Tokoh Filsafat Islam
Klasik
A. Ibnu
Miskawaih
1.
Riwayat
Hidup Ibnu Miskawaih
Nama lengkap ibnu miskawaih adalah Abu
Ali Muhammad bin Ya’qub Miskawaih. Beliau sering disebut dengan nama Abu Ali
Miskawaih yang diambil dari nama keluarganya. Dan ada juga yang menyebutnya
dengan nama Abu Ali Khazin. Ibnu maskawaih lahir pada tahun 320 H/932 M tepat
di Rayy deket kota Teheran dan beliau wafat pada tanggal 9 Shafar 421 H/16
pebruari 1030 M di Isfahan.
Ibnu Miskawaih dalam bidang filsafat
adalah seorang filosof muslim yang pertama kali membahas tentang filsafat akhlak.
Dalam bidang ini beliau belajar kepada Ibnu Al Khammar. Filsafat beliau
termasuk fisafat eklektik karena beliau banyak mengambil sumber-sumber asing,
seperti Aristoteles, Plato dan Galen dan membandingkanya dengan ajaran-ajaran
islam. Selain itu, beliau juga menggabunkan doktrin islam dengan filosuf
yunani. Dalam bidang ilmu kimia beliau belajar kepada Ibnu Thoyyib Al Razi
seorang ahli kimia. Ibnu Miskawaih selain dikenal sebagi tabib beliau juga
seorang yang ahli dalam bidang kimia. Beliau juga mempelaji sejarah kepada Abu
Bakar Ibnu Kamil al-Qodhi. Sejarah yang
dirintisnya bernuansa moralis, agamis dan praktis.
Ibnu Miskawaih hidup pada masa dinasti
Buwaihi dari rangkaian kekhalifahan Abasiyyah yang memiliki perhatian yang
cukup besar terhadap ilmu pengetahuan dan kesusateraan. Pada masa ini munculah ilmuan-ilmuan
besar diantaranya adalah Nasawi (ahli matematika), Al Farobi, Ibnu Sina, Al
Farghoni, abd al-Rohman al-suffi, Abu al-‘Ala al-Ma’arri.
2.
Karya-karya
Ibnu Miskawaih
a.
Tahzib
al-akhlak dan kitab As-sa’aadah membicarakan kehidupan rohani dan akhlak
(etika)
b.
Risalah
filazzatul wal alam membicarakan masalah hubungan perasaan yang dapat
membahagiakan dan meyengsarakan jiwa manusia.
c.
Risalah
fil tahaba’iyah yang membahas tentang alam semesta
d.
Risalah al jauhar al nafs yang membahas masalah
hubungan dengan ilmu jiwa
e.
Agai
jiwa Kitab jawazar khard membahas tentang pemerintahan dan hukum
f.
Kitab
adawiyah mufridah dan tarkib al bijah min al-athimah yang membahas permasalahan
kimia dan kedokteran
g.
Fauz
al akbar,fauz al asygahar dan al siayar yang membahas masalah
Peraturan
hidup.
3.
Pemikiran
Filsafat miskawa
a.
Hakikat
manusia
Manusia terdiri dari tiga jiwa yaitu
jiwa bernafsu (an-nafs al-bahimmiyyat)
merupakan jiwa terendah, jiwa berani (an-nafs
ghodhobiyyat) sebagai jiwa pertengahan, adapun jiwa trtinggi yaitu jiwa
berpikir (an-nafs natiqot). Pendapat
ibnu miskawaih hancurnya nafs yang bersal dari materi bersamaan dengan
hancurnya badan dan an nafs natiqot tidak akan hancur.
Ibnu
miskawaih berpendapat bahwa agama islam terutama dalam hukum syari’atnya
menganut madzhab etika yang berdasarkan cinta kasih sesama manusia. Agama
adalah pelatihan akhlak dan ibadah adalah penanaman sifat. Jadi yang intinya
bahwa segala bentuk peribadatan dalam agama pangkal tujuanya adalah untuk
mengajarkan cinta kasih pada sesama.
b.
Filsafat
etika
Menurut ibnu miskawaih moral atau akhlak
adalah suatu sikap mental (halun li al
nafs) yang mengandung daya dorong untuk berbuat tanpa berpikir dan
pertimbangan. Sikap mental ini dibagi menjadi dua kategori yaitu, ada yang
berasal dari watak dan ada pula yang berasaldari kebiasaan dan latihan. Pemikir
yunani menatakan akhlak yang berasal dari watak tidak mungkin berubah. Memurut
ibnu miskawaih, perubahan akhlak itu sangat dimungkinkan
Terutama
melalui pendidikan.
c.
Teori
kebahagiaan
Menurut ibnu miskawaih, pada diri
manusia terdapat dua unsur yaitu jiwa dan baban. Kemudian beliau membagi
kebahagian menjadi dua tingkat. Pertama, ada manusia yang terikat dengan
hal-hal yang bersifat benda dan mendapat kebahagiaan dengannya, namun ia tetap
rindu dengan kebahagiaan jiwa lalu ersifat berusaha memperolehnya. Kedua
manusia yang melepaskan keterkaitanya kepada benda dan memperoleh kebahagiaan
lewat jiwa.
Kebahagiaan
yang bersifat benda menurut ibnu miskawaih, mengandung kepedihan dan penyesalan
serta menghambat perkembangan jiwa menuju kehadirat Allah. Kebagiaan jiwalah
yang paling sempurna dan mampu mengantar manusia yang memilikinya kederajat
malaikat.
d.
Kebaikan
Menurut ibnu miskawaih, kebaikan adalah
suatu keadaan dimana kita sampai kepada batas akhir dan kesempurnaan wujud.
Dengan demikian kebaikan mempunyai identitas tertentu yang berlaku umum bagi
manusia, sedangkan kebahagiaan berbeda-beda tergantung pada orang-orang yang
berusaha memerolehnya.
e.
Pendidikan
anak-anak
Ibnu miskawaih menyebutkan bahwa masa
kanak-kanak merupakan mata rantai Antara jiwa hewan dengan jiwa manusia
berakal. Pada masa jiwa anak berakhirlah ufuk hewani dan dimulailah ufuk
manusiawi. Oleh sebab itu, masa anak-anak harus dididik dengan akhlak mulia
karena pada masa pendidikan dini inilah yang akan berakar kuat dalam kehidupan
mereka di masa yang akan datang.
f.
Teori
jalan tengah
Keutamaan
ajaran akhlak Ibnu miskawaih berpangkal pada teori jalan tengah. Yang intinya
bahwa keutamaan akhlak diartikan sebagai posisi tengah antara ekstrem kelebihan dan ekstrem
kekurangan masing-masing jiwa manusia. Dalam bahasa inggris dikenal dengan
istilah The doktrin of The
mean atau the golden.
Pendapat Ibnu maskawaih posisi jalan tengah bisa tercapai dengan memadukan
fungsi filsafat dan syari’at. Fungsi syari’at efektif bagi terciptanya tengah
dalam jiwa bernafsu dan jiwa berani. Sedangkan filsafat berfungsi efektif bagi terciptanya posisi tengah jiwa berpikir.
Mengenai teori jalan tengah Ibnu miskawaih berpendapat dengan Plato dan
Aristoteles. Perbedaan yang mencolok antara Ibnu miskawaih denga Aristoteles
terdapat dipembahasan jalan tengah ini. Hanya saja Aristoteles hanya menyebut
akal sedangkan Ibnu Miskawaih di dalamnya menyertakan syari’at.
Jadi dapat disimpulkan bahwa doktrin
jalan tengah tenyata tidak hanya memiliki nuansa dinamis tetapi juga fleksibel.
Oleh karena itu, doktrin tersebut dapat terus menerus berlaku sesuai tantangan
zamanya tanpa menghilangkan nilai-nilai esensial dari pokok keutamaan akhlak.
Jadi dengan doktrin jalan tengah manusia tidak akan kehilangan arah dalam
kondisi apapun.
g.
Metafisika
Salah satu topik yang diangkat oleh ibnu
miskawaih dalam hubunganya dengan soal metafisika adalah argumentas atau
pembuktian adanya tuhan sertapersoalan seputar penciptaan alam semesta. Oleh
sebab itu segala kemaujudan berasal dari ketiadaan. Dalam proses terjadinya
alam bukti bahwa yang membuat alam ini hanyalah seorang, ia tdak bertubuh,
ia-lah Tuhan Azaly yang tiada permulaan dan akhirnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar