INFO PROFIL

Foto saya
JENTREK ROJOIMO WONOSOBO, jawa tengah indonesia, Indonesia
Ya Allah jadikan kami manusia yang bisa keluar dari belenggu “kemunafikan”. Bimbing kami untuk tidak mengoreksi orang lain sebelum diri ini terkoreksi ya Rabb. Jadikan kami manusia yang jujur dan tidak pernah membohongi diri sendiri apalagi orang lain. kepadaMulah kami berserah ya Allah, kepadaMulah kami bermohon karena tanpa kehendakMu kami tidak bisa berbuat apa-apa Affannur Jentrek rojoimo wonosobo . lahir13 Agustus 1989

Senin, 27 Desember 2010

Al-Qur’an

Keajaiban didalam Al-Qur’an terhadap kejadian Gempa.
Gempa di Tasikmalaya. Sekitar pukul 14.52 WIB sore ini terjadi gempa di Tasikmalaya.
Lihat di Al-Qur’an Surat dan Ayat sesuai dengan jam tersebut :
Artinya :
(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (QS. 14:52)
Gempa di Padang pukul 17.16 WIB
Lihat di Al-Qur’an Surat dan Ayat sesuai dengan jam tersebut :
Artinya :
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (QS. 17:16)
Gempa Susulan di Padang pukul 14.38 WIB
Lihat di Al-Qur’an Surat dan Ayat sesuai dengan jam tersebut :
Artinya :
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. (QS. 14:38)
Gempa di Jambi pukul 06.49 WIB
Lihat di Al-Qur’an Surat dan Ayat sesuai dengan jam tersebut :
Artinya :
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu berbuat fasik. (QS. 06:49)
Gempa susulan di Jambi sekitar pukul 20.02 WIB.
Lihat di Al-Qur’an Surat dan Ayat sesuai dengan jam tersebut :
Artinya :
Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah; (QS. 20:02)
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafizhahullah
Bentuk-Bentuk Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua Adalah :
Pertama.
Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberikan kegembiraan kepada seorang mu’min termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberikan kegembiraan kepada kedua orang tua kita.
Dalam nasihat perkawinan dikatakan agar suami senantiasa berbuat baik kepada istri, maka kepada kedua orang tua harus lebih dari kepada istri. Karena dia yang melahirkan, mengasuh, mendidik dan banyak jasa lainnya kepada kita.
Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa ketika seseorang meminta izin untuk berjihad (dalam hal ini fardhu kifayah kecuali waktu diserang musuh maka fardhu ‘ain) dengan meninggalkan orang tuanya dalam keadaan menangis, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Kembali dan buatlah keduanya tertawa seperti engkau telah membuat keduanya menangis” [Hadits Riwayat Abu Dawud dan Nasa'i] Dalam riwayat lain dikatakan : “Berbaktilah kepada kedua orang tuamu” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Kedua.
Yaitu berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan berbicara dengan kedua orang tua dan berbicara dengan anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua, tidak boleh mengucapkan ‘ah’ apalagi mencemooh dan mencaci maki atau melaknat keduanya karena ini merupakan dosa besar dan bentuk kedurhakaan kepada orang tua. Jika hal ini sampai terjadi, wal iya ‘udzubillah.
Kita tidak boleh berkata kasar kepada orang tua kita, meskipun keduanya berbuat jahat kepada kita. Atau ada hak kita yang ditahan oleh orang tua atau orang tua memukul kita atau keduanya belum memenuhi apa yang kita minta (misalnya biaya sekolah) walaupun mereka memiliki, kita tetap tidak boleh durhaka kepada keduanya.
Ketiga.
Tawadlu (rendah diri). Tidak boleh kibir (sombong) apabila sudah meraih sukses atau mempunyai jabatan di dunia, karena sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan. Kedua orang tualah yang menolong dengan memberi makan, minum, pakaian dan semuanya.
Seandainya kita diperintahkan untuk melakukan pekerjaan yang kita anggap ringan dan merendahkan kita yang mungkin tidak sesuai dengan kesuksesan atau jabatan kita dan bukan sesuatu yang haram, wajib bagi kita untuk tetap taat kepada keduanya. Lakukan dengan senang hati karena hal tersebut tidak akan menurunkan derajat kita, karena yang menyuruh adalah orang tua kita sendiri. Hal itu merupakan kesempatan bagi kita untuk berbuat baik selagi keduanya masih hidup.
Keempat.
Yaitu memberikan infak (shadaqah) kepada kedua orang tua. Semua harta kita adalah milik orang tua. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala surat Al-Baqarah ayat 215.
“Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, “Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah maha mengetahui”
Jika seseorang sudah berkecukupan dalam hal harta hendaklah ia menafkahkannya yang pertama adalah kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tua memiliki hak tersebut sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-Baqarah di atas. Kemudian kaum kerabat, anak yatim dan orang-orang yang dalam perjalanan. Berbuat baik yang pertama adalah kepada ibu kemudian bapak dan yang lain, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut.
“Artinya : Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu kemudian ibumu sekali lagi ibumu kemudian bapakmu kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat” [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 3, Abu Dawud No. 5139 dan Tirmidzi 1897, Hakim 3/642 dan 4/150 dari Mu'awiyah bin Haidah, Ahmad 5/3,5 dan berkata Tirmidzi, "Hadits Hasan"]
Sebagian orang yang telah menikah tidak menafkahkan hartanya lagi kepada orang tuanya karena takut kepada istrinya, hal ini tidak dibenarkan. Yang mengatur harta adalah suami sebagaimana disebutkan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Harus dijelaskan kepada istri bahwa kewajiban yang utama bagi anak laki-laki adalah berbakti kepada ibunya (kedua orang tuanya) setelah Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan kewajiban yang utama bagi wanita yang telah bersuami setelah kepada Allah dan Rasul-Nya adalah kepada suaminya. Ketaatan kepada suami akan membawanya ke surga. Namun demikian suami hendaknya tetap memberi kesempatan atau ijin agar istrinya dapat berinfaq dan berbuat baik lainnya kepada kedua orang tuanya.
Kelima.
Mendo’akan orang tua. Sebagaimana dalam ayat “Robbirhamhuma kamaa rabbayaani shagiiro” (Wahai Rabb-ku kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu kecil). Seandainya orang tua belum mengikuti dakwah yang haq dan masih berbuat syirik serta bid’ah, kita harus tetap berlaku lemah lembut kepada keduanya. Dakwahkan kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut sambil berdo’a di malam hari, ketika sedang shaum, di hari Jum’at dan di tempat-tempat dikabulkannya do’a agar ditunjuki dan dikembalikan ke jalan yang haq oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Apabila kedua orang tua telah meninggal maka :
Yang pertama : Kita lakukan adalah meminta ampun kepada Allah Ta’ala dengan taubat yang nasuh (benar) bila kita pernah berbuat durhaka kepada kedua orang tua sewaktu mereka masih hidup.
Yang kedua : Adalah mendo’akan kedua orang tua kita.
Dalam sebuah hadits dla’if (lemah) yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Apakah ada suatu kebaikan yang harus aku perbuat kepada kedua orang tuaku sesudah wafat keduanya ?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, kamu shalat atas keduanya, kamu istighfar kepada keduanya, kamu memenuhi janji keduanya, kamu silaturahmi kepada orang yang pernah dia pernah silaturahmi kepadanya dan memuliakan teman-temannya” [Hadits ini dilemahkan oleh beberapa imam ahli hadits karena di dalam sanadnya ada seorang rawi yang lemah dan Syaikh Albani Rahimahullah melemahkan hadits ini dalam kitabnya Misykatul Mashabiih dan juga dalam Tahqiq Riyadush Shalihin (Bahajtun Nazhirin Syarah Riyadush Shalihin Juz I hal.413 hadits No. 343)]
Sedangkan menurut hadits-hadits yang shahih tentang amal-amal yang diperbuat untuk kedua orang tua yang sudah wafat, adalah :
[1] Mendo’akannya
[2] Menshalatkan ketika orang tua meninggal
[3] Selalu memintakan ampun untuk keduanya.
[4] Membayarkan hutang-hutangnya
[5] Melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syari’at.
[6] Menyambung tali silaturrahmi kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya
[Diringkas dari beberapa hadits yang shahih]
Sebagaimana hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma.
“Artinya : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman bapaknya sesudah bapaknya meninggal” [Hadits Riwayat Muslim No. 12, 13, 2552]
Dalam riwayat yang lain, Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma menemui seorang badui di perjalanan menuju Mekah, mereka orang-orang yang sederhana. Kemudian Abdullah bin Umar mengucapkan salam kepada orang tersebut dan menaikkannya ke atas keledai, kemudian sorbannya diberikan kepada orang badui tersebut, kemudian Abdullah bin Umar berkata, “Semoga Allah membereskan urusanmu”. Kemudian Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhumua berkata, “Sesungguhnya bapaknya orang ini adalah sahabat karib dengan Umar sedangkan aku mendengar sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Artinya : Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman ayahnya” [Hadits Riwayat Muslim 2552 (13)]
Tidak dibenarkan mengqadha shalat atau puasa kecuali puasa nadzar [Tamamul Minnah Takhrij Fiqih Sunnah hal. 427-428, cet. III Darul Rayah 1409H, lihat Ahkamul Janaiz oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani hal 213-216, cet. Darul Ma'arif 1424H]
[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, terbitan Darul Qolam - Jakarta]
Sumber: almanhaj.or.id
JANGAN BERSEDIH ATAS CERCAAN DAN HINAAN ORANG
111. Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudharat kepada kamu, selain dari gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kamu, Pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan.
(Q.S. Ali imran : 111)
127. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.
(Q.S. An-Nahl : 127)
48. Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang- orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pelindung.
(Q.S. Al-Ahzab : 48)
69. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; Maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah.
Kajian Wudhu

1. Mengapa jika berwudlu yang pertama kali kita membasuh muka?
Karena pada saat itu Nabi Adam as sewaktu di taman Surga telah dilarang oleh Allah untuk mendekati pohon dan melihat buah Khuldi. Tetapi Nabi Adam as karena dapat bisikan dan bujuk rayu Iblis, maka Nabi Adam as mendekati dan melihat pohon dan buah khuldi tersebut serta memakannya. Maka dari itulah saat berwudlu muka/wajah kita dibasuh lebih dahulu, karena Nabi Adam as telah melihat dan mendekati pohon dan buah yang telah dilarang oleh Allah SWT sewaktu di taman surga.
2. Mengapa jika berwudlu yang kedua kali kita membasuh kedua tangan?
Karena setelah memakan buah khuldi, Siti Hawa (Istri Nabi Adam) yang semula bibirnya tidak berwarna merah setelah memakan buah khuldi menjadi merah, serta payudaranya yang semula tidak begitu berisi menjadi berisi bersamaan dengan itu nafsu birahinya semakin menjadi. Maka Nabi Adam as dengan kedua tangannya tersebut menjebol bohon buah khuldi tersebut sampai ke akar-akarnya. Maka dari itulah sewaktu berwudlu kita membasuh kedua tangan kita, karena Nabi Adam as, telah menjebol pohon buah khuldi tersebut sampai ke akar-akarnya.
3. Mengapa jika berwudlu yang ketiga kali kita mengusap kepala?
Karena Nabi Adam as setelah menjebol pohon buah khuldi tersebut hingga ke akar – akarnya, Nabi Adam tidak kuat mengangkat pohon buah khuldi tersebut ke atas punggungnya, lalu dengan kecerdasan Nabi Adam as pohon buah khludi tersebut diangkat dan dibawa oleh Nabi Adam as diatas kepalanya. Maka dari itulah sewaktu kita berwudlu mengusap kepala kita, karena Nabi Adam as mengangkat pohon buah khuldi bersama dengan akar-akarnya diatas kepalanya.
4. Mengapa jika berwudlu yang keempat kali kita mengusap kedua telingga?
Karena sewaktu di taman surga Nabi Adam as bersama dengan Siti Hawa telah dibujuk rayu dan diberi bisikan oleh Iblis untuk mendekati pohon dan buah khuldi yang telah dilarang oleh Allah SWT. Karena itulah maka setiap kali berwudlu kita mengusap kedua telinga kita. Karena Nabi Adam as telah terkena bujuk rayu Iblis sewaktu di taman surga untuk mendekati pohon dan buah khuldi yang dilarang oleh Allah SWT.
5. Mengapa jika berwudlu yang keempat kali kita membasuh kedua kaki ?
Karena setelah Nabi Adam as menjebol dan mengangkat pohon buah khuldi tersebut diatas kepalanya dan berjalan menuju kehadapan Allah SWT. Maka dari itulah jika berwudlu kita membasuh kedua kaki kita, karena Nabi Adam as mengangkat pohon buah khuldi dan berjalan menuju ke hadapan Allah SWT.

Air Mata

Air Mata Agar menyambung kontak dengan Allah
Orang – orang yang tidak mengeluarkan air mata ketika kondisi “mengharuskannya” menangis, dianggap sebagai orang yang keras hatinya.
Ada kisah tentang seorang pemuda di majelis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Ketika itu para sahabat menangis tatkala Rasulullah menyampaikan tausiyahnya dengan suara parau. Namun tidak demikian dengan sang pemuda, tak setetes pun air mata keluar dari kelopak matanya. Ia sendiri merasa aneh, sehingga menanyakan kepada Rasul. Sebabnya menurut Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam “kerasnya hati”.
Sesungguhnya. Allah SWT tak pernah keliru menciptakan sesuatu. Dari tetesan-tetesan air mata ini saja, terkandung banyak manfaat untuk kesehatan fisik dan jiwa. Lebih dari itu, air mata adalah alat komunikasi serta pengekspresian emosi.
Ketika seseorang manusia lahir, hingga masa beberapa masa tertentu, air mata yang mengiringi tangisan menjadi alat komunikasi utama. Air mata sangat ampuh untuk menarik perhatian orang – orang yang ada disekitarnya. Dengan air mata seorang anak bisa “memaksa” sang ibu untuk memberikan air susu serta aneka perhatian.
Sebagai sarana mengekspresikan emosi, tetesan air mata mengkomunikasikan sejumput pesan dengan makna – makna tertentu. Ia mengekspresikan suasana hati yang terdalam, entah sedih, gembira, takut atau sakit. Sehingga nilai air mata begitu istimewa, khusus serta berkesan. Maka jangan heran, jika air mata bisa meluluhkan hati yang keras, serta menaklukkan sesuatu yang tidak bisa ditaklukkan dengan pedang.
Sesungguhnya, air mata pun bisa menjadi alat komunikasi hamba dengan Rabb-nya. Betapa tidak, tetesan air mata di jalan Allah bisa memadamkan kobaran api neraka. Rasulullah s.a.w bersabda yang artinya : “Tidak akan masuk neraka, seseorang yang manangis karena takut kepada Allah”.
Air mata bisa mendatangkan pertolongan Allah di akhirat kelak. Juga bisa mempercepat terkabulnya doa-doa sang hamba di dunia. Efek tetesannya mampu menembus batas – batas dimensi. Itulah sebabnya, Rasulullah dan para sahabat menjadikan air mata sebagai “bahasa sehari-hari” tatkala berinteraksi dengan Allah SWT. Tiada hari pun yang mereka lewatkan tanpa menangis. Mereka menangis karena cinta yang begitu besar kepada Tuhannya. Cinta yang bersumber dari kuatnya raja’ (harapan akan ridha dan kasih sayang Allah) yang terpadu dengan khauf (rasa takut akan murka Allah)
Karena efeknya yang sangat dahsyat, para sahabat Rasul pun sangat menjaga sikap dan tingkah lakunya, agar jangan sampai mendzalimi oreang lain. Mereka sangat takut jika air mata orang – orang yang terdzalimi yang tertumpah itu mendatangkan murka Allah SWT kepada mereka. Boleh jadi inilah yang memotivasi Khalifah Umar bin Khathab untuk memanggul sekarung gandum dari Baitul Mal, ketika ia melihat seorang ibu dan anak – anaknya yang notabene adalah rakyatnya kelaparan. Begitu hebat efek dari air mata.
Tidak salah jika kita mencucurkan air mata. Namun ketahuilah, air mata yang paling berkualitas, adalah air mata yang keluar karena harap dan takut kepada Allah. Sebab itu air mata keimanan.
Kewajiban kita kepada Rasul
Orang yang bersyahadat Rasul mengakui bahwa Muhammad bin Abdullah adalah Nabi utusan Allah. Persaksian ini menuntut komitmen dirinya. Sebagai konsekwensi atas persaksian atas persaksiannya itu adalah :
1.Membenarkan apa yang disampikannya.
Apa yang dikatakannya bukan didasarkan pada nafsu melainkan wahyu Allah. Seorang muslim yang baik (seperti misalnya Abu Bakar ra) selalu membenarkannya. Dalam peristiwa Isra’ Mi’roj tatkala kebanyakan orang mendustakannya, Abu Bakar mengatakan “kalaupun dia mengatakan yang lebih dari pada itu, aku tetap mempercayainya! Maka Rasul pun menjulukinya sebagai ash-shidiq.
2.Mentaati apa yang diperintahkannya
Apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-nya dikerjakan sebatas kemampuan karena Allah tidak membebani seseorang melebihi kemampuannya. Artinya, kita harus berusaha maksimal untuk beramal yang hasilnya urusan Allah.
3.Menjauhi apa yang dilarangnya
Larangan agama harus ditinggalkan sama sekali. Bahkan, secara preventif harus dijauhi agar tak terlibat kemaksiatan dan terjerumus dalam dosa.
4.Tidak beribadah kecuali dengan apa yang disyariatkannya
Sesungguhnya semua peribadatan itu haram, kecuali yang sudah ada syariat-nya. Sedangkan hal – hal yang mubah dapat ditingkatkan sehingga bernilai ibadah manakala didasarkan pada niat ikhlas lillahi ta’ala.
Penjabaran kewjiban seorang mukmin kepada Rasul s.a.w. adalah :
a. Mengimaninya
Banyak ayat yang menyebutkan iman kepada Allahdan Rasulnya, secara bersamaan. Ini artinya bahwa iman Kepada Rasul tidak bisa dipisahkan dengan iman kepada Allah. Keislaman seseorang dianggap batal bila hanya iman kepada Allah tapi tidak iman kepada Rasul, disebut inkaru sunnah.
b. Mencintainya
Iman seseorang dinggap sempurna bila ia telah mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih besar cintanya kepada yang lain bahkan kepada dirinya sendiri.
c. Mengagungkanya
Jasa dan pengorbanannya untuk umant ini berikut sifat-sifat kesempurnaan yang Allah berikan kepadanya membuatnya layak untuk diagungkan. Namun pengagungan ini tidak boleh melampaui batas karena Islam melarang kultus.
d. Membelanya
Membelanya adalah kewajiban mukmin. Caranya, dengan ittiba’ kehidupannya, maka Allah pasti akan memberi pengahargaan atasnya.
e. Mencintai mereka yang mencintainya
Mereka cinta Allah dan Rasul-Nya, mereka bertemu dan berpisah karena dorongan cinta tersebut. Mereka bagian tubuh yang satu, bila ada yang sakit, semua merasakan demam dan tidak bisa tidur.
f. Menghidupkan sunnahnya
bukan sunnah dalam ibadah khusus, bahkan termasuk aktivitas sehari-hari yang kecil dan sederhana. Bila aktivitas tersebut dimaksudkan untuk ittiba’ rasul, maka pasti bernilai ibadah.
g. Memperbanyak shalawat kepadanya
Satu shalawat nabi diucapkan seorang muslim akan dibalas dengan sepuluh kali doa Rasul untuknya.
h. Mengikuti manhajnya
Manhaj yang dimaksud tidak lain adalah sistem Islam yang mengatur segala aspek kehidupan manusia. Mewarisi risalahnya Dengan menjaga, membela, dan memperjuangkan dalam gerak bawah dan jihad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar