INFO PROFIL

Foto saya
JENTREK ROJOIMO WONOSOBO, jawa tengah indonesia, Indonesia
Ya Allah jadikan kami manusia yang bisa keluar dari belenggu “kemunafikan”. Bimbing kami untuk tidak mengoreksi orang lain sebelum diri ini terkoreksi ya Rabb. Jadikan kami manusia yang jujur dan tidak pernah membohongi diri sendiri apalagi orang lain. kepadaMulah kami berserah ya Allah, kepadaMulah kami bermohon karena tanpa kehendakMu kami tidak bisa berbuat apa-apa Affannur Jentrek rojoimo wonosobo . lahir13 Agustus 1989

Rabu, 27 April 2016

Prinsip-prinsip Ekonomi

A.      Prinsip-prinsip Ekonomi
Pada dasarnya, prinsip ekonomi Islam sama dengan prinsip ekonomi pada umumnya. Yang membedakannya adalah nilai=nilai dan norma-norma yang dijadikan pedoman, baik oleh system ekonomi Islam ataupun oleh system ekonomi lainnya.
Prinsip-prinsip ekonomi tersebut meliputi:
1.       Dengan alat dan sarana yang ada berusaha untuk mencapai kepuasan dalam memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan yang bersifat individual maupun bersifat social. Prinsip ekonomi ini kebanyakan dipergunakan oleh pedagang atau pengusaha yang hanya mencari keuntungan tanpa didasari oleh nilai-nilai ilahinya (ibadah).
2.       Tercapainya hasil yang sebesar-besarnya dengan tenaga dan ongkos yang sekecil-kecilnya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Prinsip ekonomi ini dipergunakan oleh seorang konsumen yang ingin mendapatkan sisa guna sebesar-besarnya sebagai kelebihan biaya yang dikeluarkannya.9
                Prinsip-prinsip ekonomi tersebut berlaku pula untuk sistem ekonomi Islam. Namun, system ekonomi Islam dalam operasionalnya memberikan dan meletakkan nilai-nilai atau norma-norma etik asasi tentang prinsip-prinsip tersebut. Norma-
B.      Tujuan Ekonomi Islam
Seorang Ekonom Muslim Pakistan, M. Arkham11 memberikan jawaban tentang aspek tujuan dari kegiatan ekonomi. Dian menyatakan bahwa ekonomi Islam selaras dengan tujuan hidup manusia. Tujuan hidup manusia secara umum adalah ibadah, yaitu mengabdi semata-mata karena atau kepada Allah. Seperti firman-Nya, “Tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat: 56)
Tujuan lain hidup manusia dalam Islam adalah: “Kebaikan hidup di dunia dan sekaligus kebaikan di akhirat” (Q.S. Al-Baqarah: 201). Pada ayat yang lain ditentukan bahwa hendaknya manusia itu menuntut kebahagiaan hidup di akhirat (karena hal itu lebih kekal), tetapi janganlah melupakan nasibnya di dunia (Q.S. Al-Qashash: 77). Kebahagiaan atau kebaikan hidup di dunia maupun di akhirat harus diusahakan di dunia ini.
Persoalannya adalah, apakah aktivitas yang mengejar dua tujuan hidup itu terpisah, artinya perlu dipisahkan atau tidak? Apakah aktivitas ekonomi merupakan bagian aktivitas mengejar hidup di dunia? Ada dua kemungkinan  tentang nisbah antara kedua tujuan ini.
1.       Tujuan hidup akhirat bersifat dan berfungsi membatasi (menciptakan rambu-rambu) bagi kegiatan untuk menciptakan tujuan di dunia.
2.       Tujuan hidup  baik di dunia maupun di akhirat sebenarnya sudah mencakup tujuan yang kedua, yaitu akhirat. Pandangan ini tercermin dalam syair yang dikumandangkan group Bimbo, ciptaan penyair Taufiq Ismail, yaitu: “Barang siapa mengejar hidup di dunia akan memperoleh dunia saja, tetapi yang mengejar akhirat akan memperoleh akhirat dan dunia sekaligus.
Tujuan hidup manusia tersebut, hubungannya dengan tujuan ekonomi Islam, Arkham Khan memberikan muatan normative terhadap tujuan aktivitas ekonomi Islam seperti terungkap dalam definisinya, yaitu: “Ekonomi Islam bertujuan melakukan kajian tentang kebahagiaan hidup manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya di bumi atas dasar gotong royong dan partisipasinya.” (Prawiranegara 1984).12
Meskipun definisi Arkham tentang ekonomi Islam tersebut tidak menetapkan atau menyebutkan dengan jelas apakan tujuan hidup tersebut mencakup tujuan hidup di akhirat atau hanya aspek kehidupan duniawian saja, dengan menetapkan tujuan itu, Arkhan hendakmemasukkan gagasan aspek ”gotong royong dan berpartisipasi”, sebagai cara Islam untuk mencapai tujuan hidup. Barangkali dengan cara itu, tujuan yang bersifat duniawiyah dan ukhrawiyah akan tercapai.
Akhirnya, disepakati bahwa tujuan ekonomi Islam adalah mencapai kesejahteraan hidup manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Kemudian tujuan tersebut disubordinasikan pada tujuan yang lebih tinggi, yaitu memungkinkan manusia melaksanakan ibadah dan amal saleh. Gambaran atau isyarat-isyarat Al-Quran tentang tujuan ekonomi Islam ini, di antaranya dapat dilihat pada ayat-ayat sebagai berikut:
1.       Q.S. Al-Anbiya:107
وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya:
“Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Anbiya:107)
2.      Q.S Al-Tatsiyah: 13
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibw4cI1h0LkAMZXzd0X_J_1UPvqlhdyBizhbTHwH9VAxxY21Hy6LJNU5eFUbhwS1Mv9Usf8B1jHaJdbEh1oDhdHcXV9-qpvTSiI4k0pi7z8SehnDpYv4zmbOLVKO8wfdH0YhuN4sRh6XqS/s1600/45_13.png
Artinya:
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai suatu rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir” (Q.S Al-Tatsiyah: 13)

3.      Q.S. Al-Hasyr: 7
“Apa saja harta rampasan yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota, maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu”
Berdasarkan ayat-ayat Al-Quran tersebut, dapat disimpulkan tujuan ekonomi Islam adalah sebagai berikut:
a.       Mewujudkan ekonomi umat yang makamur dengan melaksanakan produksi barang dan jasa dengan kuantitas dan kualitas yang cukup, guna memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani dalam rangka menumbuhkan kesejahteraan duniawi dan ukhrawi secara serasi dan seimbang.
b.      Mewujudkan kehidupan ekonomi umat yang adil dan merata dengan jalan melaksanakan distribusi barang, jasa, kesempatan, kekuasaan, dan pendapatan masyarakat secara jujur, terarah, dan selalu meningkatkan keadilan serta pemerataannya.
c.       Mewujudkan kehidupan ekonomi umat yang stabil dengan jalan menghindarkan dari gangguan-gangguan inflasi dan depresi ataupun stagnasi, namun tidak menghambat laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang membawa kea rah kegoncangan ekonomi.
d.      Mewujudkan kehidupan ekonomi yang serasi, bersatu, damai, dan maju dalam suasana kekeluargaan sesame ummat, dengan jalan menghilangkan nafsu untuk menguasai, menumpuk harta, ataupun sikap-sikap lemah terhadap gejala-gejala yang negative.
e.       Mewujudkan kehidupan ekonomi umat yang menjamin kemerdekaan, baik dalam memilih jenis barang dan jasa, system jenis, dan organisasi produksi maupun system distribusi sehingga tingkat partisipasi masyarakat dapat dikerahkan secara maksimal dengan meniadakan penguasaa n berlebihan dari sekelompok masyarakat serta menumbuhkan kebersamaan.
f.       Mawujudkan kehidupan ekonomi yang tidak menimbulkan kerusakan di bumi, sehingga kelestarian alam dapat dijaga, baik alam fisik, kultural, sosial, maupun spiritual.
g.      Mewujudkan kehidupan ekonomi yang mandiri tanpa kebergantungan kepada kelompok masyarakat lain.
Secara ringkas, tujuan ekonomi Islam dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) makmur dan sejahtera, (2) adil dan merata, (3) tentram (stabil) dan maju, (4) serasi dan damai, (5) merdeka, (6) kelestarian alam, (7) mandiri.13  Muara akhir tujuan ideal ekonomi Islam adalah melepaskan tali belenggu kemiskinan yang selama ini melihat mayoritas umat Islam, agar porsi mereka tidak hanya dijadikan sebagai objek pasaran atau konsumen belaka.
Terlepas dari tujuan ideal tersebut, paling tidak secara sedrhana tujuan ekonomi Islam adalah menciptakan kahidupan manusia aman dan sejahtera, terpenuhinya segala kebutuhan, baik lahir ataupun batin, agar tercapai kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
C.     Tokoh-tokoh Ekonomi Islam
1.      Abu Yusuf
Nama lengkapnya adalah Yaqub bin Ibrahim Al-Anshari Al-Kufi Abu Yusuf (113 H/731 M) – (182 H/798 M). Ia adalah orang pertama yang mendapat gelarHakim Agung (qadlil qudlat) dalam Islam. Ia diangkat oleh khalifah Harun Ar-Rasyid sebagai penasihat terdekat khalifah dalam masalah-masalah administrasi secara keseluruhan, juga sebagai penasihat dalam kebijakan keuangan dan administrasi pajak. Karyanya Kitab Al-Kharj adalah salah satu karya istimewa yang pernah ditulisnyaatas dasar perintah khalifah HarunAr-Rasyid. Nilai buku ini penting bagi administrasi Islam karena ia membahas masalah-masalah keuangan Negara, penentuan pajak, hokum pidana, dan beberapa masalah serupa lainnya. Di samping itu, kitab ini memuat nasihat-nasihat kepada para khalifah, terutama kepada para administrator dan ekonom.
      Di antara nasihat-nasihatnya adalah, jangan menunda pekerjaan hari ini hingga besok hari. Apabilamelakukannya, Anda telah menyia-nyiakan kesempatan maka Anda akan mati ditimbun harapan. Nasihat ini sangat urgen sekali, terutama dalam dunia perekonomian karena selama ini keberadaan umat Islam terbelakang dalam berbagai aspek akibat melalaikan pekerjaannya.
      Nasihat lainnya adalah: “Pergunakan harta kekayaan yang Anda miliki sesuai kebutuhan, jangan terlalu boros dan jangan terlalu kikir.” Karena itu, dia menekankan keuangan secara umum dan pengaruhnya terhadap peranan Negara, pekerjaan umum, dan perkembangan dalam segala sector kehidupan.
      Masih banyak lagi nasihatnya yang diujukan kepada para ekonom dan administrator, baik yang hidup pada masanya ataupun para administrator dan para pemegang pemerintahan yang hidup sesudahnya,
2.      Imam Al-Ghazali
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad At-Thusi Al-Ghazali (450 H/1058 M) – (505 H/ 1111 M) merupakan salah seorang ahli dalam ilmu kalam (teologi ahli hokum, ahli mistik, pemikir irasional dan sekaligus pemikir rasional serta pembaru agama). Karya terpenting dan terbesar adalah kitan Ihya ‘Ulumu Ad-Din (menghidupkan ilmu agama). Di dalamnya dibahas banyak masalah, mulai pembahasan tentang dimensi dan kegiatan kemanusiaan, termasuk masalah keimanan filsafat, ilmu pengetahuan, ekonmi, politik, organisasi administrasi, asetisme (zuhud), dan meditasi (zikir), juga di bahas sifat-sifat Negara Islam.
Karyanya yang banyak berkaitan dengan masalah ekonomi adalah Mizan al-‘Amal, Al-Munqizh Min al-Dhalal dan Akhlak al-Abrar Wa al-Najat Min al-Asyrar, membahas tentang bagaimana seharusnya perilaku perekonomian dan nasihat-nasihat bagi para ekonom.
3.      Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun dikenal di kalangan sarjana Barat melalui karyanya dalam budaya dan sosiologi, yaitu Muqaddimah. Seorang pengkaji masalah organisasi dan manajemen ekonomi yang terkemuka; Ernest Dale melihat bahwa Ibnu Khaldun adalah satu-satunya sarjana berkebangsaan Arab yang mampu memberikan nasihat tentang roda perekonomian yang harus dilaksanakan oleh para poitisi, termasuk nasihat kepada para raja, sultan, dan khalifah di Afrika Utara dan Spanyol sepanjang abad  XIV.
      Karyanya mengungkap bahwa metode-metode untuk memperbaiki organisasi-organisasi perekonomian dapat dikaji melalui “sains budaya”, yang dapat digunakan untuk menggeluti berbagai jenis masyarakat dalam rangka lebih memastikan berbagai peristiwa sejarah serta untuk memperkuat laporan sejarah. Salah satu kesimpulan yang menarik adalah “sebab akhir akan berbeda dengan penyebab formal”. Artinya organisasi informal berkembang dari yang formal, praktik dari teori, dan tindakan dari perkataan.
      Sumbangan terpenting Ibnu Khaldun, terutama tentang pertumbuhan organisasi perekonomian, adalah konsepnya tentang organism alamiah. Sebagaimana organisme, perekonomia juga bermula dari kecil, kemudian berkembang, dan akhirnya mencapai titik optimum, dan batas alaminya adalah di luar perkembangan.
      Sebagaimana dalam bidang sejarah dan sosiologi, karya-karya Ibnu Khadun yang lain juga masih relevan dengan pengetahuan administrasi, manajemen, pertumbuhan organisasi, dan pembangunan, hingga sekarang belum sempat untuk dikajinya secara keseluruhan.

      Di samping ketiga  tokoh tersebut, masih banyak tokoh yag dikategorikan memiliki andil dan peran dalam praktik dan perjalanan ekonomi Islam, seperti Abu Dzar Al-Ghifari, Yahya Ibnu Adam, Al-Farabi, Al-Harin, Ibnu Taimiyah.

1 komentar:

  1. Casinos Near Casinos Near Me | MapyRO
    Find 제주도 출장안마 Casinos Near Me, NJ near 안산 출장마사지 you on MapyRO. Find Casinos 김해 출장마사지 Near You, compare reviews and get the 수원 출장안마 best deals for 청주 출장안마 Casinos Near Me,

    BalasHapus