungkinan ini seperti bunyi ayat diatas, pastilah mengakibatkan hancurnya alam raya. Karena tuhan A mengarahkan alam kesini dan tuhan B mengarahkan kesana. Kemungkinan kedua ini ditolah oleh nalar karena kenyataan membuktikan betapa konsisten dan harmonis alam raya ini. Jika demikian, tidak kemungkinan lain kecuali wujud Tuhan yang Maha Esa, karena kalaupun ada tuhan yang ingin memaksakan kehendaknya, tetapi itu tidak akan berhasil karena dibendung oleh Tuhan yang Maha Kuasa, dan dengan demikian siapa yang terkalahkan itu pada hakikatnya bukan tuhan.[8]


Ayat 25:

“dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelummu, melainkan Kami wahyukan kepadanya:bahwa tidak ada tuhan melainkan Aku, maka sembahlah Aku”.
Seandainya kaum musyrik itu mau memperhatikan tuntunan wahyu,tidak lengah dan tidak berpaling, pasti mereka akan sampai kepada kesimpulan bahwa kepercayaan mereka sungguh bathil dan akan mengetahui pula bahwa Kami telah mewahyukan kepadamu bahwa tidak ada tuhan penguasa dan pengatur langit dan bumi yang wajar disembah kecuali Aku dan Kami tidak mengutusmu wahai nabi Muhammad, kecuali untuk mewahyukan kepadamu prinsip pokok itu dan demikian juga, Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelummu melainkan Kami wahyukan kepadanya masing-masing prinsip dasar yang sama, yakni: bahwa tidak ada tuhan pengatur dan pencipta alam raya yang berhak disembah melainkan Aku, maka karena itu sembahlah Aku sendiri oleh kamu semua dan janganlah kamu mempersekutukan-Ku dengan apa dan siapa pun.
Ayat diatas menggunakan bentuk jamak ketika berbicara tentang pewahyuan kepada rasul, yakni dengan menyatakan (nuuhi ilaih) , tapi menggunakan bentuk tunggal ketika menunjukkan Allah swt (Aku), demikian juga ketika memerintahkan beribadah sembahlah Aku. Hal tersebut agaknya disebabkan karena ada keterlibatan selain Allah dalam penyampaian wahyu, yakni malaikat. Sedang dalam hal ketuhanan dan kewajiban ibadah, maka ia adalah hak khusus Allah yang tidak disentuh oleh siapa pun dan tidak boleh melibatkan apa dan siapa pun.[9]
“kalau kiranya ada pada keduanya” (pangkal ayat 22). Keduanya itu adalah langit dan bumi. “tuhan-tuhan selain Allah niscaya binasalah keduanya”.
Dengan ayat ini, orang diajak berfikir teratur, yaitu bahwa Yang Maha Kuasa itu mustahil berbilang. Dia pasti satu. Seluruh alam, langistnya dan buminya pasti hanya diatur oleh satu Tuhan. Kalau tuhan itu berbilang, ada tuhan langit, ada tuhan bumi. Ada tuhan lautan, ada tuhan daratan. Ada tuhan pengatur angin, ada pula tuhan pengatur hujan dan sebagainya pasti rusaklah bumi dan langit itu. Sebab tuhan telah berebut kuasa. Atau kuasa tuhan yang satu didesak kuasa tuhan yang lain. Bahkan mungkin antar sesama tuhan akan berperang.
Penyair Yunani yang terkenal, Homerus, memang telah mengarang syair-syair (epos) bahwa tuhan atau dewa itu banyak, dan mereka berperang. Peperangan tersebut terjadi karena berebut kekasih, sehingga kalimat-kalimat yang terpakai dalam soal-soal percintaan adalah nama-nama dewa atau tuhan-tuhan yang mereka berikan, seperti panah amor, cupido, dewi Venus, dan lain-lain.[10]

C.    Penafsiran QS. Al-A’raf Ayat 172

“dan ingatlah tatkala Tuhanmu keluarkan anak cucu Adam dari tulang-tulang mereka, dan Ia jadikan mereka saksi atas diri mereka, ‘bukankah Aku Tuhan kamu ?’ mereka berkata, ‘betul! Kami menyaksikan’. Yang demikian itu supaya kamu (tidak) berkata pada hari kiamat, ‘sesungguhnya kami lalai dari itu’”.

Penafsiran kata-kata sulit:
Adzuhuuri: jamak dari dzahr (punggung), yang itu bagian badan yang terdapat padanya tulang belakang dari kerangka manusia yang merupaka tiang dari bangunan tubuhnya. Oleh karenanya dzahr, bisa dipakai untuk menyatakan seluruh tubuh.
Adzurriyyah: keturunan manusia, baik lelaki maupun perempuan.
Asyahaadah: (kesaksian) bisa berupa ucapan, seperti firman Allah

“Mereka berkata, ‘kami menjadi saksi atas diri kami sendiri’”. (al-An’am:130)
Tapi, bisa juga berupa tingkah laku, seperti firman Allah:

“tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir”. (at-Taubah:17)
Maksudnya, padahal tingkah laku mereka menjadi saksi bahwa diri mereka itu kafir, bukan berarti mereka mengakui dengan perkataan bahwa dirinya adalalah kafir.[11]


Pengertian secara umum:
Setelah Allah menerangkan tentang petunjuk Allah kepada umat manusia dengan mengutus para utusanNya dan menurunkan kitab-kitabNya, yakni dalam kisah Allah tentang Bani Israil, maka selanjutnya Allah menerangkan pula tentang petunujukNya kepada mereka, berupa bakat iman yang telah Allah letakkan pada naluri dan susunan akal pikiran mereka, yakni bakat untuk beriman kepada Allah dan mengesakanNya, serta bersyukur kepadaNya sejak mereka diciptakan pertama kali.

Penjelasan:
(waidz akhodza-syahidnaa)
Dan ceritakanlah kepada umat manusia seluruhnya tentang janji naluri (fitrah) yang telah diambil Allah terhadap umat manusia seluruhnya, bahwa Allah telah mengeluarkan dari Bani Adam keturunan mereka kandungan demi kandungan, dan Dia ciptakan mereka membawa fitrah islam yaitu dengan menaruh dalam hati mereka pembawaan iman yang yakin, bahwa setiap pekerjaan pasti ada yang mengerjakannya, dan bahwa diatas segala alam yang berjalan berdasarkan sebab musabab (kausalita) pastilah ada suatu kekuatan yang Maha Tinggi yang menguasai seluruh yang ada ini. Dan Dialah yang semata-mata yang berhak disembah.
Dan katakan juga, bahwa Allah mempersaksikan tiap-tiap orang dari anak manusia itu, yang lahir generasi demi generasi atas diri mereka sendiri, tentang apa yang Allah taruh dalam naluri dan bakat mereka seraya berfirman kepada mereka dengan firman yang berupa iradah dan penciptaan bukan firman yang berupa wahyu dan penyampaian (tabligh). firmanNya, “bukankah aku ini Tuhanmu?”.
Maka jawab manusia dengan tingkah laku mereka, bukan dengan bahasa perkataan, “betul, Engkau adalah Tuhan kami, dan hanya Engkaulah yang patut disembah”.
Jadi, dialog ini hanyalah sebuah ilustrasi. Dan penggambaran seperti ini banyak contoh-contoh lainnya, baik al-Qur’an maupun dalam uslub-usub bahasa Arab. Seperti firman Allah ta’ala setelah menceritakan tentang penciptaan langit:

“lalu Allah berkata pada langit dan kepada bumi, ‘datanglah kamu berdua menurut perinntahKu dengan suka hati atau terpaksa’. Keduanya menjawab ‘kami datang dengan suka hati,”. (fushshilat:11)
Dan firmanNya yang lain:

“sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya, ‘kun (jadilah), maka jadilah ia”. (an-Nahl:40)
Sementara itu, orang Arab berkata:

Tembok berkata kepada pasak, ‘kenapa kamu mengoyakkan aku?’ jawab pasak, ‘tanyakanlah kepada orang yang memukul aku, sesungguhnya orang yang ada dibelakangku itu tidak memberi kepadaku kebebasan untuk berpendapat’”.
Ibnu katsir menafsirkan ayat diatas berkata, Allah ta’ala memberitahukan bahwa Dia telah mengeluarkan keturunan Bani Adam dari tulng-tulang punggung mereka, dalam keadaan bersaksi atas diri mereka sendiri, bahwa Allah adalah Tuhan mereka dan pemilik mereka, dan bahwasannya tiada Tuhan melainkan Dia, karena Allah memang telah menciptakan dan membuat mereka sedemikian rupa. Firman Allah:

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.” (ar-Rum:30)
Dan dalam sebuah sahih Bukhari Muslim, dari Abu Hurairah ra, ia berkata, sabda Rasulullah:

Tiap-tiap bayi yang dilahirkan, ia dilahirkan membawa fitrah (islam).”[12]
Dan kata Ibnul Qayim dalam kitabnya ar-Ruh, ketika membahas soal penciptaan ruh sebelum jasad yang ringkasnya, bahwa Allah swt telah mengeluarkan rupa-rupa manusia dan makhluk-makhluk lain semisalnya. Maka dipisah-pisahkanlah mana yang celaka dan mana yang bahagia, mana yang selamat dari godaan dan mana yang tergoda. Dalam hal ini, asar-asarya saling mendukung secara marfu’. Dan bahwa Allah memberi hujjah kepada mereka waktu itu dan mengambil kesaksian mereka terhadap ketuhananNya dan mempersaksikan mereka kepada malaikat-malaikatNya, sebagaiman ditunjukkan hal itu oleh ayat diatas.
Kemudian Allah swt menerangkan apa sebab Dia mengambil kesaksian seperti itu dan apa alasannya. FirmanNya:

Sesungguhnya Kami lakukan semua ini, maksudnya supaya kalian tidak bisa berkilah kelak pada hari kiamat atas kemusyrikan yang telah kamu lakukan, dan mengatakan, “sesungguhnya kami memang lalai terhadap keesaan Tuhan, karena tidak ada seorang pun yang memberi peringatan kepada kami”. Dengan demikian alasan tidak tahu menahu yang mereka ajukan tak bisa diterima. Karen mereka sebenarnya telah dilarang melakukan kemusyrikan dengan adanya tanda-tanda bukti keesaan Allah, disamping mereka telah diberi bakat mampu mencari kebenaran dan mejauhkan syirik dari hati mereka.[13]
Al-Biqa’i menghubungkan ayat ini dengan ayat sebelumnya dengan menyatakan bahwa Bani Israil diingatkan tentang perjanjian yang bersifat khusus yang telah dijalin sedemikan kuat dengan mereka. Kalau yang lalu itu bersifat khsusu, maka sebenranya masih ada perjanjian lain juga dengan mereka, walaupun kali ini bersifat umum mencakup mereka dan selain mereka dari putra putri Adam. Kalau pada ayat yang lalu mereka diingatkan ketika Allah mengangkat bukit keaatas mereka sambil memerintahkan melaksanakan apa yang telah tercantum dalam kitab Taurat, maka disini mereka diingatkan hal lain, yaitu:
Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan dari putar putri Adam masing-masing dari punggung, yakni sulbi orang tua mereka kemudian meletakkannya di rahim-rahim ibu mereka sampai akhirnya menjadikannya keturunan mereka manusia sempurna, dan Dia, yakni Allah mempersaksikan mereka putra-putra Adam itu atas diri mereka sendiri, yakni meminta pengakuan mereka masing-masing melalui potensi yang dianugerahkan Allah kepada mereka, yakni akal mereka, juga melalui penghamparan bukti keesaanNya di alam raya dan pengutusan para nabi seraya berfirman “bukankah Aku Tuhan pemelihara kamu dan yang selalu berbuat baik kepada kamu ?”. Mereka menjawab: “betul! Kami menyaksikan bahwa Engkau Maha Esa”. Seakan-akan ada yang bertanya “mengapa Engkau lakukan demikian Wahai Tuhan ?” Allah menjawab: “Kami lakukan yang demikian itu agar dihari kiamat nanti kamu wahai yang mengingkari keesaanKu tidak mengatakan ‘sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini yakni keesaan Tuhan, karena tidak adanya bukti-bukti tentang keesaan Allah swt’”.[14]
























