Islam dan Agama
Islam adalah asal kata dari = selamat sentosa dan damai dari kata diubah menjadi bentuk yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian oleh sebab itu, orang yang berserah diri, patuh, dan takut kepada Alloh SWT.
Dikalangan masyarakat barat, Islam diidentikan dengan istilah Muhammadanism dan Muhammedan peristilahan ini timbul karena pada umummnya agama diluar Islam disandarkan pada nama pendirinya seperti agama Budha, agama ini dinisbatkan kepada pendirinya seperti Sidharta Gautama Buddha (lahir 560 SM)
Jadi Islama adalah Agama yang mencakup semua ajaran agama yang sebelumnya telah diturunkan kepada para nabi dan rosul dan nama Islam adalah nama bagi suatu agama yang berasal dari Alloh SWT.
Mendengar kata Agama mungkin sudah tidak asing lagi yang dalam bahasa Arab( ) dan dalam bahasa eropa sendiri religi. ( ) berarti menguasai, menundukan, patuh, utang, balasan dan kebiasaan dalam artian agama harus dipatuhi penganut agama yang bersangkutan. Dalam pengertian diatasa mungkin definisi agama yang dapat diterima semua pihak. Dalam masalah agamapun agama bertolenransi terutama agama Islam yang dijelaskan dalam surat Al-kafirun ayat 6
Yang artinya:”untukmulah agama mu dan untukkulah agamaku”
Sebagaimana yang dijelaskan diatas, berarti masing-masing pemeluk agama dapat melakasanakan apa yang dianggapnya benar dan baik sesuai dengan keyakinan tanpa memaksakan pendapat kepada orang lain dan sekaligus tidak mengabaikan keyakinan masing-masing. Serta akan dipertanggungjawabkan masing-masing dihadapan Alloh, dengan tuntunan ayat ini hilanglah harapan orang-orang musyrikin quraisy yang berusaha membujuk nabi Muhammad SAW. Agar bersikap toleran dengan jalan untuk berkompromi dalam bidang aqidah Islam.
A. Islam Dalam Wacana Agama
Islam adalah agama Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW yang dijelaskan dalam surat Al-baqarah: 132
Yang artinya: Dan Ibrahim telah mawasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula yaqub (Ibrahim) berkata:”hai anak anakku sesungguhnya Alloh telah memilih agama bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.
Dalam ayat ditegaskan bahwa:
Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam, sangat jelas bahwa agama Islam adalah agama yang diberikan kepada umatnya yang memberikan jalan yang lurus dan petunjuk dari TuhanNya.
Adapula yang menjelaskan tentang Islam itu beda dari Agama yang lain seperti yang dijelaskan dalam Q.S Al-maidah:38
Yang artinya: “laki-laki dan perempuan yang mencuri potonglah tangan keduanya (sebagai) pemabalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Alloh, dan Alloh maha perkasa lagi maha bijaksana”
Jadi hukum Islam itu sangat adil seperti mencuri satu kali dipotong tangan kanan, mencuri dua kali dipotong kaki kiri, begitupun seterusnya hingga jera hukuman qishosh. Jadi tidak ada kekeliruan dan langsung hukum yang diperintahkan Alloh.
B. Signifikasi Studi Islam
Akhir-akhir ini, semangat untuk kajian ini di Barat semakin tinggi sehingga orang-orang Islama pun, untuk melakukan kajian Islam, harus pergi ke Barat. Di Barat, kajian Islam dengan istilah Islamic Studies, yang secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha memepelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam.
Di kalangan umat Islam sendiri, studi keislaman bertujuan mendalami dan memahami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkan dengan benar. Adapun diluar dikalangan Islam, Studi keislaman bertujuan mempelajari seluk-beluk agama dan praktik keagamaan yang berlaku dikalangan umat Islam, yang semata-mata sebagai Ilmu pengetahuan.
Dari segi tingkatan kebudayaan, agama merupakan universal cultural. Sejak dulu hingga sekarang, agama dengan tangguh menyatakan eksistensinya, berarti ia mempuanyai dan memerankan sejumlah peran dan fungsinya dimasyarakat. Oleh karena itu, secara umum, Studi Islam menjadi penting karena agama, termasuk Islam, memerankansejumalah peran dan fungsi di masyarakat.
Kita telah menyadari bahwa saat ini uamat Islam masih berada dalam posisi marginal (pinggiran) dan lemah dalam berbagai aspek kehidupan sosial budaya, dan harus berhadapan dengan dunia modern yang serba maju dan semakin canggih. Dalam kondisi demikian, umat Islam dituntut untuk melakukan gerakan pemikiran yang diharapkan dapat, menghasilkan konsep pemikiran yang cemerlang dan operasional untuk mengantisipasi perkembangan dan kemajuan tersebut.
Namun demikian, umat Islam memang berada dalam suasana problematik. Di satu sisi, jika mereka hanya berpegang pada ajaran-ajaran Islam hasil penafsiran ulama terdahulu yang merupakan warisan doktriner turun-temurun dan dianggapnya agama yang sudah mapan, sempurna, paten serta tidak ada keberanian untuk melakukan pemikiran ulang, berarti mereka mengalami kemandegan intelektual, yang pada gilirannya akan menghadapimasa depan yang suram. Di sisi lain jika melakukan usaha pembaharuan dam pemikiran kembali secara kritis dan rasional terhadapa ajaran-ajaran Islam guna menyesuaikan terhadap tuntuan perkembangan zaman dan kehidupan modern, mereka akan dituduh sebagai umat yang meninggalkan atau tidak setia lagi terhadap ajaran-ajaran Islam yang dianggap sudah mapan dan sempurna tersebut.
Melalui pendekatan yang bersifat objektif dan rasional, studi Islam diaharapkan mampu memberikan alternatif pemecahan masalah atau jalan keluar dari masalah yang probelamatik tersebut. Studi Islam diharapkan dapat mengarah dan bertujuan untuk mengadakan usaha-usaha pembaharuan dan pemkiran kembali ajaran-ajaran Islam yang merupakan warisan doktriner turun-temurun yang dianggapnya sudah mapan dan mandeg serta ketinggalan zaman tersebut, agar mampu beradaptasi dan menjawab tantangan serta tuntutan zaman dan dunia modern, dengan tetap berpegang pada sumber dasar ajaran Islam yang asli dan murni, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunah. Studi Islam tersebut juga diharapkan mampu memberiakn pedoman dan pegangan hidup bagi umat Islam agar tetap menjadi seorang Muslim sejati, yang hidup dalam dan mampu menjawab tantangan serta tuntutan zaman modern maupun era globalisasi seperti sekarang ini.
Pesatnya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern telah membuka era baru dalam perkembangan budaya dan perdaban manusia, yang dikenal dengan erea global. Era ini ditandai dengan semakin dekatnya jarak dan hubungan serta komunikasi antar bangsa dan budaya umat manusia. Dalam suasana semacam ini tentunya umat manusia membutuhkan aturan, nilai dan norma serta pedoman dan pegangan hidup yang universal dan diakui atau diterima oleh semua bangsa.
Masalahnya adalah,”dari mana sumber aturan, nilai, norma serta pedoman hidup yang universal tersebut diperoleh?” Umat manusia dalam sejarah perdaban dan kebudayaannya, memang telah berhasil menemukan atuaran, nilai dan norma sebagai pedoman dan pegangan hidup, yang berupa: agama, filsafat, serta ilmu pengetahuan teknologi. Namun demikian, ternyata agama telah ditinggalkan oleh perkembangan ilmu filsafat, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dalam sejarah kebudayaan dan perdaban modern, agama dipandang tidak ada kaitannya, bahkan tidak mau mengontrol dan mengarahkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Sementara ini, teknologi modern yang semakin canggih kehilangan identitas serta kemanusiannya, dan atau menyebabkan proses terjadinya proses dehumanisasi, yang menjadiakan manusia kehilangan sifat-sifat kemanusiawinya. Dengan demikian, manusia modern pun berada dalam kondisi yang serba problemartik. Jika dibiarkan terus menerus bebas tanpa kontrol dan pengarahan, ilmu pengetahuan dan teknologi modern akan menyebabkan terjadinya kehancuran dan malapetaka yang mengancam kelestarian kehidupan dan perdaban umat manusia sendiri. Agama dan Filsafat, yang semula diakui sebagai sumber dan norma yang mereka anut, ternyata tidak mampu memberikan nilai-nilai dan norma-norma hidup yang bersifat universal yang mampu mengontrol dan mengendalikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Oleh karen itu, agama dan filsafat dipandang telah kehilangan otoritasnya.
Manusia telah mencapai kekuatan yang besar dalam bidang sains dan teknologi, tetapi kekuatan-kekuatan itu sering digunakan untuk maksud-maksud desdruktif. Manusia telah memperluas jangkauan dan kuantitas pengetahuan, tetapi belum bisa mendekati cita-cita perseorangan dan realisasi diri (self-realization).
Roger Garaudy mengemukakan analisisnya bahwa perkembangan filsafat dan perdaban modern pada saat ini telah mendorong manusia pada hidup tanpa tujuan dan pembawanya pada kematian. Hal ini merupakan akibat perkembangan filsafat Barat modern yang salah arah, yang berpegang pada:
1. Konsep yang keliru tentang alam, alam dianggap sebagai “milik” manusia, dan ia berhak untuk memanfaatkannya atau merusaknya sehingga manusia tidak memandangnya, kecuali sebagai reservoir kekayaan alamdan tempat pembuangan sampah.
2. Konsep yang tidak mengenal belas kasihan tentang hubuangan manusia, didasarkan atas individualisme tanpa kendali dan hanya menghasilkan masyarakat persaingan pasar, konfrontasi, kekerasan; dimana beberapa kesatuan ekonomi atai politik yang ketat dansangat kuat memperperbudak atau memangsa mereka yang lemah.
3. Konsep yang menyebabkan rasa putus asa terhadap masa depan, yang hanya meruapakan kepanjangan dan penambahan kuantitatif dan keadaan sekarang, tanpa tujuan kemanusiaan, dan tanpa hubungan dengan Tuhan, serta tanpa sesuatu transenden yang mengatasi cakrawala ini, untuk memberikan arti kepada hidup umat manusia dan mengelakkan mereka dari jalan yang menuju kematian.
Islam, sebagai agama yang rahmatan lil aalamiin, tentunya mempunyai konsep atau ajaran yang bersifat manusiawi dan universal, yang dapat menyelamatkan umat manusia dan alam semesta dari kehancurannya. Oleh karena itu, Islam harus bisa menawarkan nilai, norma, dan aturan hidup yang bersifat duniawi dan universal kepada dunia modern, dan diharapkandapat memberikan alternatif pemecahan terhadap keadaan yang problematis uamat manusia yang hidup di dunia modern serta era global. Disinilah urgensianya studi Islam, untuk menggali kembali ajaran-ajaran Islam yang murni dan asli, dan yang bersifat meanusiawi sebagai rahmatan lil aalamiin.
Dari gambaran umat Islam di Indonesia ini, kita dapat mengetahui bahwa agama Islam di Indonesia belum sepenuhnya dipahami dan dihayati oleh umat Islam. Oleh karena itu, urgensi studi Islam di Indonesia adalah mengubah pemahaman dan penghayatan keislaman beragama pada umumnya. Studi Islam diharapkan melahirkan suatu masyrakat yang siap hidup toleran (tasamuh) dalam wacana pluralitas agama sehingga tidak melahirkan Muslim ekstrem yang membalas kekerasan agama dengan kekerasan pula: pemabakaran mesjid dibalas dengan pembakaran gereja. Oleh karena itu, dalam situasi hidup beragama di Indonesia, studi Islam terutama Islam, karena merupakan agama yang dianut oleh mayoritas penduduk hal ini sangat penting dilakukan.
Muhaimin dalam bukunya mengemukakan bahwa arah dan tujuan studi Islam dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mempelajari secara mendalam apa sebenarnya (hakikat) agama Islam itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dalam kehidupan budaya manusia.
2. Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama Islam yang asli, dan bagaimana penjabran dan operasioanalisasinya dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya dan peradaban Islam sepanjang sejarahnya.
3. Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar agama Islam yang tetap abadi dan dinamis, dan sebagaimana aktualisasinya sepanjang sejarahnya.
4. Untuk mempejarinya secara mendalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran agama Islam, dan bagaiman sealisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan perdaban manusia.
C. Pertumbuhan Studi Islam di Dunia
Pada zaman awal kehidupan kelahiran Islam, Nabi dan para sahabatnya menjadikan mesjid sebagai tempat untuk mempelajari Islam, kemuadian mesjid ini berkembang menjadi pusat studi Islam.
Pada zaman kejayaan Islam, studi Islam dilakukan di perpustakaan ibu kota Negara, Baghdad. Pada zaman Al-Makmun. Sebagai perpusatakaan serta sebagai lemabaga pendidikan (sekolah). Di samping itu, penerjemahan karya-karya Yunani kuno ke dalam bahasa Arab dilakukan untuk melakukan akselerasi pengembangan ilmu pengetahuan. Di samping itu, di Eropa terdapat pusat-pusat kebudayaan yang merupakan tandingan Baghdad.
No
|
Kota
|
Lembaga
|
Pendiri
|
1
|
Baghdad
|
Bait Al-Hikmah
Madrasah Nizhamiyah
|
Al- Amin (Bani Abbas)
Nizham Al- Muluk
|
2
|
Mesir
|
Universitas Al-Azhar
|
Fatimiah (Syi’ah)
|
3
|
Spanyol
|
Universitas Cordoba
|
Abdurrahman III (umayyah)
|
STUDI ISLAM DI NEGARA MUSLIM
Studi Islam sekarang ini berkembang hampir di seluruh negara di dunia, baik di dunia Islam maupun bukan di negara Islam. Pusat-pusat studi Islam, seperti Universitas Al-Azhar di Mesir, Universitas Ummul Qura di Arab Saudi. Di Teheran didirikan Universitas Teheran. Di Universitas ini, studi Islam dilakukan dalam satu fakultas yang disebut kulliyat (fakultas Agama). Di Universitas Damaskus (Syiria), studi Islam ditampung dalam kulliyat asy-syari’ah (fakultas Syari’ah).
Universitas Al-Azhar di Mesir dapat dibedakan menjadi dua periode: pertama, periode sebelum tahun 1961; dan kedua periode setelah tahun 1961. Pada periode pertama, di Universitas tersebut terdapat fakultas yang sama dengan fakultas yang ada di IAIN (sekarang UIN), sedangkan setelah tahun 1961, di Universitas tersebut diselanggarakan fakultas-fakultas umum disamping fakultas agama.
STUDI ISLAM DI NEGARA BARAT
Kajian tentang keislaman di Barat sudah ada sejak abad ke-19, yaitu ketika para sarjana Barat mulai tertarik mempelajari dunia Timur, khususnya dunia Islam. Sejarah perjumpaan Barat-Islam dimulai sejak abad ke-13. Lebih terfokus, terutama, pada bidang filsafat dan ilmu pengetahuan. Renaissance adalah karya-karya para filosof dan saintis muslim.
KECENDERUNGAN BARU STUDI ISLAM DI BARAT
Dua dekade terakhir terlihat arus balik kecenderungan kajian Islam di Barat yang mulai “melunak”. Ada semacam simpati, kalau bukan sikap protagonis, untuk meliahat Islam lebih dekat secara akademis.
PUSAT- PUSAT KAJIAN ISLAM DI BARAT
a. Kanada
Di McGill University dengan tokoh utamanya Wilfred Cantwell Smith. Di kanada, studi Islam bertujuan: pertama, menekuni kajian budaya dan peradaban Islam dari zaman nabi Muhammad SAW. Hingga masa kontemporer. Kedua, memahami ajaran Islam dan masyarakat muslim di seluruh dunia. Ketiga, mempelajari beberapa bahas muslim.
b. Amerika Serikat
Di Chicago, kajian Islam diselenggarakan di Chicago University. Di lembaga ini, kajian Islam lebih mengutamakan kajian tentang pemikiran Islam, bahasa Arab, naskah-naskah klasik, dan bahasa-bahasa Islam non-Arab.
c. Inggris
Di Inggris, studi Islam digabungkan dalam School of Oriental and African Studies (fakultas Studi Ketimuran dan Afrika) yang memiliki berbagai jurusan bahasa dan kebudayaan di Asia dan Afrika. Salah satu program studinya adalah program MA tentang masyarakat dan budaya Islam yang dapat dilanjutkan ke jenjang doktor.
d. Belanda
Di negara ini, kajian Islam dilakukan di Universitas Leiden. Universitas ini merupakan perguruan tinggi yang sangat intens memperjuangkan kajian Islam menjadi bagian dari lembaga kajian di Universitas ini.
e. Jerman
Di Jerman,studi Islam difokuskan pada kajian-kajian tentang bahasa, budaya, dan agama, yang lebih dikenal dengan Seminar Orientalis (Orientalisches Seminar).
f. Australia
Studi Islam di Australia dilakukan oleh sebagian orang Indonesia yang bertujuan mengamalkan Islam. Kajian ini dilakukan di lingkungan mahasiswa muslim Indonesia yang belajar di beberapa Universitas di Melbourne.
KRITIK TERHADAP STUDI ISLAM DIBARAT
Menurut Daud Rasyid, secara materi, Barat sampai saat ini tidak mampu mengeluarkan sarajana-sarjana yang menguasai bidang-bidang tertentu dari ilmu Islam, seperti ahli tafsir, ahli hadist, ahli fiqih, ahli bahasa, ahli sejarah, dan sebagainya. Menurutnya, yang dilakukan oleh kaum orienatalis pada umumnya ialah mengumpulkan munuskrip, memberi komentar buku-buku klasik dan menerjemahkannya ke bahasa-bahasa Eropa serta menyusupka kebohongan dan fitnah.
Para pengamat studi orientalis yang jujur mengemukakan beberapa kelemahan orientalis yang sulit dipungkiri siapa pun, diantaranya sebagai berikut:
1. Tidak menguasai bahasa Arab secara baik, sense bahasa yang lemah dan pemahaman yang terbatas atas kontks pemakaian bahasa Arab yang variatif. Seperti dalam Q.S Al-Baqarah: 145-146
2. Perasaan “siperioritas” sebagai orang Barat. Ilmuwan Barat, khususnya orientalis, senantiasa merasa bahwa “Barat” adalah “guru” dalam segala hal, khususnya logika dan peradaban. Mereka cenderung Tidak mau di gurui oleh orang Timur.
3. Orientalis Barat sangat memegang teguh doktrin-doktrin mereka yang tidak boleh dikritik, bahkan sampai tingkat fanatik buta.
4. Sebagian besar kajain Orientalisme terkait erat dengan kepentingan negara-negara tertentu yang menandai kajian itu.
KAJIAN ISLAM DI ASIA TENGGARA
eberapa alasan mengapa Islam di Asia Tenggara mendapat perhatian. Pertama, perkembangan Islam di Asia Tenggara mengesenkan, terutama jika dikaitkan dengan wacana global dunia.
Kedua, corak pendidikan para Intelektual Muslim di Asia Tenggara yang lebih menerima ide-ide ilmu sosial yang berkembang di Barat, seperti Nurcholis Madjid, Kuntowijoyo, Anwar Ibrahim, Chandra Muzaffar, dan sebagainya dalam menerjemahkan maupun mengartikan nilai-nilai normatif Islam, menjadikan perkembangan Islam di Asia Tenggara tidak terenalineasi dari perkembangan global. Setidaknya membawa orang Muslim ikut aktif terlibat perdebatan intelektual masa kini.
Ketiga, Islam Asia Tenggara memberikan gambaran real terhadap apa yang disebut sebagai islam lokal, yang mencerminkan suatu pertemuan budaya, sosial, intelektual antara budaya lokal dan Islam.
Ada beberapa pilihan kajian yang dapat dikemabangkan untuk mengetahui lebih lanjut tentang Islam di Asia Tenggara. Beragamnya corak suku etnis dan bahasa yang ada di Asia Tenggara dapat dijadikan sebagai contoh untuk mengetahui corak lokal, atau lahirnya Islam lokal di Asia Tenggara. Keberadaan Islam di Asia Tenggara sangat dipengaruhi oleh unsur tersebut.
Sebagaimana Marshal Hodgson dalam bukunya The Venture of Islam yang begitu banyak dikutip, terutama kritik tajam dia terhadap Cliffirord Geertz, mengusulkan suatu kajian Islam lintas wilayah dan budaya. Artinya bahwa keberadaan Islam yang menyebar dari Maroko sampai ke Mindanao adalah sebuah tantangan bagi para pemerhati tentang Islam untuk menjelasakan fenomena tersebut.
Kajian tentang agama dan budaya di Indonesia tentunya dapat mengembangkan konsep-konsep di atas. Sebab, bukan saja Islam di Indonesia menawarkan suatu kekayaan realitas keagamaan, tetapi lebih dari itu, Islam di Indonesia dapat dijadikan model dalam mengahadapi dua hal. Pertama, model untuk menjembatani antara budaya lokal dan Islam, mengingat Indonesia terdiri dari beberapa etnis budaya. Perbedaan-perbedaan manifestasi Islam disetiap wilayah akan memberikan model bagi penjajahan teori. Kedua, Islam lokal di Indonesia mungkin bisa dijadikan model untuk melihat hubungan antara Islam dan dunia modern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar