INFO PROFIL

Foto saya
JENTREK ROJOIMO WONOSOBO, jawa tengah indonesia, Indonesia
Ya Allah jadikan kami manusia yang bisa keluar dari belenggu “kemunafikan”. Bimbing kami untuk tidak mengoreksi orang lain sebelum diri ini terkoreksi ya Rabb. Jadikan kami manusia yang jujur dan tidak pernah membohongi diri sendiri apalagi orang lain. kepadaMulah kami berserah ya Allah, kepadaMulah kami bermohon karena tanpa kehendakMu kami tidak bisa berbuat apa-apa Affannur Jentrek rojoimo wonosobo . lahir13 Agustus 1989

Kamis, 21 Januari 2010

membaca kebesaran allah
affan
Jagat raya dengan segala isinya, yang terlihat dan tidak terjangkau indera, yang konkret dan abstrak, yang sudah menjadi, sedang, dan akan terjadi, dalam jangkauan atau nun entah dimana, di hamparan ciptaan Allah SWT, adalah lahan bagi pengetahuan manusia. Masalahnya, kuat apa tidak mengetahui semua itu.

Kebesaran Allah SWT, hanya sedikit yang mampu dipahami manusia. Hukum Allah SWT, Sunnatullah, yang telah menjadi sejak penciptaan bermula tak kalah sempurna untuk dipelahari. Jagat raya misalnya, diciptakan dengan keteraturan dan perimbangan sempurna. Manakala pusaran edaran melenceng beberapa derajat dari ketentuanNya, keteraturan bubar, dan kiamat hasilnya.

Alangkah menakjubkan menyelam ke dunia micro atau macro cosmos. Pernahkan kita mengetahui betapa rumitnya, misalnya ketika tubuh merespon masuknya makannya melalui mulut, terus tenggorokkan, dilincah lambung, dipisahkan mana yang bermanfaat atau pantas jadi tahi? Mekanisme tubuh begitu sempurna. Sementara kita ‘berhenti’ pada makan, kenyang, dan tertidur … he he. Mengambil mudahnya saja.

Perhatikan pergantian siang dan malam, matahri menjaring air laut, menjadikan awan, menumpahkan ke Bumi hingga menghidupkan makhluk-makhluk? Keteraturan yang tidak habis-habisnya untuk dipelajari. Allah Mahabesar.

Kesemua itu, betapa pun sedikitnya, kita masukan ke otak, disimpan di memori sebanyak yang didapat. Ketika diolah di ranah otak, segalanya terbarui. Setidaknya, menjadi hal yang terlihat baru. Kesemua itu, apabila ditulis, dapat dimanfaat lainnya. Semua orang tidak harus mempelajari semuanya, tidak harus memiliki semuanya, kemampuan manusia tidak memadai untuk itu. Lalu?

Dengan menulis kita berbagai. Kalau saudara kita mengalami hal-hal buruk dalam relasi kehidupan, atau didera alam, kalau ditulis, bukankah berarti berbagi agar saudaranya jangan mengalami. Bila mendapatkan bahagia, dengan menulis, berbagi untuk hal-hal positif. Menulis bermakna silaturrahim dan berbagi.

Dus, kalau Si A mampu memaknai ciptaan Allah SWT perihal anu, Si B tentang ane, Si C perihal anu, Si D mengenai ani, dapat disusun bak papan puzzle manakala ditulis. Tanda-tanda kebesaran Allah dunia sesungguhnya.

Alangkah indahnya, dengan menulis manakala dengan menulis kita lebih memahami kebesarNya, memaknai cipataanNya, berbagi rahmatNya yang kita perdapat dengan perilaku sebagaimana dilakukanNya, gratis. Setiap untaian kalimat menjadi ibadah.

Entahlah, wahai saudaraku. Kita hidup dalam kandungan kebeseran Allah SWT. Tentu tidak salah menuliskan rahmat dan nikmat tak terhingga tersebut hingga bermanfaat bagi sesama. Kali aja Bro.

Bagaimana Menurut Sampeyan?

Banjarbaru, 22 Maret 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar