25 NABI
Oleh Affanoer
Nabi dan Rasul adalah manusia-manusia pilihan yang bertugas memberi
petunjuk kepada manusia tentang keesaan Allah SWT dan membina mereka agar
melaksanakan ajaran-Nya. Ciri-ciri mereka dikemukakan dalam Al-Qur’an,
"... ialah orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah. Mereka
takut kepada-Nya dan mereka tiada takut kepada seorang (pun) selain kepada
Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan." (Q.S. Al Ahzab :
39).
Perbedaan antara Nabi dan Rasul adalah : seorang Nabi menerima wahyu dari Allah
SWT untuk dirinya sendiri, sedangkan Rasul menerima wahyu dari Allah SWT guna
disampaikan kepada segenap umatnya. Para Nabi dan Rasul mempunyai 4 sifat wajib
dan 4 sifat mustahil, serta satu sifat jaiz, yaitu :
1.Shiddiq (benar), Mustahil ia Kizib (dusta).
2.Amanah (dapat dipercaya), mustahil Khianat (curang).
3.Tabliqh (Menyampaikan wahyu kepada umatnya), Mustahil Kitman
(menyembunyikan Wahyu).
4.Fathonah (Pandai/cerdas), Mustahil Jahlun (Bodoh).
5.Bersifat jaiz yaitu Aradhul Basyariyah (sifat-sifat sebagaimana manusia).
Di dunia ini telah banyak Nabi dan Rasul telah diturunkan, tetapi yang
wajib diketahui oleh umat Islam adalah sebanyak 25 Nabi dan Rasul, yaitu :
Nabi Adam as
Nabi Idris as
Nabi Nuh as
Nabi Huud as
Nabi Shaleh as
Nabi Ibrahim as
Nabi Ismail as
Nabi Luth as
Nabi Ishaq as
Nabi Ya’qub as
Nabi Yusuf as
Nabi Syu’aib as
Nabi Ayyub as
Nabi Dzulkifli as
Nabi Musa as
Nabi Harun as
Nabi Daud as
Nabi Sulaiman as
Nabi Ilyas as
Nabi Ilyasa as
Nabi Yunus as
Nabi Zakaria as
Nabi Yahya as
Nabi Isa as
Nabi Muhammad saw
NABI ADAM AS
Setelah Allah s.w.t.menciptakan bumi dengan gunung-gunungnya,
laut-lautannya dan tumbuh - tumbuhannya, menciptakan langit dengan mataharinya,
bulan dan bintang-bintangnya yang bergemerlapan menciptakan
malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus yangdiciptakan untuk beribadah
menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para
rasul dan nabinya maka tibalah kehendak Allah s.w.t. untuk menciptakan sejenis
makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati
tumbuh-tumbuhannya,mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang
biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan
baginya.
Kekhawatiran Para Malaikat.
Para malaikat ketika diberitahukan oleh Allah s.w.t. akan kehendak-Nya
menciptakan makhluk lain itu, mereka khuatir kalau-kalau kehendak Allah
menciptakan makhluk yang lain itu,disebabkan kecuaian atau kelalaian mereka
dalam ibadah dan menjalankan tugas atau karena pelanggaran yang mereka lakukan
tanpa disadari. Berkata mereka kepada Allah s.w.t.: "Wahai Tuhan kami!
Buat apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami,padahal kami selalu
bertasbih, bertahmid, melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa
henti-hentinya,sedang makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi
itu,nescaya akan bertengkar satu dengan lain,akan saling bunuh-membunuh
berebutan menguasai kekayaan alam yang terlihat diatasnya dan terpendam di
dalamnya,sehingga akan terjadilah kerusakan dan kehancuran di atas bumi yang
Tuhan ciptakan itu."
Allah berfirman, menghilangkan kekhuatiran para malaikat itu:
"Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang
mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku.Bila Aku telah
menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya,bersujudlah kamu di hadapan makhluk
baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah,karena Allah
s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya."
Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah s.w.t.dari segumpal tanah
liat,kering dan lumpur hitam yang berbentuk.Setelah disempurnakan bentuknya
ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi
manusia yang sempurna
.
Iblis Membangkang.
Iblis membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah seperti para malaikat
yang lain,yang segera bersujud di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi
makhluk Allah yang akan diberi amanat menguasai bumi dengan segala apa yang
hidup dan tumbuh di atasnya serta yang terpendam di dalamnya.Iblis merasa
dirinya lebih mulia,lebih utama dan lebih agung dari Adam,karena ia diciptakan
dari unsur api,sedang Adam dari tanah dan lumpur.Kebanggaannya dengan asal
usulnya menjadikan ia sombong dan merasa rendah untuk bersujud menghormati Adam
seperti para malaikat yang lain,walaupun diperintah oleh Allah.
Tuhan bertanya kepada Iblis:"Apakah yang mencegahmu sujud menghormati
sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?"
Iblis menjawab:"Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari
dia.Engkau ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur."
Karena kesombongan,kecongkakan dan pembangkangannya melakukan sujud yang
diperintahkan,maka Allah menghukum Iblis dengan mengusir dari syurga dan
mengeluarkannya dari barisan malaikat dengan disertai kutukan dan laknat yang
akan melekat pd.dirinya hingga hari kiamat.Di samping itu ia dinyatakan sebagai
penghuni neraka.
Iblis dengan sombongnya menerima dengan baik hukuman Tuhan itu dan ia hanya
mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga hari
kebangkitan kembali di hari kiamat.Allah meluluskan permohonannya dan
ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan,tidak berterima kasih dan bersyukur
atas pemberian jaminan itu,bahkan sebaliknya ia mengancam akan menyesatkan
Adam,sebagai sebab terusirnya dia dari syurga dan dikeluarkannya dari barisan
malaikat,dan akan mendatangi anak-anak keturunannya dari segala sudut untuk
memujuk mereka meninggalkan jalan yang lurus dan bersamanya menempuh jalan yang
sesat,mengajak mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang terlarang,menggoda mereka
supaya melalaikan perintah-perintah agama dan mempengaruhi mereka agar tidak
bersyukur dan beramal soleh.
Kemudian Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu:
"Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan
menjadi isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka.Engkau tidak akan berdaya
menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada Ku dengan sepenuh hatinya
dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh rayuanmu walaupun
engkau menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan memfitnah."
Pengetahuan Adam Tentang Nama-Nama Benda.
Allah hendak menghilangkan anggapan rendah para malaikat terhadap Adam dan
menyakinkan mereka akan kebenaran hikmat-Nya menunjuk Adam sebagai penguasa
bumi,maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang berada di alam
semesta,kemudian diperagakanlah benda-benda itu di depan para malaikat
seraya:"Cubalah sebutkan bagi-Ku nama benda-benda itu,jika kamu benar
merasa lebih mengetahui dan lebih mengerti dari Adam."
Para malaikat tidak berdaya memenuhi tentangan Allah untuk menyebut
nama-nama benda yang berada di depan mereka.Mereka mengakui ketidak-sanggupan
mereka dengan berkata:"Maha Agung Engkau! Sesungguhnya kami tidak memiliki
pengetahuan tentang sesuatu kecuali apa yang Tuhan ajakan kepada
kami.Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana."
Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama itu
kepada para malaikat dan setelah diberitahukan oleh Adam,berfirmanlah Allah
kepada mereka:"Bukankah Aku telah katakan padamu bahawa Aku mengetahui
rahsia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan."
Adam Menghuni Syurga.
Adam diberi tempat oleh Allah di syurga dan baginya diciptakanlah Hawa
untuk mendampinginya dan menjadi teman hidupnya,menghilangkan rasa kesepiannya
dan melengkapi keperluan fitrahnya untuk mengembangkan keturunan. Menurut
cerita para ulamat Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam
yang disebelah kiri diwaktu ia masih tidur sehingga ketika ia terjaga,ia
melihat Hawa sudah berada di sampingnya.ia ditanya oleh malaikat:"Wahai
Adam! Apa dan siapakah makhluk yang berada di sampingmu itu?"
Berkatalah Adam:"Seorang perempuan."Sesuai dengan fitrah yang
telah diilhamkan oleh Allah kepadanya."Siapa namanya?"tanya malaikat
lagi."Hawa",jawab Adam."Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk
ini?",tanya malaikat lagi.
Adam menjawab:"Untuk mendampingiku,memberi kebahagian bagiku dan
mengisi keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah."
Allah berpesan kepada Adam:"Tinggallah engkau bersama isterimu di
syurga,rasakanlah kenikmatan yang berlimpah-limpah didalamnya,rasailah dan
makanlah buah-buahan yang lazat yang terdapat di dalamnya sepuas hatimu dan
sekehendak nasfumu.Kamu tidak akan mengalami atau merasa lapar,dahaga ataupun
letih selama kamu berada di dalamnya.Akan tetapi Aku ingatkan janganlah makan
buah dari pohon ini yang akan menyebabkan kamu celaka dan termasuk orang-orang
yang zalim.Ketahuilah bahawa Iblis itu adalah musuhmu dan musuh isterimu,ia akan
berusaha membujuk kamu dan menyeret kamu keluar dari syurga sehingga hilanglah
kebahagiaan yang kamu sedang nikmat ini."
Iblis Mulai Beraksi.
Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh allah dari Syurga
akibat pembangkangannya dan terdorong pula oleh rasa iri hati dan dengki
terhadap Adam yang menjadi sebab sampai ia terkutuk dan terlaknat
selama-lamanya tersingkir dari singgahsana kebesarannya.Iblis mulai menunjukkan
rancangan penyesatannya kepada Adam dan Hawa yang sedang hidup berdua di syurga
yang tenteram, damai dan bahagia.
Ia menyatakan kepada mereka bahawa ia adalah kawan mereka dan ingin memberi
nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan mereka.Segala
cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis untuk mendapatkan kepercayaan
Adam dan Hawa bahawa ia betul-betul jujur dalam nasihat dan petunjuknya kepada
mereka.Ia membisikan kepada mereka bahwa.larangan Tuhan kepada mereka memakan
buah-buah yang ditunjuk itu adalah karena dengan memakan buah itu mereka akan
menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal.Diulang-ulangilah bujukannya
dengan menunjukkan akan harumnya bau pohon yang dilarang indah bentuk buahnya
dan lazat rasanya.Sehingga pada akhirnya termakanlah bujukan yang halus itu
oleh Adam dan Hawa dan dilanggarlah larangan Tuhan.
Allah mencela perbuatan mereka itu dan berfirman yang bermaksud:
"Tidakkah Aku mencegah kamu mendekati pohon itu dan memakan dari buahnya
dan tidakkah Aku telah ingatkan kamu bahawa syaitan itu adalah musuhmu yang
nyata."
Adam dan Hawa mendengar firman Allah itu sedarlah ia bahawa mereka telah
terlanggar perintah Allah dan bahawa mereka telah melakukan suatu kesalahan dan
dosa besar.Seraya menyesal berkatalah mereka:"Wahai Tuhan kami! Kami telah
menganiaya diri kami sendiri dan telah melanggar perintah-Mu karena terkena
bujukan Iblis.Ampunilah dosa kami karena nescaya kami akan tergolong
orang-orang yang rugi bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami."
Adam dan Hawa Diturunkan Ke Bumi.
Allah telah menerima taubat Adam dan Hawa serta mengampuni perbuatan
pelanggaran yang mereka telah lakukan hal mana telah melegakan dada mereka dan
menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian peringatan Tuhan tentang Iblis
sehingga terjerumus menjadi mangsa bujukan dan rayuannya yang manis namun berancun
itu.
Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Allah
dan selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu lagi oleh Iblis dan akan
berusaha agar pelanggaran yang telah dilakukan dan menimbulkan murka dan
teguran Tuhan itu menjadi pengajaran bagi mereka berdua untuk lebih
berhati-hati menghadapi tipu daya dan bujukan Iblis yang terlaknat itu.Harapan
untuk tinggal terus di syurga yang telah pudar karena perbuatan pelanggaran
perintah Allah,hidup kembali dalam hati dan fikiran Adam dan Hawa yang merasa
kenikmatan dan kebahagiaan hidup mereka di syurga tidak akan terganggu oleh
sesuatu dan bahawa redha Allah serta rahmatnya akan tetap melimpah di atas
mereka untuk selama-lamanya.Akan tetapi Allah telah menentukan dalam takdir-Nya
apa yang tidak terlintas dalam hati dan tidak terfikirkan oleh mereka. Allah
s.w.t.yang telah menentukan dalam takdir-nya bahawa bumi yang penuh dengan
kekayaan untuk dikelolanya,akan dikuasai kepada manusia keturunan Adam
memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai benih pertama dari
hamba-hambanya yang bernama manusia itu.Berfirmanlah Allah kepada
mereka:"Turunlah kamu ke bumi sebagian daripada kamu menjadi musuh bagi
sebagian yang lain kamu dapat tinggal tetap dan hidup disan sampai waktu yang
telah ditentukan."
Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang jauh
berlainan dengan hidup di syurga yang pernah dialami dan yang tidak akan
berulang kembali.Mereka harus menempuh hidup di dunia yang fana ini dengan suka
dan dukanya dan akan menurunkan umat manusia yang beraneka ragam sifat dan
tabiatnya berbeda-beda warna kulit dan kecerdasan otaknya.Umat manusia yang
akan berkelompok-kelompok menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa di mana yang satu
menjadi musuh yang lain saling bunuh-membunuh aniaya-menganianya dan
tindas-menindas sehingga dari waktu ke waktu Allah mengutus nabi-nabi-Nya dan
rasul-rasul-Nya memimpin hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus penuh damai kasih
sayang di antara sesama manusia jalan yang menuju kepada redha-Nya dan kebahagiaan
manusia di dunia dan akhirat.
Kisah Adam dalam Al-Quran.
Al_Quran menceritakan kisah Adam dalam beberapa surah di antaranya surah
Al_Baqarah ayat 30 sehingga ayat 38 dan surah Al_A'raaf ayat 11 sehingga 25
Pengajaran Yang Terdapat Dari Kisah Adam.
Bahawasanya hikmah yang terkandung dalam perintah-perintah dan
larangan-larangan Allah dan dalam apa yang diciptakannya kadangkala tidak atau
belum dapat dicapai oelh otak manusia bahkan oleh makhluk-Nya yang terdekat
sebagaimana telah dialami oleh para malaikat tatkala diberitahu bahawa Allah
akan menciptakan manusia - keturunan Adam untuk menjadi khalifah-Nya di bumi
sehingga mereka seakan-akan berkeberatan dan bertanya-tanya mengapa dan untuk
apa Allah menciptakan jenis makhluk lain daripada mereka yang sudah patuh rajin
beribadat, bertasbih, bertahmid dan mengagungkan nama-Nya.
Bahawasanya manusia walaupun ia telah dikurniakan kecergasan berfikir dan
kekuatan fizikal dan mental ia tetap mempunyai beberapa kelemahan pada dirinya
seperti sifat lalai, lupa dan khilaf. Hal mana telah terjadi pada diri Nabi
Adam yang walaupun ia telah menjadi manusia yang sempurna dan dikurniakan
kedudukan yang istimewa di syurga ia tetap tidak terhindar dari sifat-sifat
manusia yang lemah itu.Ia telah lupa dan melalaikan peringatan Allah kepadanya
tentang pohon terlarang dan tentang Iblis yang menjadi musuhnya dan musuh
seluruh keturunannya, sehingga terperangkap ke dalam tipu daya dan terjadilah
pelanggaran pertama yang dilakukan oleh manusia terhadap larangan Allah.
Bahawasanya seseorang yang telah terlanjur melakukan maksiat dan berbuat
dosa tidaklah ia sepatutnya berputus asa dari rahmat dan ampunan Tuhan asalkan
ia sedar akan kesalahannya dan bertaubat tidak akan melakukannya kembali.Rahmat
allah dan maghfirah-Nya dpt mencakup segala dosa yang diperbuat oleh hamba-Nya
kecuali syirik bagaimana pun besar dosa itu asalkan diikuti dengan kesedaran
bertaubat dan pengakuan kesalahan.
Sifat sombong dan congkak selalu membawa akibat kerugian dan
kebinasaan.Lihatlah Iblis yang turun dari singgahsananya dilucutkan
kedudukannya sebagai seorang malaikat dan diusir oleh Allah dari syurga dengan
disertai kutukan dan laknat yang akan melekat kepada dirinya hingga hari Kiamat
karena kesombongannya dan kebanggaaannya dengan asal-usulnya sehingga ia
menganggap dan memandang rendah kepada Nabi Adam dan menolak untuk sujud
menghormatinya walaupun diperintahkan oleh Allah s.w.t
NABI IDRIS AS
Tidak banyak keterangan yang didapat tentang kisah Nabi Idris di dalam
Al-Quran maupun dalam kitab-kitab Tafsir dan kitab-kitab sejarah nabi-nabi. Di
dalam Al-Quran hanya terdapat dua ayat tentang Nabi Idris yaitu dalam surah
Maryam ayat 56 dan 57:
"Dan ceritakanlah ( hai Muhammad kepada mereka , kisah ) Idris yang
terdapat di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat
membenarkan dan seorang nabi. 57 - Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat
yang tinggi." { Maryam : 56 - 57 }
Nabi Idris adalah keturunan keenam dari Nabi Adam putera dari Yarid bin
Mihla'iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam A.S. dan adalah keturunan
pertama yang dikurniai kenabian menjadi Nabi setelah Adam dan Syith.
Nabi Idris menurut sementara riwayat bermukim di Mesir di mana ia berdakwah
untuk agama Allah mengajarkan tauhid dan beribadat menyembah Allah serta
membeeri beberapa pendoman hidup bagi pengikut-pengikutnya agar menyelamat diri
darii seksaan di akhirat dan kehancuran serta kebinasaan di dunia. Ia hidup
sampai usia 82 tahun.
Diantara beberapa nasihat dan kata-kata mutiaranya ialah :
1 . Kesabaran yang disertai iman kepada Allah membawa kemenangan.
2 . Orang yang bahagia ialah orang yang berwaspada dan mengharapkan syafaat
dari Tuhannya dengan amal-amal solehnya.
3 . Bila kamu memohon sesuatu kepada Allah dan berdoa maka ikhlaskanlah
niatmu demikian pula puasa dan solatmu.
4 . Janganlah bersumpah dalam keadaan kamu berdusta dan janganlah menuntup
sumpah dari orang yang berdusta agar kamu tidak menyekutui mereka dalam dosa.
5 . Taatlah kepada raja-rajamu dan tunduklah kepada pembesar-pembesarmu
serta penuhilah selalu mulut-mulutmu dengan ucapan syukur dan puji kepada
Allah.
6 . Janganlah iri hati kepada orang-orang yang baik nasibnya, karena mereka
tidak akan banyak dan lama menikmati kebaikan nasibnya.
7 . Barang siapa melampaui kesederhanaan tidak sesuatu pun akan
memuaskannya.
8 . Tanpa membagi-bagikan nikmat yang diperolehnya seorang tidak dapat
bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diperolehnya itu.
Dalam hubungan dengan firman Allah bahawa Nabi Idris diangkat kemartabat
tinggi Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya meriwayatkan bahawa Nabi Idris wafat
tatkala berada di langit keempat dibawa oleh seorang Malaikat Wallahu a'alam
bissawab
NABI NUH AS
Nabi Nuh adalah nabi keempat sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan
kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris.
Dakwah Nabi Nuh Kepada Kaumnya
Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa "fatrah"
masa kekosongan di antara dua rasul di mana biasanya manusia secara
berangsur-angsur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan
mereka dan kembali bersyirik meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran
dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis.
Demikianlah maka kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga
ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala
ialah patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya
sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak
segala kesengsaraan dan kemalangan.berhala-berhala yang dipertuhankan dan
menurut kepercayaan mereka mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke atas
manusia itu diberinya nama-nama yang silih berganti menurut kehendak dan selera
kebodohan mereka.Kadang-kadang mereka namakan berhala mereka " Wadd "
dan " Suwa " kadangkala " Yaguts " dan bila sudah bosan
digantinya dengan nama " Yatuq " dan " Nasr ".
Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis itu,
mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali kepada
tauhid menyembah Allah Tuhan sekalian alam melakukan ajaran-ajaran agama yang
diwahyukan kepadanya serta meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan yang
diajarkan oleh Syaitan dan Iblis.
Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang diciptakan
oleh Allah berupa langit dengan matahari, bulan dan bintang-bintang yang
menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa
tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup kepada
manusia, pengantian malam menjadi siang dan sebaliknya yang kesemua itu menjadi
bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Tuhan yang harus disembah dan bukan
berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.Di samping itu
Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada gajaran yang akan
diterima oleh manusia atas segala amalannya di dunia iaitu syurga bagi amalan
kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah agama yang
berupa kemungkaran dan kemaksiatan.
Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh
seorang nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam
tindak-tanduknya melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh
kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati nurani
mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila
menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima
hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka
membantahnya atau mematahkannya.
Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tanaganya berdakwah
kepda kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecekapan dan kesabaran dan dalam
setiap kesempatan, siang mahupun malam dengan cara berbisik-bisik atau cara
terang dan terbuka terbyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dpt menerima
dakwahnya dan mengikuti ajakannya, yang menurut sementara riwayat tidak
melebihi bilangan seratus orang Mereka pun terdiri dari orang-orang yang miskin
berkedudukan sosial lemah. Sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan tingi
dan terpandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar dan
penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh mengingkari
dakwahnya dan sesekali tidak merelakan melepas agamanya dan kepercayaan mereka
terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha dengan mengadakan
persekongkolan hendak melumpuhkan dan mengagalkan usaha dakwah Nabi nuh.
Berkata mereka kepada Nabi Nuh:"Bukankah engkau hanya seorang daripada
kami dan tidak berbeda drp kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan
mengutuskan seorang rasul yang membawa perintah-Nya, nescaya Ia akan
mengutuskan seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami
ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau hanya dpt diikuti
orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani orang-orang
yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah
masyarakat.Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya
fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli tanpa
memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau tidaknya dakwah dan ajakanmu
itu. Cuba agama yang engkau bawa dan ajaran -ajaran yang engkau sadurkan kepada
kami itu betul-betul benar, nescaya kamilah dulu mengikutimu dan bukannya
orang-orang yang mengemis pengikut-pengikutmu itu. kami sebagai pemuka-pemuka
masyarakat yang pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang
luas dan yang dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudak
kami menerima ajakanmu dan dakwahmu.Engkau tidak mempunyai kelebihan di atas
kami tentang soaL-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup.kami jauh lebih
pandai dan lebih mengetahui drpmu tentang hal itu semua.nya.Anggapan kami
terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahawa engkau adalh pendusta
belaka."
Nuh berkata, menjawab ejekan dan olok-olokan kaumnya:"Adakah engkau
mengira bahwa aku dpt memaksa kamu mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku
mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang-orang yang beriman jika kamu
tetap menolak ajakan ku dan tetap membuta-tuli terhadap bukti-bukti kebenaran
dakwahku dan tetap mempertahakan pendirianmu yang tersesat yang diilhamkan oleh
kesombongan dan kecongkakan karena kedudukan dan harta-benda yang kamu miliki.Aku
hanya seorang manusia yang mendpt amanat dan diberi tugas oleh Allah untuk
menyampaikan risalah-Nya kepada kamu. Jika kamu tetap berkeras kepala dan tidak
mahu kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allah yang diutuskan-Nya
kepada ku maka terserahlah kepada Allah untuk menentukan hukuman-Nya dan
gajaran-Nya keatas diri kamu. Aku hanya pesuruh dan rasul-Nya yang
diperintahkan untuk menyampaikan amanat-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dialah yang
berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab
dan seksaan-Nya di atas kamu sekalian jika Ia kehendaki.Dialah pula yang
berkuasa menurunkan seksa danazab-nya di dunia atau menangguhkannya sampai hari
kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa ,Maha Mengetahui,
maha pengasih dan Maha Penyayang.".
Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata:"Wahai Nuh! Jika engkau
menghendaki kami mengikutimu dan memberi sokongan dan semangat kepada kamu dan
kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari
orang-orang petani, buruh dan hamaba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari
pengaulanmu karena kami tidak dpt bergaul dengan mereka duduk berdampingan
dengan mereka mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam
suatu agama dan kepercayaan. Dan bagaimana kami dpt menerima satu agama yang
menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar dengan
buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin dan
papa."
Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata:"Risalah dan agama
yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang pandai mahupun
yang bodoh, yang kaya mahupun miskin, majikan ataupun buruh ,diantara peguasa
dan rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang sama trehadap
agama dan hukum Allah. Andai kata aku memenuhi pensyaratan kamu dan meluluskan
keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang
dpt ku harapkan akan meneruskan dakwahku kepada orang ramai dan bagaimana aku
sampai hati menjauhkan drpku orang-orang yang telah beriman dan menerima
dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan di kala kamu menolaknya serta
mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku di kala kamu
menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku. Dan bagaimanakah aku dpt
mempertanggungjawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila
mereka mengadu bahawa aku telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan
sebaliknya semata-mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada pensyaratanmu
yang tidak wajar dan tidak dpt diterima oleh akal dan fikiran yang sihat.
Sesungguhnay kamu adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat.
Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi mengingkari kebenaran
kata-kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan hujjah untuk melanjutkan
dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka:
"Wahai Nabi Nuh! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup
berdialog serta mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak
akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan
adat-istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi
dakwah dan ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami. datangkanlah apa yang
engkau benar-benar orang yang menepati janji dan kata-katanya. Kami ingin
melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Karena kami masih
tetap belum mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu."
Nabi Nuh Berputus Asa Dari Kaumnya
Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh
tahun berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninmggalkan
penyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allah Yang maha
Kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang
benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama yang diwahyukan
oleh Allah kepadanya, mangangkat darjat manusia yang tertindas dan lemah ke
tingak yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha menghilangkan
sifat-sifat sombong dan bongkak yang melekat pd para pembesar kaumnya dan
medidik agar mereka berkasih sayang, tolong-menolong diantara sesama manusia.
Akan tetapi dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak berhasil
menyedarkan an menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya beriman,
bertauhid dan beribadat kepada Allah kecuali sekelompok kecil kaumnya yang
tidak mencapai seramai seratus orang, walaupun ia telah melakukan tugasnya
dengan segala daya-usahanya dan sekuat tenaganya dengan penuh kesabaran dan
kesulitan menghadapi penghinaan, ejekan dan cercaan makian kaumnya, karena ia
mengharapkan akan dtg masanya di mana kaumnya akan sedar diri dan dtg mengakui
kebenarannya dan kebenaran dakwahnya. Harapan Nabi Nuh akan kesedaran kaumnya
ternyata makin hari makin berkurangan dan bahawa sinar iman dan takwa tidak
akan menebus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat oleh ajaran dan
bisikan Iblis. Hal mana Nabi Nuh berupa berfirman Allah yang bermaksud:
"Sesungguhnya tidak akan seorang drp kaumnya mengikutimu dan beriman
kecuali mereka yang telah mengikutimu dan beriman lebih dahulu, maka jgnlah
engkau bersedih hati karena apa yang mereka perbuatkan."
Dengan penegasan firman Allah itu, lenyaplah sisa harapan Nabi Nuh dari
kaumnya dan habislah kesabarannya. Ia memohon kepada Allah agar menurunkan
Azab-Nya di atas kaumnya yang berkepala batu seraya berseru:"Ya Allah!
Jgnlah Engkau biarkan seorang pun drp orang-orang kafir itu hidup dan tinggal
di atas bumi ini. Mareka akan berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu, jika Engkau
biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain
anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir spt.mereka."
Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah dan permohonannya diluluskan dan tidak
perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu akan
menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam.
Nabi Nuh Membuat Kapal
Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah Nabi
Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan bhn yang
diperlukan untuk maksud tersebut, kemudian dengan mengambil tempat di luar dan
agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan rajin dan tekun bekerja
siang dan malam menyelesaikan pembinaan kapal yang diperintahkan itu.
Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan masyarakatnya, agar dpt bekerja
dengan tenang tanpa gangguan bagi menyelesaikan pembinaan kapalnya namun ia
tidak luput dari ejekan dan cemuhan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui
tempat kerja membina kapal itu. Mereka mengejek dan mengolok-olk dengan
mengatakan:"Wahai Nuh! Sejak bila engkau telah menjadi tukang kayu dan
pembuat kapal?Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu,
kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal.Dan kapal yang
engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk ditarik
oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang ankan menarik kapalmu ke
laut?"Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh dengan sikap
dingin dan tersenyum seraya menjawab:"Baiklah tunggu saja saatnya nanti,
jika kamu sekrg mengejek dan mengolok-olok kami maka akan tibalah masanya kelak
bg kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui kelak untuk apa kapal yang
kami siapkan ini.Tunggulah saatnya azab dan hukuman Allah menimpa atas diri
kamu."
Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang merupakan alat pengangkutan
laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari Allah:"Siap-siaplah
engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda drp-Ku
maka segeralah angkut bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua
pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas bumi dan belayarlah dengan
izin-Ku."
Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan
dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota
dan desa menggenangi daratan yang rendah mahupun yang tinggi sampai mencapai
puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang dahsyat
itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan
pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.
Dengan iringan"Bismillah majraha wa mursaha"belayarlah kapal Nabi
Nuh dengan lajunya menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah
lembut dan kadang kala ganas dan ribut. Di kanan kiri kapal terlihatlah
orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang menggunung berusaha
menyelamat diri dari cengkaman maut yang sudah sedia menerkam mereka di dalam
lipatan gelombang-gelombang itu.
Tatkala Nabi Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan
melihat-lihat orang-orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas
permukaan air, tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang
bernama "Kan'aan" timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang tidak
menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman Allah
itu. Pada saat itu, tanpa disadari, timbullah rasa cinta dan kasih sayang
seorang ayah terhadap putera kandungnya yang berada dalam keadaan cemas
menghadapi maut ditelan gelombang.
Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak
dengan sekuat suaranya memanggil puteranya:Wahai anakku! Datanglah kemari dan
gabungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada
Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut yang engkau menjalani
hukuman Allah." Kan'aan, putera Nabi Nuh, yang tersesat dan telah terkena
racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu
menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan
kata-kata yang menentang:"Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku
tidak sudi berlindung di atas geladak kapalmu aku akan dapat menyelamatkan
diriku sendiri dengan berlindung di atas bukit yang tidak akan dijangkau oleh
air bah ini."
Nuh menjawab:"Percayalah bahawa tempat satu-satunya yang dapat
menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. Masa tidak
akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah ditimpakan
ini kecuali orang-orang yang memperolehi rahmat dan keampunan-Nya."
Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan'aan disambar
gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya,
tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut kawan-kawannya dan pembesar-pembesar
kaumnya yang durhaka itu.
Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam
keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh-kesah dan
berseru kepada Allah:"Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku
dan adalah bahagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalha janji
benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha Berkuasa."Kepadanya Allah
berfirman:"Wahai Nuh! Sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk
keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu
menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir drp kaummu.Coretlah
namanya dari daftar keluargamu.Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu
mengikuti jalanmu dan beriman kepada-Ku dpt engkau masukkan dan golongkan ke
dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya danterjamin
keselamatan jiwanya.Adapun orang-orang yang mengingkari risalah mu, mendustakan
dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah mereka
akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada
dipuncak gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang
engkau belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam
golongan orang-orang yang bodoh."
Nabi Nuh sedar segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta kasih
sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan ancaman Allah
terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri. Ia sedar bahawa ia
tersesat pd saat ia memanggil puteranya untuk menyelamatkannya dari bencana
banjir yang didorong oleh perasaan naluri darah yang menghubungkannya dengan
puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada Allah harus mendahului cinta
kepada keluarga dan harta-benda. Ia sangat sesalkan kelalaian dan kealpaannya
itu dan menghadap kepada Allah memohon ampun dan maghfirahnya dengan
berseru:"Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaitan yang
terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku menanyakan sesuatu yang
aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engkau tidak memberi ampun dan
maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, nescaya aku menjadi orang yang
rugi."
Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis binasalah kaum
Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah
lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas bukit "
Judie " dengan iringan perintah Allah kepada Nabi Nuh:"Turunlah wahai
Nuh ke darat engkau dan para mukmin yang menyertaimu dengan selamat dilimpahi
barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat yang menyertaimu."
Kisah Nabi Nuh Dalam Al-Quran
Al-Quran menceritakan kisah Nabi Nuh dalam 43 ayat dari 28 surah di
antaranya surah Nuh dari ayat 1 sehinga 28, juga dalam surah "Hud"
ayat 27 sehingga 48 yang mengisahkan dialog Nabi Nuh dengan kaumnya dan
perintah pembuatan kapal serta keadaan banjir yang menimpa di atas mereka.
Pelajaran Dari Kisah Nabi Nuh A.S.
Bahwasanya hubungan antara manusia yang terjalin karena ikatan persamaan
kepercayaan atau penamaan aqidah dan pendirian adalah lebih erat dan lebih
berkesan drp hubungan yang terjalin karena ikatan darah atau kelahiran. Kan'aan
yang walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh, oleh Allah s.w.t. dikeluarkan
dari bilangan keluarga ayahnya karena ia menganut kepercayaan dan agama
berlainan dengan apa yang dianut dan didakwahkan oleh ayahnya sendiri, bahkan
ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.
Maka dalam pengertian inilah dapat difahami firman Allah dalam Al-Quran
yang bermaksud:"Sesungguhnya para mukmin itu adalah bersaudara."
Demikian pula hadis Rasulullah s.a.w.yang bermaksud:"Tidaklah sempurna
iman seseorang kecuali jika ia menyintai saudaranya yang beriman sebagaimana ia
menyintai dirinya sendiri."Juga peribahasa yang berbunyi:"Adakalanya
engkau memperolehi seorang saudara yang tidak dilahirkan oleh ibumu."
NABI HUUD AS
"Aad" adalah nama bapa suatu suku yang hidup di jazirah Arab di
suatu tempat bernama "Al-Ahqaf" terletak di utara Hadramaut atr Yaman
dan Umman dan termasuk suku yang tertua sesudak kaum Nabi Nuh serta terkenal
dengan kekuatan jasmani dalam bentuk tubuh-tubuh yang besar dan sasa. Mereka
dikurniai oleh Allah tanah yang subur dengan sumber-sumber airnya yang mengalir
dari segala penjuru sehinggakan memudahkan mereka bercucuk tanam untuk bhn
makanan mrk. dan memperindah tempat tinggal mereka dengan kebun-kebun bunga
yang indah-indah. Berkat kurnia Tuhan itu mereka hidup menjadi makmur,
sejahtera dan bahagia serta dalam waktu yang singkat mereka berkembang biak dan
menjadi suku yang terbesar diantara suku-suku yang hidup di sekelilingnya.
Sebagaimana dengan kaum Nabi Nuh kaum Hud ialah suku Aad ini adalah
penghidupan rohaninya tidak mengenal Allah Yang Maha Kuasa Pencipta alam
semesta. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama " Shamud" dan
" Alhattar" dan itu yang disembah sebagai tuhan mereka yang menurut
kepercayaan mereka dpt memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat
menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah. Ajaran dan agama Nabi Idris dan
Nabi Nuh sudah tidak berbekas dalam hati, jiwa serta cara hidup mereka
sehari-hari. Kenikmatan hidup yang mereka sedang tenggelam di dalamnya berkat
tanah yang subur dan menghasilkan yang melimpah ruah menurut anggapan mereka
adalah kurniaan dan pemberian kedua berhala mereka yang mereka sembah.
Karenanya mereka tidak putus-putus sujud kepada kedua berhala itu mensyukurinya
sambil memohon perlindungannya dari segala bahaya dan mushibah berupa penyakit
atau kekeringan.
Sebagai akibat dan buah dari aqidah yang sesat itu pergaulan hidup mereka
menjadi dikuasai oleh tuntutan dan pimpinan Iblis, di mana nilai-nilai moral
dan akhlak tidak menjadi dasar penimbangan atau kelakuan dan tindak-tanduk
seseorang tetapi kebendaan dan kekuatan lahiriahlah yang menonjol sehingga
timbul kerusuhan dan tindakan sewenang-wenang di dalam masyarakat di mana yang
kuat menindas yang lemah yang besar memperkosa yang kecil dan yang berkuasa
memeras yang di bawahnya. Sifat-sifat sombong, congkak, iri-hati, dengki, hasut
dan benci-membenci yang didorong oleh hawa nafsu merajalela dan menguasai
penghidupan mereka sehingga tidak memberi tempat kepada sifat-sifat belas
kasihan, sayang menyayang, jujur, amanat dan rendah hati. Demikianlah gambaran
masyarakat suku Aad tatkala Allah mengutuskan Nabi Hud sebagai nabi dan rasul
kepada mereka.
Nabi Hud Berdakwah Di Tengah-tengah Sukunya
Sudah menjadi sunnah Allah sejak diturunkannya Adam Ke bumi bahawa dari
masa ke semasa jika hamba-hamba-Nya sudah berada dalam kehidupan yang sesat
sudah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran agama yang dibawa oleh Nabi-nabi-Nya
diutuslah seorang Nabi atau Rasul yang bertugas untuk menyegarkan kembali
ajaran-ajaran nabi-nabi yang sebelumnya mengembalikan masyarakat yang sudah
tersesat ke jalanlurus dan benar dan mencuci bersih jiwa manusiadari segala
tahayul dan syirik menggantinya dan mengisinya dengan iman tauhid dan aqidah
yang sesuia dengan fitrah.
Demikianlah maka kepada suku Aad yang telah dimabukkan oleh kesejahteraan
hidup dan kenikmatan duniawi sehingga tidak mengenalkan Tuhannya yang
mengurniakan itu semua. Di utuskan kepada mereka Nabi Hud seorang drp suku
mereka sendiri dari keluarga yang terpandang dan berpengaruh terkenal sejak
kecilnya dengan kelakuan yang baik budi pekerti yang luhur dan sgt bijaksana
dalam pergaulan dengan kawan-kawannya.
Nabi Hud memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya suku Aad kepada
tanda-tanda wujudnya Allah yang berupa alam sekeliling mereka dan bahawa
Allahlah yang mencipta mereka semua dan mengurniakan mereka dengan segala
kenikmatan hidup yang berupa tanah yang subur, air yang mengalir serta
tubuh-tubuhan yang tegak dan kuat. Dialah yang seharusnya mereka sembah dan
bukan patung-patung yang mereka perbuat sendiri. Mereka sebagai manusia adalah
makhluk Tuhan paling mulia yang tidak sepatutnya merendahkan diri sujud
menyembah batu-batu yang sewaktunya dpt mereka hancurkan sendiri dan
memusnahkannya dari pandangan.
Di terangkan oleh Nabi Hud bahaw adia adalah pesuruh Allah yang diberi
tugas untuk membawa mereka ke jalan yang benar beriman kepada Allah yang
menciptakan mereka menghidup dan mematikan mereka memberi rezeki atau
mencabutnya drp mereka. Ia tidak mengharapkan upah dan menuntut balas jasa atas
usahanya memimpin dan menuntut mereka ke jalan yang benar. Ia hanya menjalankan
perintah Allah dan memperingatkan mereka bahawa jika mrk tetap menutup telinga
dan mata mrk menghadapi ajakan dan dakwahnya mereka akan ditimpa azab dan
dibinasakan oleh Allah sebagaimana terjadinya atas kaum Nuh yang mati binasa
tenggelam dalam air bah akibat kecongkakan dan kesombongan mereka menolak
ajaran dan dakwah Nabi Nuh seraya bertahan pada pendirian dan kepercayaan
mereka kepada berhala dan patung-patung yang mereka sembah dan puja itu.
Bagi kaum Aad seruan dan dakwah Nabi Hud itu merupakan barang yang tidak
pernah mrk dengar ataupun menduga. Mereka melihat bahawa ajaran yang dibawa
oleh Nabi Hud itu akan mengubah sama sekali cara hidup mereka dan membongkar
peraturan dan adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek
moyang mereka. Mereka tercengang dan merasa hairan bahawa seorang dari suku
mereka sendiri telah berani berusaha merombak tatacara hidup mereka dan
menggantikan agama dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang baru yang mereka
tidak kenal dan tidak dpt dimengertikan dan diterima oleh akal fikiran mereka.
Dengan serta-merta ditolaklah oleh mereka dakwah Nabi Hud itu dengan berbagai
alasan dan tuduhan kosong terhadap diri beliau serta ejekan-ejekan dan hinaan
yang diterimanya dengan kepala dingin dan penuh kesabaran.
Berkatalah kaum Aad kepada Nabi Hud:"Wahai Hud! Ajaran dan agama
apakah yang engkau hendak anjurkan kepada kami? Engkau ingin agar kami
meninggalkan persembahan kami kepada tuhan-tuhan kami yang berkuasa ini dan
menyembah tuhan mu yang tidak dpt kami jangkau dengan pancaindera kami dan
tuhan yang menurut kata kamu tidak bersekutu. Cara persembahan yang kami
lakukan ini ialah yang telah kami warisi dari nenek moyang kami dan tidak
sesekali kami tidak akan meninggalkannya bahkan sebaliknya engkaulah yang
seharusnya kembali kepada aturan nenek moyangmu dan jgn mencederai kepercayaan
dan agama mereka dengan memebawa suatu agama baru yang tidak kenal oleh mereka
dan tentu tidak akan direstuinya."
Wahai kaumku! jawab Nabi Hud,Sesungguhnya Tuhan yang aku serukan ini kepada
kamu untuk menyembah-Nya walaupun kamu tidak dpt menjangkau-Nya dengan
pancainderamu namun kamu dpt melihat dam merasakan wujudnya dalam diri kamu
sendiri sebagai ciptaannya dan dalam alam semesta yang mengelilingimu beberapa
langit dengan matahari bulan dan bintang-bintangnya bumi dengan
gunung-ganangnya sungai tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang kesemuanya
dpt bermanfaat bagi kamu sebagai manusia. Dan menjadi kamu dpt menikmati
kehidupan yang sejahtera dan bahagia. Tuhan itulah yang harus kamu sembah dan
menundukkan kepala kamu kepada-Nya.Tuhan Yang Maha Esa tiada bersekutu tidak
beranak dan diperanakan yang walaupun kamu tidak dpt menjangkau-Nya dengan
pancainderamu, Dia dekat drp kamu mengetahui segala gerak-geri dan tingkah lakumu
mengetahui isi hati mu denyut jantungmu dan jalan fikiranmu. Tuhan itulah yang
harus disembah oleh manusia dengan kepercayaan penuh kepada Keesaan-Nya dan
kekuasaan-Nya dan bukan patung-patung yang kamu perbuat pahat dan ukir dengan
tangan kamu sendiri kemudian kamu sembah sebagai tuhan padahal ia suatu barang
yang pasif tidak dapat berbuat sesuatu yang menguntungkan atau merugikan kamu.
Alangkah bodohnya dan dangkalnya fikiranmu jika kamu tetap mempertahankan
agamamu yang sesat itu dan menolak ajaran dan agama yang telah diwahyukan
kepadaku oleh Allah Tuhan Yang Maha Esa itu."
Wahai Hud! jawab kaumnya,"Gerangan apakah yang menjadikan engkau
berpandangan dan berfikiran lain drp yang sudah menjadi pegangan hidup kami
sejak dahulu kala dan menjadikan engkau meninggalkan agama nenek moyangmu
sendiri bahkan sehingga engkau menghina dan merendahkan martabat tuhan-tuhan
kami dan memperbodohkan kami dan menganggap kami berakal sempit dan berfikiran
dangkal? Engkau mengaku bahwa engkau terpilih menjadi rasul pesuruh oleh
Tuhanmu untuk membawa agama dan kepercayaan baru kepada kami dan mengajak kami
keluar dari jalan yang sesat menurut pengakuanmu ke jalan yang benar dan lurus.
Kami merasa hairan dan tidak dpt menerima oleh akal kami sendiri bahwa engkau
telah dipilih menjadi pesuruh Tuhan. Apakah kelebihan kamu di atas seseorang
drp kami , engkau tidak lebih tidak kurang adalah seorang manusia biasa seperti
kami hidup makan minum dan tidur tiada bedanya dengan kami, mengapa engkau yang
dipilih oleh Tuhanmu? Sungguh engkau menurut anggapan kami seorang pendusta
besar atau mungkin engkau berfikiran tidak sihat terkena kutukan tuhan-tuhan
kami yang selalu engkau eje hina dan cemuhkan."
Wahai kaumku! jawab Nabi Hud, "aku bukanlah seorang pendusta dan
fikiran ku tetap waras dan sihat tidak krg sesuatu pun dan ketahuilah bahwa
patung-patungmu yang kamu pertuhankan itu tidak dpt mendatangkan sesuatu
gangguan atau penyakit bagi bandaku atau fikiranku. Kamu kenal aku, sejak lama
aku hidup di tengah-tengah kamu bahawa aku tidak pernah berdusta dan bercakap
bohong dan sepanjang pergaulanku dengan kamu tidak pernah terlihat pd diriku
tanda-tanda ketidak wajaran perlakuanku atau tanda-tanda yang meragukan
kewarasan fikiranku dan kesempurnaan akalku. Aku adalah benar pesuruh Allah
yang diberi amanat untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang
sudah tersesat kemasukan pengaruh ajaran Iblis dan sudah jauh menyimpang dari
jalan yang benar yang diajar oleh nabi-nabi yang terdahulu karena Allah tidak
akan membiarkan hamba-hamba-Nya terlalu lama terlantar dalam kesesatan dan
hidup dalam kegelapan tanpa diutuskan seorang rasul yang menuntun mereka ke
jalan yang benar dan penghidupan yang diredhai-Nya. Maka percayalah kamu kepada
ku gunakanlah akal fikiran kamu berimanlah dan bersujudlah kepada Allah Tuhan
seru sekalian alam Tuhan yang menciptakan kamu menciptakan langit dan bumi
menurunkan hujan bagi menyuburkan tanah ladangmu, menumbuhkan tumbuh0tumbuhan
bagi meneruskan hidupmu. Bersembahlah kepada-Nya dan mohonlah ampun atas segala
perbuatan salah dan tindakan sesatmu, agar Dia menambah rezekimu dan kemakmuran
hidupmu dan terhindarlah kamu dari azab dunia sebagaimana yang telah dialami
oleh kaum Nuh dan kelak azab di akhirat. Ketahiulah bahawa kamu akan
dibangkitkan kembali kelak dari kubur kamu dan dimintai bertanggungjawab atas
segala perbuatan kamu di dunia ini dan diberi ganjaran sesuai dengan amalanmu
yang baik dan soleh mendpt ganjaran baik dan yang hina dan buruk akan
diganjarkan dengan api neraka. Aku hanya menyampaikannya risalah Allah kepada
kamu dan dengan ini telah memperingati kamu akan akibat yang akan menimpa
kepada dirimu jika kamu tetap mengingkari kebenaran dakwahku."
Kaum Aad menjawab: " Kami bertambah yakin dan tidak ragu lagi bahawa
engkau telah mendpt kutukan tuhan-tuhan kami sehingga menyebabkan fikiran kamu
kacau dan akalmu berubah menjadi sinting. Engkau telah mengucapkan kata-kata
yang tidak masuk akal bahwa jika kami mengikuti agamamu, akan bertambah rezeki
dan kemakmuran hidup kami dan bahawa kami akan dibangkitkan kembali dari kubur
kami dan menerima segala ganjaran atas segala amalan kami.Adakah mungkin kami
akan dibangkitkan kembali dari kubur kami setelah kami mati dan menjadi
tulang-belulang. Dan apakah azab dan seksaan yang engkau selalu menakut-nakuti
kami dan mengancamkannya kepada kami? Semua ini kami anggap kosong dan ancaman
kosong belaka. Ketahuilah bahwa kami tidak akan menyerah kepadamu dan mengikuti
ajaranmu karena bayangan azab dan seksa yang engkau bayang-bayangkannya kepada
kami bahkan kami menentang kepadamu datangkanlah apa yang engkau janjikan dan
ancamkan itu jika engkau betul-betul benar dalam kata-katamu dan bukan seorang
pendusta."
Baiklah! jawab Nabi Hud," Jika kamu meragukan kebenaran kata-kataku
dan tetap berkeras kepala tidak menghiraukan dakwahku dan meninggalkan
persembahanmu kepada berhala-berhala itu maka tunggulah saat tibanya pembalasan
Tuhan di mana kamu tidak akan dpt melepaskan diri dari bencananya. Allah
menjadi saksiku bahwa aku telah menyampaikan risalah-Nya dengan sepenuh
tenagaku kepada mu dan akan tetap berusaha sepanjang hayat kandung bandaku
memberi penerangan dan tuntunan kepada jalan yang baik yang telah digariskan
oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya."
Pembalasan Allah Atas Kaum Aad
Pembalasan Tuhan terhadap kaum Aad yang kafir dan tetap membangkang itu
diturunkan dalam dua perinkat.Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda
ladang-ladang dan kebun-kebun mrk, sehingga menimbulkan kecemasan dan
kegelisahan, kalau-kalau mereka tidak memperolehi hasil dari ladang-ladang dan
kebun-kebunnya seperti biasanya.Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha
meyakinkan mereka bahawa kekeringan itu adalah suatu permulaan seksaan dari
Allah yang dijanjikan dan bahwa Allah masih lagi memberi kesempatan kepada
mereka untuk sedar akan kesesatan dan kekafiran mrk dan kembali beriman kepada
Allah dengan meninggalkan persembahan mrk yang bathil kemudian bertaubat dan
memohon ampun kepada Allah agar segera hujan turun kembali dengan lebatnya dan
terhindar mrk dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap
belum mahu percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong
belaka. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon
perlindungan ari musibah yang mereka hadapi.
Tentangan mrk terhadap janji Allah yang diwahyukan kepada Nabi Hud segera
mendapat jawapan dengan dtgnya pembalasan tahap kedua yang dimulai dengan
terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal di atas mereka yang
disambutnya dengan sorak-sorai gembira, karena dikiranya bahwa hujan akan
segera turun membasahi ladang-ladang dan menyirami kebun-kebun mereka yang
sedang mengalami kekeringan.
Melihat sikap kaum Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud
dengan nada mengejek: "Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awam rahmat
bagi kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan
Allah yang telah ku janjikan dan kamu ternanti-nanti untuk membuktikan
kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dusta.
Sejurus kemudian menjadi kenyataanlah apa yang diramalkan oleh Nabi Hud itu
bahawa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin taufan yang
dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang mencemaskan yang telah
merusakkan bangunan-bangunan rumah dari dasarnya membawa berterbangan semua
perabot-perabot dan milik harta benda dan melempar jauh binatang-binatang
ternak. Keadaan kaum Aad menjadi panik mereka berlari kesana sini hilir mudik
mencari perlindungan .Suami tidak tahu di mana isterinya berada dan ibu juga
kehilangan anaknya sedang rumah-rumah menjadi sama rata dengan tanah. Bencana
angin taufan itu berlangsung selama lapan hari tujuh malam sehingga sempat
menyampuh bersih kaum Aad yang congkak itu dan menamatkan riwayatnya dalam
keadaan yang menyedihkan itu untuk menjadi pengajaran dan ibrah bagi umat-umat
yang akan datang.
Adapun Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat
perlindungan Allah dari bencana yang menimpa kaumnya yang kacau bilau dan
tenang seraya melihat keadaan kaumnya yang kacau bilau mendengar gemuruhnya
angin dan bunyi pohon-pohon dan bangunan-bangunan yang berjatuhan serta
teriakan dan tangisan orang yang meminta tolong dan mohon perlindungan.
Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah " Al-Ahqaf " sudah
menjadi sunyi senyap dari kaum Aad pergilah Nabi Hud meninggalkan tempatnya
berhijrah ke Hadramaut, di mana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia
wafat dan dimakamkan di sana dimana hingga sekarang makamnya yang terletak di
atas sebuah bukit di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun dikunjungi
para penziarah yang datang beramai-ramai dari sekitar daerah itu, terutamanya
dan bulan Syaaban pada setiap tahun.
Kisah Nabi Hud Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Hud diceritakan oleh 68 ayat dalam 10 surah di antaranya surah
Hud, ayat 50 hingga 60 , surah " Al-Mukminun " ayat 31 sehingga ayat
41 , surah " Al-Ahqaaf " ayat 21 sehingga ayat 26 dan surah "
Al-Haaqqah " ayat 6 ,7 dan 8.
Pelajaran Dari Kisah Nabi Hud A.S.
Nabi Hud telah memberi contoh dan sistem yang baik yang patut ditiru dan
diikuti oleh juru dakwah dan ahli penerangan agama. Beliau menghadapi kaumnya
yang sombong dan keras kepala itu dengan penuh kesabaran, ketabahan dan
kelapangan dada. Ia tidak sesekali membalas ejekan dan kata-kata kasar mereka
dengan serupa tetapi menolaknya dengan kata-kata yang halus yang menunjukkan
bahawa beliau dapat menguasai emosinya dan tidak sampai kehilangan akal atau
kesabaran.
Nabi Hud tidak marah dan tidak gusar ketika kaumnya mengejek dengan
menuduhnya telah menjadi gila dan sinting. Ia dengan lemah lembut menolak
tuduhan dan ejekan itu dengan hanya mengata:"Aku tidak gila dan bahawa
tuhan-tuhanmu yang kamu sembah tidak dapat menggangguku atau mengganggu
fikiranku sedikit pun tetapi aku ini adalah rasul pesuruh Allah kepadamu dan betul-betul
aku adalah seorang penasihat yang jujur bagimu menghendaki kebaikanmu dan
kesejahteraan hidupmu dan agar kamu terhindar dan selamat dari azab dan seksaan
Allah di dunia mahupun di akhirat."
Dalam berdialog dengan kaumnya.Nabi Hud selalu berusaha mengetok hati
nurani mereka dan mengajak mereka berfikir secara rasional, menggunakan akal
dan fikiran yang sihat dengan memberikan bukti-bukti yang dapat diterima oleh
akal mereka tentang kebenaran dakwahnya dan kesesatan jalan mereka namun
hidayah iu adalah dari Allah, Dia akan memberinya kepada siapa yang Dia
kehendakinya.
NABI SHOLEH AS
Tsamud adalah nama suatu suku yang oleh sementara ahli sejarah dimasukkan
bagian dari bangsa Arab dan ada pula yang menggolongkan mereka ke dalam bangsa
Yahudi. Mereka bertempat tinggal di suatu dataran bernama " Alhijir "
terletak antara Hijaz dan Syam yang dahulunya termasuk jajahan dan dikuasai
suku Aad yang telah habis binasa disapu angin taufan yang di kirim oleh Allah
sebagai pembalasan atas pembangkangan dan pengingkaran mereka terhadap dakwah
dan risalah Nabi Hud A.S.
Kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan alam yang dahulu dimiliki dan
dinikmati oleh kaum Aad telah diwarisi oleh kaum Tsamud.Tanah-tanah yang subur
yang memberikan hasil berlimpah ruah, binatang-binatang perahan dan lemak yang
berkembang biak, kebun-kebun bunga yag indah-indah, bangunan rumah-rumah yang
didirikan di atas tanah yang datar dan dipahatnya dari gunung.Semuanya itu
menjadikan mereka hidup tenteram ,sejahtera dan bahgia, merasa aman dari segala
gangguan alamiah dan bahawa kemewahan hidup mereka akan kekal bagi mereka dan
anak keturunan mereka.
Kaum Tsamud tidak mengenal Tuhan. Tuhan Mereka adalah berhala-berhala yang
mereka sembah dan puja, kepadanya mrk berqurban, tempat mrk minta perlindungan
dari segala bala dan musibah dan mengharapkan kebaikan serta kebahagiaan.Mrk
tidak dpt melihat atau memikirkan lebih jauh dan apa yang dpt mrk jangkau
dengan pancaindera.
Nabi Saleh Berdakwah Kepada Kaum Tsamud
Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak akan membiarkan
hamba-hamba_Nya berada dalam kegelapan terus-menerus tanpa diutusnya nabi
pesuruh disisi-Nya untuk memberi penerangan dan memimpin mrk keluar dari jalan
yang sesat ke jalan yang benar. Demikian pula Allah tidak akan menurunkan azab
dan seksaan kepada suatu umat sebelum mrk diperingatkan dan diberi petunjukkan
oleh-Nya dengan perantara seorang yang dipilih untuk menjadi utusan dan
rasul-Nya. Sunnatullah ini berlaku pula kepada kaum Tsamud, yang kepada mrk
telah diutuskan Nabi Saleh seorang yang telah dipilih-Nya dari suku mrk
sendiri, dari keluarga yang terpandang dan dihormati oleh kaumnya, terkenal
tangkas, cerdik pandai, rendah hati dan ramah-tamah dalam pergaulan.
Dikenalkan mrk oleh Nabi Saleh kepada Tuhan yang sepatut mrk sembah, Tuhan
Allah Yang Maha Esa, yang telah mencipta mrk, menciptakan alam sekitar mrk,
menciptakan tanah-tanah yang subur yang menghasilkan bhn-bhn keperluan hidup
mrk, mencipta binatang-binatang yang memberi manfaat dan berguna bagi mrk dan
dengan demikian memberi kepada mrk kenikmatan dan kemewahan hidup dan
kebahagiaan lahir dan batin.Tuhan Yang Esa itulah yang harus mrk sembah dan
bukan patung-patung yang mrk pahat sendiri dari batu-batu gunung yang tidak
berkuasa memberi sesuatu kepada mrk atau melindungi mrk dari ketakutan dan
bahaya.
Nabi Saleh memperingatkan mrk bahwa ia adlah seorang drp mrk, terjalin
antara dirinya dan mereka ikatan keluarga dan darah. Mrk adalah kaumnya dan
sanak keluarganya dan dia adalah seketurunan dan sesuku dengan mrk.Ia
mengharapkan kebaikan dan kebajikan bagi mrk dan sesekali tidak akan
menjerumuskan mrk ke dalam hal-hal yang akan membawa kerugian, kesengsaraan dan
kebinasaan bagi mrk. Ia menerangkan kepada mrk bahwa ianya adalah pesuruh dan
utusan Allah, dan apa yang diajarkan dan didakwahkan kepada mrk adalah amanat
Allah yang harus dia sampaikan kepada mrk untuk kebaikan mrk semasa hidup mrk
dan sesudah mrk mati di akhirat kelak. Ia mengharapkan kaumnya mempertimbangkan
dan memikirkan sungguh-sungguh apa yang ia serukan dan anjurkan dan agar mrk
segera meninggalkan persembahan kepada berhala-berhala itu dan percaya beriman
kepada Allah Yang Maha Esa seraya bertaubat dan mohon ampun kepada-Nya atas
dosa dan perbuatan syirik yang selama ini telah mrk lakukan.Allah maha dekat
kepada mrk mendengarkan doa mrk dan memberi ampun kepada yang salah bila
dimintanya.
Terperanjatlah kaum Saleh mendengar seruan dan dakwahnya yang bagi mrk
merupakan hal yang baru yang tidak diduga akan datang dari saudara atau anak
mrk sendiri.Maka serentak ditolaklah ajakan Nabi Saleh itu seraya berkata
mereka kepadanya:"Wahai Saleh! Kami mengenalmu seorang yang pandai,
tangkas dan cerdas, fikiranmu tajam dan pendapat serta semua pertimbangan mu
selalu tepat. Pada dirimu kami melihat tanda-tanda kebajikan dan sifat-sifat
yang terpuji. Kami mengharapkan dari engkau sebetulnya untuk memimpinkami
menyelesaikan hal-hal yang rumit yang kami hadapi, memberi petunjuk dalam
soal-soal yang gelap bagi kami dan menjadi ikutan dan kepercayaan kami di kala
kami menghadapi krisis dan kesusahan.Akan tetapi segala harapan itu menjadi
meleset dan kepercayaan kami kepadamu tergelincir hari ini dengan tingkah
lakumu dan tindak tandukmu yang menyalahi adat-istiadat dan tatacara hidup
kami. Apakah yang engkau serukan kepada kami? Enkau menghendaki agar kami
meninggalkan persembahan kami dan nenek moyang kami, persembahan dan agama yang
telah menjadi darah daging kami menjadi sebahagian hidup kami sejak kami
dilahirkan dan tetap menjadi pegangan untuk selama-lamanya.Kami sesekali tidak
akan meninggalkannya karena seruanmu dan kami tidak akan mengikutimu yang sesat
itu. Kami tidak mempercayai cakap-cakap kosongmu bahkan meragukan kenabianmu.
Kami tidak akan mendurhakai nenek moyang kami dengan meninggalkan persembahan
mrk dan mengikuti jejakmu."
Nabi Saleh memperingatkan mereka agar jangan menentangnya dan agar
mengikuti ajakannya beriman kepada Allah yang telah mengurniai mrk rezeki yang
luas dan penghidupan yang sejahtera. Diceritakan kepada mrk kisah kaum-kaum
yang mendapat seksa dan azab dari Allah karena menentang rasul-Nya dan
mendustakan risalah-Nya. Hal yang serupa itu dpt terjadi di atas mrk jika mrk
tidak mahu menerima dakwahnya dan mendengar nasihatnya, yang diberikannya
secara ikhlas dan jujur sebagai seorang anggota dari keluarga besar mrk dan
yang tidak mengharapkan atau menuntut upah drp mrk atas usahanya itu. Ia hanya
menyampaikan amanat Allah yang ditugaskan kepadanya dan Allahlah yang akan
memberinya upah dan ganjaran untuk usahanya memberi pimpinan dan tuntutan
kepada mrk.
Sekelompok kecil dari kaum Tsamud yang kebanyakkannya terdiri dari
orang-orang yang kedudukan sosial lemah menerima dakwah Nabi Saleh dan beriman
kepadanya sedangkan sebahagian yang terbesar terutamanya mrk yang tergolong
orang-orang kaya dan berkedudukan tetap berkeras kepala dan menyombongkan diri
menolak ajakan Nabi Saleh dan mengingkari kenabiannya dan berkata
kepadanya:" Wahai Saleh! Kami kira bahwa engkau telah kerasukan syaitan
dan terkena sihir.Engkau telah menjadi sinting dan menderita sakit gila. Akalmu
sudah berubah dan fikiranmu sudah kacau sehingga engkau dengan tidak sedar
telah mengeluarkan kata-kata ucapan yang tidak masuk akal dan mungkin engkau
sendiri tidak memahaminya. Engkau mengaku bahwa engkau telah diutuskan oleh Tuhanmu
sebagai nabi dan rasul-Nya. Apakah kelebihanmu drp kami semua sehingga engkau
dipilih menjadi rasul, padahal ada orang-orang di antara kami yang lebih patut
dan lebih cekap untuk menjadi nabi atau rasul drp engkau. Tujuanmu dengan
bercakap kosong dan kata-katamu hanyalah untuk mengejar kedudukan dan ingin
diangkat menjadi kepala dan pemimpin bagi kaummu.Jika engkau merasa bahwa
engkau sihat badan dan sihat fikiran dan mengaku bahwa engkau tidak mempunyai
arah dan tujuan yang terselubung dalam dakwahmu itu maka hentikanlah usahamu
menyiarkan agama barumu dengan mencerca persembahan kami dan nenek moyangmu
sendiri.Kami tidak akan mengikuti jalanmu dan meninggalkan jalan yang telah
ditempuh oleh orang-orang tua kami lebih dahulu.
Nabi Saleh menjawab: " Aku telah berulang-ulang mengatakan kepadamu
bahwa aku tidak mengharapkan sesuatu apapun drpmu sebagai imbalan atas usahaku
memberi tuntunandan penerangan kepada kamu. Aku tidak mengharapkan upah atau
mendambakan pangkat dan kedudukan bagi usahaku ini yang aku lakukan semata-mata
atas perintah Allah dan drp-Nya kelak aku harapkan balasan dan ganjaran untuk
itu. Dan bagaimana aku dapat mengikutimu dan menterlantarkan tugas dan amanat
Tuhan kepadaku, padahal aku talah memperoleh bukti-bukti yang nyata atas kebenaran
dakwahku.Jgnlah sesekali kamu harapkan bahawa aku akan melanggar perintah
Tuhanku dan melalaikan kewajibanku kepada-Nya hanya semata-mata untuk
melanjutkan persembahan nenek moyang kami yang bathil itu. Siapakah yang akan
melindungiku dari murka dan azab Tuhan jika aku berbuat demikian? Sesungguhnya
kamu hanya akan merugikan dan membinasakan aku dengan seruanmu itu."
Setelah gagal dan berhasil menghentikan usaha dakwah Nabi Saleh dan
dilihatnya ia bahkan makin giat menarik orang-orang mengikutinya dan berpihak
kepadanya para pemimpin dan pemuka kaum Tsamud berusaha hendak membendung arus
dakwahnya yang makin lama makin mendpt perhatian terutama dari kalangan bawahan
menengah dalam masyarakat. Mrk menentang Nabi Saleh dan untuk membuktikan
kebenaran kenabiannya dengan suatu bukti mukjizat dalam bentuk benda atau
kejadian luar biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.
Allah Memberi Mukjizat Kepada Nabi Saleh A.S.
Nabi Saleh sedar bahawa tentangan kaumnya yang menuntut bukti drpnya berupa
mukjizat itu adalah bertujuan hendak menghilangkan pengaruhnya dan mengikis
habis kewibawaannya di mata kaumnya terutama para pengikutnya bila ia gagal
memenuhi tentangan dan tuntutan mrk. Nabi Saleh membalas tentangan mrk dengan
menuntut janji dengan mrk bila ia berhasil mendatangkan mukjizat yang mrk minta
bahwa mrk akan meninggalkan agama dan persembahan mrk dan akan mengikuti Nabi
Saleh dan beriman kepadanya.
Sesuai dengan permintaan dan petunjuk pemuka-pemuka kaum Tsamud berdoalah
Nabi Saleh memohon kepada Allah agar memberinya suatu mukjizat untuk
membuktikan kebenaran risalahnya dan sekaligus mematahkan perlawanan dan
tentangan kaumnya yang masih berkeras kepala itu. Ia memohon dari Allah dengan
kekuasaan-Nya menciptakan seekor unta betina dikeluarkannya dari perut sebuah
batu karang besar yang terdpt di sisi sebuah bukit yang mereka tunjuk.
Maka sejurus kemudian dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta
terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari perutnya seekor unta
betina.
Dengan menunjuk kepada binatang yang baru keluar dari perut batu besar itu
berkatalah Nabi Saleh kepada mrk:" Inilah dia unta Allah, janganlah kamu
ganggu dan biarkanlah ia mencari makanannya sendiri di atas bumi Allah ia
mempunyai giliran untuk mendptkan air minum dan kamu mempunyai giliran untuk
mendptkan minum bagimu dan bagi ternakanmu juga dan ketahuilah bahwa Allah akan
menurunkan azab-Nya bila kamu sampai mengganggu binatang ini."
Kemudian berkeliaranlah unta di ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya
tanpa mendpt gangguan. Dan ketika giliran minumnya tiba pergilah unta itu ke
sebuah perigi yyang diberi nama perigi unta dan minumlah sepuas hatinya. Dan
pada hari-hari giliran unta Nabi Saleh itu datang minum tiada seekor binatang
lain berani menghampirinya, hal mana menimbulkan rasa tidak senang pada
pemilik-pemilik binatang itu yang makin hari makin merasakan bahwa adanya unta
Nabi Saleh di tengah-tengah mereka itu merupakan gangguan laksana duri yang
melintang di dalam kerongkong.
Dengan berhasilnya Nabi Saleh mendtgkan mukjizat yang mrk tuntut gagallah
para pemuka kaum Tsamud dalam usahanya untuk menjatuhkan kehormatan dan
menghilangkan pegaruh Nabi Saleh bahkan sebaliknya telah menambah tebal
kepercayaan para pengikutnya dan menghilang banyak keraguan dari kaumnya. Maka
dihasutlah oleh mrk pemilik-pemilik ternakan yang merasa jengkel dan tidak
senang dengan adanya unta Nabi Saleh yang merajalela di ladang dan kebun-kebun
mrk serta ditakuti oleh binatang-binatang peliharaannya.
Unta Nabi Saleh Dibunuh
Persekongkolan diadakan oleh orang-orang dari kaum Tsamud untuk mengatur
rancangan pembunuhan unta Nabi Saleh. Dan selagi orang masih dibayangi oleh
rasa takut dari azab yang diancam oleh Nabi Saleh bila untanya diganggu di
samping adanya dorongan keinginan yang kuat untuk melenyapkan binatang itu dari
atas bumi mrk, muncullah tiba-tiba seorang janda bangsawan yang kaya raya
menawarkan akan menyerah dirinya kepada siapa yang dpt membunuh unta Saleh. Di
samping janda itu ada seorang wanita lain yang mempunyai beberapa puteri
cantik-cantik menawarkan akan menghadiahkan salah seorang dari puteri-puterinya
kepada orang yang berhasil membunuh unta itu.
Dua macam hadiah yyang menggiurkan dari kedua wanita itu di samping hasutan
para pemuka Tsamud mengundang dua orang lelaki bernama Mushadda' bin Muharrij
dan Gudar bin Salif berkemas-kemas akan melakukan pembunuhan bagi meraih hadiah
yang dijanjikan di samping sanjungan dan pujian yang akan diterimanya dari para
kafir suku Tsamud bila unta Nabi Saleh telah mati dibunuh.
Dengan bantuan tujuh orang lelaki lagi bersembunyilah kumpulan itu di suatu
tempat di mana biasanya di lalui oleh unta dalam perjalanannya ke perigi tempat
ianya minum. Dan begitu unta-unta yang tidak berdosa itu lalu segeralah dipanah
betisnya oleh Musadda' yang disusul oleh Gudar dengan menikamkan pedangnya di
perutnya.
Dengan perasaan megah dan bangga pergilah para pembunuh unta itu ke ibu
kota menyampaikan berita matinya unta Nabi Saleh yang mendpt sambutan
sorak-sorai dan teriakan gembira dari pihak musyrikin seakan-akan mrk kembali
dari medan perang dengan membawa kemenangan yang gilang gemilang.
Berkata mrk kepada Nabi Saleh:" Wahai Saleh! Untamu telah amti
dibunuh, cubalah datangkan akan apa yang engkau katakan dulu akan ancamannya
bila unta itu diganggu, jika engkau betul-betul termasuk orang-orang yang
terlalu benar dalam kata-katanya."
Nabi Saleh menjawab:" Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah akan
menurunkan azab-Nya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Maka dengan
terbunuhnya unta itu maka tunggulah engkau akan tibanya masa azab yang Allah
talah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu.Kamu telah menentang Allah
dan terimalah kelak akibat tentanganmu kepada-Nya.Janji Allah tidak akan
meleset .Kamu boleh bersuka ria dan bersenang-senang selama tiga hari ini
kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah
kehendak Allah dan taqdir-Nya yang tidak dpt ditunda atau dihalang."
Ada kemungkinan menurut sementara ahli tafsir bahwa Allah melalui rasul-Nya
Nabi Saleh memberi waktu tiga hari itu untuk memberi kesempatan, kalau-kalau
mrk sedar akan dosanya dan bertaubat minta ampun serta beriman kepada Nabi
Saleh kepada risalahnya.
Akan tetapi dalam kenyataannya tempoh tiga hari itu bahkan menjadi bahan
ejekan kepada Nabi Saleh yang ditentangnya untuk mempercepat datangnya azab itu
dan tidak usah ditangguhkan tiga hari lagi.
Turunnya Azab Allah Yang Dijanjikan
Nabi Saleh memberitahu kaumnya bahwa azab Allah yang akan menimpa di atas
mrk akan didahului dengan tanda-tanda, iaitu pada hari pertama bila mrk
terbangun dari tidurnya akan menemui wajah mrk menjadi kuning dan berubah
menjadi merah pada hari kedua dan hitam pada hari ketiga dan pada hari keempat
turunlah azab Allah yang pedih.
Mendengar ancaman azab yang diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaumnya
kelompok sembilan orang ialah kelompok pembunuh unta merancang pembunuhan atas
diri Nabu Saleh mendahului tibanya azab yang diancamkan itu.Mrk mengadakan
pertemuan rahsia dan bersumpah bersama akan melaksanakan rancangan pembunuhan
itu di waktu malam, di saat orang masih tidur nyenyak untuk menghindari
tuntutan balas darah oleh keluarga Nabi Saleh, jika diketahui identiti mrk
sebagai pembunuhnya. Rancangan mrk ini dirahsiakan sehingga tidak diketahui dan
didengar oleh siapa pun kecuali kesembilan orang itu sendiri.
Ketika mrk datang ke tempat Nabi Saleh bagi melaksanakan rancangan jahatnya
di malam yang gelap-gulita dan sunyi-senyap berjatuhanlah di atas kepala mereka
batu-batu besar yang tidak diketahui dari arah mana datangnya dan yang seketika
merebahkan mrk di atas tanah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Demikianlah
Allah telah melindingi rasul-Nya dari perbuatan jahat hamba-hamba-Nya yang
kafir.
Satu hari sebelum hari turunnya azab yang telah ditentukan itu, dengan izin
Allah berangkatlah Nabi Saleh bersama para mukminin pengikutnya menuju Ramlah,
sebuah tempat di Palestin, meninggalkan Hijir dan penghuninya, kaum Tsamud
habis binasa, ditimpa halilintar yang dahsyat beriringan dengan gempa bumi yang
mengerikan.
Kisah Nabi Saleh Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Saleh diceritakan oleh 72 ayat dalam 11 surah di antaranya surah
Al-A'raaf, ayat 73 hingga 79, surah " Hud " ayat 61 sehingga ayat 68
dan surah " Al-Qamar " ayat 23 sehingga ayat 32.
Pelajaran Dari Kisah Nabi Saleh A.S.
Pengajaran yang menonjol yang dpt dipetik dari kisah Nabi Saleh ini ialah
bahwa dosa dan perbuatan mungkar yang dilakukan oleh sekelompok kecil warga
masyarakat dpt berakibat negatif yang membinasakan masyarakat itu seluruhnya.
Lihatlah betapa kaum Tsamud menjadi binasa, hancur dan bahkan tersapu
bersih dari atas bumi karena dosa dan pelanggaran perintah Allah yang dilakukan
oleh beberapa gelintir orang pembunuh unta Nabi Saleh A.S.
Di sinilah letaknya hikmah perintah Allah agar kita melakukan amar makruf
nahi mungkar. Karena dengan melakukan tugas amar makruf nahi mungkar yang
menjadi fardu kifayah itu, setidak-tidaknya kalau tidak berhasil mencegah
kemungkaran yang terjadi di dalam masyarakat dan lindungan kita ,kita telah
membebaskan diri dari dosa menyetujui atau merestui perbuatan mungkar itu
Bersikap pasif acuh tak acuh terhadap maksiat dan kemungkaran yang berlaku
di depan mata dapat diertikan sebagai persetujuan dan penyekutuan terhadap
perbuatan mungkar itu.
NABI IBRAHIM AS
Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar (Tarih) bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin
Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S. Ia dilahirkan
di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan
"Babylon" yang pd waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama
"Namrud bin Kan'aan."
Kerajaan Babylon pd masa itu termasuk kerajaan yang makmur rakyat hidup
senang, sejahtera dalam keadaan serba cukup sandang mahupun pandangan serta
saranan-saranan yang menjadi keperluan pertumbuhan jasmani mrk.Akan tetapi
tingkatan hidup rohani mrk masih berada di tingkat jahiliyah. Mrk tidak
mengenal Tuhan Pencipta mereka yang telah memberi karunia mereka dengan segala
kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. Persembahan mrk adalah patung-patung yang
mereka pahat sendiri dari batu-batu atau terbuat dari lumpur dan tanah.
Raja mereka Namrud bin Kan'aan menjalankan tampuk pemerintahnya dengan
tangan besi dan kekuasaan mutlak.Semua kehendaknya harus terlaksana dan segala
perintahnya merupakan undang-undang yang tidak dpt dilanggar atau di tawar.
Kekuasaan yang besar yang berada di tangannya itu dan kemewahan hidup yang
berlebuh-lebihanyang ia nikmati lama-kelamaan menjadikan ia tidak puas dengan
kedudukannya sebagai raja. Ia merasakan dirinya patut disembah oleh rakyatnya
sebagai tuhan. Ia berfikir jika rakyatnya mahu dan rela menyembah patung-patung
yang terbina dari batu yang tidal dpt memberi manfaat dan mendtgkan kebahagiaan
bagi mrk, mengapa bukan dialah yang disembah sebagai tuhan.Dia yang dpt
berbicara, dapat mendengar, dpt berfikir, dpt memimpin mrk, membawa kemakmuran
bagi mrk dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan. Dia yang dpt mengubah
orang miskin menjadi kaya dan orang yang hina-dina diangkatnya menjadi orang
mulia. di samping itu semuanya, ia adalah raja yang berkuasa dan memiliki
negara yang besar dan luas.
Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan
dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai pemahat dan
pedagang patung. Ia sebagai calun Rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa
pelita kebenaran kepada kaumnya,jauh-jauh telah diilhami akal sihat dan fikiran
tajam serta kesedaran bahwa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk
ayahnya sendiri adalah perbuat yang sesat yang menandakan kebodohan dan
kecetekan fikiran dan bahwa persembahan kaumnya kepada patung-patung itu adalah
perbuatan mungkar yang harus dibanteras dan diperangi agar mrk kembali kepada
persembahan yang benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan
pencipta alam semesta ini.
Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota
menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang telah
diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan
barang-barang itu bahkan secara mengejek ia menawarkan patung -patung ayahnya
kepada calon pembeli dengan kata-kata:" Siapakah yang akan membeli
patung-patung yang tidak berguna ini? "
Nabi Ibrahim Ingin Melihat Bagaimana Makhluk Yang Sudah Mati Dihidupkan
Kembali Oleh Allah
Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi syirik dan
persembahan berhala yang berlaku dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu
mempertebalkan iman dan keyakinannya, menenteramkan
hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin esekali
mangganggu fikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya
bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.Berserulah
ia kepada Allah: " Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau
menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati."Allah menjawab seruannya
dengan berfirman:Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku?
"Nabi Ibrahim menjawab:" Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan
percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu
dengan mata kepala ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan
dan hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan
kepada kekuasaan-Mu."
Allah memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia
menangkap empat ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti bahagian
tubuh-tubuh burung itu, memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan
kemudian tubuh burung yang sudak hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan
di atas puncak setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari
yang lain.
Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu,
diperintahnyalah Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak
tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bahagian tubuh burung dari bahagian yang lain.
Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan enpat ekor burung
itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan
panggilan Nabi Ibrahim kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang hidup
kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah
YAng Maha Berkuasa dpt menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati
sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian
tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim untuk mententeramkan hatinya
dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya,
bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi
yang dpt menghalangi atau menentangnya dan hanya kata "Kun" yang
difirmankan Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikenhendaki "
Fayakun".
Nabi Ibrahim Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya
Aazar, ayah Nabi Ibrahim tidak terkecuali sebagaimana kaumnya yang lain,
bertuhan dan menyembah berhala bah ia adalah pedagang dari patung-patung yang
dibuat dan dipahatnya sendiri dan drpnya orang membeli patung-patung yang
dijadikan persembahan.
Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum
berdakwah kepada orang lain ialah menyedarkan ayah kandungnya dulu orang yang
terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala
itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh.Beliau merasakan bahawa kebaktian
kepada ayahnya mewajibkannya memberi penerangan kepadanya agar melepaskan
kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha
Kuasa.
Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak
terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia dtg kepada ayahnya
menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahawa ia
telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya.
Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah yang
mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya padahal ia
mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak dpt
mendtgkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah.
Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu
adalah semata-mata ajaran syaitan yang memang menjadi musuh kepada manusia
sejak Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan
dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali
menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang
dihidupkan memberi mrk rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi
dengan segala isinya kepada manusia.
Aazar menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan
puteranya Nabi Ibrahim yyang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang
patut bahwa puteranya telah berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya
bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut
kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya
tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang kasar dan dalam maki hamun
seakan-akan tidak ada hunbungan diantara mereka. IA berkata kepada Nabi Ibrahim
dengan nada gusar: " Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan
persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang
menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan
cuba mendurhakaiku.Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama
ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan
persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur
denganmu didalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku
sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau."
Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata
kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seray berkaat:
" Oh ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu
dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah.
Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku
utkmu." Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam
keadaan sedih dan prihati karena tidak berhasil mengangkatkan ayahnya dari
lembah syirik dan kufur.
Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala-berhala
Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyedarkan ayahnya yang tersesat itu
sangat menusuk hatinya karena ia sebagai putera yang baik ingin sekali melihat
ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan
syirik namun ia sedar bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana
pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendpt hidayah ,bila belum
dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya.
Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu
tidak sedikit pun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya
untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih
persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang
bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya
Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya
berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mrk anut dan ajaran yang ia
bawa. Dan ternyata bahwa bila mrk sudah tidak berdaya menilak dan menyanggah
alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim tentang
kebenaran ajarannya dan kebathilan kepercayaan mrk maka dalil dan alasan yang
usanglah yang mrk kemukakan iaitu bahwa mrk hanya meneruskan apa yang oleh
bapa-bapa dan nenek moyang mrk dilakukan dan sesekali mrk tidak akan melepaskan
kepercayaan dan agama yang telah mrk warisi.
Nabi Ibrahim pada akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi berdebat dan
bermujadalah dengan kaumnya yang berkepala batu dan yang tidak mahu menerima
keterangan dan bukti-bukti nyata yang dikemukakan oleh beliau dan selalu
berpegang pada satu-satunya alasan bahwa mrk tidak akan menyimpang dari cara
persembahan nenek moyang mrk, walaupun oleh Nabi Ibrahim dinyatakan
berkali-kali bahwa mrk dan bapa-bapa mrk keliru dan tersesat mengikuti jejak
syaitan dan iblis.
Nabi Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan
perbuatan yang nyata yang dapat mrk lihat dengan mata kepala mrk sendiri bahwa
berhala-berhala dan patung-patung mrk betul-betul tidak berguna bagi mrk dan
bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
Adalah sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babylon bahwa
setiap tahun mrk keluar kota beramai-ramai pd suatu hari raya yang mrk anggap
sebagai keramat. Berhari-hari mrk tinggal di luar kota di suatu padang terbuka,
berkhemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang cukup. Mrk bersuka
ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mrk kosong dan sunyi.
Mrk berseru dan mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan
turut beramai -ramai menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga
turut diajak turut serta berlagak berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia
tinggal di rumah apalagi mrk merasa khuatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang
dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mrk bila ia turut serta.
" Inilah dia kesempatan yang ku nantikan," kata hati Nabi Ibrahim
tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar
kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara daun-daun pohon yang gemerisik
ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju
tempat beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru
kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat diserambi tempat
peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada semahan bunga-bunga dan makanan yang
berada di setiap kaki patung berkata Nabi Ibrahim, mengejek:" Mengapa kamu
tidak makan makanan yang lazat yang disaljikan bagi kamu ini? Jawablah aku dan
berkata-katalah kamu."Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu dan
dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak yang berada di tangannya. Patung
yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah
kapak Nabi Ibrahim itu.
Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari berpesta ria
di luar kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mrk hancur
berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas lantai. Bertanyalah
satu kepada yang lain dengan nada hairan dan takjub: "Gerangan siapakah
yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap
tuhan-tuhan persembahan mrk ini?" Berkata salah seorang diantara
mrk:" Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu mengolok-olok dan mengejek
persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah yang melakukan perbuatan yang
berani ini." Seorang yang lain menambah keterangan dengan berkata:"
Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia adalah satu-satunya orang yang tinggal
di kota sewaktu kami semua berada di luar merayakan hari suci dan keramat
itu." Selidik punya selidik, akhirnya terdpt kepastian yyang tidak
diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang merusakkan dan memusnahkan patung-patung
itu. Rakyat kota beramai-ramai membicarakan kejadian yang dianggap suatu
kejadian atau penghinaan yang tidak dpt diampuni terhadap kepercayaan dan
persembahan mrk. Suara marah, jengkel dan kutukan terdengar dari segala
penjuru, yang menuntut agar si pelaku diminta bertanggungjawab dalam suatu
pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat penduduk kota dapat turut serta
menyaksikannya.
Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar pengadilannya
dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat dapat turut
menyaksikannya. Karena dengan cara demikian beliau dapat secara terselubung
berdakwah menyerang kepercayaan mrk yang bathil dan sesat itu, seraya
menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa, kalau diantara yang
hadir ada yang masih boleh diharapkan terbuka hatinya bagi iman dari tauhid
yang ia ajarkan dan dakwahkan.
Hari pengadilan ditentukan dan datang rakyat dari segala pelosok
berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi sidang
pengadilan itu.
Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap para hakim yang akan mengadili ia
disambut oleh para hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan, menandakan
sangat gusarnya para penyembah berhala terhadap beliau yang telah berani
menghancurkan persembahan mrk.
Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh para hakim:" Apakah engkau yang melakukan
penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?" Dengan tenang dan sikap
dingin, Nabi Ibrahim menjawab:
" Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang
melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya."
Para hakim penanya terdiam sejenak seraya melihat yang satu kepada yang
lain dan berbisik-bisik, seakan-akan Ibrahim yang mengandungi ejekan itu.
Kemudian berkata si hakim:" Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak
dapat bercakap dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?"
Tibalah waktunya yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim, maka sebagai jawapan
atas pertanyaan yang terakhir itu beliau berpidato membentangkan kebathilan
persembahan mrk,yang mrk pertahankan mati-matian, semata-mata hanya karena adat
itu adalah warisan nenek-moyang. Berkata Nabi Ibrahim kepada para hakim
itu:" Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang
tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat
membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari
kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan
persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir dengan akal yang sihat bahwa
persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya difahami oleh syaitan.
Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan alam
sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan
kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan persembahan kamu itu."
Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya iut, para hakim
mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai
ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mrk, maka
berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan
itu:" Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu , jika kamu benar-benar setia
kepadanya."
Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-hidup
Keputusan mahkamah telah dijatuhakan.Nabi Ibrahim harus dihukum dengan
membakar hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah dilakukan.
Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat
sedang diaturkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan dan diadakan
pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk secara
gotong-royong harus mengambil bahagian membawa kayu bakar sebanyak yang ia
dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mrk yang telah
dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.
Berduyun-duyunlah para penduduk dari segala penjuru kota membawa kayu bakar
sebagai sumbangan dan tanda bakti kepada tuhan mrk. Di antara terdapat para
wanita yang hamil dan orang yang sakit yang membawa sumbangan kayu bakarnya
dengan harapan memperolehi barakah dari tuhan-tuhan mereka dengan menyembuhkan
penyakit mereka atau melindungi yang hamil di kala ia bersalin.
Setelah terkumpul kayu bakar di lanpangan yang disediakan untuk upacara
pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksan sebuah bukit, berduyun-duyunlah
orang datang untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman atas diri Nabi Ibrahim. Kayu
lalu dibakar dan terbentuklah gunung berapi yang dahsyat yang sedang
berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar oleh panasnya wap yang ditimbulkan
oleh api yang menggunung itu. Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim
didtgkan dan dari atas sebuah gedung yang tinggi dilemparkanlah ia kedalam
tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:" Hai
api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim."
Sejak keputusan hukuman dijatuhkan sampai saat ia dilemparkan ke dalam
bukit api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap tenang
dan tawakkal karena iman dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela
melepaskan hamba pesuruhnya menjadi makanan api dan kurban keganasan orang-orang
kafir musuh Allah. Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada
dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan
Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan
kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada
tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan
suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim,
agar dapat melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada
hamba-hamba Allah yang tersesat itu.
Para penonton upacara pembakaran hairan tercenggang tatkala melihat Nabi
Ibrahim keluar dari bukit api yang sudah padam dan menjadi abu itu dalam
keadaan selamat, utuh dengan pakaiannya yang tetap berda seperti biasa, tidak
ada tanda-tanda sentuhan api sedikit jua pun. Mereka bersurai meninggalkan
lapangan dalam keadaan hairan seraya bertanya-tanya pada diri sendiri dan di
antara satu sama lain bagaimana hal yang ajaib itu berlaku, padahal menurut
anggapan mereka dosa Nabi Ibrahim sudah nyata mendurhakai tuhan-tuhan yang
mereka puja dan sembah.Ada sebahagian drp mrk yang dalam hati kecilnya mulai
meragui kebenaran agama mrk namun tidak berani melahirkan rasa ragu-ragunya itu
kepada orang lain, sedang para pemuka dan para pemimpin mrk merasa kecewa dan
malu, karena hukuman yang mrk jatuhkan ke atas diri Nabi Ibrahim dan kesibukan
rakyat mengumpulkan kayu bakar selama berminggu-minggu telah berakhir dengan
kegagalan, sehingga mrk merasa malu kepada Nabi Ibrahim dan para pengikutnya.
Mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti
nyata akan kebenaran dakwahnya, telah menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan
sebahagian penduduk terhadap persembahan dan patung-patung mrk dan membuka mata
hati banyak drp mrk untuk memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya,
bahkan tidak kurang drp mrk yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim,
namun khuatir akan mendapat kesukaran dalam penghidupannya akibat kemarahan dan
balas dendam para pemuka dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang
akal bila merasakan bahwa pengaruhnya telah bealih ke pihak Nabi Ibrahim.
NABI ISMAIL AS
Sampai Nabi Ibrahim yang berhijrah meninggalkan Mesir bersama Sarah,
isterinya dan Hajar, dayangnya di tempat tujuannya di Palestin. Ia telah
membawa pindah juga semua binatang ternaknya dan harta miliknya yang telah
diperolehinya sebagai hasil usaha niaganya di Mesir.
Al-Bukhari meriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a.berkata:
Pertama-tama yang menggunakan setagi (setagen) ialah Hajar ibu Nabi Ismail
tujuan untuk menyembunyikan kandungannya dari Siti Sarah yang telah lama
berkumpul dengan Nabi Ibrahim a.s. tetapi belum juga hamil. tetapi
walaubagaimana pun juga akhirnya terbukalah rahsia yang disembunyikan itu
dengan lahirnya Nabi Ismail a.s. Dan sebagai lazimnya seorang isteri sebagai
Siti Sarah merasa telah dikalahkan oleh Siti Hajar sebagai seorang dayangnya
yang diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s. Dan sejak itulah Siti Sarah merasakan
bahawa Nabi Ibrahim a.s. lebih banyak mendekati Hajar karena merasa sgt gembira
dengan puteranya yang tunggal dan pertama itu, hal ini yang menyebabkan
permulaan ada keratakan dalam rumahtangga Nabi Ibrahim a.s. sehingga Siti Sarah
merasa tidak tahan hati jika melihat Siti Hajar dan minta pada Nabi Ibrahim
a.s. supaya menjauhkannya dari matanya dan menempatkannya di lain tempat.
Untuk suatu hikmah yang belum diketahui dan disadari oleh Nabi Ibrahim
Allah s.w.t. mewahyukan kepadanya agar keinginan dan permintaan Sarah isterinya
dipenuhi dan dijauhkanlah Ismail bersama Hajar ibunya dan Sarah ke suatu tempat
di mana yang ia akan tuju dan di mana Ismail puteranya bersama ibunya akan di
tempatkan dan kepada siapa akan ditinggalkan.
Maka dengan tawakkal kepada Allah berangkatlah Nabi Ibrahim meninggalkan
rumah membawa Hajar dan Ismail yang diboncengkan di atas untanya tanpa tempat
tujuan yang tertentu. Ia hanya berserah diri kepada Allah yang akan memberi
arah kepada binatang tunggangannya. Dan berjalanlah unta Nabi Ibrahim dengan
tiga hamba Allah yang berada di atas punggungnya keluar kota masuk ke lautan
pasir dan padang terbuka di mana terik matahari dengan pedihnya menyengat tubuh
dan angin yang kencang menghembur-hamburkan debu-debu pasir.
Ismail dan Ibunya Hajar Ditingalkan di Makkah
Setelah berminggu-minggu berada dalam perjalanan jauh yang memenatkan
tibalah pada akhirnya Nabi Ibrahim bersama Ismail dan ibunya di Makkah kota
suci dimana Kaabah didirikan dan menjadi pujaan manusia dari seluruh dunia. di tempat
di mana Masjidil Haram sekarang berada, berhentilah unta Nabi Ibrahim
mengakhiri perjalanannya dan disitulah ia meninggalkan Hajar bersama puteranya
dengan hanya dibekali dengan serantang bekal makanan dan minuman sedangkan
keadaan sekitarnya tiada tumbuh-tumbuhan, tiada air mengalir, yang terlihat
hanyalah batu dan pasir kering . Alangkah sedih dan cemasnya Hajar ketika akan
ditinggalkan oleh Ibrahim seorang diri bersama dengan anaknya yang masih kecil
di tempat yang sunyi senyap dari segala-galanya kecuali batu gunung dan pasir.
Ia seraya merintih dan menangis, memegang kuat-kuat baju Nabi Ibrahim memohon
belas kasihnya, janganlah ia ditinggalkan seorang diri di tempat yang kosong
itu, tiada seorang manusia, tiada seekor binatang, tiada pohon dan tidak
terlihat pula air mengalir, sedangkan ia masih menanggung beban mengasuh anak
yang kecil yang masih menyusu. Nabi Ibrahim mendengar keluh kesah Hajar merasa
tidak tergamak meninggalkannya seorang diri di tempat itu bersama puteranya
yang sangat disayangi akan tetapi ia sedar bahwa apa yang dilakukan nya itu
adalah kehendak Allah s.w.t. yang tentu mengandungi hikmat yang masih
terselubung baginya dan ia sedar pula bahawa Allah akan melindungi Ismail dan
ibunya dalam tempat pengasingan itu dan segala kesukaran dan penderitaan. Ia
berkata kepada Hajar :
"Bertawakkallah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya,
percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang memerintah aku
membawa kamu ke sini dan Dialah yang akan melindungi mu dan menyertaimu di
tempat yang sunyi ini. Sesungguh kalau bukan perintah dan wahyunya, tidak
sesekali aku tergamak meninggalkan kamu di sini seorang diri bersama puteraku
yang sangat ku cintai ini. Percayalah wahai Hajar bahwa Allah Yang Maha Kuasa
tidak akan melantarkan kamu berdua tanpa perlindungan-Nya. Rahmat dan
barakah-Nya akan tetap turun di atas kamu untuk selamanya, insya-Allah."
Mendengar kata-kata Ibrahim itu segeralah Hajar melepaskan genggamannya
pada baju Ibrahim dan dilepaskannyalah beliau menunggang untanya kembali ke
Palestin dengan iringan air mata yang bercurahan membasahi tubuh Ismail yang
sedang menetak. Sedang Nabi Ibrahim pun tidak dapat menahan air matanya keetika
ia turun dari dataran tinggi meninggalkan Makkah menuju kembali ke Palestin di
mana isterinya Sarah dengan puteranya yang kedua Ishak sedang menanti. Ia tidak
henti-henti selama dalam perjalanan kembali memohon kepada Allah perlindungan,
rahmat dan barakah serta kurniaan rezeki bagi putera dan ibunya yang
ditinggalkan di tempat terasing itu. Ia berkata dalam doanya:" Wahai
Tuhanku! Aku telah tempatkan puteraku dan anak-anak keturunannya di dekat
rumah-Mu { Baitullahil Haram } di lembah yang sunyi dari tanaman dan manusia
agar mrk mendirikan solat dan beribadat kepada-Mu. Jadikanlah hati sebahagian
manusia cenderung kepada mrk dan berilah mrk rezeki dari buah-buahan yang
lazat, mudah-mudahan mrk bersyukur kepada-Mu."
Mata Air Zamzam
Sepeninggal Nabi Ibrahim tinggallah Hajar dan puteranya di tempat yang
terpencil dan sunyi itu. Ia harus menerima nasib yang telah ditakdirkan oleh
Allah atas dirinya dengan kesabaran dan keyakinan penuh akan perlindungan-Nya.
Bekalan makanan dan minuman yang dibawanya dalam perjalanan pada akhirnya habis
dimakan selama beberapa hari sepeninggalan Nabi Ibrahim. Maka mulailah terasa
oleh Hajar beratnya beban hidup yang harus ditanggungnya sendiri tanpa bantuan
suaminya. Ia masih harus meneteki anaknya, namun air teteknya makin lama makin
mengering disebabkan kekurangan makan .Anak yang tidak dapat minuman yang
memuaskan dari tetek ibunya mulai menjadi cerewet dan tidak henti-hentinya
menangis. Ibunya menjadi panik, bingung dan cemas mendengar tangisan anaknya
yang sgt menyayat hati itu. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri serta lari ke sana
ke sini mencari sesuap makanan atau seteguk air yang dpt meringankan
kelaparannya dan meredakan tangisan anaknya, namun sia-sialah usahanya. Ia
pergi berlari harwalah menuju bukit Shafa kalau-kalau ia boleh mendapatkan
sesuatu yang dapat menolongnya tetapi hanya batu dan pasir yang didapatnya
disitu, kemudian dari bukit Shafa ia melihat bayangan air yang mengalir di atas
bukit Marwah dan larilah ia berharwahlah ke tempat itu namun ternyata bahawa
yang disangkanya air adalha fatamorangana {bayangan} belaka dan kembalilah ke
bukit Shafa karena mendengar seakan-akan ada suara yang memanggilnya tetapi
gagal dan melesetlah dugaannya. Demikianlah maka karena dorongan hajat hidupnya
dan hidup anaknya yang sangat disayangi, Hajar mundar-mundir berlari sampai
tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah yang pada akhirnya ia duduk termenung
merasa penat dan hampir berputus asa.
Diriwayatkan bahawa selagi Hajar berada dalam keadaan tidak berdaya dan
hampir berputus asa kecuali dari rahmat Allah dan pertolongan-Nya datanglah
kepadanya malaikat Jibril bertanya:" Siapakah sebenarnya engkau ini?"
" Aku adalah hamba sahaya Ibrahim". Jawab Hajar." Kepada siapa
engkau dititipkan di sini?"tanya Jibril." Hanya kepad
Allah",jawab Hajar.Lalu berkata Jibril:" Jika demikian, maka engkau
telah dititipkan kepada Dzat Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasih, yang akan
melindungimu, mencukupi keperluan hidupmu dan tidak akan mensia-siakan
kepercayaan ayah puteramu kepada-Nya."
Kemudian diajaklah Hajar mengikuti-nya pergi ke suatu tempat di mana Jibril
menginjakkan telapak kakinya kuat-kuat di atas tanah dan segeralah memancur
dari bekas telapak kaki itu air yang jernih dengan kuasa Allah .Itulah dia mata
air Zamzam yang sehingga kini dianggap keramat oleh jemaah haji, berdesakan
sekelilingnya bagi mendapatkan setitik atau seteguk air daripadanya dan kerana
sejarahnya mata air itu disebut orang " Injakan Jibril ".
Alngkah gembiranya dan lega dada Hajar melihat air yang mancur itu. Segera
ia membasahi bibir puteranya dengan air keramat itu dan segera pula terlihat
wajah puteranya segar kembali, demikian pula wajah si ibu yang merasa sgt
bahagia dengan datangnya mukjizat dari sisi Tuhan yang mengembalikan kesegaran
hidup kepadanya dan kepada puteranya sesudah dibayang-bayangi oleh bayangan
mati kelaparan yang mencekam dada.
Mancurnya air Zamzam telah menarik burung-burung berterbangan mengelilingi
daerah itu menarik pula perhatian sekelompok bangsa Arab dari suku Jurhum yang
merantau dan sedang berkhemah di sekitar Makkah. Mereka mengetahui dari
pengalaman bahwa di mana ada terlihat burung di udara, nescaya dibawanya
terdapat air, maka diutuslah oleh mrk beberapa orang untuk memeriksa kebenaran
teori ini. Para pemeriksa itu pergi mengunjungi daerah di mana Hajar berada,
kemudian kembali membawa berita gembira kepada kaumnya tentang mata air Zamzam
dan keadaan Hajar bersama puteranya. Segera sekelompok suku Jurhum itu
memindahkan perkhemahannya ke tempat sekitar Zamzam ,dimana kedatangan mrk
disambut dengan gembira oleh Hajar karena adanya sekelompok suku Jurhum di
sekitarnya, ia memperolehi jiran-jiran yang akan menghilangkan kesunyian dan
kesepian yang selama ini dirasakan di dalam hidupnya berduaan dengan puteranya
saja.
Hajar bersyukur kepada Allah yang dengan rahmatnya telah membuka hati
orang-orang itu cenderung datang meramaikan dan memecahkan kesunyian lembah di
mana ia ditinggalkan sendirian oleh Ibrahim.
Nabi Ismail Sebagai Qurban
Nabi Ibrahim dari masa ke semasa pergi ke Makkah untuk mengunjungi dan
menjenguk Ismail di tempat pengasingannya bagi menghilangkan rasa rindu hatinya
kepada puteranya yang ia sayangi serta menenangkan hatinya yang selalu rungsing
bila mengenangkan keadaan puteranya bersama ibunya yang ditinggalkan di tempat
yang tandus, jauh dari masyarakat kota dan pengaulan umum.
Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim a.s. mendapat
mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya. Dan mimpi seorang nabi
adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah , maka perintah yang
diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim. Ia duduk
sejurus termenung memikirkan ujian yang maha berat yang ia hadapi. Sebagai
seorang ayah yang dikurniai seorang putera yang sejak puluhan tahun
diharap-harapkan dan didambakan ,seorang putera yang telah mencapai usia di
mana jasa-jasanya sudah dapat dimanfaatkan oleh si ayah , seorang putera yang
diharapkan menjadi pewarisnya dan penyampung kelangsungan keturunannya,
tiba-tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut nyawa oelh tangan si ayah
sendiri.
Namun ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang
seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat
kepada Allah ,menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada
Allah di atas cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain. Ia harus
melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apa pun yang akan
terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun sesuai
dengan firman Allah yang bermaksud:" Allah lebih mengetahui di mana dan
kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya." Nabi Ibrahim tidak membuang
masa lagi, berazam {niat} tetap akan menyembelih Nabi Ismail puteranya sebagai
qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya.Dan berangkatlah
serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada
puteranya apa yang Allah perintahkan.
Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sgt taat kepada Allah dan bakti
kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali
ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya:" Wahai
ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau
akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada
perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu , agar ayah
mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan
ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan
menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga
tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar
menringankan penderitaan dan rasa pedihku, keempat dan yang terakhir
sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk
menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan
baginya dari putera tunggalnya."Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium
pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata:" Bahagialah aku mempunyai
seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan
ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah."
Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan
kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam
yang sudah tersedia dan sambil memegang parang di tangannya, kedua mata nabi
Ibrahim yang tergenang air berpindah memandang dari wajah puteranya ke parang
yang mengilap di tangannya, seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi
tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban
seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya,
parang diletakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan di lakukan . Akan
tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu ternyata menjadi
tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan
sebagaimana diharapkan.
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa
perintah pergorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi
Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya
telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan
kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan puteranya. untuk berbakti melaksanakan
perintah Allah sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam
memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan
menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan, sampai-sampai terjadi seketika
merasa bahwa parang itu tidak lut memotong lehernya, berkatalah ia kepada
ayahnya:" Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong
leherku karena melihat wajahku, cubalah telangkupkan aku dan laksanakanlah
tugasmu tanpa melihat wajahku."Akan tetapi parang itu tetap tidak berdaya
mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail walau ia telah ditelangkupkan
dan dicuba memotong lehernya dari belakang.
Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya
menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan
firmannya:" Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu,
demikianlah Kami akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan
."Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa Ismail telah diselamatkan itu,
Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing yang telah tersedia
di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang
yang tumpul di leher puteranya Ismail itu. Dan inilah asal permulaan sunnah
berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Idul Adha di
seluruh pelosok dunia.
NABI LUTH AS
Nabi Luth adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim. Ayahnya yang bernama Hasan
bin Tareh adalah saudara sekandung dari Nabi Ibrahim. Ia beriman kepada bapa
saudaranya Nabi Ibrahim mendampinginya dalam semua perjalanan dan sewaktu
mereka berada di Mesir berusaha bersama dalam bidang perternakan yang berhasil
dengan baik binatang ternaknya berkembang biak sehingga dalam waktu yang
singkat jumlah yang sudah berlipat ganda itu tidak dapat ditampung dalam tempat
yang disediakan . Akhirnya perkongsian Ibrahim-Luth dipecah dan binatang
ternakan serta harta milik perusahaan mereka di bahagi dan berpisahlah Luth
dengan Ibrahim pindah ke Yordania dan bermukim di sebuah tempat bernama Sadum.
Nabi Luth Diutuskan Oleh Allah Kepada Rakyat Sadum
Masyarakat Sadum adalah masyarakat yang rendah tingkat moralnya,rusak
mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab.
Kemaksiatan dan kemungkaran bermaharajalela dalam pergaulan hidup mrk.
Pencurian dan perampasan harta milik menrupakan kejadian hari-hari di mana yang
kuat menjadi kuasa sedang yang lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan
sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas hidup
mereka adalah perbuatan homoseks {liwat} di kalangan lelakinya dan lesbian di
kalangan wanitanya. Kedua-dua jenis kemungkaran ini begitu bermaharajalela di
dalam masyarakat sehinggakan ianya merupakan suatu kebudayaan bagi kaum Sadum.
Seorang pendatang yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari diganggu oelh
mrk. Jika ia membawa barang-barang yang berharga maka dirampaslah
barang-barangnya, jika ia melawan atau menolak menyerahkannya maka nyawanya
tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu seorang lelaki yang bermuka
tampan dan berparas elok maka ia akan menjadi rebutan di antara mereka dan akan
menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu
seorang perempuan muda maka ia menjadi mangsa bagi pihak wanitanya pula.
Kepada masyarakat yang sudah sedemikian rupa keruntuhan moralnya dan
sedemikian paras penyakit sosialnya diutuslah nabi Luth sebagai pesuruh dan
Rasul-Nya untuk mengangkat mereka dari lembah kenistaan ,kejahilan dan
kesesatan serta membawa mereka alam yang bersih ,bermoral dan berakhlak mulia.
Nabi Luth mengajak mereka beriman dan beribadah kepada Allah meninggalkan
kebiasaan mungkar menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan kejahatan yang
diilhamkan oleh iblis dan syaitan. Ia memberi penerang kepada mereka bahwa
Allah telah mencipta mereka dan alam sekitar mrk tidak meredhai amal perbuatan
mrk yang mendekati sifat dan tabiat kebinatangan dan tidak sesuai dengan
nilai-nilai kemanusiaan dan bahwa Allah akan memberi ganjaran setimpal dengan
amal kebajikan mereka. Yang berbuat baik dan beramal soleh akan diganjar dengan
syurga di akhirat sedang yang melakukan perbuatan mungkar akan di balaskannya
dengan memasukkannya ke dalam neraka Jahanam.
Nabi Luth berseru kepada mrk agar meninggalkan adat kebiasaan iaitu
melakukan perbuatan homoseks dan lesbian karena perbuatan itu bertentangan
dengan fitrah dan hati nurani manusia serta menyalahi hikmah yang terkandung
didalam penciptaan manusia menjadi dua jenis iaitu lelaki dan wanita. Juga
kepada mereka di beri nasihat dan dianjurkan supaya menghormati hak dan milik masing-masing
dengan meninggalkan perbuatan perampasan, perompakan serta pencurian yang
selalu mrk lakukan di antara sesama mrk dan terutama kepada pengunjung yang
datang ke Sadum. Diterangkan bahwa perbuatan-perbuatan itu akan merugikan mrk
sendiri, karena akan menimbulkan kekacauan dan ketidak amanan di dalam negeri
sehingga masing-masing dari mereka tidak merasa aman dan tenteram dalam
hidupnya.
Demikianlah Nabi Luth melaksanakan dakwahnya sesuai dengan tugas
risalahnya.Ia tidak henti-henti menggunakan setiap kesempatan dan dalam tiap
pertemuan dengan kaumnya secara berkelompok atau secara berseorangan mengajak
agak mrk beriman dan percaya kepada Allah menyembah-Nya melakukan amal soleh
dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar. Akan tetapi keruntuhan moral
dan kerusakan akhlak sudah berakar sgt di dalam pergaulan hidup mereka dan
pengaruh hawa nafsu dan penyesatan syaitan sudah begitu kuat menguasai
tindak-tanduk mereka, maka dakwah dan ajakkan Nabi Luth yyang dilaksanakan
dengan kesabaran dan ketekunan tidak mendapat tanah yang subur di dalam hati
dan fikiran mereka dan berlalu laksana suasana teriakan di tengah-tengah padang
pasir .Telinga-telinga mereka sudah menjadi pekak bagi ajaran-ajaran Nabi Luth
sedang hati dan fikiran mereka sudah tersumbat rapat dengan ajaran -ajaran
syaitan dan iblis.
Akhirnya kaum Luth merasa dan kesal hati mendengar dakwah dan
nasihat-nasihat Nabi Luth yang tidak putus-putus itu dan minta agar ia
menghentikan aksi dakwahnya atau menghadapi pengusir dirinya dari sadum bersama
semua keluarganya. dari pihak Nabi Luth pun sudah tidak ada harapan lagi
masyarakat Sadum dapat terangkat dari lembah kesesatan dan keruntuhan moral
mereka dan bahawa meneruskan dakwah kepada mereka yang sudah buta-tuli hati dan
fikiran serta mensia-siakan masa. Ubat satu-satunya, menurut fikiran Nabi Luth
untuk mencegah penyakit akhlak itu yang sudah parah itu menular kepada
tetangga-tetangga dekatnya, ialah dengan membasmikan mereka dari atas bumi
sebagai pembalasan ke atas terhadap kekerasan kepala mrk juga untuk menjadi
ibrah dan pengajaran umat-umat disekelilingnya. beliau memohon kepada Allah
agar kepada kaumnya masyarakat Sadum diberi pengajaran berupa azab di dunia
sebelum azab yang menanti mereka di akhirat kelak.
Para Malaikat Tamunya Nabi Ibrahim Bertamu Kepada Nabi Luth.
Permohonan Nabi Luth dan doanya diperkenankan dan dikabulkan oleh Allah
s.w.t. Dikirimkanlah kepadanya tiga orang malaikat menyamar sebagai manusia
biasa. Mrk adalah malaikat yang bertamu kepada Nabi Ibrahim dengan membawa
berita gembira atas kelahiran Nabi Ishaq, dan memberitahu kepada mrk bahwa dia
adalah utusan Allah dengan tugas menurunkan azab kepada kaum Luth penduduk kota
Sadum. Dalam kesempatan pertemuan mana Nabi Ibrahim telah mohon agar penurunan
azab keatas kaum Sadum ditunda ,kalau-kalau mereka kembali sedar mendebgarkan
dan mengikuti ajakan Luth serta bertaubat dari segala maksiat dan perbuatan
mungkar. Juga dalam pertemuan itu Nabi Ibrahim mohon agar anaksaudaranya, Luth
diselamatkan dari azab yang akan diturunkan keatas kaum Saum permintaan mana
oleh para malaikat itu diterima dan dijamin bahwa Luth dan keluarganya tidak
akan terkena azab.
Para malaikat itu sampai di Sadum dengan menyamar sebagai lelaki remaja
yang berparas tampan dan bertubuh yang elok dan bagus. Dalam perjalanan mrk
hendak memasuki kota, mrk berselisih dengan seorang gadis yang cantik dan ayu
sedang mengambil dari sebuah perigi. Para malaikat atau lelaki remaja itu
bertanya kepada si gadis kalau-kalau mrk diterima ke rumah sebagai tetamu. Si gadis
tidak berani memberi keputusan sebelum ia beruding terlebih dahulu dengan
keluarganya. Maka ditngglkanlah para lelaki remaja itu oleh si gadis seraya ia
pulang ke rumah cepat-cepat untuk memberitahu ayahnya.
Si ayah iaitu Nabi Luth sendiri mendengar lapuran puterinya menjadi
binggung jawapan apa yang harus ia berikan kepada para pendatang yang ingin
bertamu ke rumahnya untuk beberapa waktu, namun menerima tamu-tamu remaja yang
berparas tampan dan kacak akan mengundang risiko gangguan kepadanya dan kepada
tamu-tamunya dari kaumnya yang tergila-gila oleh remaja-remaja yang mempunyai
tubuh bagus dan wajah elok. Sedang kalau hal yang demikian itu terjadi ia
sebagai tuan rumah harus bertanggungjawab terhadap keselamatan tamunya, padahal
ia merasa bahwa ia tidak akan berdaya menghadapi kaumnya yang bengis-bengis dan
haus maksiat itu.
Timbang punya timbang dan fikir punya fikir akhirnya diputuskan oleh Nabi
Luth bahwa ia akan menerima mrk sebagai tamu di rumahnya apa pun yang akan
terjadi sebagai akibat keputusannya ia pasrahkan kepada Allah yang akan
melindunginya. Lalu pergilah ia sendiri menjemput tamu-tamu yang sedang menanti
di pinggir kota dan diajaklah mrk bersama-sama ke rumah pada saat kota Sadum
sudah diliputi kegelapan dan manusianya sudah nyenyak tidur di rumah
masing-masing.
Nabi Luth berusah dab berpesan kepada isterinya dan kedua puterinya agar
merahsiakan kedatangan tamu-tamu, jangan sampai terdengar dan diketahui oleh
kaumnya. Akan tetapi isteri Nabi Luth yang memang sehaluan dan sependirian dengan
penduduk Sadum telah membocorkan berita kedatangan para tamu dan terdengarlah
oleh pemuka-pemuka mereka bahwa Luth ada tetamu terdiri daripada remaja-remaja
yang tampan parasnya dan memiliki tubuh yang sangat menarik bagi para penggemar
homoseks.
Terjadilah apa yang dikhuatirkan oleh Nabi Luth. Begitu tersiar dari mulut
ke mulut berita kedatangan tamu-tamu remaja di rumah Luth, berdatanglah mereka
ke rumahnya untuk melihat para tamunya dan memuaskan nafsunya. Nabi Luth tidak
membuka pintu bagi mrk dan berseru agar mrk kembali ke rumah masing-masing dan
jgn menggunggu tamu-tamu yang datangnya dari jauh yang sepatutnya dihormati dan
dimuliakan .Mrk diberi nasihat agar meninggalkan adat kebiasaan yang keji itu
yang bertentangan dengan fitrah manusia dan kudrat alam di mana Tuhan telah
menciptkan manusia berpasangan antara lelaki dengan perempuan untuk menjaga
kelangsungan perkembangan umat manusia sebagai makhluk yang termulia di atas
bumi. nabi Luth berseru agar mereka kembali kepada isteri-isteri mrk dan
meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar yang tidak senonoh, sebelum mrk
dilanda azab dan seksaan Allah.
Seruan dan nasihat-nasihat Nabi Luth dihiraukan dan dipedulikan ,mrk bahkan
mendesak akan menolak pintu rumahnya dengan paksa dan kekerasan kalau pintu
tidak di buka dengan sukarela. Merasa bahwa dirinya sudah tidak berdaya untuk
menahan arus orang-orang penyerbu dari kaumnya itu yang akan memaksakan
kehendaknya dengan kekerasan berkatalah Nabi Luth secara terus terang kepada
para tamunya:" Sesungguhnya aku tidak berdaya lagi menahan orang-orang itu
menyerbu ke dalam .Aku tidak memiliki senjata dan kekuatan fizikal yang dapat
menolak kekerasan mereka , tidak pula mempunyai keluarga atau sanak saudara
yang disegani mrk yang dapat aku mintai pertolongannya, maka aku merasa sangat
kecewa, bahwa sebagai tuan rumah aku tidak dapat menghalaukan gangguan terhadap
tamu-tamuku dirumahku sendiri.
Begitu Nabi Luth selesai mengucapkan keluh-kesahnya para tamu segera
mengenalkan diri kepadanya dan memberi identitinya, bahawa mereka adalah
malaikat-malaikat yang menyamar sebagai manusia yang bertamu kepadanya dan
bahwa mereka datang ke Sadum untuk melaksanakan tugas menurunkan azab dan seksa
atas rakyatnya yang membangkang dan enggan membersihkan masyarakatnya dari
segala kemungkaran dan kemaksiat yang keji dan kotor.
Kepad Nabi Luth para malaikat itu menyarankan agar pintu rumahnya dibuka
lebar-lebar untuk memberi kesempatan bagi orang -orang yang haus homoseks itu
masuk. Namun malangnya apabila pintu dibuka dan para penyerbu menindakkan kaki
untuk masuk, tiba-tiba gelaplah pandangan mrk dan tidak dapat melihat sesuatu.
mrk mengusap-usap mata, tetapi ternyata sudah menjadi buta.
Sementara para penyerbu rumah Nabi Luth berada dalam keadaan kacau bilau
berbentur antara satu dengan lain berteriak-teriak menanya-nanya gerangan apa
yang menjadikan mereka buta dengan mendadak para berseru kepada Nabi Luth agar
meninggalkan segera perkampungan itu bersam keluarganya, karena masanya telah
tiba bagi azab Allah yang akan ditimpakan. Para malaikat berpesan kepada Nabi
Luth dan keluarganya agar perjalanan ke luar kota jangan seorang pun dari
mereka menoleh ke belakang.
Nabi Luth keluar dari rumahnya sehabis tengah malam, bersama keluarganya
terdiri dari seorang isteri dan dua puterinya berjalan cepat menuju keluar
kota, tidak menoleh ke kanan mahupun kekiri sesuai dengan petunjuk para
malaikat yang menjadi tamunya.Akan tetapi si isteri yang menjadi musuh dalam
selimut bagi Nabi Luth tidak tergamak meninggalkan kaumnya. Ia berada
dibelakang rombongan Nabi Luth berjalan perlahan-lahan tidak secepat langkah
suaminya dan tidak henti-henti menoleh ke belakang karena ingin mengetahui apa
yang akan menimpa atas kaumnya, seakan-akan menragukan kebenaran ancaman para
malaikat yang telah didengarnya sendiri. Dan begitu langkah Nabi Luth berserta
kedua puterinya melewati batas kota Sadum, sewaktu fajar menyingsing,
bergetarlah bumi dengan dahsyatnya di bawah kaki rakyat Sadum, tidak terkecuali
isteri Nabi Luth yang munafiq itu. Getaran itu mendahului suatu gempa bumi yang
kuat dan hebat disertai angin yang kencang dan hujan batu sijjil yang
menghancurkan dengan serta-merta kota Sadum berserta semua pemghuninya
.Demikianlah mukjizat dan ayat Allah yang diturunkan untuk menjadi pengajaran
dan ibrah bagi hamba-hamba-Nya yang mendatang.
Kisah Nabi Luth Di Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Luth dalam Al-Quran terdapat pada 85 ayat dalam 12 surah
diantaranya surah "Al-Anbiyaa" ayat 74 dan 75 , surah
"Asy-Syu'ara" ayat 160 sehingga ayat 175 , surah "Hud" ayat
77 sehingga ayat 83 , surah "Al-Qamar" ayat 33 sehingga 39 dan surah
"At-Tahrim" ayat 10.
NABI ISHAQ AS
Nabi Ishaq adalah putera nabi Ibrahim dari isterinya Sarah, sedang Nabi
Ismail adalah puteranya dari Hajr, dayang yang diterimanya sebagai hadiah dari
Raja Namrud.
Tentang Nabi Ishaq ini tidak dikisahkan dalan Al-Quran kecuali dalam
beberapa ayat di antaranya adalah ayat 69 sehingga 74 dari surah Hud, seperti
berikut:
" Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami {malaikat-malaikat} telah datang
kepada Ibrahim membawa khabar gembira mereka mengucapkan
"selamat".Ibrahim menjawab: "Selamatlah" maka tidak lama
kemudian Ibrahim menjamukan daging anak sapi yang dipanggang. 70. Mak tatkala
dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan
mereka, dan merasa takut kepada mereka. malaikat itu berkata " Janagan
kamu takut sesungguhnya kami adalah {malaikat-malaikat} yang diuts untuk kaum
Luth." 71. dan isterinya berdiri di sampingnya lalu di tersenyum. Maka
Kami sampaikan kepadanya berita gembira akan {kelahiran} Ishaq dan sesudah
Ishaq {lahir pula} Ya'qup. 72. Isterinya berkata " sungguh menghairankan
apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua dan
suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua juga? Sesungguhnya ini benar-benar
sesuatu yang aneh. 73. Para malaikat itu berkata " Apakah kamu merasa
hairan tentang ketetapan Allah? { itu adalah} rahmat Allah dan keberkatan-Nya
dicurahkan atas kamu hai ahlulbait! sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha
Pemurah. 74. Mak tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira
telah datang kepadanya dia pun bersoal jawab dengan {malaikat-malaikat} Kami
tentang kaum Luth." { Hud : 69 ~ 74 }
Selain ayat-ayat yang tersebut di atas yang membawa berita akan lahirnya
Nabi Ishaq drp kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia yang menurut sementara
riwayat bahwa usianya pada waktu itu sudah mencapai sembilan puluh tahun,
terdapat beberapa ayat yang menetapkan kenabiannya di antaranya ialah ayat 49
surah "Maryam" sebagai berikut:
" Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa
yang meerka sembah selain Allah Kami anugerahkan kepadanya Ishaq dan Ya'qup.
Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi."
Dan ayat 112 dan 113 surah "Ash-Shaffaat" sebagai berikut :
" 112. Dan Kami dia khabar gembira dengan {kelahiran} Ishaq seorang
nabi yang termasuk orang-orang yang soleh. 113. Kami limpahkan keberkatan
atasnya dan atas Ishaq. Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan
ada {pula} yang zalim terhadap dirinya dengan nyata."
Catatan Tambahan
Diriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim wafat pada usia 175 tahun. Nabi Ismail pada
usia 137 tahun dan Nabi Ishaq pada usia 180 tahun.
NABI YA'KUB AS
Nabi Ya'qub adalah putera dari Nabi Ishaq bin Ibrahim sedang ibunya adalah
anak saudara dari Nabi Ibrahim, bernama Rifqah binti A'zar. Ia adalah saudara
kembar dari putera Ishaq yang kedua bernama Ishu.
Antara kedua saudara kembar ini tidak terdapat suasana rukun dan damai
serta tidak ada menaruh kasih-sayang satu terhadap yang lain bahkan Ishu
mendendam dengki dan iri hati terhadap Ya'qub saudara kembarnya yang memang
dimanjakan dan lebih disayangi serta dicintai oleh ibunya. Hubungan mereka yang
renggang dan tidak akrab itu makin buruk dan tegang setelah diketahui oleh Ishu
bahwa Ya'qublah yang diajukan oleh ibunya ketika ayahnya minta kedatangan
anak-anaknya untuk diberkahi dan didoakan, sedangkan dia tidak diberitahu dan
karenanya tidak mendapat kesempatan seperti Ya'qub memperoleh berkah dan doa
ayahnya, Nabi Ishaq.
Melihat sikap saudaranya yang bersikap kaku dan dingin dan mendengar
kata-kata sindirannya yang timbul dari rasa dengki dan irihati, bahkan ia
selalu diancam maka datanglah Ya'qub kepada ayahnya mengadukan sikap permusuhan
itu. Ia berkata mengeluh : " Wahai ayahku! Tolonglah berikan fikiran
kepadaku, bagaimana harus aku menghadapi saudaraku Ishu yang membenciku
mendendam dengki kepadaku dan selalu menyindirku dengan kata-kata yang
menyakitkan hatiku, sehinggakan menjadihubungan persaudaraan kami ber dua
renggang dan tegang tidak ada saling cinta mencintai saling sayang-menyayangi.
Dia marah karena ayah memberkahi dan mendoakan aku agar aku memperolehi
keturunan soleh, rezeki yang mudah dan kehidupan yang makmur serta kemewahan .
Dia menyombongkan diri dengan kedua orang isterinya dari suku Kan'aan dan
mengancam bahwa anak-anaknya dari kedua isteri itu akan menjadi saingan berat
bagi anak-anakku kelak didalam pencarian dan penghidupan dan macam-macam
ancaman lain yang mencemas dan menyesakkan hatiku. Tolonglah ayah berikan aku fikiran
bagaimana aku dapat mengatasi masalah ini serta mengatasinya dengan cara
kekeluargaan.
Berkata si ayah, Nabi Ishaq yang memang sudah merasa kesal hati melihat
hubungan kedua puteranya yang makin hari makin meruncing:" Wahai anakku,
karena usiaku yang sudah lanjut aku tidak dapat menengahi kamu berdua ubanku
sudah menutupi seluruh kepalaku, badanku sudah membongkok raut mukaku sudah
kisut berkerut dan aku sudak berada di ambang pintu perpisahan dari kamu dan
meninggalkan dunia yang fana ini. Aku khuatir bila aku sudah menutup usia,
gangguan saudaramu Ishu kepadamu akan makin meningkat dan ia secara terbuka
akan memusuhimu, berusaha mencari kecelakaan mu dan kebinasaanmu. Ia dalam
usahanya memusuhimu akan mendapat sokongan dan pertolongan dan saudara-saudara
iparnya yang berpengaruh dan berwibawa di negeri ini. Maka jalan yang terbaik
bagimu, menurut fikiranku, engkau harus pergi meninggalkan negeri ini dan
berhijrah engkau ke Fadan A'raam di daerah Irak, di mana bermukin bapa
saudaramu saudara ibumu Laban bin Batu;il. Engkau dapat mengharap dikahwinkan
kepada salah seorang puterinya dan dengan demikian menjadi kuatlah kedudukan
sosialmu disegani dan dihormati orang karena karena kedudukan mertuamu yang
menonjol di mata masyarkat. Pergilah engkau ke sana dengan iringan doa drpku
semoga Allah memberkahi perjalananmu, memberi rezeki murah dan mudah serta
kehidupan yang tenang dan tenteram.
Nasihat dan anjuran si ayah mendapat tempat dalam hati si anak. Ya'qub
melihat dalam anjuran ayahnya jalan keluar yang dikehendaki dari krisis
hubungan persaudaraan antaranya dan Ishu, apalagi dengan mengikuti saranan itu
ia akan dapat bertemu dengan bapa saudaranya dan anggota-anggota keluarganya
dari pihak ibunya .Ia segera berkemas-kemas membungkus barang-barang yang diperlukan
dalam perjalanan dan dengan hati yang terharu serta air mata yang tergenang di
matanya ia meminta kepada ayahnya dan ibunya ketika akan meninggalkan rumah.
Nabi Ya'qub Tiba di Irak
Dengan melalui jalan pasir dan Sahara yang luas dengan panas mataharinya
yang terik dan angi samumnya {panas} yang membakar kulit, Ya'qub meneruskan
perjalanan seorang diri, menuju ke Fadan A'ram dimana bapa saudaranya Laban
tinggal. Dalam perjalanan yang jauh itu , ia sesekali berhenti beristirehat
bila merasa letih dan lesu .Dan dalam salah satu tempat perhentiannya ia
berhenti karena sudah sgt letihnya tertidur dibawah teduhan sebuah batu karang
yang besar .Dalam tidurnya yang nyenyak, ia mendapat mimpi bahwa ia dikurniakan
rezeki luas, penghidupan yang aman damai, keluarga dan anak cucuc yang soleh
dan bakti serta kerajaan yang besar dan makmur. Terbangunlah Ya'qub dari
tidurnya, mengusapkan matanya menoleh ke kanan dan ke kiri dan sedarlah ia
bahawa apa yang dilihatnya hanyalah sebuah mimpi namun ia percaya bahwa mimpinya
itu akan menjadi kenyataan di kemudian hari sesuia dengan doa ayahnya yang
masih tetap mendengung di telinganya. Dengan diperoleh mimpi itu ,ia merasa
segala letih yang ditimbulkan oleh perjalanannya menjadi hilang seolah-olah ia
memperolehi tanaga baru dan bertambahlah semangatnya untuk secepat mungkin tiba
di tempat yang di tuju dan menemui sanak-saudaranya dari pihak ibunya.
Tiba pada akhirnya Ya'qub di depan pintu gerbang kota Fadan A'ram setelah
berhari-hari siang dan malam menempuh perjalanan yang membosankan tiada yang
dilihat selain dari langit di atas dan pasir di bawah. Alangkah lega hatinya
ketika ia mulai melihat binatang-binatang peliharaan berkeliaran di atas
ladang-ladang rumput ,burung-burung berterbangan di udara yang cerah dan para
penduduk kota berhilir mundir mencari nafkah dan keperluan hidup masing-masing.
Sesampainya disalah satu persimpangan jalan ia berhenti sebentar bertanya
salah seorang penduduk di mana letaknya rumah saudara ibunya Laban barada.
Laban seorang kaya-raya yang kenamaan pemilik dari suatu perusahaan perternakan
yang terbesar di kota itu tidak sukar bagi seseorang untuk menemukan alamatnya.
Penduduk yang ditanyanya itu segera menunjuk ke arah seorang gadis cantik yang
sedang menggembala kambing seraya berkata kepada Ya'qub:"Kebetulan sekali,
itulah dia puterinya Laban yang akan dapat membawamu ke rumah ayahnya, ia
bernama Rahil.
Dengan ahti yang berdebar, pergilah Ya'qub menghampiri yang ayu itu dan
cantik itu, lalu dengan suara yang terputus-putus seakan-akan ada sesuatu yang
mengikat lidahnya ,ia mengenalkan diri, bahwa ia adalah saudara sepupunya
sendiri. Ibunya yang bernama Rifqah adalah saudara kandung dair ayah si gadis
itu. Selanjutnya ia menerangkan kepada gadis itu bahwa ia datang ke Fadam
A'raam dari Kan'aan dengan tujuan hendak menemui Laban ,ayahnya untuk
menyampaikan pesanan Ishaq, ayah Ya'qub kepada gadis itu. Maka dengan senang
hati sikap yang ramah muka yang manis disilakan ya'qub mengikutinya berjalan
menuju rumah Laban bapa saudaranya.
berpeluk-pelukanlah dengan mesranya si bapa saudara dengan anak saudara,
menandakan kegembiraan masing-masing dengan pertemuan yang tidak
disangka-sangka itu dan mengalirlah pada pipi masing-masing air mata yang
dicucurkan oleh rasa terharu dan sukcita. Maka disapkanlah oleh Laban bin
Batu'il tempat dan bilik khas untuk anak saudaranya Ya'qub yang tidak berbeda
dengan tempat-tempat anak kandungnya sendiri di mana ia dapat tinggal sesuka
hatinya seperti di rumahnya sendiri.
Setelah selang beberapa waktu tinggal di rumah Laban ,bapa saudaranya
sebagai anggota keluarga disampaikan oleh Ya'qub kdp bapa saudranya pesanan
Ishaq ayahnya, agar mereka berdua berbesan dengan mengahwinkannya kepada salah
seorang dari puteri-puterinya. Pesanan tersebut di terima oleh Laban dan setuju
akan mengahwinkan Laban dengan salah seorang puterinya, dengan syarat sebagai
maskahwin, ia harus memberikan tenaga kerjanya di dalam perusahaan penternakan
bakal mentuanya selama tujuh tahun. Ya'qub menyetujuinya syarat-syarat yang
dikemukakan oleh bapa saudaranya dan bekerjalah ia sebagai seorang pengurus
perusahaan penternakan terbesar di kota Fadan A'raam itu.
Setelah mas tujuh tahun dilampaui oleh Ya'qub sebagai pekerja dalam
perusahaan penternakan Laban ,ia menagih janji bapa saudaranya yang akan
mengambilnya sebagai anak menantunya. Laban menawarkan kepada ya'qub agar
menyunting puterinya yang bernama Laiya sebagai isteri, namun anak saudaranya
menghendaki Rahil adik dari Laiya, kerana lebih cantik dan lebih ayu dari Laiya
yang ditawarkannya itu.Keinginan mana diutarakannya secara terus terang oleh
Ya'qub kepada bapa saudaranya, yang juga dari pihak bapa saudaranya memahami
dan mengerti isi hati anak saudaranya itu. Akan tetapi adat istiadat yang
berlaku pada waktu itu tidak mengizinkan seorang adik melangkahi kakaknya
kahwin lebih dahulu. karenanya sebagi jalan tengah agak tidak mengecewakan
Ya'qub dan tidak pula melanggar peraturan yang berlaku, Laban menyarankan agar
anak saudaranya Ya'qub menerima Laiya sebagai isteri pertama dan Rahil sebagai
isteri kedua yang akan di sunting kelak setelah ia menjalani mas kerja tujuh
tahun di dalam perusahaan penternakannya.
Ya'qub yang sangat hormat kepada bapa saudaranya dan merasa berhutang budi
kepadanya yang telah menerimanya di rumah sebagai keluarga, melayannya dengan
baik dan tidakdibeda-bedakan seolah-olah anak kandungnya sendiri, tidak dapat
berbuat apa-apa selain menerima cadangan bapa saudaranya itu . Perkahwinan
dilaksanakan dan kontrak untuk masa tujuh tahun kedua ditanda-tangani.
Begitu masa tujuh tahun kedua berakhir dikahwinkanlah Ya'qub dengan Rahil
gadis yang sangat dicintainya dan selalu dikenang sejak pertemuan pertamanya
tatkala ia masuk kota Fadan A'raam. Dengan demikian Nabi Ya'qub beristerikan
dua wanita bersaudara, kakak dan adik, hal mana menurut syariat dan peraturan
yang berlaku pada waktu tidak terlarang akan tetapi oleh syariat Muhammad
s.a.w. hal semacam itu diharamkan.
Laban memberi hadiah kepada kedua puterinya iaitu kedua isteri ya'qub
seorang hamba sahaya untuk menjadi pembantu rumahtangga mereka. Dan dari kedua
isterinya serta kedua hamba sahayanya itu Ya'qub dikurniai dua belas anak, di
antaraya Yusuf dan Binyamin dari ibu Rahil sedang yang lain dari Laiya.
Kisah Nabi Ya'qub Di Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Ya'qub tidak terdapat dalam Al-Quran secara tersendiri, namun
disebut-sebut nama Ya'qub dalam hubungannya dengan Ibrahim, Yusuf dan lain-lain
nabi. Bahn kisah ini adalah bersumberkan dari kitab-kitab tafsir dan buku-buku
sejarah.
NABI YUSUF AS
Nabi Yusuf adalah putera ke tujuh daripada dua belas putera-puteri Nabi
Ya'qub. Ia dengan adiknya yang bernama Benyamin adalah beribukan Rahil, saudara
sepupu Nabi Ya'qub. Ia dikurniakan Allah rupa yang bagus, paras tampan dan
tubuh yang tegap yang menjadikan idaman setiap wanita dan kenangan gadis-gadis
remaja. Ia adalah anak yang dimanjakan oleh ayahnya, lebih disayang dan
dicintai dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain, terutamanya setelah
ditinggalkan iaitu wafatnya ibu kandungnya Rahil semasa ia masih berusia dua belas
tahun.
Perlakuan yang diskriminatif dari Nabi Ya'qub terhadap anak-anaknya telah
menimbulkan rasa iri-hati dan dengki di antara saudara-saudara Yusuf yang lain,
yang merasakan bahawa mereka dianak-tirikan oleh ayahnya yang tidak adil sesama
anak, memanjakan Yusuf lebih daripada yang lain.
Rasa jengkel mereka terhadap kepada ayahnya dan iri-hati terhadap Yusuf
membangkitkan rasa setia kawan antara saudara-saudara Yusuf, persatuan dan rasa
persaudaraan yang akrab di antara mereka.
Saudara-saudara Yusuf mengadakan pertemuan
Dalam pertemuan rahsia yang mrk adakan untuk merundingkan nasib yang mrk
alami dan mengatur aksi yang harus mrk lakukan bagi menyedarkan ayahnya,
menuntut perlakuan yang adil dan saksama, berkata salah seorang drp mrk:"
Tidakkah kamu merasakan bahawa perlakuan terhadap kita sebagai anak-anaknya
tidak adil dan berat sebelah? Ia memanjakan Yusuf dan menyintai serta
menyayangi lebih daripada kita, seolah-olah Yusuf dan Benyamin sahajalah
anak-anak kandungnya dan kita anak-anak tirinya , padahal kita adalah lebih tua
dan lebih cekap daripada mereka berdua serta kitalah yang selalu mendampingi
ayah,mengurus segala keperluannya dan keperluan rumahtanggannya. Kita merasa
hairan mengapa hanya Yusuf dan Benyamin sahaja yang menjadi keistimewaan disisi
ayah. Apakah ibunya lebih dekat kepada hati ayah berbanding dengan ibu kita?
Jika memang itu alasannya ,maka apakah salah kita? Bahwa kita lahir daripada
ibu yang mendapat tempat kedua di hati ayah ataukah paras Yusuf yang lebih
tampan dan lebih cekap drp paras dan wajah kita yang memang sudah demikian
diciptakan oleh Tuhan dan sesekali bukan kehendak atau hasil usaha kita? Kita
amat sesalkan atas perlakuan dan tindakan ayah yang sesal dan keliru ini serta
harus melakukan sesuatu untuk mengakhiri keadaan yang pincang serta
menjengkelkan hati kami semua."
Seorang saudara lain berkata menyambung:" Soal cinta atau benci
simpati atau antipati adalah soal hati yang tumbuh laksana jari-jari kita,
tidak dapat ditanyakan mengapa yang satu lebih rebdah dari yang lain dan
mengapa ibu jari lebih besar dari jari kelingking. Yang kita sesalkan ialah
bahwa ayah kita tidak dpt mengawal rasa cintanya yang berlebih-lebihan kepada
Yusuf dan Benyamin sehingga menyebabkannya berlaku tidak adil terhadap kami
semua selaku sesama anak kandungnya. Keadaan yang pincang dalam hubungan kita
dengan ayah tidak akan hilang, jika penyebab utamanya tidak kita hilangkan. Dan
sebagaimana kamu ketahui bahwa penyebab utamanya dari keadaan yang menjengkel
hati ini ialah adanya Yusuf di tengah-tengah kita. Dia adalah penghalang bagi
kita untuk dpt menerobos ke dalam lubuk hati ayah kita dan dia merupakan
dinding tebal yang memisahkan kita dari ayah kita yang sangat kita cintai. Maka
jalan satu-satunya untuk mengakhiri kerisauan kita ini ialah dengan
melenyapkannya dari tengah-tengah kita dan melemparkannya jauh-jauh dari
pergaulan ayah dan keluarga kita. Kita harus membunuh dengan tangan kita
sendiri atau mengasingkannya di suatu tempat di mana terdpt binatang-binatang
buas yang akan melahapnya sebagai mangsa yang empuk dan lazat. Dan kita tidak
perlu meragukan lagi bahwa bila Yusuf sudah lenyap dari mata dan pergaulan ayah
, ia akan kembali menyintai dan menyayangi kita sebagai anak-anaknya yang patut
mendapat perlakuan adil dan saksama dari ayah dan suasana rumahtangga akan
kembali menjadi rukun, tenang dan damai, tiada sesuatu yang merisaukan hati dan
menyesakkan dada."
Berkata Yahudza, putera keempat dari Nabi Ya'qub dan yang paling cekap dan
bijaksana di antara sesama saudaranya:" Kita semuanya adalah putera-putera
Ya'qub pesuruh Allah dan anak dari Nabi Ibrahim, pesuruh dan kekasih Allah.
Kami semua adalah orang-orang yang beragama dan berakal waras. Membunuh adalah
sesuatu perbuatan yang dilarang oleh agama dan tidak diterima oleh akal yang
sihat, apa lagi yang kami bunuh itu atau serahkan jiwanya kepada binatang buas
itu adalah saudara kita sendiri , sekandung, sedarah , sedaging yang tidak
berdosa dan tidak pula pernah melakukan hal-hal yang menyakitkan hati atau
menyentuh perasaan. Dan bahwa ia lebih dicntai dan disayangi oleh ayah, itu
adalah suatu yang berada di luar kekuasaannya dan sesekali tidak dpt ditimpakan
dosanya kepadanya. Maka menurut fikiran saya kata Yahudza melanjutkan bahasnya
ialah dengan jalan yang terbaik untuk melenyapkan Yusuf ialah melemparkannya ke
dalam sebuah perigi yang kering yang terletak di sebuah persimpangan jalan
tempat kafilah-kafilah dan para musafir berhenti beristirehat memberi makan dan
minum kepada binatang-binatang kenderaannya. Dengan cara demikian terdpt
kemungkinan bahwa salah seorang daripada musafir itu menemukan Yusuf,
mengangkatnya dari dalam perigi dan membawanya jauh-jauh sebagai anak pungut
atau sebagai hamba sahaya yang akan diperjual-belikan .Dengan cara aku
kemukakan ini ,kami telah dapat mencapai tujuan kami tanpa melakukan pembunuhan
dan merenggut nyawa adik kami yang tidak berdosa."
Fikiran dan cadangan yang dikemuka oleh Yahudza itu mendapat sambutan baik
dan disetujui bulat oleh saudara-saudaranya yang lain dan akan melaksanakannya
pada waktu dan kesempatan yang tepat. Pertemuan secara rahsia itu bersurai
dengan janji dari masing-masing saudara hadir, akan menutup mulut dan
merahsiakan rancangan jahat ini seketat-ketatnya agar tidak bocor dan tidak
didengar oleh ayah mereka sebelum pelaksanaannya.
Nabi Yusuf bermimpi
Pada malam di mana para saudaranya mengadakan pertemuan sulit yang mana
untuk merancangkan muslihat dan rancangan jahat terhadap diri adiknya yang
ketika itu Nabi Yusuf sedang tidur nyenyak , mengawang di alam mimpi yang sedap
dan mengasyikkan ,tidak mengetahui apa yang oleh takdir di rencanakan atas
dirinya dan tidak terbayang olehnya bahwa penderitaan yang akan dialaminya
adalah akibat dari perbuatan saudara-saudara kandungnya sendiri, yang
diilhamkan oleh sifat-sifat cemburu, iri hati dan dengki.
Pd mlm yang nahas itu Nabi Yusuf melihat dalam mimpinya seakan-akan sebelas
bintang, matahari dan bulan yang berada di langit turun dan sujud di depannya.
Terburu-buru setelah bangun dari tidurnya, ia datang menghampiri ayahnya ,
menceritakan kepadanya apa yang ia lihat dan alami dalam mimpi.
Tanda gembira segera tampak pada wajah Ya'qub yang berseri-seri ketika
mendengar cerita mimpi Yusuf, puteranya. Ia berkata kepada puteranya:"
Wahai anakku! Mimpimu adalah mimpi yang berisi dan bukan mimpi yang kosong.
Mimpimu memberikan tanda yang membenarkan firasatku pada dirimu, bahwa engkau
dikurniakan oleh Allah kemuliaan ,ilmu dan kenikmatan hidup yang mewah.Mimpimu
adalah suatu berita gembira dari Allah kepadamu bahwa hari depanmu adalah hari
depan yang cerah penuh kebahagiaan, kebesaran dan kenikmatan yang
berlimpah-limpah.Akan tetapi engkau harus berhati-hati, wahai anakku ,janganlah
engkau ceritakan mimpimu itu kepada saudaramu yang aku tahu mereka tidak
menaruh cinta kasih kepadamu, bahkan mereka mengiri kepadamu karena kedudukkan
yang aku berikan kepadamu dan kepada adikmu Benyamin. Mrk selalu berbisik-bisik
jika membicarakan halmu dan selalu menyindir-nyindir dalam percakapan mrk
tentang kamu berdua. Aku khuatir, kalau engkau ceritakan kepada mrk kisah
mimpimu akan makin meluaplah rasa dengki dan iri-hati mereka terhadapmu dan
bahkan tidak mungkin bahwa mereka akan merancang perbuatan jahat terhadapmu
yang akan membinasakan engkau. Dan dalam keadaan demikian syaitan tidak akan
tinggal diam, tetapi akan makin mambakar semangat jahat mereka dan mengorbankan
rasa dengki dan iri hati yang bersemayam dalam dada mrk. Maka berhati-hatilah,
hai anakku, jangan sampai cerita mimpimu ini bocor dan didengar oleh
mereka."
Isi cerita tersebut di atas terdapat dalam Al_Quran ,dalam surah
"Yusuf" ayat 4 sehingga ayat 10 yang berbunyi sebagai berikut:
Maksudnya:" {Ingatlah} ketika Yusuf berkata kepada ayahnya :
"Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas buah bintang,
matahari dan bulan, kulihat semuanya sujud kepadaku". 5. Ayahnya berkata:
"Hai anakku ,jgnlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudar-saudaramu,
maka mrk membuat muslihat {utk membinasakanmu} .Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagi manusia." 6. Dan demikianlah Tuhanmu memilih kamu
{utk menjadi Nabi} dan diajarkannya kepada kamu sebahagian dari takdir
mimpi-mimpi dan disempurnakannya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub
sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmatnya kepada dua orang bapamu sebelum
itu, {iaitu} Ibrahim dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana. 7. Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada
{kisah} Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang yang bertanya. 8. {Iaitu}
ketika mereka berkata: "Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya
{Benyamin} lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita
{ini} adalah satu golongan {yang kuat} .Sesungguhnya ayah kita adalah dalam
kekeliruan yang nyata." 9. Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah
{yang tidak dikenal} supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja dan
sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik." 10. Seorang
daripada mrk berkata: "Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah ia
ke dalam perigi, supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir jika kamu
hendak berbuat." { Yusuf :4 ~ 10 }
Yusuf dimasukan kedalam perigi
Pada esok harinya setelah semalam suntuk saudara kandung Yusuf bertemu
berundingkan siasat dan merancangkan penyingkiran adiknya yang merupakan saingan
yang berat dalam merebut hati si ayah, datanglah mereka menghadapi Nabi Ya'qub
ayahnya meminta izin membawa Yusuf berekreasi bersama mereka di luar kota.
Berkata juru cakap mrk kepada si ayah: " Wahai ayah yang kami cintai! Kami
berhajat berekreasi dan berkelah di luar kota beramai-ramai dan ingin sekali
bahawa adik kami Yusuf turut serta dan tidak ketinggalan , menikmati udara yang
cerah di bawah langit biru yang bersih. Kami akan bawa bekal makanan dan
minuman yang cukup untuk santapan kami selama sehari berada di luar kota untuk
bersuka ria dan bersenang-senang ,menghibur hati yang lara dan melapangkan dada
yang sesak, seraya mempertebal rasa persaudaraan dan semangat kerukunan di
antara sesama saudara."
Berkata Ya'qub kepada putera-puteranya: " Sesungguhnya akan sangat
merungsingkan fikiranku bila Yusuf berada jauh dari jangkauan mataku ,apalagi
akan turut serta bersamamu keluar kota ,di lapangan terbuka, yang menurut
pendengaranku banyak binatang buas seperti serigala yang banyak berkeliaran di
sana .Aku khuatir bahwa kamu akan lengah menjaganya ,karena kesibukan kamu
bermain-main sendiri sehinggakan menjadikannya mangsa bagi binatang-binatang
buas itu. Alangkah sedihnya aku bila hal itu terjadi. Kamu mengetahui betapa
sayangnya aku kepada Yusuf yang telah ditingglkan oleh ibunya."
Putera-puteranya menjawab:" Wahai ayah kami! Maskan masuk di akal,
bahwa Yusuf akan diterkam oleh serigala atau lain binatang buas di depan mata
kami sekumpulan ini? Padahal tidak ada di antara kami yang bertubuh lemah atau
berhati penakut. Kami sanggup menolak segala gangguan atau serangan dari mana
pun datangnya, apakah itu binatang buas atau makhluk lain. Kami cukup kuat
serta berani dan kami menjaga Yusuf sebaik-baiknya, tidak akan melepaskannya
dari pandangan kami walau sekejap pun. Kami akan mempertaruhkan jiwa raga kami
semua untuk keselamatannya dan di manakah kami akan menaruh wajah kami bila
hal-hal yang mengecewakan ayah mengenai diri Yusuf."
Akhirnya Nabi yusuf tidak ada alasan untuk menolak permintaan anak-anaknya
membawa Yusuf berekreasi melepaskan Yusuf di tangan saudara-saudaranya yang
diketahui mrk tidak menyukainya dan tidak menaruh kasih sayang kepadanya. Ia
berkat kepada anak anaknya:" Baiklah jika kamu memang sanggup
bertanggungjawab atas keamanan dan keselamtannya sesuai dengan kata-kata kamu
ucapkan itu, maka aku izinkan Yusuf menyertaimu, semoga Allah melindunginya
bersama kamu sekalian."
Pada esok harinya berangkatlah rombongan putera-putera Ya'qub kecuali
Benyamin, menuju ke tempat rekreasi atau yang sebenarnya menuju tempat di mana
menurut rancangan, Yusuf akan ditinggalkan. Setiba mrk disekitar telaga yang
menjadi tujuan , Yusuf segera ditanggalkan pakaiannya dan dicampakkannya di
dalam telaga itu tanpa menghiraukan jeritan tangisnya yang sedikit pun tidak
mengubah hati abang-abangnya yang sudah kehilangan rasa cinta kepada adik yang
tidak berdosa itu. Hati mereka menjadi lega dan dada mrk menjadi lapang karena
rancangan busuknya telah berhasil dilaksanakan dan dengan demikian akan
terbukalah Hati Ya'qub seluas-luasnya bagi mrk, dan kalaupun tindakan mrk itu
akan menyedihkan ayahnya ,maka lama-kelamaan akan hilanglah kesedihan itu bila
mrk pandai menghiburnya untuk melupakan dan melenyapkan bayangan Ysuf dari
ingatan ayahnya.
Pada petang hari pulanglah mrk kembali ke rumah tanpa Yusuf yang di
tinggalkan seorang diri di dasar tegala yang gelap itu, dengan membawa serta
pakaiannya setelah disirami darah seorang kelinci yang sengaja dipotong untuk
keperluan itu , mrk mengadap Nabi Ya'qub seraya menangis mencucurkan airmata
dan bersandiwara seakan-akan dan susah hati berkatalah mrk kepada
ayahnya:" Wahai ayah! Alangkah sial dan nahasnya hari ini bagi kami ,bahwa
kekhuatiran yang ayah kemukakan kepada kami tentang Yusuf kepada kami telah pun
terjadi dan menjadi kenyataan bahwa firasat ayah yang tajam itu tidak meleset.
Yusuf telah diterkam oleh seekor serigala dikala kami bermain lumba lari dan
meninggalkan Yusuf seorang diri menjaga pakaian. Kami cukup hati-hati menjaga
adik kami sesuai dengan pesanan ayah, namun karena menurut pengamatan kami pada
saat itu, tidak ada tanda-tanda atau jejak binatang-binatang buas disekitar
tempat kami bermain, kami sesekali tidak melihat adanya bahaya dengan
meninggalkan Yusuf sendirian menjaga pakaian kami yang tidak dari tempat kami
bermain bahkan masih terjangkau oleh pandangan mata kami. Akan tetapi serigala
yang rupanya sudah mengintai adik kami Yusuf itu, bertindak begitu cepat
menggunakan kesempatan lengahnya kami, waktu bermain sehingga tidak keburu kami
menolong menyelamatkan jiwa adik kami yang sangat kami sayangi dan cintai itu.
Oh ayah! Kami sangat sesalkan diri kami yang telah gagal menempati janji dan
kesanggupan kami kepada ayah ketika kami minta izin mambawa Yusuf, namun apa
yang hendak dikatakan bila takdir memang menghendaki yang demikian. Inilah
pakaian Yusuf yang berlumuran dengan darah sebagai bukti kebenaran kami ini,
walau pun kami merasakan bahawa ayah tidak akan mempercayai kami sekalipun kami
berkata yang benar."
Nabi Ya'qub yang sudah memperolehi firasat tentang apa yang akan terjadi
keatas diri Yusuf putera kesayangannya dan mengetahui bagaimana sikap
abang-abangnya terhadap Yusuf adiknya, tidak dapat berbuat apa-apa selain
berpasrah kepada takdir Illahi dan seraya menekan rasa sedih, cemas dan marah
yang sedang bergelora di dalam dadanya, berkatalah beliau kepada
putera-puteranya:" Kamu telah memperturutkan hawa nafsumu dan mengikut apa
yang dirancangkan oleh syaitan kepadamu. Kamu telah melakukan suatu perbuatan
yang akan kamu akan rasa sendiri akibatnya kelak jika sudah terbuka tabir
asapnya yang patut dimintai pertolong-Nya dalam segala hal dan peristiwa.
Isi cerita ini telah dapat dibacakan didalam Al-Quran pada surah
"Yusuf" ayat 11 sehingga 18 sebagai berikut:
" 11. Mereka berkata : "Wahai ayah kami! apa sebabnya kamu tidak
mempercayai kami terhadap Yusuf ,padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang mengingini kebaikan baginya." 12. Biarkan lah ia pergi bersama kami
besok, agak dia {dapat} bersenang-senang dan {dapat} bermain-main dan sesungguhnya
kami pasti menjaganya." 13. Berkata Ya'qub:" Sesungguhnya kepergian
kamu bersama Yusuf amat menyedihkan dan aku khuatir kalau-kalau dia dimakan
serigala sedang kamu lengah daripadanya." 14. Mereka berkata: " Jika
ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami adalah golongan {yang kuat}
,sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang rugi." 15. Maka
tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dalam telaga {lalu
mereka masukkan dia} dan {di waktu dia sudah dalam telaga }Kami wahyukan kepada
{Yusuf}:" Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan
mereka ini, sedang mereka tidak ingat lagi. 16. Kemudian mereka datang kepada
ayah mereka di petang hari sambil menangis. 17. Mereka berkata: "Wahai
ayah kami! Sesungguhnya kami pergi berlumba-lumba dan kami tinggalkan Yusuf
dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala dan kamu sesekali tidak
akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar."
18. Mereka datang membawa baju kemejanya {yang berlumuran} dengan darah palsu.
Ya'qub berkata:" Sebenarnya diri kamu sendirilah yang memandang baik
perbuatan {yang buruk} itu maka kesabaran yang baik itulah {kesabaran}. Dan
Allah sajalah yang dimohon perlindungannya terhadap apa yang kamu ceritakan."
Yusuf dijual sebagai budak
Yusuf sedang berada di dalam sumur itu seorang diri, diliputi oleh
kegelapan dan kesunyian yang mencekam. Ia melihat ke atas dan ke bawah ke kanan
dan ke kiri memikirkan bagaimana ia dapat mengangkatkan dirinya dari perigi itu
, namun ia tidap melihat sesuatu yang dpt menolongnya. IA hanya dapat melihat
bayangan tubuhnya dalam air yang cetek di bawah kakinya. Sungguh suatu ujian
yang amat berat bagi seorang semuda Yusuf yang masih belum banyak pengalaman
nya dalam penghidupan, bah baru pertama kali ia berpisah dari ayahnya yang
sangat menyayangi dan memanjakannya. Lebih-lebih terasa beratnya uijian itu
ialah karena yang melemparkannya ke dasar telaga itu adalah abang-abangnya
sendiri, putera-putera ayahnya.
Yusuf di samping memikirkan nasibnya yang sedang dialami, serta bagaimana
ia menyelamatkan dirinya dari bahaya kelaparan sekiranya ia lama tidak
tertolong, ia selalu mengenangkan ayahnya ketika melihat abang-abangnya kembali
pulang ke rumah tanpa dirinya bersama mrk.
Tiga hari berselang, sejak Yusuf dilemparkan ke dalam perigi, dan belum
nampak tanda-tanda yang memberi harapan baginya dapat keluar dari kurungannya,
sedangkan bahaya kelaparan sudah mulai membayangi dan sudah nyaris berputus asa
ketika sekonyong-konyong terdengar olehnya suara sayup-sayup, suara aneh yang
belum pernah didengarnya sejak ia dilemparkan ke dalam telaga itu. Makin lama
makin jelaslah suara-suara itu yang akhirnya terdengar seakan anjing
menggonggong suara orang-orang bercakap dan tertawa terbahak-bahak dan suara
jejak kaki manusia dan binatang sekitar telaga itu.
Ternyata apa yang terdengar oleh Yusuf, ialah suara-suara yang timbul oleh
sebuah kafilah yang sedang berhenti di sekitar perigi, di mana ia terkurung
untuk beristirehat sambil mencari air untuk diminum bagi mrk dan
binatang-binatang mrk. alangkah genbiranya Yusuf ketika keetika ia sedang
memasang telinganya dan menengar suara ketua kafilah memerintahkan orangnya
melepaskan gayung mengambil air dari telaga itu. Sejurus kemudian dilihat oleh
Yusuf Sebuah gayung turun ke bawah dan begitu terjangkau oleh tangannya
dipeganglah kuat-kuat gayung itu yang kemudian ditarik ke atas oleh sang
musafir seraya berteriak mengeluh karena beratnya gayung yang ditarik itu.
Para musafir yang berada di kafilah itu terperanjat dan takjub ketika
melihat bahawa yang memberatkan gayung itu bukannya air, tetapi manusia hidup
berparas tampan, bertubuh tegak dan berkulit putih bersih. Mereka berunding apa
yang akan diperbuat dengan hamba Allah yang telah diketemukan di dalam dasar
perigi itu, dilepaskannya di tempat yang sunyi itu atau dikembalikan kepada
keluarganya. Akhirnya bersepakatlah mrk untuk dibawa ke Mesir dan dijual di
sana sebagai hamba sahaya dengan harga, yang menurut tafsiran mrk akan mencapai
harga yang tinggi, karena tubuhnya yang baik dan parasnya yang tampan.
Setibanya kafilah itu di Mesir, dibawalah Yusuf di sebuah pasar khusus , di
mana manusia diperdagangkan dan diperjual-belikan sebagai barang dagangan atau
sebagai binatang-binatang ternakan. Yusuf lalu ditawarkan di depan umum
dilelongkan. Dan karena para musafir yang membawanya itu khuatir akan terbuka
pertemuan Yusuf maka mereka enggan memepertahankan sampai mencapai harga yang
tinggi, tetapi melepaskannya pada tawaran pertama dengan harga yang rendah dan
tidak memadai. Padahal seorang seperti nabi Yusuf tidak dapat dinilai dengan
wang bahkan dengan emas seisi bumi pun tidak seimbang sebagai manusia yang
besar dan makhluk Allah yang agung seperti Nabi Yusuf yang oleh Allah telah
digariskan dalam takdirnya bahawa ia akan melaksanakan missi yang suci dan
menjalankan peranan yang menentukan dalam pengaulan hidup umat manusia.
Nabi Yusuf dalam pelelongan itu dibeli oleh keeetua polis Mesir bernama
Fathifar sebagai penawar pertama , yang merasa berbahagia memperoleh sorang
hamba yang berparas bagus, bertubuh kuat dan air muka yang memberi kesan bahawa
dalam manusia yang dibelikan itu terkandung jiwa yang besar, hati suci bersih
dan bahawa ia bukanlah dari kualiti manusia yang harus diperjual-belikan.
Kata Fathifar kepada isterinya ketika mengenalkan Yusuf kepadanya:"
Inilah hamba yang aku baru beli dari pelelongan. Berilah ia perlakuan dan
layanan yang baik kalau-kalau kelak kami akan memperolehi manfaat drpnya dan
memungutnya sebagai anak kandung kita. Aku dapat firasat dari paras mukanya dan
gerak-gerinya bahawa ia bukanlah dari golongan yang harus diperjual-belikan,
bahkan mungkin sekali bahawa ia adalah dari keturunan keluarga yang
berkedudukan tinggi dan orang-orang yang beradab.
Nyonya Fathifar, isteri Ketua Polis Mesir menerima Yusuf di rumahnya,
sesuai dengan pesanan suaminya. dilayan sebagai salah seorang daripada anggota
keluarganya dan sesekali tidak diperlakukannya sebagai hamba belian. Yusuf pun
dapat menyesuaikan diri dengan keadaan rumahtangga Futhifar. Ia melakukan tugas
sehari-harinya di rumah dengan penuh semangat dan dengan kejujuran serta
disiplin yang tinggi. Segala kewajiban dan tugas yang diperintahkan kepadanya,
diurus dengan senang hati seolah-olah dari perintah oleh orang tuanya sendiri.
Demikianlah, maka makin lama makin disayanglah akan Yusuf di rumah Ketua Polis
Mesir itu sehingga merasa seakan-akan berada di rumah keluarga dan orang tuanya
sendiri.
Tentang isi cerita di atas, dapat dibaca dalam surah "Yusuf" ayat
19 sehingga ayat 21 sebagai berikut: ~
"19. Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mrk
menyuruh seorang mengambil air mereka, maka dia menurunkan timbanya, dia
berkata: " Oh! Khabar gembira, ini seorang anak muda!" Kemudian mrk
menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
mrk kerjakan. 20. Dan mrk menjual Yusuf dengan harga yang murah, iaitu beberapa
dirham shj, dan mrk merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf 21. Dan orang
Mesir yang membelinya berkata kepada isterinya: " Berikanlah kepadanya
tempat {dan layanan} yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita
pungut dia sebagai anak." Dan demekian pulalah Kami memberikan kedudukan
yang baik kepada Yusuf di muka bumi {Mesir} dan agar kami ajarkan kepadanya
takdir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahuinya." {Surah Yusuf : 19 ~ 21}
Yusuf dalam godaan nyonya Futhifar
Yusuf hidup tenang dan tenteram di rumah Futhifar, Ketua Polisi Mesir,
sejak ia menginjakkan kakinya di rumah itu. Ia mendpt kepercayaan penuh dari
kedua majikannya, suami-isteri, mengurus rumah-tangga mereka dan melaksanakan
perintah dan segala keperluan mrk dengan sesungguh hati, ikhlas dan kejujuran,
tiada menuntut upah dan balasan atas segala tenaga dan jerih payah yang
dicurahkan untuk kepentingan keluarga. Ia menganggap dirinya di rumah itu bukan
sebagai hamba bayaran, tetapi sebagai seorang drp anggota keluarga. demikian
pula anggapan majikannya, suami-isteri terhadap dirinya.
Ketenangan hidup dan kepuasan hati yang didapat oleh Yusuf selama ia
tinggal di rumah Futhifar, telah mempengaruhi kesihatan dan pertumbuhan
tubuhnya. Ia yang telah dikurnai oleh Tuhan kesempurnaan jasmani dengan
kehidupan yang senang dan empuk di rumah Futhifar, makin terlihat tambah segar
wajahnya, tambah elok parasnya dan tambah tegak tubuhnya, sehingga ia merupakan
seorang pemuda remaja yang gagah perkasa yang menggiurkan hati setiap wanita
yang melihatnya, tidak terkecuali isteri Futhifar, majikannya sendiri, bahkan
bukan tidak mungkin bahwa ia akan menjadi rebutan lelaki, andai kata ia hidup
di kota Sadum di tengah-tangah kaum Nabi Luth ketika itu.
Pengaulan hari-hari di bawah satu atap rumah antara Yusuf pemuda remaja
yang gagah perkasa dan Nyonya Futhifar, seorang wanita muda cantik dan ayu,
tidak akan terhindar dari risiko terjadinya perbuatan maksiat, bila tidak ada
kekuatan iman dan takwa yang menyekat hawa nafsu yang ammarah bissu. Demikian
lah akan apa yang terjadi terhadap Yusuf dan isteri Ketua Polis Mesir.
Pada hari-hari pertama Yusuf berada di tengah-tengah keluarga , Nyonya
Futhifar tidak menganggapnya dan memperlakukannya lebih dari sebagai pembantu
rumah yang cekap, tangkas, giat dan jujur, berakhlak dan berbudi pekerti yang
baik. Ia hanya mengagumi sifat-sifat luhurnya itu serta kecekapan dan
ketangkasan kerjanya dalam menyelesaikan urusan dan tugas yang pasrahkan
kepadanya. Akan tetapi memang rasa cinta itu selalu didahului oleh rasa
simpati.
Simpati dan kekaguman Nyonya Futhifar terhadap cara kerja Yusuf, lama-kelamaan
berubah menjadi simpati dan kekaguman terhadap bentuk banda dan paras mukanya.
Gerak-geri dan tingkah laku Yusuf diperhatika dari jauh dan diliriknya dengan
penuh hati-hati. Bunga api cinta yang masih kecil di dalam hati Nyonya Futhifar
terhadap Yusuf makin hari makin membesar dan membara tiap kali ia melihat Yusuf
berada dekatnya atau mendengar suaranya dan suara langkah kakinya. Walaupun ia
berusaha memandamkan api yang membara di dadanya itu dan hedak menyekat nafsu
berahi yang sedang bergelora dalam hatinya, untuk menjaga maruahnya sebagai
majikan dan mepertahankan sebagai isteri Ketua Polis, namun ia tidak berupaya
menguasai perasaan hati dan hawa nasfunya dengan kekuatan akalnya. Bila ia
duduk seorang diri, maka terbayanglah di depan matanya akan paras Yusuf yang
elok dan tubuhnya yang bagus dan tetaplah melekat bayangan itu di depan mata
dan hatinya, sekalipun ia berusaha untuk menghilangkannya dengan mengalihkan
perhatiannya kepada urusan dan kesibukan rumahtangga. Dan akhirnya menyerahlah
Nyonya Futhifar kepada kehendak dan panggilan hati dan nafsunya yang mnedpt
dukungan syaitan dan iblis dan diketepikanlahnya semua pertimbangan maruah,
kedudukan dan martabat serta kehormatan diri sesuai dengan tuntutan dengan akal
yang sihat.
Nyonya Futhifar menggunakan taktik, mamancing-mancing Yusuf agar ia lebih
dahulu mendekatinya dan bukannya dia dulu yang mendekati Yusuf demi menjaga
kehormatan dirinya sebagai isteri Ketua Polis. Ia selalu berdandan dan berhias
rapi, bila Yusuf berada di rumah, merangsangnya dengan wangi-wangian dan dengan
memperagakan gerak-geri dan tingkah laku sambil menampakkan, seakan-akan dengan
tidak sengaja bahagian tubuhnya yang biasanya menggiurkan hati orang lelaki.
Yusuf yang tidak sedar bahwa Zulaikha, isteri Futhifar, mencintai dan
mengandungi nafsu syahwat kepadanya, menganggap perlakuan manis dan pendekatan
Zulaikha kepadanya adalah hal biasa sesuai dengan pesanan Futhifar kepada
isterinya ketika dibawa pulang dari tempat perlelongan. Ia berlaku biasa sopan
santun dan bersikap hormat dan tidak sedikit pun terlihat dari haknya sesuatu
gerak atau tindakan yang menandakan bahwa ia terpikat oleh gaya dan aksi
Zulaikha yang ingin menarik perhatiannya dan mengiurkan hatinya. Yusuf sebagai
calon Nabi telah dibekali oleh Allah dengan iman yang mantap, akhlak yang luhur
dan budi pekerti yang tinggi. Ia tidak akan terjerumus melakukan sesuatu
maksiat yang sekaligus merupakan perbuatan atau suatu tindakan khianat terhadap
orang yang telah mempercayainya memperlakukannya sebagai anak dan memberinya
tempat di tengah-tengah keluarganya.
Sikap dingin dan acuh tak acuh dari Yusuf terhadap rayuan dan tingkah laku
Zulaikha yang bertujuan membangkitkan nafsu syahwatnya menjadikan Zulaikha
bahkan tambah panas hati dan bertekad dkan berusaha terus sampai maksudnya
tercapai. Jika aksi samar-samar yang ia lakukan tetap tidak dimengertikan oleh
Yusuf Yang dianggapkannya yang berdarah dingin itu, maka akan dilakukannya
secara berterus terang dan kalau perlu dengan cara paksaan sekalipun.
Zulaikha , tidak tahan lebih lama menunggu reaksi dari Yusuf yang tetap
bersikap dingin , acuh tak acuh terhadap rayuan dan ajakan yang samar-samar
daripadanya. Maka kesempatan ketika si suami tidak ada di rumah, masuklah
Zulaikha ke bilik tidurnya seraya berseru kepada Yusuf agar mengikutinya. Yusuf
segera mengikutinya dan masuk ke bilik di belakang Zulaikha, sebagaimana ia
sering melakukannya bila di mintai pertolongannya melakukan sesuatu di dalam
bilik. Sekali-kali tidak terlintas dalm fikirannya bahwa perintah Zulaikha kali
itu kepadanya untuk masuk ke biliknya bukanlah perintah biasa untuk melekukan
sesuatu yang biasa diperintahkan kepadanya. Ia baru sedar ketika ia berad di
dalam bilik, pintu dikunci oleh Zulaikha, tabir disisihkan seraya berbaring
berkatalah ia kepada Yusuf: " Ayuh, hai Yusuf! Inilah aku sudah siap
bagimu, aku tidak tahan menyimpan lebih lama lagi rasa rinduku kepada sentuhan
tubuhmu. Inilah tubuhku kuserahkan kepadamu, berbuatlah sekehendak hatimu dan
sepuas nafsumu."
Seraya memalingkan wajahnya ke arah lain, berkatalah Yusuf:" Semoga
Allah melindungiku dari godaan syaitan. Tidak mungkin wahai tuan puteriku aku
akan melakukan maksiat dan memenuhi kehendakmu. Jika aku melakukan apa yang
tuan puteri kehendaki, maka aku telah mengkhianati tuanku, suami tuan puteri,
yang telah melimpahkan kebaikannya dan kasih sayangnya kepadaku. Kepercayaan
yang telah dilimpahkannya kepadaku, adalah suatu amanat yang tidak patut aku
cederai. Sesekali tidak akanku balas budi baik tuanku dengan perkhianatan dan
penodaan nama baiknya. Selain itu Allah pun akan murka kepadaku dan akan
mengutukku bila bila aku lakukan apa yang tuan puteri mintakan daripadaku.
Allah Maha Mengetahui segala apa yang diperbuat oleh hambanya.
Segera mata Zulaikha melotot dan wajahnya menjadi merah, tanda marah yang
meluap-luap, akibat penolakan Yusuf tehadap ajaknya. Ia merasakan dirinya
dihina dan diremehkan oleh Yusuf dengan penolakannya, yang dianggapnya suatu
perbuatan kurang ajar dari seorang pelayan terhadap majikannya yang sudah
merendahkan diri, mengajaknya tidur bersama, tetapi ditolak mentah-mentah.
Padhal tidak sedikit pembesar pemerintah dan orang-orang berkedudukan telah
lama merayunya dan ingin sekali menyentuh tubuhnya yang elok itu, tetapi tidak
dihiraukan oleh Zulaikha.
Yusuf melihat mata Zulaikha yang melotot dan wajahnya yang menjadi merah,
menjadi takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, dan segera lari
menuju pintu yang tertutup, namun Zulaikha cepat-cepat bangun dari ranjangnya
mengejar Yusuf yang sedang berusaha membuka pintu, ditariknyalah kuat-kuat oleh
Zulaikha bahagian belakang kemejanya sehingga terkoyak. Tepat pada masa mereka
berada di belakang pintu sambil tarik menarik, datanglah Futhifar mendapati mrk
dalam keadaan yang mencurigakan itu.
Dengan tiada memberi kesempatan Yusuf membuka mulut, berkatalah Zulaikha
cepat-cepat kepada suaminya yang masih berdiri tercengang memandang kepada
kedua orang kepercayaan itu:" Inilah dia Yusuf , hamba yang engkau puja
dan puji itu telah berani secara kurang ajar masuk ke bilikku dan memaksaku
memenuhi nafsu syahwatnya. Berilah ia ganjaran yang setimpal dengan perbuatan
biadabnya. Orang yang tidak mengenal budi baik kami ini harus dipenjarakan dan
diberika seksaan yang pedih."
Yusuf mendengar laporan dan tuduhan palsu Zulaikha kepada suaminya, tidak
dpt berbuat apa-apa selain memberi keterangan apa yang terjadi sebenarnya.
Berkatalah ia kepada majikannya, Futhifar:" Sesungguhnya dialah yang
menggodaku, memanggilkan aku ke biliknya, lalu memaksaku memenuhi nafsu syahwatnya.
Aku menolak tawarannya itu dan lari menyingkirinya, namun ia mengejarku dan
menarik kemejaku dari belakang sehingga terkoyak."
Futhifar dalam keadaan bingung. Sipakah diantara kedua orang yang benar?
Yusufkah yang memang selama hidup bersama dirumahnya belum pernah berkata
dusta, atau Zulaikhakah yang dalam fikirannya tidak mungkin akan
mengkhianatinya? Dalam keadaan demikian itu tibalah sekonyong-konyong seorang
dari keluarga Zulaikha, iaitu saudaranya sendiri yang dikenal bijaksana, pandai
dan selalu memberi pertimbangan yang tepat bila dimintai fikiran dan
nasihatnya. Atas permintaan Futhifar untuk memberinya pertimbangan dalam
masalah yang membingungkan itu, berkatalah saudaranya:" Lihatlah, bila
kemeja Yusuf terkoyak bahgian belakangnya, maka ialah yang benar dan isterimu
yang dusta. Sebaliknya bila koyak kemejanya di bahagian hadapan maka dialah
yang berdusta dan isterimu yang berkata benar."
Berkatalah Futhifar kepada isterinya setelah persoalannya menjadi jelas dan
tabir rahsianya terungkap:" Beristighfarlah engkau hai Zulaikha dan
mohonlah ampun atas dosamu. Engkau telah berbuat salah dan dusta pula untuk
menutupi kesalahanmu. Memang yang demikian itu adalah sifat-sifat dan tipu daya
kaum wanita yang sudah kami kenal." Kemudian berpalinglah dia mengadap
Yusuf dan berkata kepadanya:" Tutuplah rapat-rapat mulutmu wahai Yusuf,
dan ikatlah lidahmu, agar masalah ini akan tetap menjadi rahsia yang tersimpan
sekeliling dinding rumah ini dan jangan sesekali sampai keluar dan menjadi
rahsia umum dan buah mulut masyarakat. Anggap saja persoalan ini sudah selesai
sampai disini."
Ada sebuah peribahasa yang berbunyi:" Tiap rahsia yang diketahui oleh
dua orang pasti tersiar dan diketahui oleh orang ramai." Demikianlah juga
peristiwa Zulaikha dengan Yusuf yang dengan ketat ingin ditutupi oleh keluarga
Futhifar tidak perlu menunggu lama untuk menjadi rahsia umum. pada mulanya
orang berbisik-bisik dari mulut ke mulut, menceritakan kejadian itu, tetapi
makin hari makin meluas dan makin menyebar ke tiap-tiap pertemuan dan menjadi
bahan pembicaraan di kalangan wanita-wanita dari golongan atas dan menengah.
Kecaman-kecaman yang bersifat sindiran mahupun yang terang-terangan mulai
dilontarkan orang terhadap Zulaikha, isteri Ketua Polis Negara, yang telah
dikatakan bercumbu-cumbuan dengan pelayannya sendiri, seorang hamba belian dan
yang sangat memalukan kata mrk bahwa pelayan bahkan menolak ajakan majikannya
dan tatkala melarikan diri drpnya dikejarkannya sampai bahagian belakang
kemejanya terkoyak.
Kecaman-kecaman sindiran-sindiran dan ejekan-ejekan orang terhadap dirinya
akhirnya sampailah di telinga Zulaikha. Ia menjadi masyangul dan sedih hati
bahwa peristiwanya dengan Yusuf sudah menjadi buah mulut orang yang dengan
sendirinya membawa nama baik keluarga dan nama baik suaminya sebagai Ketua
Polis Negara yang sgt disegani dan dihormati. Zulaikha yang sangat marah dan
jengkel terhadap wanita-wanita sekelasnya, isteri-isteri pembesar yang tidak
henti-hentinya dalam pertemuan mrk menyinggung namanya dengan ejekan dan kecaman
sehubungan dengan peristiwanya dengan Yusuf.
Utk mengakhiri desas-desus dan kasak-kusuk kaum wanita para isteri pembesar
itu, Zulaikha mengundang mrk ke suatu jamuan makan di rumahnya, dengan maksud
membuat kejutan memperlihatkan kepada mrk Yusuf yang telah menawankan hatinya
sehingga menjadikan lupa akan maruah dan kedudukan sebagai isteri Ketua Polis
Negara.
Dalam pesta itu para undangan diberikan tempat duduk yang empuk dan
masing-masing diberikan sebilah pisau yang tajam untuk memotong daging dan buah-buahan
yang tersedia dan sudah dihidangkan.
Setelah masing-masing tamu menduduki tempatnya dan disilakannya menikmati
hidangan yang sudah tersedia di depannya, maka tepat pada masa mrk sibuk
mengupas buah yang ada ditangan masing-masing, dikeluarkannyalah Yusuf oleh
Zulaikha berjalan sebagai peragawan di hadapan wanita-wanita yang sedang sibuk
memotong buah-buahan itu. Tanpa disadari para tamu wanita yang sedang memegang
pisau dan buah-buahan di tangannya seraya ternganga mengagumi keindahan wajah
dan tubuh Yusuf mrk melukai jari-jari tangannya sendir dan sambil
menggeleng-geleng kepala kehairanan, maka berkatalah mrk:" Maha
Sempurnalah Allah. Ini bukanlah manusia. Ini adalah seorang malaikat yang
mulia."
Zulaikha bertepuk tangan tanda genbira melihat usah kejutannya brhasil dan
sambil menujuk ke jari-jari wanita yang terhiris dan mencucurkan darah itu
berkatalah ia:" Inilah dia Yusuf, yang menyebabkan aku menjadi bual-bualan
ejekanmu dan sasaran kecaman-kecaman orang Tidakkah kami setelah melihat Yusuf
dengan mata kepala memberi uzur kepadaku, bila ia menawan hatiku dan
membangkitkan hawa nafsu syahwatku sebagai seorang wanita muda yang tidak
pernah melihat orang yang setampan parasnya, seindah tubuhnya dan seluhur
akhlak Yusuf? Salahkah aku jika aku tergila-gila olehnya, sampai lupa akan
kedududkanku dan kedudukan suamiku? Kamu yang hanya melihat Yusuf sepintas lalu
sudah kehilangan kesedaran sehingga bukan buah-buahan yang kamu kupas tetapi
jari-jari tanganmu yang terhiris. Maka hairankah kalau aku yang berkumpul
dengan Yusuf di bawah satu bumbung, melihat wajah dan tubuhnya serta mendengar
suaranyapada setiap saat dan setiap detik sampai kehilangan akal sehingga tidak
dapat mengawal nafsu syahwatku menghadapinya? Aku harus mengaku didepan kamu
bahawa memang akulah yang menggodanya dan merayunya dan dengan segala daya
upaya ingin memikat hatinya dan mengundangnya untuk menyambut cintaku dan
melayani nafsu syahwatku. Akan tetapi dia bertahan diri, tidak menghiraukan
ajakanku dan bersikap dingin terhadap rayuan dan godaanku. Ia makin menjauhkan
diri, bila aku mencuba mendekatinya dan memalingkan pandangan matanya dari
pandanganku bila mataku menentang matanya. Aku telah merendahkan diriku sebagai
isteri Ketua Polis Negara kepada Yusuf yang hanya seorang hamba sahaya dan
pembantu rumah, namaku sudah terlanjur ternoda dan menjadi ejekan orang
karenanya, maka bila tetap membangkang dan tidak mahu memperturutkan
kehendakku, aku tidak akan ragu-ragu akan memasukkannya ke dalam penjara
sepanjang waktu sebagai pengajaran baginya dan imbalan bagi kecemaran namaku
karenanya."
Mendengar kata-kata ancaman Zulaikha terhadap diri Yusuf menggugah hati
para wanita yang menaruh simpati dan rasa kasihan kepada diri Yusuf. Mrk
menyayangkan bahwa tubuh yang indah dan wajah yang tampan serta manusia yang
berbudi pekerti dan berakhlak luhur itu tidak patut dipenjarakan dan dimasukkan
ke tempat orang-orang yang melakukan jenayah dan penjahat.
Berkata salah seorang yang menghampirinya:" Wahai Yusuf! Mengapa
engkau berkeras kepala menghadapi Zulaikha yang menyayangimu dan mencintaimu?
Mengapa engkau menolak ajakan dan seruannya terhadapmu? Suatu keuntungan besar
bagimu, bahwa seorang wanita cantik seperti Zulaikha yang bersuamikan seorang
pembesar negara tertarik kepadamu dan menginginkan pendekatanmu. Ataukah
mungkin engkau adalah seorang lelaki yang lemah syahwat dan karena itu tidak
tertarik oleh kecantikan serta keelokan seorang wanita muda seperti
Zulaikha."
Berkata seorang tamu wanita lain:" Jika sekiranya kamu tidak tertarik
kepada Zulaikha karena kecantikannya, maka berbuatlah untuk kekayaannya dan
kedudukan suaminya. sebab jika engkau dapat menyesuaikan dirimu kepada kehendak
Zulaikha dan mengikuti segala perintahnya nescay engkau akan dianugerahi harta
yang banyak dan mungkin pangkatmu pun akan dinaikkan."
Berucap seorang tamu lain memberi nasihat:" Wahai Yusuf! fikirkanlah
baik-baik dan camkanlah nasihatku ini: Zulaikha sudah berketetapan hati harus
mencapai tujuannya dan memperoleh akan apa yang dikehendakinya drpmu. Ia sudah terlanjur
diejek dan dikecam orang dan sudah terlanjur namanya menjadi bualan di dalam
masyarakat karena engkau maka dia mengancam bila engkau tetap berkeras kepala
dan tidak melunakkan sikapmu terhadap tuntutannya, pasti ia akan memasukkan
engkau ke dalam penjara sebagai penjahat dan penjenayah. Engkau mengetahui
bahawa suami Zulaikha adlah Ketua Polis Negara yang berkuasa memenjarakan
seseorang ke dalam tahanan dan engkau mengetahui pula bahwa Zulaikha sgt
berpengaruh kepada suaminya. Sayangilah wahai Yusuf dirimu yang masih muda
remaja dan tampan ini dan ikutilah perintah Zulaikha agar engkau selamat dan
terhindar dari akibat yang kami tidak menginginkan ke atas dirimu."
Kata-kata nasihat dan bujukan para wanita ,Tamu Zulaikha itu didengar oleh
Yusuf dengan telinga kanan dan keluar ke telinga kirinya. Tidak suatu pun
daripadanya yang dapat turun ke lubuk hatinya atau menjadi bahan
penimbangannya. Akan tetapi walaupun ia percaya kepada dirinya, tidak akan
terpengaruh oleh bujukan dan nasihat-nasihat itu, ia merasa khuatir, bahwa jika
masih tinggal lama di tengah-tengah pergaulan itu akhirnya mungkin ia akan
terjebak dan masuk ke dalam perangkap tipu daya dan tipu muslihat Zulaikha dan
kawan-kawan wanitanya.
Berdoalah Nabi Yusuf memohon kepada Allah agar memberi ketetapan iman dan
keteguhan tekad kepadanya spy tidak tersesat oleh godaan syaitan dan tipu
muslihat kaum wanita yang akan menjerumuskannya ke dalam lembah kemaksiatan dan
perbuatan mungkar. Berucaplah ia di dalam doanya:" Ya Tuhanku! sesungguhnya
aku lebih suka dipenjarakan berbanding aku berada di luar tetapi harus
memperturutkan hawa nafsu para wanita itu. Lindungilah aku wahai Tuhanku dari
pergaulan orang-orang yang hendak membawaku ke jalan yang sesat dan memaksaku
melakukan perbuatan yang Engkau tidak redhai. Bila aku dipenjarakan akan ku
bulatkan fikiranku serta ibadahku kepadamu wahai Tuhanku. Jauhkanlah daripadaku
rayuan dan tipu daya wanita-wanita itu, supaya aku tidak termasuk dari
orang-orang yang bodoh dan sesat."
Futhifar, Ketua Polis Negara, Suami Zulaikha mengetahui dengan pasti bahwa
Yusuf bersih dari tuduhan yang dilemparkan kepadanya. Ianya pula sedar bahwa
isterinyalah yang menjadi biang keladi dalam peristiwa yang sampai mencemarkan
nama baik keluarganya. Akan tetapi ia tidak dapat berbuat selain mengikuti
nasihat isterinya yang menganjurkan agar Yusuf dipenjarakan. Karena dengan
memasukkan Yusuf ke dalam tahanan, pendapat umum akan berubah dan berbalik akan
menuduh serta menganggap Yusuflah yang bersalah dalam peristiwa itu dan bukannya
Zulaikha. Dengan demikian mrk berharap nama baiknya akan pulih kembali dan
desas-desus serta kasak-kasuk masyarakat tentang rumahtanggannya akan berakhir.
Demikianlah, maka perintah dikeluarkan oleh Futhifar dan masuklah Yusuf ke
dalam penjara sesuai dengan doanya.
Isi cerita di atas dapat dibaca dalam Al-Quran surah Yusuf ayat 22 sehingga
ayat 35 :
"22. Dan tatkala ia cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan
ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
23. Dan wanita {Zulaikha} yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk
menundukkan dirinya {kepadanya} dan dia menutup pintu-pintu seraya berkata:
" Marilah kesini ". Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah,
sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik." Sesungguh orang-orang
yang zalim tidak akan beruntung. 24. Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud
{melakukan perbuatan itu} dengan Yusuf dan Yusuf pun bermaksud {melakukan pula}
dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda {dari} Tuhannya. Demikian
agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf
itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. 25. Dan kedua-duanya
berlumba-lumba menuju pintu dan wanita itu menarik baju kemeja Yusuf dari
belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka
pintu. Wanita itu berkata:" Apakah pembalasan terhadap orang yang
bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau dihukum
dengan azab yang pedih?" 26. Yusuf berkata:" Dia menggodaku untuk menundukkan
diriku {kepadanya}." Dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberi
kesaksiannya:" Jika bajunya koyak dihadapan, maka wanita itu benar, dan
Yusuf termasuk orang-orang yang dusta. 27. Dan jika bajunya koyak dibelakang,
mka wanita itulah yang dusta dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar".
28. Maka tatkala suami wanita itu melihat baju kemeja Yusuf koyak dari belakang
berkatalah dia:" Sesungguhnya kejadian itu adalah diantara tipu daya kamu,
sesungguhnya tipu daya kamu besar". 29. Hai Yusuf:" Berpalinglah dari
ini dan kamu {hai isteriku} mohon ampunlah atas doamu itu karena kamu
sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah". 30. Dan
wanita-wanita di kota itu berkata:" Isteri Al-Aziz menggoda bujangnya
untuk menundukkan dirinya kepadanya, sesungguhnya cintanya kepada bujangan itu
adalah sgt mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan
nyata." 31. Maka tatkala wanita itu {Zulaikha} mendengar cercaan mereka,
diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk dan
diberikannya kepada masing-masing mereka sebilah pisau {utk memotong jamuan}
kemudian dia berkata {kepada Yusuf}:" Keluarlah {nampakkanlah dirimu}
kepada mrk". Maka tatakala wanita-wanita itu melihatnya, mrk kagum kepada
{keindahan rupa} nya dan mrk melukai {jari} tangannya dan berkata:" Maha
sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah
malaikat yang mulia". 32. Wanita itu {Zulaikha} berkata:" Itulah dia
orang yang kamu cela aku karena {tertarik} kepadanya dan sesungguhnya aku telah
menggoda dia untuk menundukkan dirinya {kepadaku} akan tetapi dia menolak. Dan
sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya nescaya
dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk orang-orang yang hina". 33. Yusuf
berkata:" Wahai Tuhanku penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan
mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan drpku tipu daya mrk tentu akan
aku cenderung untuk {memenuhi keinginan mrk} dan tentulah aku termasuk
orang-orang yang bodoh". 34. Maka Tuhannya memperkenankan doa Yusuf dan
Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. 35. Kemudian ambil fikiran kepada mrk setelah
melihat tanda-tanda {kebenaran Yusuf} bahwa mrk harus memenjarakannya sampai
sesuatu waktu". { Yusuf : 25 ~ 35 }
Yusuf dalam penjara
Yusuf di masukkan ke dalam penjara bukannya karena ia telah melakukan
kesalahan atau kejahatan, tetapi karena sewenang-wenangnya penguasa yang
memenjarakannya untuk menutupi dosanya sendiri dengan menempelkan dosa itu
kepada orang yang dipenjarakan. Akan tetapi bagi Nabi Yusuf, penjara adalah
tempat yang aman untuk menghindari segala godaan dan tipu daya yang akan
menjerumuskannya ke dalam kemaksiatan dan perbuatan mungkar. Bagi Yusuf hidup
di dalam sebuah penjara yang gelap dan sempit, dimana gerak bandanya dan
pandangan matanya dibatasi, adalah lebih baik dan lebih disukai drp hidup di
alam bebas di mana jiwanya tertekan dan hatinya tidak merasa aman dan tenteram.
Di dalam penjara Yusuf dpt membulatkan fikirannya dan jiwanya beribadah dan
menyembah kepada Allah.
Disamping itu ia dpt melakukan dakwah di dalam penjara, memberi bimbingan
dan nasihat kepada pesalah, agar mrk yang telah berdosa melakukan kejahatan,
bertaubat dan kembali menjadi orang-orang yang baik, sedang kepada tahanan yang
tidak berdosa yang menjadi korban perbuatan penguasa yang sewenang-wenang
dihiburkna agar mrk bersabar dan bertakwa, bertawakkal serta beriman memohon
kepada Allah mengakhiri penderitaan dan kesengsaraan mrk.
Bersama dengan Yusuf, dipenjarakan pula dua orang pegawai istana Raja
dengan tujuan hendak meracunkan Raja atas perintah dan dengan kerjasama dengan
pihak musuh istana. Dua pemuda pegawai yang dipenjara itu, seorang penjaga
gudang mknan dan seorang sebagai pelayan meja istana.
Pada suatu hari pagi datanglah kedua pemuda tahanan itu ke tempat Nabi
Yusuf mengisahkan bahwa mrk telah mendpt mimpin. Si pelayan melihat ia
seakan-akan berada di tengah sebuah kebun anggur memegang gelas, seperti gelas
yang sering diguna minumkan oleh Raja, majikannya lalu diisinya gelas itu
dengan perahan buah anggur. Sedang pemuda penjaga gudang melihat dalam
mimpinnya seolah-olah mendukung di atas kepalanya sebuah keranjang yang berisi
roti, roti mana disambar oleh sekelompok burung dan di bawanya terbang. Kedua
pemuda tahanan itu mengharapkan dari Nabi Yusuf agar memberi tafsiran bagi
mimpi mrk itu.
Nabi Yusuf yang telah dikurniai kenabian dan ditugaskan oleh Allah
menyampaikan risalah-Nya kepada hamba-hamba-Nya memulai dakwahnya kepada kedua
pemuda yang datang menanyakan tafsiran mimpinnya, mengajak mrk beriman kepada
Allah Yangg Maha Esa, meninggalkan persembahan kepada berhala-berhala yang mrk
ada-adakan sendiri dengan memberi nama-nama kepada berhala-berhala itu sesuka hati
mrk. untuk membuktikan kepada kedua pemuda itu bahwa ia adalah seorang Nabi dan
pesuruh Allah, berkata Nabi Yusuf:" Aku tahu dan dapat menerangkan kepada
kamu, makanan apa yang akan kamu terima, apa jenisnya dan berapa banyaknya
demikian pula jenisnya dan macam mana minuman yang akan kamu terima.
Demikian pula dapat aku memberi tafsiran bagi mimpi seorang termasuk kedua
mimpimu. Itu semua adalah ilmu yang dikurniakan oleh Allah kepadaku. Aku telah
meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan mengingkari
adanya hari kiamat kelak. Aku telah mengikuti agama bapa-bapaku, Ibrahim, Ishaq
dan Ya'qub. Tidaklah sepatutnya kami menyekutukan sesuatu bagi Allah yang telah
mengurniakan rahmat dan nikmat-Nya atas kami dan atas manusia seluruhnya tetapi
kebanyakkan manusia tidak menghargai nikmat Allah itu dan tidak mensyukuri-Nya.
Cubalah fikirkan wahai teman-temanku dalam penjara mana yang lebih baik dan
lebih masuk akal, penyembahan kepada beberapa tuhan yang berbeda-beda atau
penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Perkasa? Tuhan telah
memerintahkan janganlah kamu menyembahkan selain drp Dia. Itulah agama yang
benar dan lurus, tetapi banyak orang tidak mengetahui dan tidak mahu
mengerti."
" Adapun mengenai mimpimu", Nabi Yusuf melanjutkan
ceritanya," Maka takbirnya bahwa engkau, wahai pemuda pelayan, segera akan
dikeluarkan dari penjara dan akan dipekerjakan kembali seperit sedia kala,
sedangkan engkau wahai pemuda penjaga gudang akan dihukum mati dengan disalib
dan kepalamu akan menjadi makan burung-burung yang mematuknya. Demikianlah
takbir mimpimu yang telah menjadi hukum Allah bagi kamu berdua."
Berkata Nabi Yusuf selanjutnya kepada pemuda yang diramalkan akan keluar
dari penjara:" Wahai temanku, pesanku kepadamu, bila engkau telah keluar
dan kembali bekerja di istana sebutlah namaku dihadapan Raja, majikanmu.
Katalah kepadanya bahwa aku dipenjarakan sewenang-wenangnya, tidak berdosa dan
tidak bersalah. Aku hanya dipenjara untuk kepentingan menyelamatkan nama
keluarga Ketua Polis Negara dan atas anjuran isterinya belaka. Jangalah engkau
lupakan pesananku ini, wahai temanku yang baik."
Kemudian, maka sesuai dengan takbir Nabi Yusuf, selang tidak lama keluarlah
surat pengampunan Raja bagi pemuda pelayan dan hukuman salib bagi pemuda penjaga
gudang dilaksanakan. Akan tetapi pesanan Nabi Yusuf kepada pemuda pelayan,
tidak disampaikan kepada Raja setelah ia diterima kembali bekerja di istana.
Syaitan telah menjadikannya lupa setelah ia menikmati kebebasan dari penjara
dan dengan demikian tetaplah Nabi Yusuf berada di penjara beberapa tahun
lamanya, penghibur para tahanan yang tidak berdosa dan mendidik serta berdakwah
kepada tahanan yang telah bersalah melakukan kejahatan dan perbuatan -perbuatan
yang buruk, agar mrk menjadi orang-orang yang baik dan bermanfaat bagi sesama
manusia dan menjadi hamba-hamba Allah yang beriman dan bertauhid.
Isi cerita ini ada tersebut di dalam Al-Quran pada surah "Yusuf"
ayat 36 sehingga ayat 42 :~
"36.~ Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang
pemuda. Berkatalah salah seorang di antara keduanya:" Sesungguhnya aku
bermimpi, bahwa aku memerah anggur." Dan yang lain berkata:"
Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku membawa roti di atas kepalaku dan
sebahagiannya dimakan burung." Beritakan kepada kami takbirnya,
sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai {menakbir
mimpi}. 37.~ Yusuf berkata:" Sebelum sampai kepada kamu berdua makanan
yang akan diberikan kepadamu melainkan aku telah dpt menerangkan jenis makanan
itu sebelum makanan itu sampai kepadamu. Yang demikian itu adalah sebahagian
dari apa yang diajarkan oleh Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya aku telah
meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedang mrk
ingkar kepada hari kemudian. 38.~ Dan aku mengikuti agama bapa-bapaku, iaitu
Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub. Tiadalah patut bagi kami {para nabi} mempersekutukan
sesuatu apa pun dengan Allah. Yang demikian itu adalah dari kurniaan Allah
kepada kami dan kepada manusia seluruhnya, tetapi kebanyakkan manusia itu tidak
mensyukurinya. 39.~ Hai kedua temanku dalam penjara, manakah yang baik,
tuhan-tuha yang bermacam-macam itu ataukah allah Yang Maha Esa lagi Maha
Perkasa? 40.~ Kamu tidak menyembah yang selain Allah melainkan hanya {menyembah
nama-nama yang kamu dan nenek moyang kamu membuat-buatnya, Allah tidak
menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah
kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia.
Itulah agama yang lurus tetapi kebanyakkan manusia tidak mengetahui. 41.~ Hai
kedua temanku dalam penjara adapun salah seorang diantara kamu berdua akan
memberi minum tuannya dengan arak adapun yang seorang lagi maka ia akan disalib
lalu burung memakan sebahagian dari kepalanya. Telah diputuskan perkarayang
kamu berdua menanyakannya {kepadaku}". 42.~ Dan Yusuf berkata kepada orang
yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua:" Terangkanlah
keadaanku kepada tuanmu". Maka syaitan menjadikan dia lupa menerangkan
{keadaan Yusuf} kepada tuannya. Karena itu tetaplah dia {Yusuf} dalam penjara
beberapa tahun lamanya." {Yusuf : 36 ~ 42}
Yusuf dibebaskan dari penjara
Pada suatu hari berkumpullah di istana raja Mesir, para pembesar, penasihat
dan para arif bijaksana yang sengaja diundang oelh untuk memberi takbir mimpi
yang telah merunsingkan dan menakutkan hatinya. Ia bermimpi seakan-akan melihat
tujuh ekor sapi betina lain yang kurus-kurus. Disamping itu ia melihat pula
dalam mimpinya tujuh butir gandum hijau disamping tujuh butir yang lain kering.
Tidak seorang drp. pembesar-pembesar yang didatangkan itu yang dapat
memberi tafsiran takbir bagi mimpi Raja bahkan sebahagian drp mrk
menganggapkannya sebagai mimpi kosong yang tiada bererti dan menganjurkan
kepada Raja melupakan saja mimpi itu dan menghilangkannya dari fikirannya.
Pelayan Raja, pemuda teman Yusuf dalam penjara, pada masa pertemuan Raja
dengan para tetamunya, lalu teringat olehnya pesan Nabi Yusuf kepadanya sewaktu
ia akan dikeluarkan dari penjara dan bahwa takbir yang diberikan oleh Nabi
Yusuf bagi mimpinya adalah tepat, telah terjadi sebagaimana telah ditakdirkan.
Ia lalu memberanikan diri menghampiri Raja dan berkata:" Wahai Paduka
Tuanku! Hamba mempunyai seorang teman kenalan di dalam penjara yang pandai
menakbirkan mimpi. Ia adalah seorang yang cekap, ramah dan berbudi pekerti
luhur. Ia tidak berdosa dan tidak melakukan kesalahan apa pun. Ia dipenjara
hanya atas fitnahan dan tuduhan palsu belaka. Ia telah memberi takbir bagi
mimpiku sewaktu hamba berada dalam tahanan bersamanya dan ternyata takbirnya
tepat dan benar sesuai dengan apa yang hamba alami. Jika Paduka Tuan berkenan,
hamba akan pergi mengunjunginya di penjara untuk menanyakan dia tentang takbir
mimpi Paduka Tuan."
Dengan izin Raja, pergilah pelayan mengunjungi Nabi Yusuf dalam penjara. Ia
menyampaikan kepada Nabi Yusuf kisah mimpinya Raja yang tidak seorang pun drp
anggota kakitangannya dan para penasihatnya dpt memberikan takbir yang
memuaskan dan melegakan hati majikannya. Ia mengatakan kepada Nabi Yusuf bahwa
jika Raja dpt dipuaskan dengan pemberian bagi takbir mimpinya, mungkin sekali
ia akan dikeluarkan dari penjara dan dengan demikian akan berakhirlah
penderitaan yang akan dialami bertahun-tahun dalam kurungan.
Berucaplah Nabi Yusuf menguraikan takbirnya bagi mimpi Raja:" Negara
akan menghadapi masa makmur, subur selama tujuh tahun, di mana tumbuh-tumbuhan
dan semua tanaman gandum, padi dan sayur mayur akan mengalami masa menuai yang
baik yang membawa hasil makanan berlimpah-ruah, kemudian menyusuk musim kemarau
selama tujuh tahun berikutnya dimana sungai Nil tidak memberi air yang cukup
bagi ladang-ladang yang kering, tumbuh-tumbuhan dan tanaman rusak dimakan hama
ssedang persediaan bahan makanan, hasil tuaian tahun-tahun subur itu sudah
habis dimakan. Akan tetapi, Nabi Yusuf melanjutkan keterangannya, setelah
mengalami kedua musim tujuh tahun itu akan tibalah tahun basah di mana hujan
akan turun dengan lebatnya menyirami tanah-tanah yang kering dan kembali
menghijau menghasilkan bahan makanan dan buah-buahan yang lazat yang dpt diperah
untuk diminum."
" Maka jika takbirku ini menjadi kenyataan ," Nabi Yusuf berkata
lebih lanjut," seharusnya kamu menyimpan baik-baik apa yang telah
dihasilkan dalam tahun-tahun subur, serta berjimat dalam pemakaiannya untuk
persiapan menghadapi masa kering, agar supaya terhindarlah rakyat dari bencana
kelaparan dan kesengsaraan."
Raja setelah mendengar dari pelayannya apa yang diceritakan oleh Nabi Yusuf
tentang mimpinya merasakan bahwa takbir yang didengarkan itu sgt masuk akal dan
dpt dipercayai bahwa apa yang telah diramalkan oleh Yusuf akan menjadi
kenyataan. Ia memperoleh kesan bahwa Yusuf yang telah memberi takbir yang tepat
itu adalah seorang yang pandai dan bijaksana dan akan sgt berguna bagi negara
jikaia didudukkan di istana menjadi penasihat dan pembantu kerajaan. Maka
disuruhnyalah kembali si pelayan ke penjara untuk membawa Yusuf menghadap
kepadanya di istana.
Nabi Yusuf yang sudah cukup derita hidup sebagai orang tahanan yang tidak
berdosa, dan ingin segera keluar dari kurungan yang mencekam hatinya itu, namun
ia enggan keluar dari penjara sebelum peristiwanya dengan isteri Ketua Polis
Negara dijernihkan lebih dahulu dan sebelum tuduhan serta fitnahan yang
ditimpakan ke atas dirinya diterangkan kepalsuannya. Nabi Yusuf ingin keluar
dari penjara sebagai orang yang suci bersih dan bahwa dosa yang diletakkan
kepada dirinya adalah fitnahan dan tipu-daya yang bertujuan menutupi dosa
isteri Ketua Polis Negara sendiri.
Raja Mesir yang sudah banyak mendengar tentang Nabi Yusuf dan terkesan oleh
takbir yang diberikan bagi mimpinya secara terperinci dan menyeluruh makin
merasa hormat kepadanya, mendengar tuntutannya agar diselesaikan lebih dahulu
soal tuduhan dan fitnahan yang dilemparkan atas dirinya sebelum ia dikeluarkan
dari penjara. Hal mana menurut fikiran Raja menandakan kejujurannya, kesucian
hatinya dan kebesaran jiwanya bahwa ia tidak ingin dibebaskan atas dasar
pengampunan tetapi ingin dibebaskan karena ia bersih dan tidak bersalah serta
tidak berdosa.
Tuntutan Nabi Yusuf diterima oleh Raja Mesir dan segera dikeluarkan
perintah mengumpulkan para wanita yang telah menghadiri jamuan makan Zulaikha
dan terhiris hujung jari tangan masing-masing ketika melihat wajahnya. Di
hadapan Raja mereka menceritakan tentang apa yang mrk lihat dan alami dalam
jamuan mkn itu serta percakapan dan soal jawab yang mrk lakukan dengan Nabi
Yusuf. Mrk menyatakan pesan mrk tentang diri Nabi Yusuf bahwa ia seorang yang
jujur, soleh, bersih dan bukan dialah yang salah dalam peristiwanya dengan
Zulaikha. Zulaikha pun dalam pertemuan itu, mengakui bahwa memang dialah yang
berdosa dalam peristiwanya dengan Yusuf dan dialah yang menganjurkan kepada
suaminya agar memenjarakan Yusuf untuk memberikan gambaran palsu kepada
masyarakat bahwa dialah yang salah dan bahwa dialah yang memperkosa
kehormatannya.
Hasil pertemuan Raja dengan para wanita itu di umumkan agar diketahui oleh
seluruh lapisan masyarakat dan dengan demikian terungkaplah tabir yang meliputi
peristiwa Yusuf dan Zulaikha. Maka atas, perintah Raja, dikeluarkanlah Nabi
Yusuf dari penjara secara hormat, bersih dari segala tuduhan. Ia pergi langsung
ke istana Raja memenuhi undangannya.
Bacalah isi cerita ini dalam Al-Quran surah "Yusuf" ayat 43
sehingga ayat 53 :~
"43.~ Raja berkata {kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya}:
"Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus
dan tujuh butir {gandum} yang hijau dan tujuh butir lainnya yang kering. Hai
orang-orang yang terkemuka, terangkanlah kepadaku tentang takbir mimpiku itu,
jika kamu dapat menakbirkan mimpi." 44.~ Mrk menjawab: "{Itu} adalah
mimpi-mimpi yang kosong dan kami sesekali tidak tahu menakbirkan mimpi".
45.~ Dan berkatalah orang yang selamat di antara mrk berdua dan teringat
{kepada Yusuf} sesudah beberapa waktu lamanya; "Aku akan memberitakan
kepadamu tentang {orang yang pandai} menakbirkan mimpi itu, maka utuslah aku
{kepadanya} ". 46.~ {Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf ia
berseru}: " Yusuf, hai orang yang sgt dpt dipercaya, terangkanlah kepada
kami tentang tujuh ekor sapi yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi
betina yang kurus-kurus dan tujuh butir {gandum} yang hijau dan {tujuh} lainnya
yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mrk
mengetahuinya". 47.~ Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun
{lamanya} sebagaimana biasa maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di
butirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. 48.~ Kemudian sesudah itu akan
datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan
untuk menghadapinya {tahun sulit} kecuali sedikit dari {benih gandum} yang kamu
simpan. 49.~ Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi
hujan {dengan cukup} dan di masa mrk memeras anggur". 50.~ Raja berkata:
"Bawalah dia kepadaku". Maka tatakala utusan itu datang kepada Yusuf,
berkatalah Yusuf: "Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakanlah kepadanya
bagimana halnya wanita-wanita yang telah melukai tangannya. Sesungguhnya
Tuhanku, Maha Mengetahui tipu daya mrk". 51.~ Raja berkata: "{kepada
wanita-wanita itu}, Bagaimana keadaan kamu ketika kamu menggoda Yusuf untuk
menundukkan dirinya {kepadamu}?" Mrk berkata: "Maha sempurnalah
Allah, kami tidak mengetahui sesuatu keburukkan drpnya". Berkata
{Zulaikha} isteri Al-Aziz: "Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang
menggodanya untuk menundukkan dirinya {kepadaku} dan sesungguhnya dia termasuk
orang-orang yang benar". 52.~ Yusuf berkata: "Yang demikian itu agar
dia {Al-Aziz} mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di
belakangnya, dan bahwasanya Allah tidak meredhai tipu daya orang-orang yang
berkhianat. 53.~ dan aku tidak membebaskan diriku {dari kesalahan}, karena
sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang
diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang". {Yusuf : 43~53}
Yusuf diangkat sebagai wakil raja Mesir
Raja Mesir yang telah banyak mendengar tentang Nabi Yusuf dari pelayannya,
teman Nabi Yusuf dalam penjara, dari kesaksian wanita-wanita, tamu Zulaikha
dalam jamuan makan dan dari Zulaikha sendiri, makin bertambah rasa hormatnya
dan kagumnya terhadap Nabi Yusuf setelah berhadapan muka dan bercakap-cakap
dengan beliau sekeluarnya dari penjara.
Kecerdasan otak Nabi Yusuf, pengetahuannya yang luas, kesabaran ,
kejujurannya, keramah-tamahannya dna akhlak serta budi pekerti luhurnya,
menurut fikiran Raja akan sangat bermanfaat bagi kerajaannya bila Nabi Yusuf
diserahi pimpinan negara dan rakyat. Maka kepada Nabi Yusuf dalam pertemuan
pertamanya dengan Raja ditawarkan agar ia tinggal di istana mewakili Raja
menyelenggarakan pemerintahan serta pengurusan negara serta memimpin rakyat
Mesir yang diramalkan akan menghadapi masa-masa sukar dan sulit.
Nabi Yusuf tidak menolak tawaran Raja Mesir itu. Ia menerimanya asal saja
kepadanya diberi kekuasaan penuh dalam bidang kewangan dan bidang pengedaran
bhn makanan, karena menurut pertimbangan Nabi Yusuf, kedua bidang yang
berkaitan antara satu sama lain itu merupakan kunci dari kesejahteraan rakyat
dan kestabilan negara. Raja yang sudah mempunyai kepercayaan penuh terhadap
diri Nabi Yusuf, terhadap kecerdasan otaknya, kejujuran serta kecekapannya
menyetujui fikiran beliau dan memutuskan untuk menyerahkan kekuasaannya kepada
Nabi Yusuf dalam suatu upacara penobatan yang menurut lazimnya dan kebiasaan
yang berlaku.
Pada hari penobatan yang telah ditentukan, yang dihadiri oleh para
pembesarnegeri dan pemuka-pemuka masyarakat, Nabi Yusuf dikukuhkan sebagai
wakil Raja, dengan mengenakan pakaian kerajaan dan di lehernya dikalung dengan
kalung emas, kemudian raja di hadapan para hadiri melepaskan cincin dari jari
tangannya lalu dipasangkannya ke jari tangan Nabi Yusuf, sebagai tanda
penyerahan kekuasaan kerajaan.
Setelah selesai penobatan dan serah terima jabatan Nabi Yusuf A.S. maka
Raja Mesir berkenan untuk mengahwinkan Yusuf dengan Zulaikha {Ra'il} janda
majikannya yang telah mati ketika Nabi Yusuf A.S. masih dalam penjara.
Kemudian setelah Nabi Yusuf bergaul dengan isterinya ia berkata:"
Tidakkah ini lebih baik drp apa yang anda kehendaki dahulu itu." Jawab
Zulaikha {Raa'il}: "Wahai orang yang jujur baik, jangan mencelaku. Anda
mengetahui bahwa aku dahulu sedemikian muda dan cantik, dalam keadaan serba
mewah, sedang suamiku lemah, tidak dpt memuaskan isteri dan dijadikan oleh Allah
sedemikian tampannya, maka aku kalah dengan hawa nafsuku". Demikianlah
keadaannya, karena itu Nabi Yusuf A.S. masih bertemu dengan Zulaikha dalam
keadaan gadis, dan mendpt dua orang putera drpnya, Ifratsim dan Minsya bin
Yusuf.
Demikianlah rahmat dan kurniaan Tuhan yang telah memberi kedudukan tinggi
dan kerajaan besar kepada hamba-Nya Nabi Yusuf setelah mengalami beberapa
penderitaan dan ujian yang berat, yang dimulai dengan pelemparannya ke dalam
sebuah perigi oleh saudara-saudaranya sendiri, kemudian dijual-belikannya
sebagai hamba dalam suatu penawaran umum dan pada akhirnya setelah ia mulai
merasa ketenangan hidup di rumah Ketua Polis Mesir datanglah godaan dan
fitnahan yang berat bagi dirinya di mana nama baiknya dikaitkan dengan suatu
perbuatan maksiat yang menyebabkan ia meringkok dalam penjara selama
bertahun-tahun.
Sebagai penguasa yang bijaksana, Nabi Yusuf memulakan tugasnya dengan
mengadakan lawatan ke daerah-daerah yang termasuk dalam kekuasaannya untuk
berkenalan dengan rakyat jelata serta daerah yang diperintahnya dari dekat,
sehingga segala rancangan dan peraturan yang akan diadakan dpt memenuhi
keperluan dan sesuia dengan iklim dan keadaan daerah.
Dalam masa tujuh tahun pertama Nabi Yusuf menjalankan pemerintahan di
Mesir, rakyat merasakan hidup tenteram , aman dan sejahtera. Barang-barang
keperluan cukup terbahagi merata dijangkau oleh semua lapisan masyrakat tanpa
terkecuali. Dalam pada itu Nabi Yusuf tidak lupa akan peringatan yang
terkandung dalam mimpi Raja Mesir, bahwa akan dtg masa tujuh tahun yang sukar
dan sulit. Maka untuk menghadapi masa itu, Nabi Yusuf mempersiapkan gudang dan
kepuk-kepuk bagi penyimpanan bhn mknan untuk musim kemarau yang akan dtg.
Berkat pengurusan yang bijaksana dari Nabi Yusuf, maka setelah masa hijau
dan subur berlalu dan masa kemarau kering tiba, rakyat Mesir tidak sampai
mengalami krisi makanan atau derita kelaparan. Persediaan bhn mknan yang
dihimpun di waktu masa hijau dan subur dpt mencukupi keperluan rakyat selama
masa kering, bahkan masa dapat menolong masyarakat Mesir yang sudah kekurangan
bhn makanan dan menghadapi bahaya kelaparan.
Kisah pengangkatan Nabi Yusuf sebagai penguasa Mesir diceritakan dalam
Al-Quran dalam surah "Yusuf" ayat 54 sehingga ayat 57 yang berbunyi
sebagai berikut:~
"54.~ Dan Raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih
dia sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah
bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: "Sesungguhnya kamu {mulai hari ini
menjadi seorang yang berkedudukkan tinggi lagi dipercayai pd sisi kami}".
55.~ Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara {Mesir}
sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan".
56.~ Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir {dia
berkuasa penuh} pergi menuju ke mana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami
melimpahkan rahmat Kami kepada sesiapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak
mensia-siakan pahala orang-orang yang berbuat baik. 57.~ Dan sesungguhnya
pahala di akhirat itu lebih baik bagi orang-orang beriman dan selalu
bertakwa." {Yusuf : 54 ~ 57 }
Pertemuan Yusuf A.S dengan saudara-saudaranya
Kemudian dtglah orang berduyun-duyun dari kota dan desa-desa pinggiran
Mesir, bahkan dari negara-negara yang berhampiran Mesir yang sudah kekurangan
bhn makanan bagi rakyatnya. Mrk dtg bagi mengharapkan pertolongan Nabi Yusuf
untuk memberi kesempatan membeli gandum serta lain-lain bhn mknan yang masih
tersedia dalam gudang-gudang pemerintah.
Di antara para pendatang yang ingin berbelanja di Mesir terdapat rombongan
orang-orang Palestin, termasuk di antara mrk ialah saudara-saudara Nabi Yusuf
sendiri, ialah penyebab utama bagi penderitaan yang telah di alaminya. Nabi
Yusuf segera mengenal mereka tetapi sebaliknya mrk tidak mengenal akan Nabi
Yusuf yang pernah dilemparkan ke dalam telaga. Bahkan tidak terlintas dalam
fikiran mrk bahwa Yusuf masih hidup, apa lagi menjadi orang besar memimpin
negara Mesir sebagai wakil Raja yang berkuasa mutlak.
Atas pertanyaan Nabi Yusuf berkatalah jurucakap rombongan putera-putera
Ya'qub: "Wahai Paduka Tuan, kami adalah putere-putera Ya'qub yang
kesemuanya adalah dua belas orang Yang termuda di antara kami putera ayah yang
bongsu kami tinggalkan rumah untuk menjaga ayah kami yang talah lamjut usia dan
buta pula. Seorang saudara lain telah lama meninggalkan rumah dan hingga kami
tidak mengetahui di mana dia berada. Kami datang kemari atas perintah ayah
kami, agar memohon pertolongan dna bantuan Paduka Tuan yang budiman, kiranya
dpt memberi kesempatan memperkenankan kami membeli gandum dari pesediaan pemerintahan
tuan, bagi memenuhi keperluan kami yang sgt mendesak, sehubungan dengan krisis
bhn makanan yang menimpa daerah kami."
Berkata Nabi Yusuf menjawab keterangan-keterangan saudaranya itu:
"Sesungguhnya kami meragukan identiti kamu dan menyangsikan keteranganmu
ini. Kami tidak dpt mengabaikan adanya kemungkinan bahwa kamu adalah mata-mata
yang dikirim oleh musuh-musuh kami untuk mengadakan kekecohan dan kekacauan di
negeri kami karenanya kami menghendaki memberi bukti-bukti yang kuat atas
kebenaran kata-katamu atau membawa saksi-saksi yang kami percaya bahwa kamu
adalah beul-betul putera-putera Ya'qub."
"Paduka Tuan Yang bijaksana", menyambut jurucakap itu, "Kami
adalah orang-orang musafir gharib di negeri tuan, tidak seorang pun di sini
mengenal kami atau kami kenal, maka sukar sekali bagi kami pada masa ini
memberi bukti atau membawa saksi sebagaimana Paduka Tuan serukan. Maka kami
hanya berpasrah kepada Paduka Tuan untuk memberi jalan kepada kami dengan cara
bagaimana kami dpt memenuhi seruan paduka itu."
"Baiklah", Nabi Yusuf berkata, "Kali ini kami memberi
kesempatan kepada kamu untuk membeli gandum dari gudang kami secukupnya
keperluaan kamu sekeluarga dengan syarat bahwa kamu harus kembali kesini
secepat mungkin membawa saudara bongsumu yang kamu tinggalkan dirumah. Jiak
syarat ini tidak dipenuhi, maka kami tidak akan melayani keperluan kamu akan
gandum untuk masa selanjutnya." Berkata abang kepada Yusuf yang tidak
mengenalkannya itu: "Paduka Tuan kami mengira bahwa ayah kami tidak akan
mengizinkan kami membawa adik bongsu kami ke sini, karena ia adalah kesayangan
ayah kami yang sangat dicintai dan dia adalah penghibur ayah yang menggantikan
kedudukan saudara kami Yusuf, sejak ia keluar dari rumah menghilangkan tanpa
meninggalkan bekas. Akan tetapi bagaimana pun untuk kepentingan kami
sekeluarga, akan kami usahakan sedapat mungkin memujuk ayah agar memngizinkan
kami membawa adik kami Benyamin ke mari dalam kesempatan yang akan
datang."
Sejak awal Nabi Yusuf melihat wajah-wajah saudaranya yang dtg memerlukan
gandum, tidak ada niat sedikit pun dalam hatinya hendak mempersukarkan missi
mrk sebagai balas dendam atas perbuatan yang mrk telah lakukan terhadap
dirinya. Soal jawab yang dilakukan dengan mrk hanya sekadar ingin mengetahui
keadaan ayah dan adik bongsunya, Benyamin yang sudah bertahun-tahun
ditinggalkan dan hanya sekadar taktik untuk mempertemukan kembali dengan ayah
dan saudara-saudaranya yang sudah lama terpisah.
Kemudian Nabi Yusuf memerintahkan pegawai-pegawainya mengisi karung-karung
saudaranya dengan gandum dan bhn makanan yang mrk perlu. Sedang brg-brg emas
dan perak yang mrk bawa untuk harga gandum dan bhn makn itu, diisikan kembali
ke dalam karung-karung mrk secara diam-diam tanpa mrk ketahui.
Setibanya kembali di Palestin berceritalah mrk kepada ayahnya Ya'qub
tentang perjalanan mrk dan bagaimana Yusuf menerima mrk, yang dipujinya sebagai
penguasa yang bijaksana, adil, sabar, rendah hati dan sangat ramah-tamah. Tanpa
sedikit kesukaran pun mrk telah diberikan hajat mrk dari gandum yang diisikan
sekali oleh pegawai-pegawai Yusuf ke dalam karung mrk.Disampaikan pula oleh mrk
kepada ayahnya, bahwa mrk diharuskan oleh Yusuf membawa adik bongsu mrk ke
Mesir, bila mrk dtg lagi untuk membeli gandum dan bhn mknan. Tanpa membawa adik
termaksud, mrk tidak akan dilayani dan diperkenankan membeli gandum yang mrk
perlukan. Karenanya mrk dari jauh-jauh mohon agar mrk diperkenankan membawa
adik mrk Benyamin bila mrk harus kembali ke Mesir untuk membeli gandum.
Berkata Nabi Ya'qub serta merta setelah mendengar cerita
putera-puteranya:"Tidak,sesekali tidak akanku berikan izinkan kepadamu
untuk membawa Benyamin jauh drpku. Aku tidak akan mempercayakan Benyamin
kepadamu setelah apa yang terjadi dengan diri Yusuf adikmu.Kamu telah berjanji
akan menjaganya baik-baik, bahkan sanggup mengorbankan jiwa-ragamu untuk
keselamatannya.
Akan tetapi apa yang telah terjadi adalah sebaliknya. Kamu pulang ke rumah
dalam keadaan selamat, sedang adikmu Yusuf, kamu lepaskan menjadi mangsa
serigala. Cukuplah apa yang telahku alami mengenai diri Yusuf dan janganlah
terulang lagi kali ini mengenai diri Benyamin".
Ketika karung-karung yang dibawa kembali dari Mesir dibongkar, ternyata
didalamnya terdpt barang-barang emas dan perak yang telah mrk bayarkan untuk
harga gandum yang dibeli. Maka seraya tercengang bercampur gembira,
berlari-larilah mrk menyampaikan kehairanan mrk kepada ayahnya. Mereka berkata:
"Wahai ayah! KAmi tidak berdusta dalam cerita kami tentang itu penguasa
Mesir orang baik hati. Lihatlah brg-brg emas dan perak yang telah kami bayarkan
untuk ganti gandum yang kami terima, dipulangkan kembali ke dalam karung-karung
kami tanpa kami mengetahui. Jadi apa yang kami bawa ini adalah pemberian
percuma dari penguasa Mesir yang sgt murah hati itu."
Dengan diperolehnya gandum, bantuan percuma dari putera yang tidak mrk
kenali, keluarga Ya'qub menjadi tenang dan merasa buat beberapa waktu, bahwa
api didapur rumah akan tetap menyala. akan tetapi persediaan yang terbatas itu
tidak bertahan lama jika tidak disusul dengan pengisian stok baru selama musim
kemarau belum berakhir. Demikianlah maka Nabi Ya'qub yang melihat persediaan
gandumnya makin hari makin berkurangan sedangkan tanda-tanda krisis makanan
belum nampak, terpaksalah ia mengutus putera-puteranya kembali ke mesir untuk memperoleh
bekalan untuk kedua kalinya dari Yusuf wakil Raja negeri itu. Dan karena
putera-putera Ya'qub tidak akan berangkat ke Mesir tanpa Benyamin, sesuai janji
mrk kepada Yusuf, maka terpaksa pulalah Ya'qub mengikut sertakan putera
bongsunya Benyamin dalam rombongan abg-abgnya.
Dengan iringan doa serta nasihat si ayah, berangkatlah kafilah
putera-putera Ya'qub yang terdiri dari sebelas orang Setiba mrk diperbatasan
kota berpisahlah menjadi beberapa kelompok memasuki kota dari arah yang
berlainan sesuai dengan pesan ayah mrk untuk menghindari timbulnya iri hati
penduduk serta prasangka dan tuduhan bahwa mrk adalah mata-mata musuh.
Setibanya di istana kerajaan mrk diterima oleh adik mereka sendiri Yusuf
yang belum mrk kenal kembali, dengan penuh ramah-tamah dan dihormati dengan
jamuan makan. Bagi mrk disediakan tempat penginapan untuk setiap dua orang
sebuah rumah, sedang adik bongsu Yusuf, Benyamin diajak bersamanya menginap
didalam istana.
Sewaktu berada berduaan dengan Yusuf, Benyamin mencucurkan airmata seraya
berkata kepada abangnya yang belum dikenal kembali: "Andaikan abgku Yusuf
masih hidup, nescaya engkau akan menempatkan aku bersamanya di sebuah rumah
tersendiri sebagaimana saudara-saudaraku yang lain." Yusuf lalu
menghiburkan hati adiknya dengan kata-kata: "Sukakah engkau bila aku
menjadi abgmu menggantikan abgmu yang hilang itu?" Benyamin menjawab:
"Tentu namun sayang sekali bahwa engkau tidak dilahirkan oleh ayahku
Ya'qub dan ibuku Rahil."
Mendengar kata-kata si adik yang merawankan hati itu, bercucurlah air mata
Yusuf, lalu memeluk adiknya sambil mengaku bahwa dia adalah Yusuf, abgnya yang
hilang itu. Ia menceritakan kepada adiknya penderitaan -penderitaan yang telah
dialami sejak ia dicampakkan ke dalam perigi , diperjual-belikan sebagai hamba
sahaya, ditahannya dalam penjara selama bertahun-tahun tanpa dosa dan akhirnya
berkat rahmat dan kurniaan Tuhan diangkatlah ia sebagai wakil raja yang
berkuasa mutlak. Yusuf mengakhiri beritanya dengan berpesan kepada adiknya,
agar merahsiakan apa yang telah ia dengarkan dan jangan sampai diketahui oleh
saudara-saudaranya yang lain.
Alangkah gembiranya Benyamin mendengar cerita abgnya yang selalu
dikenangnya sejak ia hilang meninggalkan rumah bersama-sama saudara-saudaranya
berkelah beberapa tahun yang lalu. Ia segera memeluk abangnya kembali seraya
berkata: "Aku tidak dapat bayangkan betapa gembiranya ayah bila ia
mendengar bahwa engkau masih hidup dalam keadaan segar bugar, sihat afiat,
menguasai suatu kerajaan besar, tinggal didalam istana yang diliputi oleh
segala kemewahan dan kemegahan. Sebab sejak engkau menghilang ayah kami tidak
pernah terlihat gembira. Ia selalu diliputi oleh rasa sedih dan duka, tidak
pernah sedikit pun bayanganmu terlepas dari ingatannya. Demikianlah keadaan
ayah kami hai Yusuf sejal engkau menghilangkan rumah dan menghilang,
sampai-sampai menjadi putih matanya karena kesedihan dan tangisnya yang tidak
ada hentinya."
Kisah pertemuan Yusuf dengan saudaranya dikisahkan dalam Al-Quran pada
surah "Yusuf" ayat 58 sehingga 69 yang bermaksud :~
"58.~ Dan saudara-saudara Yusuf dtg {ke Mesir} lalu mrk masuk ke
{tempat}nya. Maka Yusuf mengenal mrk, sedang mrk tidak kenal {lagi}
kepadanya.59.~ Dan tatkala Yusuf menyiapkan bhn mknannya, ia berkata:
"Bawalah kepadaku saudaramu yang seayah dengan kamu {Benyamin}, tidaklah
kamu melihat bahwa aku menyempurnakan sukatan dan aku adalah sebaik-baik
penerima tamu? 60.~ Jika kamu tidak membawanya kepadaku, maka kamu tidak akan
mendapat sukatan lagi drpku dan jgn kamu mendekatiku".61.~ Mrk berkata:
"Kami akan memujuk ayah kami untuk membawanya {ke mari} dan sesungguhnya
kami benar-benar akan melaksanakannya".62.~ Yusuf berkata kepada
bujang-bujangnya: " Masukkanlah brg-brg {penukar kepunyaan} mrk ke dalam
karung-karung mrk, spy mrk mengetahui apabila mrk telah kembali kepada
keluarganya, mudah-mudahan mrk kembali lagi".63.~ Maka tatkala mrk telah
kembali kepada ayah mrk {Ya'qub}, mrk berkata: " Wahai ayah kami, kami
tidak mendpt sukatan {gandum} lagi, {jika todak membawa saudara kami}, sebab
itu biarkanlah saudara kami {Benyamin} pergi bersama kami supaya kami mendpt
sukatan dan sesungguhnya kami akan benar-benar menjaganya".64.~ Berkata
Ya'qub: "Bagaimana aku akan mempercayakannya {Benyamin} kepadamu, kecuali
seperti aku telah mempercayakan saudaranya {Yusuf} kepada kamu dahulu?"
Maka Allah adalah sebaik-baik penjaga dan Dia adalah Mahga Penyayang di antara
para penyayang.65.~ Tatkala mrk membuka brg-brgnya, mrk menemukan kembali
brg-brg {penukaran} mrk dikembalikan kepada mrk. Mrk berkata: "Wahai ayah
kami, apa lagi yang kami inginkan. Ini brg-brg kami dikembalikan kepada kami
dan kami akan dpt memberi makan keluarga kami dan kami akan dpt memelihara
ksaudra kami dan kami akan mendapat tambahan sukatan {gandum} seberat seekor
unta. Itu adalah sukatan yang mudah {bagi Raja Mesir}".66.~ Ya'qub berkata
: "Aku sesekali tidak akan melepaskannya {pergi} bersama-sama kamu sebelum
kamu memberikan janji yang teguh atas nama Allah bahwa kamu akan pasti
membawanya kepadaku kembali, Kecuali jika kamu dikepung musuh ". Tatkala
mrk memberi janji mrk, maka Ya'qub berkata: "Allah adalah saksi terhadap
yang kami ucapkan {ini}".67.~ Dan Ya'qub berkata: " Hai anak-anakku,
janganlah kamu masuk bersama-sama dari satu pintu gerbang dan masuklah dari
pintu gerbang yang berlainan namun demikian aku tidak dpt melepaskan kamu brg
sedikit pun daripada {takdir} Allah. Keputusan menetapkan {sesuatu} hanyalah
hak Allah; kepada-Nya aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang
yang bertawakkal berserah diri".68.~ Dan tatkala mrk masuk menurut yang
diperintahkan ayah mrk ,maka {cara yang mrk lakukan itu} tiadalah melepaskan
mrk sedikit pun daripada {takdir} Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan
pada diri Ya'qub yang telah ditetapkannya. Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan
, karena Kami telah mengajarkan kepadanya. Akan tetapi kebanyakkan manusia
tidak mengetahui.69.~ Dan tatkala mrk masuk ke {tempat} Yusuf, Yusuf membawa
saudaranya {Benyamin} ke tempatnya. Yusuf berkata: "Sesungguhnya aku {ini}
adalah saudaramu,maka janganlah kamu berdukacita terhadap apa yang mrk telah
lakukan."
Yusuf menahan Benyamin sebagai tahanan
Yusuf menerima saudara-saudaranya sebagai tamu selama tiga hari tiga malam.
Setelah selesai masa bertamu bersiap-siaplah mrk untuk pulang kembali ke negerinya,
sesudah karung-karung mrk diisi dengan penuh {gandum} dam bhn-bhn makanan lain
yang mrk perlukan.
Setelah berjabat tangan, meminta diri dari Yusuf, bergeraklah kafilah mrk
menuju pintu gerbang ke luar kota. Tetapi sebelum kafilah sempat melewati batas
kota, tiba-tiba beberapa pengawal istana yang berkuda mengejar mrk dan
memerintah agar berhenti dan dilarang meneruskan perjalanan, sebelum diadakan
pemeriksaan terhadap brg-brg mrk bawa. Para pengawal mengatakan bahwa sebuah
piala gelas minum raja telah hilang dan mungkin salah seorang drp mrk yang
mencurinya.
Kafilah berhenti di tempat dan dengan hairan berkatalah jurucakap mrk:
"Demi Allah kami dtg kemari bukannya untuk mengacau dan sgt tidak mungkin
bahwa salah seorang drp kami akan mencuri piala itu. Kami adalah putera-putera
Ya'qub pesuruh Allah. Kami sudah merasa berhutang budi kepada raja dan banyak
berterimakasih atas bantuan yang telah diberikan kepada kami. Masakan kami akan
membalas kebaikan hati raja dengan mencuri brg-brgnya? Namun untuk membenarkan
kata-kata kami, kami tidak berkeberatan karung-karung dan brg-brg kami
dibongkar dan digeledah sepuas-puasnya. Dan bila ternyata ada salah seorang drp
kami yang kedapatan piala itu di dalam kumpulan brg-brgnya, kami rela
menyerahkannya kepada raja untuk diberi ganjaran yang setimpal."
Penggeledahan dilakukan oleh para pengawal, brg-brg serta karung-karung
diturunkan dari atas punggung unta, dibongkar dan diperiksa. Sejurus kemudian
berteriaklah salah seorang pengawal dengan memegang piala di tangannya seraya
berkata: "Inilah dia piala yang hilang."
Para anggota rombongan terkejut, mengangakan mulut, sambil memandang satu
dengan yang lain kehairan-hairanan, seakan-akan masing-masing bertanya di dalam
diri sendiri, gerangan musibah apakah yang menimpa mrk ini? sgt berat bahkan
tidak mungkin, mrk akanpercaya bahwa salah seorang dari rombongan bersaudara
itu melakukan perbuatan yang akan mencemarkan nama baik mrk. Namun yang mrk
saksikan dengan mata kepalanya masing-masing tidak dpt dimungkiri dan ditolak
kebenarannya.
Bertanya pemimpin rombongan kepada pengawal, dari mana mrk dptkan piala
itu. Mereka menujukan kepada salah satu bagasi, yang ternyata bahwa bagasi itu
adalah kepunyaan adik bongsu mrk Benyamin. MAka sesuai dengan persetujuan yang
telah disepakati, ditahanlah Benyamin dan tidak diizinkan menyertai rombongan
itu pulang.
Pada masa itu terbayanglah dihadapan mrk wajah Ya'qub ayah mrk, yang sedang
buta dan mengidap penyakit karena tidak henti-hentinya mengenangkan dan
mengingati Yusuf. Ayah yang dengan susah payah dan dengan rasa berat melepaskan
Benyamin menyertai mrk ke Mesir karena khuatir berulangnya kembali tragedi
Yusuf akan dialami oleh adik bongsunya Benyamin. Bagaimana harus mrk hadapi
ayah mrk yang telah diberikan janji yang teguh atas nama Allah akan membawa
Benyamin kembali? Dan apakah akan percaya ayah mrk bial diberitahu bahwa
Benyamin telah ditahan di Mesir karena mencuri piala raja? Tidakkah berita itu
kelak akan menjadikan penyakit ayah mrk makin parah, bahkan mungkin akan membinasakannya
dan mengakhiri hayatnya?
Selagi pertanya-pertanya itu berputar di dalam fikiran abg-abgnya, Benyamin
termenung seorang diri, tidak berkata sepakat kata pun. Ia ternganga
kehairanan, bagaimana piala itu boleh didpti di dalam bagasinya. PAdahal ia
sesekali tidak merasa menyentuhnya. Ia ingin menolak tuduhan dan menyangkal
dakwaan terhadap dirinya, namun akan merasa sia-sia belaka, bahkan akan
menambah menjengkelkan para pengawak yang telah mengeluarkan piala dari
bagasinya sebagai bukti yang nyata yang tidak dpt dibantah. Ia hanya berpasrah
kepada Allah Yang Mengetahui bahwa ia bersih dari tuduhan mencuri.
Anggota rombongan ramai-ramai mendatangi Yusuf, memohon kebijaksanaannya
agar menerima salah seorang drp mrk untuk menggantikan Benyamin sebagai
tahanan. Berkata mrk: "Wahai Paduka Tuan! kami sedar bahwa adik bongsu
kami bersalah dan kami tidak dpt memungkiri kenyataan yang telah kami saksikan
dengan mata kepala kami ketika piala diketemukan di dalam bagasinya. Akan
tetapi memohon kebijaksanaan dan belas kasihan Tuan agar adik kami Benyamin
meninggalkan Mesir dan sebagai gantinya Paduka Tuan dpt menuju salah seorang
drp kami sebagai tahanan. Sebab bila rombongan kami tiba di tempat tanpa
Benyamin, hal itu akan sgt menyedihkan ayah kami, bahkan mungkin dpt
membinasakan jiwanya. Ayah kami yang sudah lanjut usia, hampir mencapai satu
abad, berada dalam keadaan sakit, sejak kehinagan putera kesayangannya Yusuf.
Adalah adik kami Benyamin ini yang menjadi penghibur hatinya yang dirundung
duka dan sedih sepanjang hayatnya. Ia bahkan tidak mengizinkan kami membawanya
kemari kalau tidak karena terpaksa telah berkurangnya persediaan gandum di
rumah. Maka sangat kami harapkan belas kasihan Paduka Tuan kepada ayah kami
dengan melepaskan Benyamin dan menahan salah seorang daripada kami sebagai
gantinya."
Yusuf menolong permohonan abg-abgnya dan berpegang teguh pada persepakatan
yang telah sama dipersetujui, bahwa brg siapa kedapatan piala di dalam
bagasinya akan ditahan, apa lagi menurut syariat Nabi Ya'qub bahwa brg siapa
yang mencuri maka hukumannya ialah si pencuri dijadikan hamba satu tahun
lamanya.
Dalam permusyawaratan yang telah dilakukan oleh abg-abg Yusuf telah gagal
memperoleh persetujuannya melepaskan Benyamin dari tahanan, berkatalah Yahudza,
saudara tertua di antara mrk: "Aku tidak mempunyai muka untuk mengadap
ayah tanpa Benyamin. Kami telah mendurhakai ayah dengan melemparkan Yusuf ke
dalam perigi sehinggakan menjadi ayah menderita sepanjang hayat dan kini akan
menambahkan lagi penderitaan ayah dengan meninggalkan Benyamin seorang diri
disini tanpa kami mengetahui nasib apa yang akan dialaminya sedang kami talah
berjanji dan bersumpah akan membawanya kembali jika apa pun yang akan kami
hadapi untuk menjaga keselamatannya. Karenanya aku akan tinggal disini buat
sementara dan tidak akan pulang ke rumah sebelum ayah memanggilku dan
mengizinkanku kembali. Pergilah kamu segera pulang kembali dan ceritakanlah
kepada ayah apa yang telah terjadi dengan sebenarnya dan bila ayah tidak
mempercayaimu, disebabkan pengalamannya dengan Yusuf, maka biarlah ia menanya
kepada kafilah-kafilah dan orang -orang yang telah menyaksikan peristiwa
penggeledahan dengan mata kepala mrk sendiri di tempat kami ditahan.
Berangkatlah kafilah Ya'qub kembali ke tanah airnya dengan hanya terdiri
dari sembilan orang, meninggalkan di belakang mrk abg sulungnya Yahudza dan
adik bongsunya Benyamin. Setiba mrk di rumah hanya dengan sembilan orang dan
menghadap ayahnya menceritakan apa yang telah terjadi pada diri Benyamin dan
Yahudza. Nabi Ya'qub berkata seraya berpaling drp mereka dan mengusap dada:
"Oh alangkah sedihnya hatiku karena hilangnya Yusuf yang masih terbayang
wajahnya di depan mataku. Kini kamu tambah lagi penderitaanku dengan
meninggalkan Benyamin di negeri orang untuk kedua kalinya kamu melanggar
janjimu dan sumpahmu sendiri dan untuk kedua kalinya aku kehilangan putera yang
sgt aku sayangi dan hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan itu.
Semoga Allah memberi kesabaran kepadaku dan mempertemukan ku kembali dengan
anak-anakku semuanya."
Berkata putera-puteranya menjawab: "Wahai ayah! Demi Allah engkau akan
mengidap penyakit yang berat dan akan binasalah engkau bila engkau terus
menerus mengenangkan Yusuf dan tidak berusaha menghilangkan bayangannya dari
fikiranmu."
Menjawab teguran putera-puteranya itu berucaplah Ya'qub: "Sesungguhnya
hanya kepada Allah aku mengadukan nasibku, kesusahan dan kesedihanku. Aku
mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya."
Kemudian , mengenai diri Benyamin yang ditahan oleh pengawal-pengawal
kerajaan, maka sepeninggalan abg-abgnya, oleh Yusuf diberitahu bahwa piala raja
yang terdapat di dalam bagasinya, adalah perbuatan pengawal-pengawalnya yang
memang sengaja diperintah oleh beliau untuk diisikan ke dalam bagasi Benyamin itu
dengan maksud menahannya tinggal bersamanya di dalam istana. Ia membesarkan
hati adiknya dengan meramalkan bahwa akan tiba kelak suatu saat di mana ia
dengan adiknya dan seluruh keluarga akan bertemu dan berkumpul kembali.
Bacalah tentang isi cerita di atas ayat 70 sehingga 86 dari surah
"Yusuf" yang bermaksud :~
"70.~ Maka tatkala telah disiapkan untuk mrk bhn makanan mrk, Yusuf
memasukkan piala tempat minum ke dalam karung saudaranya. kemudian berteriaklah
seseorang yang menyerukan: "Hai kafilah, sesungguhnya kamu adalah
orang-orang yang mencuri".71.~ Mrk menjawab sambil menghadap kepada
penyeru-penyeru itu: "Brg apakah yang hilang drp kamu?"72.~
Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang
dpt mengembalikannya akan memperoleh bhn makanan {seberat} beban unta, dan aku
menjamin terhadapnya."73.~ Saudara-saudara Yusuf menjawab: "Demi
Allah sesungguhnya kamu mengetahui bahwa kami dtg bukan untuk membuat
kerusakkan di negeri {ini} dan kami bukanlah orang-orang mencuri".74.~ Mrk
berkata: "Tetapi apakah balasan jikalau kamu betul-betul
pendusta?"75.~ Mrk menjawab: "Balasannya ialah pada siapa ditemukan
{brg yang hilang} dalam karungnya, maka dia sendirilah balasannya".
Demikianlah kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang zalim.76.~ Maka
mulailah Yusuf memeriksa karung-karung mrk sebelum {memeriksa} karung
saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung
saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk {mencapai} maksud Yusuf. Tiadalah patut
Yusuf mneghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah
menghendakinya. Kami tinggikan darjat orang yang Kami kehendaki, dan diatas
tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.77.~ Mrk
berkata: "Jika ia mencuri maka sesungguhnya telah pernah mencuri pula
saudaranya sebelum itu". Maka Yusuf menyembunyikan kejengkelan itu pada
dirinya dan tidak menampakkannya kepada mrk. Dia berkata: "{Dalam hatinya}
kamu lebih buruk kedudukanmu {sifat-sifatmu} dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu terangkan itu".78.~ Mrk berkata: "Wahai Al-Aziz! Sesungguhnya ia
mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya, lantaran itu ambil salah seorang drp
kami sebagai gantinya. Sesungguhnya kami melihat kamu termasuk orang-orang yang
berbuat baik".79.~ Berkata Yusuf: "Aku mohon perlindungan Allah drp
menahan seorang kecuali orang yang kami ketemukan harta benda kami padanya,
jika kami berbuat demikian, maka benar-benarlah kami, orang-orang yang
zalim".80.~ Maka tatkala mrk berputus asa drp {keputusan} Yusuf, mrk menyendiri
sambil berunding dengan berbisik-bisik. Berkatalah yang tertua di antara mrk:
"Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya ayahmu telah mengambil janji
drp kami dengan nama Allah dan sebelum itu kamu telah mensia-siakan Yusuf.
Sebab itu aku tidak akan meninggalkan negeri Mesir, sampai ayahku mengizinkan
kepadaku. Dan Dia adalah hakim sebaik-baiknya".81.~ " Kembalilah
kepada ayahmu dan berkatalah: " Wahai ayah kami! Sesungguhnya anak kamu
telah mencuri dan kami hanya menyatakan apa yang kami ketahui dan sesekali
tidak dapat menjaga {mengetahui} barang yang ghaib.82~ Dan tanyalah penduduk
negeri yang kami berada di situ dan kafilah yang kami datang bersamanya dan
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar".83.~ Ya'qub berkata:
"Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan {yang buruk itu}.
Maka kesabaran yang baik itulah {kesabaranku}. Mudah-mudahan Allah mendatangkan
mrk semua kepadaku sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana'.84.~ Dan Ya'qub berpaling dari mrk {anak-anaknya} seraya berkata:
"Aduhai dukacitaku terhadap Yusuf. Dan kedua matanya menjadi putih karena
kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya {terhadap
anak-anaknya}.85.~ Mrk berkata: "Demi Allah, senantiasa kamu mengingati
Yusuf, sehingga kamu mengidap penyakit yang berat atau termasuk orang-orang
yang binasa".86.~ Ya'qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada
Allah aku mengadu kesusahan dan kesedihan hatiku, dan aku mengetahui dari Allah
apa yang kamu tidak mengetahuinya".
Pertemuan kembali keluarga Ya'ub
Sejak kembalinya kafilah putera-puteranya dari Mesir tanpa Benyamin dan
Yahudza, maka duka nestapa dan kesedihan Ya'qub makin mendalam dan menyayat
hati. Ia tidak merasakan tidur bermalam-malam, mengenangkan ketiga puteranya
yang tidak berketentuan tenpat dan nasibnya. Ia hanya terasa terhibur bial ia
sedang menghadap kepada Allah, bersolat, bersujud seraya memohon kepada Allah
agar mengurniainya kesabaran dan keteguhan iman menghadapi ujian dan percubaan
yang sedang ia alami.
Ia kadangkala berkhalwat seorang diri melepaskan air matanya bercucuran
sebebas-bebasnya untuk melegakan dadanya yang sesak.
Fizikal Nabi Ya'qub makin hari makin menjadi lemah, tubuhnya makin kurus
hungga tunggal kulit melekat pada tulang, ditambah pula dengan kebutaan matanya
yang menjadi putih. Hal mana menjadikan putera-puteranya khuatir terhadap
kelangsungan hidupnya. Mrk menegurnya dengan mengatakan: "Wahai ayah! Ayah
adalah seorang Nabi dan pesuruh Allah yang drp-Nya wahyu diturunkan dan drpnya
kami mendpt tuntutan dan ajaran beriman. Sampai bilakah ayah bersedih hati dan
mencucurkan air mata mengenangkan Yusuf dan Benyamin. Tidak cukupkah sudah
bahwa banda ayah hanya tinggal kulit di atas tulang dan mata ayah menjadi buta?
Kami sgt khuatir bahwa ayah akan menjadi binasa bila tidak menyedarkan diri dan
berhenti mengenangkan Yusuf dan Benyamin".
Ya'qub menjawab teguran putera-puteranya itu mengatakan: "Kata-kata
teguranmu bahkan menambahkan kesedihan hatiku dan bahkan membangkitkan kembali
kenangan-kenanganku pada masa yang lalu, di mana semua anak-anak ku berkumpul
di depan mataku. Aku berkeyakinan bahwa Yusuf masih hidup dan suara hatiku
membisikkan kepadaku bahwa ia masih berkeliaran di atas bumi Allah ini, namun
di mana ia berada dan nasib apa yang ia alami, hanya Allahlah yang
mengetahuinya. Bila kamu benar-benar sayang kepadaku dan ingin melegakan hatiku
serta menghilangkan rasa sedih dan dukacitaku, pergilah kamu merantau mencari
jejak Yusuf dan berusahalah sampai menemuinya dan setidak-tidaknya mendapat
keterangan di mana ia berada sekarang dan jangan sesekali berputus asa karena
hanya orang-orang kafirlah yang berputus asa dari rahmat Allah".
Seruan Ya'qub dipertimbangkan oleh putera-puteranya dan diterimanyalah
saranannya, setidak-tidaknya ia sekadar membesarkan hati si ayah dan meredakan
rasa penderitaannya yang berlarut-larutan. Dan sekali pun mrk merasa tidak
mungkin mendapat Yusuf dalam keadaan hidup, namun bila mrk berhasil memujuk
penguasa Mesir mengembalikan Benyamin, maka hal itu sudah cukup merupakan penghibur
bagi ayah mrk serta ubat yang dpt meringankan rasa sakit hatinya.
Racangan perjalanan dirundingkan dan terpilihlah Mesir sebagai tujuan
pertama dari perjalanan mrk mencari jejak Yusuf sesuai dengan seruan Ya'qub
dengan maksud sampingan ialah membeli gandum untuk mengisi persediaan yang
sudah berkurang.
Tibalah kafilah putera-putera Ya'qub di Mesir untuk ketiga kalinya dan
dalam pertemuan mrk dengan Yusuf, wakil raja Mesir yang berkuasa, berkatalah
jurucakap mrk: "Wahai Paduka Tuan! Keadaan hidup yang sukar dan melarat di
negeri kami yang disebabkan oleh krisis bhn makanan yang belum teratasi memaksa
kami dtg kembali untuk ketiga kalinya mengharapkan bantuan dan murah hati
paduka tuan, kedatangan kami kali ini juga untuk mengulang permohonan kami
kepada paduka tuan dptlah kiranya adik bongsu kami Benyamin dilepaskan untuk
kami bawa kembali kepada ayahnya yang sudah buta kurus kering dan sakit0sakit
sejak Yusuf, abang Benyamin hilang. Kami sgt mengharapkan kebijaksanaan paduka
tuan agar melepaskan permohonan kami ini, kalau-kalau dengan kembalinya
Benyamin kepada pangkuan ayahnya dpt meringankan penderitaan batinnya serta
memulihkan kembali kesihatan badannya yang hanya tinggal kulit melekat pada
tulangnya."
Kata-kata yang diucapkan oleh abg-abgnya menimbulkan rasa haru pd diri
Yusuf dan tepat mengenai sasaran di lubuk hatinya, menjadikan ia merasakan
bahwa masanya telah tiba untuk mengenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya
dan dengan demikian akan dapat mengakhiri penderitaan ayahnya yang malang itu.
Berucaplah Yusuf kepada saudara-saudaranya secara mengejek: "Masih
ingatkah kamu apa yang telah kamu lakukan terhadap adikmu Yusuf, tatkala kamu
memperturutkan hawa nafsu melemparkannya ke dalam perigi di suatu tempat yang
terpencil? Dan masih teringatkah olehmu tatkala seorang drpmu memegang Yusuf
dengan tangannya yang kuat, menanggalkan pakaiannya daritubuhnya lalu dalam
keadaan telanjang bulat ditinggalkannyalah ia seorang diri di dalam perigi yang
gelap dan kering itu, lalu tanpa menghiraukan ratap tangisnya, kamu kembali
pulang ke rumah dengan rasa puas seakan-akan kamu telah membuang sebuah benda
atau seekor binatang yang tidak patut dikasihani dan dihiraukan nasibnya?"
Mendengar kata-kata yang diucapkan oleh wakil raja Mesir itu, tercenganglah
para saudara Yusuf, bertanya-tanya kepada diri sendiri masing-masing, seraya
mamandang antara satu dengan yang lain, bagaimana peristiwa itu sampai
diketahuinya secara terperinci, padahal tidak seorang pun drp mereka pernah
membocorkan berita peristiwa itu kepada orang lain, juga kepada Benyamin pun
yang sedang berada di dalam istana raja. Kemudian masing-masing dari mereka
menyorotkan matanya, mulutmya dan seluruh tubuhnya dari kepala sampailah ke
kaki. Dicarinya ciri-ciri khas yang mrk ketahui berada pada tubuh Yusuf semasa
kecilnya. Lalu berbisik-bisiklah mrk dan sejurus kemudian keluarlah dari mulut
mereka secara serentak suara teriakan : "Engkaulah Yusuf".
"Benar",Yusuf menjawab, "Akulah Yusuf dan ini adalah adikku
setunggal ayah dan ibu, Benyamin. Allah dengan rahmat-Nya telah mengakhiri
segala penderitaanku dan segala ujian berat yang telah aku alami dan dengan
rahmat-Nya pula kami telah dikurniai nikmat rezeki yang melimpah ruah dan
penghidupan yang sejahtera. Demikianlah barangsiapa yang bersabar, bertaqwa serta
bertawakkal tidaklah akan luput dari pahala dan ganjarannya."
Setelah mendengar pengakuan Yusuf, berubahlah wajah mereka menjadi pucat.
Terbayang di depan mata mrk apa yang mrk perbuat terhadap diri adik mrk Yusuf
yang berada di depan mereka sebagai wakil raja Mesir yang berkuaa penuh. Mereka
gelisah tidak dpt membayangkan pembalasan apa yang akan mrk terima dari Yusuf
atas dosa mereka itu.
Berkatalah saudara-saudara Yusuf dengan nada yang rendah:
"Sesungguhnya kami telah berdosa terhadap dirimu dan bertindak kejam
ketika kami melemparkan kamu ke dasar telaga. Kami lakukan perbuatan kejam itu,
terdorong oleh hawa nafsu dan bisikan syaitan yang terkutuk. Kami sgt sesalkan
peristiwa yang terjadi itu yang berakibat penderitaan bagimu dan bagi ayah
kami.Akan tetapi kini nampak kepada kami kelebihanmu di atas diri kami dan
bagaiman Allah telah mengurniakan nikmat-Nya kepadamu sebagai ganti penderitaan
yang disebabkan oleh perbuatan kami yang durhaka terhadap dirimu. Maka terserah
kepadamu untuk tindakan pembalasan apakah yang akan engkau timpakan di atas
diri kami yang telah berdosa dan mendurhakaimu".
Berucaplah Yusuf menenteramkan hati saudara-saudaranya yang sedang
ketakutan: "Tidak ada manfaatnya menyesalkan apa yang telah terjadi dan
menggugat kejadian-kejadian yang telah lalu. Cukuplah sudah bila itu semua
menjadi pengajaran bahwa mengikuti hawa nafsu dan suara syaitan selalu akan
membawa penderitaan dan mengakibatkan kebinasaan di dunia dan di akhirat.
Mudah-mudahan Allah mengampuni segala dosamu, karena Dialah Yang Maha Penyayang
serta Maha Pengampun. Pergilah kamu sekarang juga kembali kepada ayah dengan
membawa baju kemejaku ini. Usapkanlak ia pada kedua belah matanya yang
insya-Allh akan menjadi terang kembali, kemudian bawalah ia bersama semua keluarga
ke sini secepat mungkin."
Maka bertolaklah kafilah putera-putera Ya'qub dengan diliputi rasa haru
bercampur gembira, kembali menuju ke Palestin membawa berita gembira bagi ayah
mereka yang sedang menanti hasil usaha pencarian Yusuf yang disarankannya. Dan
selagi kafilah sudah mendekati akhir perjalanannya dan hampir memasuki Palestin
ayah mereka Nabi Ya'qub memperoleh firasat bahwa pertemuan dengan Yusuf, putera
kesayangannya sudah berada di ambang pintu. Firasat itu diperolehnya sewaktu ia
berkhalwat seorang diri di mihrab tempat ibadahnya bermunajat kepada Allah,
berzikir dan bersujud seraya melepaskan air matanya bercucuran dan suara
tangisnya menggema di seluruh sudut rumah, sekonyong-konyong suara tangisnya
berbalik menjadi gelak ketawa, air matanya berhenti bercucuran dan keluarlah ia
dari mihrabnya berteriak: "Aku telah mencium bau tubuh Yusuf dan aku yakin
bahwa aku akan menemuinya dalam waktu dekat. Ini bukan khayalan dan bukannya
pula bawaan kelemahan ingatan yang selalu kamu tuduhkan kepadaku."
Sejurus kemudian berhentilah kafilah di depan pintu rumah turunlah
putera-putera Ya'qub dari atas unta masing-masing, beramai-ramai masuk ke dalam
rumah dan berpeluknyalah ayah sambil mengusapkan baju kemeja Yusuf pada kedua
belah matanya. Seketika itu pula terbuka lebarlah kedua belah mata Ya'qub,
bersinar kembali memandang wajah putera-puteranya dan mendengar kisah
perjalanan putera-puteranya dan bagaimana mrk telah menemukan Yusuf bersama
adiknya Benyamin. Disampaikan pula kepada ayah seruan dan undangan Yusuf agar
semua sekeluarga berhijrah ke Mesir dan bergabung menjadi satu di dalam
istananya. Dan segera berkemas-kemaslah Ya'qub sekeluarga menyiapkan diri untuk
berhijrah ke Mesir.
Dirangkulnyalah si ayah oleh Yusuf seraya mencucurkan air mata setiba
Ya'qub di halaman istana bersama seluruh keluarga. Demikian pula ayah tidak
ketinggalan mencucurkan air mata, namun kali ini adalah air mata suka dan
gembira. Semuanya pada merebahkan diri bersujud sebagai tanda syukur kepada
Allah serta penghormatan bagi Yusuf, kemudian dinaikkannyalah ayah dan ibu
tirinya yang juga saudara ibunya ke atas sigahsana seraya berkata: "Wahai
ayahku! Inilah dia takbir mimpiku yang dahulu itu, menjadi kenyataan. Dan tidak
kurang-kurang rahmat dan kurniaan Allah kepadaku yang telah mengangkatku dari
dalam perigi, mengeluarkan aku dari penjara dan mempertemukan kami semua
setelah syaitan telah merusakkan perhubungan persaudaraan antaraku dan
saudara-saudaraku. Sesungguhnya Allah Maha Lembut terhadap apa yang Dia
kehendaki dan sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana".Kemudian Yusuf mengangkat kedua tangannya berdoa: "Ya
Tuhanku! Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan
mengajarkan kepadaku pengentahuan serta kepandaian mentakbir mimpi. Ya Tuhanku
Pencipta langit dan bumi! Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat,
wafatkanlah aku dalam keadaan Islam, beriman dan bertakwa dan gabungkanlah aku
dengan orang-orang yang soleh."
Bacalah ayat 87 sehingga 101 dari surah "Yusuf", tentang isi cerita
di atas sebagai berikut :~
"87.~ Berkatalah Ya'qub: " Hai anak-anakku, pergilah kamu maka
carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kamu
kafir."88.~ Maka ketika mereka masuk ke {Tempat} Yusuf, mereka berkata :
"Hai Al-Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami
datang membawa barang-barang yang tidak berharga, maka sempurnakanlah sukatan
untuk kami dan bersedekahlah kepada kami, sesungguhnya Allah memberi balasan
kepada orang-orang yang bersedekah."89.~ Yusuf berkata: "Apakah kamu
mengetahui {keburukan} apa yang kamu lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya
ketika kamu tidak mengetahui {akibat} perbuatanmu itu?"90.~ Mereka berkata:
"Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?" Yusuf menjawab: "Akulah
Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan kurnia-Nya kepada
kami". Sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka
sesungguhnya Allah tidak mensia-siakan pahala orang-orang yang berbuat
baik".91.~ Mereka berkata: "Demi Allah, sesungguhnya Allah telah
melebihkankamu atas kami dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah
{berdosa}".92.~ Dia {Yusuf} berkata: "Pada hari ini tidak ada cercaan
terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni {kamu} dan Dia adalah Maha
Penyayang di antara para penyayang".93.~ Pergilah kamu dengan membawa baju
kemejaku ini, lalu lekatkanlah ia ke wajah ayahku, nanti ia akan melihat
kembali, dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku".94.~ Tatkala kafilah
itu telah keluar {dari negeri Mesir} berkata ayah mereka: " Sesungguhnya
aku mencium bau Yusuf sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal {tentu kamu
membenarkan aku}".95.~ Keluarganya berkata: "Demi Allah kamu sesungguhnya
masih dalam kekeliruanmu yang dahulu".96.~ Tatkala telah tiba pembawa
berita gembira itu, maka diletakkannya baju itu ke wajah Ya'qub, lalu
kembalilah dia dapat melihat. Berkata Ya'qub: "Tidakkah aku katakan
kepadamu, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak
mengetahuinya".97.~ Mereka berkata: "Wahai ayah kami! Mohonkanlah
ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang bersalah {berdosa}".98.~ Ya'qub berkata: "Kelak aku akan
memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang".99.~ Maka tatkala mereka masuk ke {tempat } Yusuf,
Yusuf merangkul ibu bapanya dan dia berkata: "Masuklah kamu di negeri
Mesir, insya-Allah dalam keadaan aman".100.~ Dan ia menaikkan kedua ibu
bapanya ke atas singahsana. Dan mereka {semuanya} merebahkan diri seraya sujud
kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf: "Wahai ayahku! Inilah takbir mimpiku yang
dahulu itu, sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan
sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku
dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syaitan
merusakkan {hubungan} antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana".101.~ Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau
telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan
kepadaku sebahagian takbir mimpi {ya Tuhanku} Pencipta langit dan bumi.
Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan
Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang soleh." { Yusuf : 87 ~
101 }
Pelajaran yang didapat dari kisah Nabi Yusuf A.S.
Banyak ajaran dan ibrah yang dapat dipetik dari Kisah Nabi Yusuf yang penuh
dengan pengalaman hidup yang kontriversi itu. Di antaranya ialah :~
Bahwasanya penderitaan seseorang yang nampaknya merupakan suatu musibah dan
bencana, pd hakikatnya dalam banyak hal bahkan merupakan rahmat dan barakah
yang masih terselubung bagi penderitaannya.Karena selalunya bahwa penderitaan
yang di anggapkan itu suatu musibah adalah menjadi permulaan dari kebahagiaan
dan menjadi kesejahteraan yang tidak diduga semula. Demikianlah apa yang telah
dialami oleh Nabi Yusuf dengan pelemparan dirinya ke dalam sebuah perigi oleh
saudara-saudaranya sendiri, disusuli dengan pemenjaraannya oleh para penguasa
Mesir. Semuanya itu merupakan jalan yang harus ditempuh oleh beliau untuk
mencapai puncak kebesaran dan kemuliaan sebagai nabi serta tngkat hidup yang
mewah dan sejahtera sebagai seorang penguasa dalam sebuah kearajaan yang besar
yang dengan kekuasaannya sebagai wakil raja, dapat menghimpunkan kembali
seluruh anggota keluarganya setelah sekian lama berpisah dan bercerai-berai.
Maka seseorang mukmin yang percaya kepada takdir, tidak sepatutnya merasa
kecewa dan berkecil hati bila tertimpa sesuatu musibah dalam harta kekayaannya,
kesihatan jasmaninya atau keadaan keluarganya. Ia harus menerima percubaan
Allah itu dengan penuh kesabaran dan tawakkal seraya memohon kepada Yang Maha
Kuasa agar melindunginya dan mengampuni segala dosanya, kalau-kalau musibah
yang ditimpakan kepadanya itu merupakan peringatan dari Allah kepadanya untuk
bertaubat.
Dan sebaliknya bila seseorang mukmin memperoleh nikmat dan kurinia Allah
berupa perluasan rezeki, kesempurnaan kesihatan dan kesejahteraan keluarga, ia
tidak sepatutnya memperlihatkan sukacita dan kegembiraan yang berlebih-lebihan.
Ia bahkan harus bersyukur kepada Allah dengan melipat gandakan amal solehnya
sambil menyedarkan diri bahwa apa yang diperolehnya itu kadang-kadang boleh
tercabut kembali bila Allah menghendakinya. Lihatlah sebagaimana teladan Nabi
Yusuf yang telah kehilangan iman dan tawakkalnya kepada Allah sewaktu berada
seorang diri di dalam perigi mahupun sewaktu merengkok di dalam penjara,
demikian pula sewaktu dia berada dalam suasana kebesarannya sebagai Penguasa
Kerajaan Mesir, ia tidak disilaukan oleh kenikmatan duniawinya dan kekuasaan
besar yang berada di tangannya. Dalam kedua keadaan itu ia tidak melupakan
harapan, syukru dan pujaan kepada Allah dan sedar bahwa dirinya sebagai makhluk
yang lemah tidak berkuasa mempertahankan segala kenikmatan yang diperolehnya
atau menghindarkan diri dari musibah dan penderitaan yang Allah limpahkan
kepadanya. Ia mengembalikan semuanya itu kepada takdir dan kehendak Allah Yang
Maha Kuasa.
Nabi Yusuf telah memberi contoh dan teladan bagi kemurnian jiwanya dan
keteguhan hatinya tatkala menghadapi godaan Zulaikha, isteri ketua Polis Mesir,
majikannya. Ia diajak berbuat maksiat oleh Zulaikha seorang isteri yang masih
muda belia, cantik dan berpengaruh, sedang ia sendiri berada dalam puncak
kemudaannya, di mana biasanya nafsu berahi seseorang masih berada di tingkat
puncaknya. Akan tetapi ia dapat menguasai dirinya dan dapat mengawal nafsu
kemudaannya, menolak ajak isteri yang menjadi majikannya itu, karena ia takut
kepada Allah dan tidak mahu mengkhianati majikannya yang telah berbuat budi
kepadanya dirinya dan memperlakukannya seolah-olah anggota keluarganya sendiri.
Sebagai akibat penolakannnya itu ia rela dipenjarakan demi mempertahankan
keluhuran budinya, keteguhan imannya dan kemurnian jiwanya.
Nabi Yusuf memberi contoh tentang sifat seorang kesatria yang enggan
dikeluarkan dari penjara sebelum persoalannya dengan Zulaikha dijernihkan. Ia
tidak mahu dikeluarkan dari penjara kerana memperoleh pengampunan dari Raja,
tetapi ia ingin dikeluarkan sebagai orang yang bersih, suci dan tidak berdosa.
Karenanya ia sebelum menerima undangan raja kepadanya untuk datang ke istana,
ia menuntut agar diselidik lebih dahulu tuduhan-tuduhan palsu dan
fitnahan-fitnahan yang dilekatkan orang kepada dirinya dan dijadikannya alasan
untuk memenjarakannya. Terpaksalah raja Mesir yang memerlukan Yusuf sebagai
penasihatnya, memerintahkan pengusutan kembali peristiwa Yusuf dengan Zulaikha
yang akhirnya dengan terungkapnya kejadian yang sebenar, di mana mereka
bersalah dan memfitnah mengakui bahawa Yusuf adalah seorang yang bersih suci
dan tidak berdosa dan bahwa apa yang dituduhkan kepadanya itu adalah palsu
belaka.
Suatu sifat utama pembawaan jiwa besar Nabi Yusuf menonjol tatkala ia
menerima saudara-saudaranya yang datang ke Mesir untuk memperolehi hak
pembelian gandum dari gudang pemerintah karajaan Mesir. Nabi Yusuf pada masa
itu, kalau ia mahu ia dapat melakukan pembalasan terhadap saudara-saudaranya
yang telah melemparkannya ke dalam sebuah perigi dan memisahkannya dari ayahnya
yang sangat dicintai. Namun sebaliknya ia bahkan menerima mereka dengan
ramah-tamah dan melayani keperluan mereka dengan penuh kasih sayang,
seolah-olah tidak pernah terjadi apa yang telah dialami akibat tindakan
saudara-saudaranya yang kejam dan tidak berperikemanusiaan. Demikianlah Nabi
Yusuf dengan jiwa besarnya telah melupakan semua penderitaan pahit yang telah
dialaminya akibat tindakan saudara-saudaranya itu dengan memberi pengampunan
kepada mereka, padahal ia berada dalam keadaan yang memungkinkannya melakukan
pembalasan yang setimpal. Dan pengampunan yang demikian itulah yang akan
berkesan kepada orang yang diampuni dan yang telah dianjurkan oleh Allah dan
Rasul-Nya dalam beberapa ayat Al-Quran dan beberapa hadis nabawi.
NABI SYU'AIB AS
Kaum Madyam, kaumnya Nabi Syu'ib, adalah segolongan bangsa Arab yang
tinggal di sebuah daerah bernama "Ma'an" di pinggir negeri Syam.
Mereka terdiri dari orang-orang kafir tidak mengenal Tuhan Yang Maha Esa.
Mereka mentembah kepada "Aikah" iaitu sebidang padang pasir yang
ditumbuhi beberapa pohon dan tanam-tanaman. Cara hidup dan istiadat mereka
sudah sgt jauh dari ajaran agama dan pengajaran nabi-nabi sebelum Nabi Syu'aib
a.s.
Kemungkaran, kemaksiatan dan tipu menipu dalam pengaulan merupakan
perbuatan dan perilaku yang lumrah dan rutin. Kecurangan dan perkhianatan dalam
hubungan dagang seperti pemalsuan barang, kecurian dalam takaran dan timbangan
menjadi ciri yang sudah sebati dengan diri mereka. Para pedagang dan petani
kecil selalu menjadi korban permainan para pedagang-pedagang besar dan para
pemilik modal, sehingga dengan demikian yang kaya makin bertambah kekayaannya,
sedangkan yang lemah semakin merosot modalnya dan semakin melarat hidupnya.
Sesuai dengan sunnah Allah sejak Adam diturunkan ke bumi bahwa dari waktu
ke waktu bila manusia sudah lupakan kepada-Nya dan sudah jauh menyimpang dair
ajaran-ajaran nabi-nabi-Nya, dan bila Iblis serta syaitan sudah menguasai
sesuatu masyarakat dengan ajaran dan tuntutannya yang menyesatkan maka Allah
mengutuskan seorang rasul dan nabi untuk memberi penerangan serta tuntutan
kepada mereka agar kembali ke jalan yang lurus dan benar, jalan iman dan tauhid
yang bersih dari segala rupa syirik dan persembahan yang bathil.
Kepada kaum Madyan diutuslah oleh Allah seorang Rasul iaitu Nabi Syu'aib,
seorang drpd mrk sendiri, sedarah dan sedaging dengan mereka. Ia mengajak
mereka meninggalkan persembahan kepada Aikah, sebuah benda mati yang tidak
bermanfaat atau bermudharat dan sebagai gantinya melakukan persembahan dan
sujud kepada Allah Yang Maha Esa, Pencipta langit dan bumi termasuk sebidang
tanah yang mereka puja sebagai tuhan mereka.
Nabi Syu'aib kepada mereka agar meninggalkan perbuatan-perbuatan dan
kelakukan-kelakuan yang dilarang oleh Allah serta membawa kerugian bagi sesama
manusia serta mengakibat kerusakan dan kebinasaan masyarakat. Mereka diajak
agar berlaku adil dan jujur terhadap diri sendiri dan terutama terhadap orang
lain, meninggalkan perkhianat dan kezaliman serta perbuatan curang dalam
hubungan dagang, perampasan hak milik seseorang dan penindasan terhadap
orang-orang yang lemah dan miskin.
Diingatkan oleh Nabi Syu'aib akan nikmat Allah dan kurniaan-Nya yang telah
memberi mereka tanah subu serta sarana-sarana kemakmuran yang berlimpah-limpah
dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan anak cucu yang pesat. Semuanya itu
menurut seruan Nabi Syu'aib, patut diimbangi dengan rasa bersyukur dan bersembah
kepada Allah Maha Pencipta yang akan melipat gandakan nikmat dan kurnia-Nya
kepada orang-orang yang beriman dan bersyukur.
Diingatkan pula Nabi Syu'aib bahwa mrk tidak mahu sedar dan kembali kepada
jalan yang benar mengikuti ajaran dan perintah Allah yang dibawanya, nescaya
Allah akan mencabut nikmat dan kurnia-Nya kepada mereka, bahkan akan menurunkan
azabnya atas mereka di dunia selain seksa dari azab yang menanti mereka kelak
di akhirat bila di bangkitkan kembali dari kubur.