                                             KESIMPULAN        
Dari penjelasan makalah diatas, telah jelas bahwa penafsiran tentang beberapa ayat diatas antara tafsir al-mishbah, tafsir al-maraghi dan tafsir al-azhar itu sama dalam penafsirannya. Yang intinya bahwa penafsiran dari QS. Fushshilat:30 menerangkan untuk selalu istiqamah beriman kepada Allah swt dan Allah mempunya janji kepada orang-orang mukmin yang tetap istiqamah beriman kepada Allah itu dengan menurunkan malaikat-malaikat kepada merka saat hari kiamat datang untuk membawa kabar gembira.
Sedangkan dari QS.Al-anbiya’:22 menerangkan tentang keesaan Allah. Bahwa tuhan hanyalah satu yaitu Allah swt yang mengatur seluruh alam raya ini. Allah lah yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi. Jika ada dua Tuhan atau lebih, maka akan hancurlah langit dan bumi ini. Dan dari ayat 25 menjelaskan bahwa Allah hanya mengutus rasul untuk membawa kemurnian ibadah dan tauhid dengan menyerukan bahawa hanya Allah lah Tuhan yang berhak disembah. Dari QS.Al-A’raf:172 menjelaskan bahwa setiap manusia lahir itu sudah dibekali fitrah islam dalam sanubari mereka. Mereka harus bersaksi bahwa Allahlah Tuhan mereka yang berhak disembah. Allah memerintahkan manusia untuk bersaksi agar pada hari kiamat nanti manusia tidak berkilah atas kemusyrikan yang telah mereka lakukan.







DAFTAR PUSTAKA

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah volume12, Tangerang:Lentera Hati, 2007
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah valume5, Tangerang:Lentera Hati,2007
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah volume8, Tangerang:Lentera Hati,2007
Ahmad Mustafa al-Maraghi,Tafsir al-Maraghi juz24,Semarang:PT.Karya Toha Putra,1992
Ahmad Mustafa al-Maraghi,Tafsir al-Maraghi juz9,Semarang:PT.Karya Toha Puyra,1994
Ahmad Mustafa al-Maraghi,Tafsir al-Maraghi juz17,Semarang:PT.Karya Toha Putra,1993
Hamka,Tafsir al-Azhar juzXXIV,Jakarta:Pustaka Panjimas,2002
Hamka,Tafsir al-Azhar juzXVII,Jakarta:Pustaka Panjimas,2002








ABSTRAK

Makalah ini dilatar belakangi oleh pengetahuan masyarakat yang kurang tentang masalah ketuhanan. Banyak anggapan tentang Tuhan selain Allah yang menyebabkan kekeliruan dalam pemahaman konsep ketuhanan. Setiap umat manusia diperintahkan untuk istiqamah kepada Allah swt dan selalu menjalankan perintah-perintah yang telah diperintahkanNya. Bahkan Allah pun berjanji akan menurunkan malaikat-malaikat kepada umat manusia yang tetap istiqamah beriman kepada Allah saat hari kiamat nanti dengan membawa kabar gembira.
Di langit dan di bumi ini tuhan hanyalah satu yaitu Allah swt. Hanya Allah lah yang mengatur seluruh alam raya ini. Jika tuhan lebih dari satu, maka langit dan bumi seisinya pun akan hancur karena adanya tuhan yang lebih dari satu yang pasti akan berbeda pendapat antara tuhan yang satu dengan tuhan yang lainnya. Allah mengutus rasulNya untuk memurnikan ibadah dan tauhid umat manusia didunia agar mereka kembali fitrah. Hanya Allah lah Tuhan yang berhak disembah. Dan perintah Allah kepada setiap umatNya untuk beraksi bahwa hanya Allah tuhan kita dan tidak ada tuhan selain Dia.







            Kata kunci: istiqamah, tauhid, fitrah











[1] Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi juz 24 (Semarang, PT.Karya Toha Putra,1992) hlm.235
[2] M. Quraish Syihab, Tafsir al-Mishbah Volume12  (Tangerang, Lentera Hati,2007) hlm.409
[3] Ibid.,hlm.410
[4] Hamka,Tafsir al-Azhar juz XXIV (Jakarta,Pustaka Panjimas,2002) hlm.225
[5] Ibid.,hlm.226
[6] Ahmad Mustafa al-Maraghi,Tafsir al-Maraghi JuzXVII (Semarang,PT.Karya Toha Putra, 1993)hlm.28
[7] Ibid.,hlm.30
[8] M. Quraish Shihab,Tafsir al-Mishbah volume8 (Tangerang, Lentera Hati,2007)hlm.434
[9] Ibid.,hlm.437
[10] Hamka,Tafsir al-Azhar juzXVII (Jakarta,Pustaka Panjimas,2002)hlm.27
[11] Ahmad Mustafa al-Maraghi,Tafsir al-Maraghi juz9 (Semarang, PT.Karya Toha Putra,1994)hlm.188
[12] Ibid.,hlm.190
[13] Ibid.,hlm.192
[14] M. Quraish Shihab,Tafsir al-Mishbah volume5 (Tangerang,Lentera Hati,2007)hlm.304

Tidak ada komentar:

Posting Komentar