Kepada mereka Nabi Syu'aib dikisahkan seksa dan azab yang diturunkan oleh
Allah terhadap kaum Nuh, kaum Hud, kaum Saleh dan paling dekat kaum Luth yang
kesemua telah menderita dan menjadi binasa akibat kekafiran, keangkuhan dan
keengganan mereka mengikuti ajaran serta tuntutan nabi-nabi yang diutus Allah
kepada Mereka. Diingatkan oleh Nabi Syu'aib agar mereka beriktibar dan ingat
bahwa mereka akan mengalami nasib yang telah dialami oleh kaum-kaum itu jika
mereka tetap melakukan persembahan yang bathil serta tetap melakukan perbuatan-perbuatan
yang buruk dan jahat.
Dakwah dan ajakan Nabi Syu'aib disambut oleh mereka terutama penguasa,
pembesar serta orang-orang kaya dengan ejekan dan olok-olok. Mereka berkata:
"Adakah kerana solatmu, engaku memerintahkan kami menyembah selain apa
yang telah kami sembah sepanjang hayat kami. Persembahan mana pula telah
dilakukan oleh nenek moyang kami dan diwariskan kepada kami. Dan apakah juga
karena solatmu engkau menganjurkan kami meninggalkan cara-cara hidup
sehari-hari yang nyata telah membawa kemakmuran dan kebahagian bagi kami bahkan
sudah menjadi adat istiadat kami turun temurun. Sungguh kami tidak mengerti apa
apa tujuanmu dan apa maksudmu dengan ajaran-ajaran baru yang engkau bawa kepada
kami. Sungguh kami menyaksikan kesempurnaan akalmu dan keberesan otakmu!"
Ejekan dan olok-olok mrk didengar dan diterima oleh Syu'aib dengan kesabran
dan kelapangan dada. Ia sesekali tidak menyambut kata-kata kasar mereka dengan
marah atau membalasnya dengan kata-kata yang kasar pula. Ia bahkan makin bersikap
lemah lembut dalam dakwahnya dengan menggugah hati nurani dan akal mereka
supaya memikirkan dan merenungkan apa yang dikatakan dan dinasihatkan kepada
mereka. Dan sesekali ia menonjolkan hubungan darah dan kekeluargaannya dengan
mereka, sebagai jaminan bahwa ia menghendaki perbaikan bagi hidup mereka di
dunia dan akhirat dan bukan sebaliknya. Ia tidak mengharapkan sesuatu balas
jasa atas usaha dakwahnya. Ia tidak pula memerlukan kedudukan atau menginginkan
kehormatan bagi dirinya dari kaumnya. Ia akan cukup merasa puas jika kaumnya
kembali kepada jalan Allah, masyarakatnya akan menjadi masyarakat yang bersih
dari segala kemaksiatan dan adt-istiadat yang buruk. Ia akan menerima upahnya
dari Allah yang telah mengutuskannya sebagai rasul yang dibebani amanat untuk
menyampaikan risalah-Nya kepada kaumnya sendiri.
Kaum Syu'aib akhirnya merasa jengkel dan jemu melihat Nabi Syu'aib tidak
henti-hentinya berdakwah bertabligh pada setiap kesempatan dan di mana saja ia
menemui orang berkumpul. Penghinaan dan ancaman dilontar kepada Nabi Syu'aib
dan para pengikutnya akan diusir dan akan dikeluarkan dari Madyan jika mereka
mahu menghentikan dakwahnya atau tidak mahu mengikuti agama adn cara-cara hidup
mereka.
Berkata mereka kepada Nabi Syu'aib dengan nada mengejek: "Kami tidak
mengerti apa yang kamu katakan. Nasihat-nasihatmu tidak mempunyai tempat di
dalam hati dan kalbu kami. Engkau adalah seorang yang lemah fizikalnya, rendah
kedudukan dalam pengaulan maka tidak mungkin engkau dapat mempengaruhi atau
memimpin kami yang berfizikal lebih kuat dan berkedudukan yang lebih tinggi
drpmu. Cuba tidak kerana kerabatmu yang kami segani dan hormati, nescaya engkau
telah kami rejam dan sisihkan dari pengaulan kami."
Nabi Syu'aib menjawab: "aku tidak akan hentikan dakwahku kepada
risalah Allah yang telah diamanahkan kepadaku dan jgnlah kamu mengharapkan
bahwa aku mahupun para pengikutku akan kembali mengikuti agamamu dan
adt-istiadatmu setelah Allah memberi hidayahnya kepada kami. Pelindunganku
adalah Allah Yang Maha Berkuasa dan bukan sanad kerabatku, Dialah yang memberi
tugas kepadaku dan Dia pula akan melindungiku dari segala gangguan dan ancaman.
Adakah sanak saudaraku yang engkau lebih segani drp Allah yang Maha
Berkuasa?"
Sejak berdakwah dan bertabligh menyampaikan risalah Allah kepada kaum
Madyan, Nabi Syu'aib berhasil menyedarkan hanya sebahagian kecil dari kaumnya,
sedang bahagian yang terbesar masih tertutup hatinya bagi cahaya iman dan
tauhid yang diajar oleh beliau. Mereka tetap berkeras kepala mempertahankan
tradisi, adt-istiadat dan agama yang mereka warisi dari nenek moyang mereka.
Itulah alasan mereka satu-satunya yang mereka kemukakan untuk menolak ajaran
Nabi Syu'aib dan itulah benteng mereka satu-satunya tempat mereka berlindung
dari serangan Nabi Syu'aib atas persembahan mereka yang bathil dan adat
pengaulan mereka yang mungkar dan sesat. Di samping itu jika mereka sudah
merasa tidak berdaya menghadapi keterangan-keterangan Nabi Syu'aib yang
didukung dengan dahlil dan bukti yang nyata kebenaran, mereka lalu melemparkan
tuduhan-tuduhan kosong seolah-olah Nabi adalah tukang sihir dan ahli sulap yang
ulung. Mereka telah berani menentang Nabi Syu'aib untuk membuktikan kebenaran
risalahnya dengan memdatangkan bencana dari Allah yang ia sembah dan
menganjurkan orang menyembah-Nya pula.
Mendengar tentangan kaumnya yang menandakan hati mereka telah tertutup
rapat-rapat bagi sinar agama dan wahyu yang ia bawa dan bahwa tiada harapan
lagi akan menarik mereka ke jalan yang lurus serta mengangkat mereka dari
lembah syirik dan kemaksiatan serta pergaulan buruk, maka bermohonlah Nabi
Syu'aib kepada Allah agak menurunkan azzab seksanya kepada kaum Madyan bahwa
wujud-Nya serta menentang kekuasaannya untuk menjadi ibrah dan peringatan bagi
generasi-generasi yang mendatang.
Allah Yang Maha berkuasa berkenan menerima permohonan dan doa Syu'aib, maka
diturunkanlah lebih dahulu di atas mereka hawa udara yang sangat panas yang
mengeringkan kerongkongan karena dahaga yang tidak dapat dihilangkan dengan air
dan membakar kulit yang tidak dapat diubati dengan berteduh di bawah atap rumah
atau pohon-pohon.
Di dalam keadaan mrk yang sedang bingung, panik berlari-lari ke sana ke
mari, mencari perlindungan dari terik panasnya matahari yang membakar kulit dan
dari rasa dahaga karena keringnya kerongkong tiba-tiba terlihat di atas kepala
mereka gumpalan awan hitam yang tebal, lalu berlarilah mereka ingin berteduh
dibawahnya. Namun setelah mereka berada di bawah awan hitam itu seraya
berdesak-desak dan berjejal-jejal, jatuhlah ke atas kepala mereka percikan api
dari jurusan awan hitam itu diiringi oleh suara petir dan gemuruh ledakan
dahsyat sementara bumi di bawah mereka bergoyang dengan kuatnya menjadikan
mereka berjatuhan, tertimbun satu di bawah yang lain dan melayanglah jiwa
mereka dengan serta-merta.
Nabi Syu'aib merasa sedih atas kejadian yang menimpa kaumnya dan berkata
kepada para pengikutnya yang telah beriman: "Aku telah sampaikan kepada
mrk risalah Allah, menasihati dan mengajak mereka agar meninggalkan
perbuatan-perbuatan mungkar serta persembahan bathil mereka dan aku telah
memperingatkan mereka akan datangnya seksaan Allah bila mereka tetap berkeras
hati, menutup telinga mereka terhadap suara kebenaran ajaran-ajaran Allah yang
aku bawa, namun mereka tidak menghiraukan nasihatku dan tidak mempercayai
peringatanku. Karenanya tidak patutlah aku bersedih hati atas terjadinya
bencana yang telah membinasakan kaumku yang kafir itu.'
NABI AYYUB AS
Berkata salah seorang malaikat kepada kawan-kawannya yang lagi berkumpul
berbincang-bincang tentang tingkah-laku makhluk Allah, jenis manusia di atas
bumi : "Aku tidak melihat seorang manusia yang hidup di atas bumi Allah
yang lebih baik dari hamba Allah Ayyub". Ia adalah seorang mukmin sejati
ahli ibadah yang tekun. Dari rezeki yang luas dan harta kekayaan yang diberikan
oleh Allah kepadanya, ia mengenepikan sebahagian untuk menolong orang-orang
yang memerlukan para fakir miskin. Hari-harinya terisi penuh dengan ibadah,
sujud kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmat dan kurnia yang diberikan kepadanya."
Para kawanan malaikat yang mendengarkan kata-kata pujian dan sanjungan
untuk diri Ayyub mengakui kebenaran itu bahkan masing-masing menambahkan lagi
dengan menyebut beberapa sifat dan tabiat yang lain yang ada pada diri Ayyub.
Percakapan para malaikat yang memuji-muji Ayyub itu didengar oleh Iblis
yang sedang berada tidak jauh dari tempat mereka berkumpul. Iblis merasa panas
hati dan jengkel mendengar kata-kata pujian bagi seseorang dari keturunan Adam
yang ia telah bersumpah akan disesatkan ketika ia dikeluarkan dari syurga
kerananya. Ia tidak rela melihat seorang dari anak cucu anak Nabi Adam menjadi
seorang mukmin yang baik, ahli ibadah yang tekun dan melakukan amal soleh
sesuai dengan perintah dan petunjuk Allah.
Pergilah Iblis mendatangi Ayyub untuk menyatakan sendiri sampai sejauh mana
kebenaran kata-kata pujian para malaikat itu kepada diri Ayyub. Ternyata memang
benar Ayyub patut mendapat segala pujian itu. Ia mendatangi Ayyub
bergelimpangan dalam kenikmatan duniawi, tenggelam dalam kekayaan yang tidak
ternilai besarnya, mengepalai keluarga yang besar yang hidup rukun, damai dan
bakti. Ia mendapati Ayyub tidak tersilau matanya oleh kekayaan yang ia miliki
dan tidak tergoyahkan imannya oleh kenikmatan duniawinya. Siang dan malam ia
sentiasa menemui Ayyub berada di mihrabnya melakukan solat, sujud dan tasyakur
kepada Allah atas segala pemberian-Nya. Mulutnya tidak berhenti menyebut nama
Allah berzikir, bertasbih dan bertahmid. Ayyub ditemuinya sebagai seorang yang
penuh kasih sayang terhadap sesama makhluk Allah yang lemah, yang lapar
diberinya makan, yang telanjang diberinya pakaian, yang bodoh diajar dan
dipimpin dan yang salah ditegur.
Iblis gagal dalam usahanya memujuk Ayyub. Telinga Ayyub pekak terhadap
segala bisikannya dan fitnahannya dan hatinya yang sudah penuh dengan iman dan
takwa tidak ada tempat lagi bagi bibit-bibit kesesatan yang ditaburkan oleh
Iblis. Cinta dan taatnya kepada Allah merupakan benteng yang ampuh terhadap
serangan Iblis dengan peluru kebohongan dan pemutar-balikan kebenaran yang
semuanya mental tidak mendapatkan sasaran pada diri Ayyub.
Akan tetapi Iblis bukanlah Iblis jika ia berputus asa dan kegagalannya
memujuk Ayyub secara langsung. Ia pergi menghadapi kepada Allah untuk
menghasut. Ia berkata : " Wahai Tuhan, sesungguhnya Ayyub yang menyembah
dan memuji-muji-Mu, bertasbih dan bertahmid menyebut nama-Mu, ia tidak berbuat
demikian seikhlas dan setulus hatinya kerana cinta dan taat pada-Mu. Ia
melakukan itu semua dan berlaku sebagai hamba yang soleh tekun beribadah
kepada-Mu hanya kerana takut akan kehilangan semua kenikmatan duniawi yang
telah Engkau kurniakan kepadanya. Ia takut, jika ia tidak berbuat demikian ,
bahawa engkau akan mencabut daripadanya segala nikmat yang telah ia perolehnya
berupa puluhan ribu haiwan ternakan, beribu-ribu hektar tanah ladang,
berpuluh-puluh hamba sahaya dan pembantu serta keluarga dan putera-puteri yang
soleh dan bakti. Tidakkah semuanya itu patut disyukuri untuk tidak terlepas
dari pemilikannya dan habis terkena musibah? Di samping itu Ayyub masih
mengharapkan agar kekayaannya bertambah menjadi berlipat ganda. Untuk tujuan
dan maksud itulah Ayyub mendekatkan diri kepada-Mu dengan ibadah dan amal-amal
solehnya dan andai kata ia terkena musibah dan kehilangan semua yang ia miliki,
nescaya ia akan mengubah sikapnya dan akan melalaikan kewajibannya beribadah
kepada-Mu."
Allah berfirman kepada Iblis : " Sesungguhnya Ayyub adalah seorang
hamba-Ku yang sangat taat kepada-Ku, ia seorang mukmin sejati, apa yang ia
lakukan untuk mendekati dirinya kepada-Ku adalah semata-mata didorong oleh iman
yang teguh dan taat yang bulat kepada-Ku. Iman dan takwa yang telah meresap di
dalam lubuk hatinya serta menguasai seluruh jiwa raganya tidak akan tergoyah
oleh perubahan keadaan duniawinya. Cintanya kepada-Ku yang telah menjiwai amal
ibadah dan kebajikannya tidak akan menurun dan menjadi kurang, musibah apa pun
yang akan melanda dalam dirinya dan harta kekayaannya. Ia yakin
seyakin-yakinnya bahwa apa yang ia miliki adalah pemberian-Ku yang sewaktu-waktu
dapat Aku cabut daripadanya atau menjadikannya bertambah berlipat ganda. Ia
bersih dari semua tuduhan dan prasangkamu. Engkau memang tidak rela
melihathamba-hamba-Ku anak cucu Adan berada di atas jalan yang benar, lurus dan
tidak tersesat. Dan untuk menguji keteguhan hati Ayyub dan kebulatan imannya
kepada-Ku dan kepada takdir-Ku, Aku izinkan engkau untuk mencuba menggodanya
serta memalingkannya daripada-Ku. Kerahkanlah pembantu-pembantumu menggoda
Ayyub melalui harta kekayaannya dan keluarganya. Cuba binasakanlah harta
kekayaannya dan cerai-beraikanlah keluarganya yang rukun dan bahagia itu dan
lihatlah sampai di mana kebolehanmu menyesatkan dan merusakkan iman hamba-Ku
Ayyub itu."
Dikumpulkanlah oleh Iblis syaitan-syaitan, pembantunya, diberitahukan bahawa
ia telah mendapatkan izin dari Tuhan untuk mengganyang ayyub, merusak aqidah
dan imannya dan memalingkannya dari Tuhannya yang ia sembah dengan sepenuh hati
dan keyakinan. Jalannya ialah dengan memusnahkan harta kekayaannya sehingga ia
menjadi seorang yang papa dan miskin, mencerai-beraikan keluarganya sehingga ia
menjadi sebatang kara tidak berkeluarga, Iblis berseru kepada
pembantu-pembantunya itu agar melaksanakan tugas penyesatan Ayyub
sebaik-baiknya dengan segala daya dan siasat apa saja yang mereka dapat
lakukan.
Dengan berbagai cara gangguan, akhirnya berhasillah kawanan syaitan itu
menghancurkan-luluhkan kekayaan Ayyub, yang dimulai dengan haiwan-haiwan
ternakannya yang bergelimpangan mati satu persatu sehingga habis sama sekali,
kemudian disusul ladang-ladang dan kebun-kebun tanamannya yang rusak menjadi
kering dan gedung-gedungnya yang terbakar habis dimakan api, sehingga dalam
waktu yang sangat singkat sekali Ayyub yang kaya-raya tiba-tiba menjadi seorang
papa miskin tidak memiliki selain hatinya yang penuh iman dan takwa serta
jiwanya yang besar.
Setelah berhasil menghabiskan kekayaan dan harta milik Ayyub datanglah
Iblis kepadanya menyerupai sebagai seorang tua yang tampak bijaksana dan
berpengalaman dan berkata: "Sesungguhnya musibah yang menimpa dirimu
sangat dahsyat sekali sehingga dalam waktu yang begitu sempit telah habis semua
kekayaanmu dan hilang semua harta kekayaan milikmu. Kawan-kawanmu merasa sedih
ssedang musuh-musuhmu bersenang hati dan gembira melihat penderitaan yang
engkau alami akibat musibah yang susul-menyusul melanda kekayaan dan harta
milikmu. Mereka bertanya-tanya, gerangan apakah yang menyebabkan Ayyub tertimpa
musibah yang hebat itu yang menjadikannya dalam sekelip mata kehilangan semua
harta miliknya. Sementara orang dari mereka berkata bahawa mungkin kerana Ayyub
tidak ikhlas dalam ibadah dan semua amal kebajikannya dan ada yang berkata
bahawa andaikan Allah, Tuhan Ayyub, benar-benar berkuasa, nescaya Dia dapat
menyelamatkan Ayyub dari malapetaka, mengingat bahawa ia telah menggunakan
seluruh waktunya beribadah dan berzikir, tidak pernah melanggar perintah-Nya .
Seorang lain menggunjing dengan mengatakan bahawa mungkin amal ibadah Ayyub
tidak diterima oleh Tuhan, kerana ia tidak melakukan itu dari hati yang bersih
dan sifat ria dan ingin dipuji dan banyak lagi cerita-cerita orang tentang
kejadian yang sangat menyedihkan itu. Akupun menaruh simpati kepadamu, hai
Ayyub dan turut bersedih hati dan berdukacita atas nasib yang buruk yang engkau
telah alami."
Iblis yang menyerupai sebagai orang tua itu - mengakhiri kata-kata
hasutannya seraya memperhatikan wajah Ayyub yang tetap tenang berseri-seri
tidak menampakkan tanda-tanda kesedihan atau sesalan yang ingin ditimbulkan
oleh Iblis dengan kata-kata racunnya itu. Ayyub berkata kepadanya :
"Ketahuilah bahawa apa yang aku telah miliki berupa harta benda,
gedung-gedung, tanah ladang dan haiwan ternakan serta lain-lainnya semuanya itu
adalah barangan titipan Allah yang diminta-Nya kembali setelah aku cukup
menikmatinya dan memanfaatkannya sepanjang masa atau ibarat barang pinjaman
yang diminta kembali oleh tuannya jika saatnya telah tiba. Maka segala syukur
dan ouji bagi Allah yang telah memberikan kurniaan-Nya kepadaku dan mencabutnya
kembali pula dari siapa yang Dia kehendaki dan mencabutnya pula dari siapa saja
yang Dia suka. Dia adalah yang Maha Kuasa mengangkat darjat seseorang atau
menurunkannya menurut kehendak-Nya. kami sebagai hamba-hamba makhluk-Nya yang
lemah patut berserah diri kepada-Nya dan menerima segala qadha' dan takdir-Nya
yang kadang kala kami belum dapat mengerti dan menangkap hikmah yang terkandung
dalam qadha' dan takdir-Nya itu."
Selesai mengucapkan kata-kata jawabnya kepada Iblis yang sedang duduk
tercenggang di depannya, menyungkurlah Ayyub bersujud kepada Allah memohon
ampun atas segala dosa dan keteguhan iman serta kesabaran atas segala cubaan
dan ujian-Nya.
Iblis segera meninggalkan rumah Ayyub dengan rasa kecewa bahawa racun
hasutannya tidak termakan oleh hati hamba Allah yang bernama Ayyub itu. Akan
tetapi Iblis tidak akan pernah berputus asa melaksanakan sumpah yang ia telah
nyatakan di hadapan Allah dan malaikat-Nya bahawa ia akan berusaha menyesatkan
Bani Adam di mana saja mereka berada. Ia merencanakan melanjutkan usaha
gangguan dan godaannya kepada Ayyub lewat penghancuran keluarganya yang sedang
hidup rukun, damai dan saling hidup cinta mencintai dan harga menghargai. Iblis
datang lagi menghadap kepada Tuhan dan meminta izin meneruskan usahanya mencuba
Ayyub. Berkata ia kepada Tuhan: "Wahai Tuhan, Ayyub tidak termakan oleh
hasutanku dan sedikit pun tidak goyah iman dan aqidahnya kepada-Mu meski pun ia
sudah kehilangan semua kekayaannya dan kembali hidup papa dan miskin kerana ia
masih mempunyai putera-putera yang cekap yang dapat ia andalkan untuk mengembalikan
semua yang hilang itu dan menjadi sandaran serta tumpuan hidupnya di hari
tuanya. Menurut perkiraanku, Ayyub tidak akan bertahan jika musibah yang
mengenai harta kekayaannya mengenai keluarganya pula, apa lagi bila ia sangat
sayang dan mencintai, maka izinkanlah aku mencuba kesabarannya dan keteguhannya
kali ini melalui godaan yang akan aku lakukan terhadap keluarganya dan
putera-puteranya yang ia sangat sayang dan cintai itu."
Allah meluluskan permintaan Iblis itu dan berfirman: "Aku mengizinkan
engkau mencuba sekali lagi menggoyahkan hati Ayyub yang penuh iman, tawakkal
dan kesabaran tiu dengan caramu yang lain, namun ketahuilah bahawa engkau tidak
akan berhasil mencapai tujuanmu melemahkan iman Ayyub dan menipiskan
kepercayaannya kepada-Ku."
Iblis lalu pergi bersama pembantu-pembantunya menuju tempat tinggal
putera-putera Ayyub di suatu gedung yang penuh dengan sarana-sarana kemewahan
dan kemegahan, lalu digoyangkanlah gedung itu hingga roboh berantakan menjatuhi
dan menimbuni seluruh penghuninya. Kemudian cepat-cepatlah pergi Iblis
mengunjungi Ayyub di rumahnya, menyerupai sebagai seorang dari kawan-kawan
Ayyub, yang datang menyampaikan takziah dan menyatakan turut berdukacita atas
musibah yang menimpa puteranya. Ia berkata kepada Ayyub dalam takziahnya:
"Hai Ayyub, sudahkah engkau melihat putera-puteramu yang mati tertimbun di
bawah runtuhan gedung yang roboh akibat gempa bumi? Kiranya, wahai Ayyub, Tuhan
tidak menerima ibadahmu selama ini dan tidak melindungimu sebagai imbalan bagi
amal solehmu dan sujud rukukmu siang dan malam."
Mendengar kata-kata Iblis itu, menangislah Ayyub tersedu-sedu seraya
berucap: "Allahlah yang memberi dan Dia pulalah yang mengambil kembali.
Segala puji bagi-Nya, Tuhan yang Maha Pemberi dan Maha Pencabut."
Iblis keluar meninggalkan Ayyub dalam keadaan bersujud munajat dengan rasa
jengkel dan marah kepada dirinya sendiri kerana telah gagal untuk kedua kalinya
memujuk dan menghasut Ayyub. Ia pergi menghadap Tuhan dan berkata: "Wahai
Tuhan, Ayyub sudah kehilangan semua harta benda dan seluruh kekayaannya dan
hari ini ia ditinggalkan oleh putera-puteranya yang mati terbunuh di bawah
runtuhan gedung yang telah kami hancurkan , namun ia masih tetap dalam keadaan
mentalnya yang kuat dan sihat. Ia hanya menangis tersedu-sedu namun batinnya,
jiwanya, iman dan kepercayaannya kepada-Mu tidak tergoyah sama sekali. Izinkan
aku mencubanya kali ini mengganggu kesihatan bandanya dan kekuatan fizikalnya,
kerana jika ia sudah jatuh sakit dan kekuatannya menjadi lumpuh, nescaya ia
akan mulai malas melakukan ibadah dan lama-kelamaan akan melalaikan
kewajibannya kepada-Mu dan menjadi lunturlah iman dan akidahnya."
Allah tetap menentang Iblis bahawa ia tidak akan berhasil dalam usahanya
menggoda Ayyub walau bagaimana pun besarnya musibah yang ditimpakan kepadanya
dan bagaimana pun beratnya cubaan yang dialaminya. Kerana Allah telah
menetapkan dia menjadi teladan kesabaran, keteguhan iman dan ketekunan
beribadah bagi hamba-hamba-Nya. Allah berfirman kepada Iblis: "Bolehlah
engkau mencuba lagi usahamu mengganggu kesihatan badan dan kekuatan fizikal
Ayyub. Aku akan lihat sejauh mana kepandaianmu mengganggu dan menghamba
pilihan-Ku ini."
Iblis lalu memerintahkan kepada anak buahnya agar menaburkan benih-benih
baksil penyakit ke dalam tubuh Ayyub. Baksil-baksil ysng ditaburkan itu segera
mengganyang kesihatan Ayyub yang menjadikan ia menderita berbagai-bagai
penyakit, deman panas, batuk dan lain-lain lagi sehingga menyebabkan badannya
makin lama makin kurus, tenaganya makin lemah dan wajahnya menjadi pucat tidak
berdarah dan kulitnya menjadi berbintik-bintik . Ianya akhir dijauhi oleh
orang-orang sekampungnya dan oleh kawan-kawan dekatnya, kerana penyakit Ayyub
dapat menular dengan cepatnya kepada orang-orang yang menyentuhnya atau
mendekatinya. Ia menjadi terasing daripada pergaulan orang di tempatnya dan
hanya isterinyalah yang tetap mendampinginya, merawatnya dengan penuh kesabaran
dan rasa kasih sayang, melayani segala keperluannya tanpa mengeluh atau
menunjukkan tanda kesal hati dari penyakit suaminya yang tidak kunjung sembuh
itu.
Iblis memperhatikan Ayyub dalam keadaan yang sudah amat parah itu tidak
meninggalkan adat kebiasaannya, ibadahnya, zikirnya, ia tidak mengeluh, tidak
bergaduh, ia hanya menyebut nama Allah memohon ampun dan lindungan-Nya bila ia
merasakan sakit. Iblis merasa kesal hati dan jengkel melihat ketabahan hati
Ayyub menanggung derita dan kesabarannya menerima berbagai musibah dan ujian.
Iblis kehabisan akal, tidak tahu apa usaha lagi yang harus diterapkan bagi
mencapai tujuannya merusakkan aqidah dan iman Ayyub. Ia lalu meminta bantuan
fikiran dari para kawan-kawan pembantunya, apa yang harus dilakukan lagi untuk
menyesatkan Ayyub setelah segala usahanya gagal tidak mencapai sasarannya.
Bertanya mereka kepadanya: "Di manakah kepandaianmu dan tipu dayamu
yang ampuh serta kelincinanmu menyebar benih was-was dan ragu ke dalam hati
manusia yang biasanya tidak pernah sia-sia?" Seorang pembantu lain
berkata: "Engkau telah berhasil mengeluarkan Adam dari syurga, bagaimanakah
engkau lakukan itu semuanya sampai berhasilnya tujuanmu itu?"
"Dengan memujuk isterinya", jawab Iblis. "Jika
demikian" berkata syaitan itu kembali, "Laksanakanlah siasat itu dan
terapkanlah terhadap Ayyub, hembuskanlah racunmu ke telinga isterinya yang
tampak sudah agak kesal merawatnya, namun masih tetap patuh dan setia."
"Benarlah dan tepat fikiranmu itu," kata Iblis, "Hanya
tinggal itulah satu-satu jalan yang belum aku cuba. Pasti kali ini dengan cara
menghasut isterinya aku akan berhasil melaksanakan akan maksudku selama
ini."
Dengan rencana barunya pergilah Iblis mendatangi isteri Ayyub, menyamar
sebagai seorang kawan lelaki yang rapat dengan suaminya. Ia berkata kepada
isteri Ayyub: "Apa khabar dan bagaimana keadaan suamimu di ketika
ini?"
Seraya mengarahkan jari telunjuknya ke arah suaminya, berkata isteri Ayyub
kepada Iblis itu, tamunya: "Itulah dia terbaring menderita kesakitan,
namun mulutnya tidak henti-hentinya berzikir menyebut nama Allah. Ia masih
berada dalam keadaan parah, mati tidak hidup pun tidak."
Kata-kata isteri Ayyub itu menimbulkan harapan bagi Iblis bahawa ia kali
ini akan berhasil maka diingatkanlah isteri Ayyub akan masa mudanya di mana ia
hidup dengan suaminya dalam keadaan sihat, bahagia dan makmur dan
dibawakannyalah kenang-kenangan dan kemesraan. Kemudian keluarlah Iblis dari
rumah Ayyub meninggalkan isteri Ayyub duduk termenung seorang diri,
mengenangkan masa lampaunya, masa kejayaan suaminya dan kesejahteraan hidupnya,
membanding-bandingkannya dengan masa di mana berbagai penderitaan dan musibah
dialaminya, yang dimulai dengan musnahnya kekayaan dan harta-benda, disusul
dengan kematian puteranya, dan kemudian yang terakhirnya diikuti oleh penyakit
suaminya yang parah yang sangat menjemukan itu. Isteri Ayyub merasa kesepian
berada di rumah sendirian bersama suaminya yang terbaring sakit, tiada sahabat
tiada kerabat, tiada handai, tiada taulan, semua menjauhi mereka kerana khuatir
kejangkitan penyakit kulit Ayyub yang menular dan menjijikkan itu.
Seraya menarik nafas panjang datanglah isteri Ayyub mendekati suaminya yang
sedang menderita kesakitan dan berbisik-bisik kepadanya berkata: "Wahai
sayangku, sampai bilakah engkau terseksa oleh Tuhanmu ini? Di manakah
kekayaanmu, putera-puteramu, sahabat-sahabatmu dan kawan-kawan terdekatmu? Oh,
alangkah syahdunya masa lampau kami, usia muda, badan sihat, sarana kebahagiaan
dan kesejahteraan hidup tersedia dikelilingi oleh keluarga dan terulang kembali
masa yang manis itu? Mohonlah wahai Ayyub dari Tuhanmu, agar kami dibebaskan
dari segala penderitaan dan musibah yang berpanjangan ini."
Berkata Ayyub menjawab keluhan isterinya: "Wahai isteriku yang
kusayangi, engkau menangisi kebahagiaan dan kesejahteraan masa yang lalu,
menangisi anak-anak kita yang telah mati diambil oleh Allah dan engkau minta
aku memohon kepada Allah agar kami dibebaskan dari kesengsaraan dan penderitaan
yang kami alami masa kini. Aku hendak bertanya kepadamu, berapa lama kami tidak
menikmati masa hidup yang mewah, makmur dan sejahtera itu?" "Lapan
puluh tahun", jawab isteri Ayyub. "Lalu berapa lama kami telah hidup
dalam penderitaan ini?" tanya lagi Ayyub. "Tujuh tahun", jawab
si isteri.
"Aku malu", Ayyub melanjutkan jawabannya," memohon dari
Allah membebaskan kami dari sengsaraan dan penderitaan yang telah kami alami
belum sepanjang masa kejayaan yang telah Allah kurniakan kepada kami. Kiranya
engkau telah termakan hasutan dan bujukan syaitan, sehingga mulai menipis
imanmu dan berkesal hati menerima taqdir dan hukum Allah. Tunggulah ganjaranmu
kelak jika aku telah sembuh dari penyakitku dan kekuatan badanku pulih kembali.
Aku akan mencambukmu seratus kali. Dan sejak detik ini aku haramkan diriku
makan dan minum dari tanganmu atau menyuruh engkau melakukan sesuatu untukku.
Tinggalkanlah aku seorang diri di tempat ini sampai Allah menentukan
taqdir-Nya."
Setelah ditinggalkan oleh isterinya yang diusir, maka Nabi Ayyub tinggal
seorang diri di rumah, tiada sanak saudara, tiada anak dan tiada isteri. Ia
bermunajat kepada Allah dengan sepenuh hati memohon rahmat dan kasih sayang-Nya.
Ia berdoa: "Wahai Tuhanku, aku telah diganggu oleh syaitan dengan
kepayahan dan kesusahan serta seksaan dan Engkaulah wahai Tuhan Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang."
Allah menerima doa Nabi Ayyub yang telah mencapai puncak kesabaran dan
keteguhan iman serta berhasil memenangkan perjuangannya melawan hasutan dan
bujukan Iblis. Allah mewahyukan firman kepadanya: "Hantamkanlah kakimu ke
tanah. Dari situ air akan memancur dan dengan air itu engkau akan sembuh dari
semua penyakitmu dan akan pulih kembali kesihatan dan kekuatan badanmu jika
engkau gunakannya untuk minum dan mandimu."
Dengan izin Allah setelah dilaksanakan petunjuk Illahi itu, sembuhlah
segera Nabi Ayyub dari penyakitnya, semua luka-luka kulitnya menjadi kering dan
segala rasa pedih hilang, seolah-olah tidak pernah terasa olehnya. Ia bahkan
kembali menampakkan lebih sihat dan lebih kuat daripada sebelum ia menderita.
Dalam pada itu isterinya yang telah diusir dan meninggalkan dia seorang
diri di tempat tinggalnya yang terasing, jauh dari jiran, jauh dari keramaian
kota, merasa tidak sampai hati lebih lama berada jauh dari suaminya, namun ia
hampir tidak mengenalnya kembali, kerana bukanlah Ayyub yang ditinggalkan sakit
itu yang berada didepannya, tetapi Ayyub yang muda belia, segar bugar, sihat
afiat seakan-akan tidak pernah sakit dan menderita. Ia segera memeluk suaminya
seraya bersyukur kepada Allah yang telah memberikan rahmat dan kurnia-Nya
mengembalikan kesihatan suaminya bahkan lebih baik daripada keadaan asalnya.
Nabi Ayyub telah bersumpah sewaktu ia mengusir isterinya akan mencambuknya
seratus kali bila ia sudah sembuh. Ia merasa wajib melaksanakan sumpahnya itu,
namun merasa kasihan kepada isterinya yang sudah menunjukkan kesetiaannya dan
menyekutuinya di dalam segala duka dan deritanya. Ia bingung, hatinya
terumbang-ambingkan oleh dua perasaan, ia merasa berwajiban melaksanakan
sumpahnya, tetapi isterinya yang setia dan bakti itu tidak patut, kata hatinya,
menjalani hukuman yang seberat itu. Akhirnya Allah memberi jalan keluar baginya
dengan firman-Nya: "Hai Ayyub, ambillah dengan tanganmu seikat rumput dan
cambuklah isterimu dengan rumput itu seratus kali sesuai dengan sesuai dengan
sumpahmu, sehingga dengan demikian tertebuslah sumpahmu."
Nabi Ayyub dipilih oleh Allah sebagai nabi dan teladan yang baik bagi
hamba-hamba_Nya dalam hal kesabaran dan keteguhan iman sehingga kini nama Ayyub
disebut orang sebagai simbul kesabaran. Orang menyatakan , si Fulan memiliki
kesabaran Ayyub dan sebagainya. Dan Allah telah membalas kesabaran dan keteguhan
iman Ayyub bukan saja dengan memulihkan kembali kesihatan badannya dan kekuatan
fizikalnya kepada keadaan seperti masa mudanya, bahkan dikembalikan pula
kebesaran duniawinya dan kekayaan harta-bendanya dengan berlipat gandanya. Juga
kepadanya dikurniakan lagi putera-putera sebanyak yang telah hilang dan mati
dalam musibah yang ia telah alami. Demikianlah rahmat Tuhan dan kurnia-Nya
kepada Nabi Ayyub yang telah berhasil melalui masa ujian yang berat dengan
penuh sabar, tawakkal dan beriman kepada Allah.
Kisah Ayyub di atas dapat dibaca dalam Al-Quran surah Shaad ayat 41
sehingga ayat 44 dan surah Al-Anbiaa' ayat 83 dan 84
NABI DZULKIFLI AS
Al Qur'an tidak mengisahkan riwayat nabi Dzulkifli dan kepada siapa ia
diutus. Ahli Tarikh hanya menyebutkan bahwa beliau putra Ayyub. Allah SWT
menamakan Dzulkifli karena ia selalu melaksanakan beberapa perbuatan baik yang
dibebankan kepadanya. Didalam surat Al Anbiyaa' ayat 85-86 dijelaskan
"Ismail, Idris dan Dzulkifli, termasuk orang-orang yang sabar. Kami masukkan
mereka dalam rahmat kami. Sesungguhnya mereka adalah termasuk orang-orang yang
saleh".
Termasuk salah seorang nabi yang saleh, di mana ia melakukan 100 kali salat
dalam satu hari. Konon ceritanya dia mendapat tugas mengadili kaumnya secara
adil dan mengurusi mereka dengan baik, tugas itu pun dilakukan. Karena itu ia
dinamakan Zulkifli (yang dibebani tugas).
NABI MUSA AS
Nabi Musa A.S. adalah seorang bayi yang dilahirkan dikalangan Bani Isra'il
yang pada ketika itu dikuasai oleh Raja Fir'aun yang bersikap kejam dan zalim.
Nabi Musa bin Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub adalah beribukan
Yukabad.Setelah meningkat dewasa Nabi Musa telah beristerikan dengan puteri
Nabi Syu'aib yaitu Shafura.Dalam perjalanan hidup Nabi Musa untuk menegakkan
Islam dalam penyebaran risalah yang telah diutuskan oleh Allah kepadanya ia
telah diketemukan beberapa orang nabi diantaranya ialah bapa mertuanya Nabi
Syu'aib, Nabi Harun dan Nabi Khidhir. Di sini juga diceritakan tentang
perlibatan beberapa orang nabi yang lain di antaranya Nabi Somu'il serta Nabi
Daud
Catatan :
Para ahli tafsir berselisih pendapat tentang Syu'aib, mertua Nabi Musa.
Sebagian besar berpendapat bahwa ia adalah Nabi Syu'aib A.S. yang diutuskan
sebagai rasul kepada kaum Madyan, sedang yang lain berpendapat bahwa ia adalah
orang lain yaitu yang dianggap adalah satu kebetulan namanya Syu'aib juga.
Wallahu A'lam bisshawab
Kelahiran Musa Dan Pengasuhnya
Raja Fir'aun yang memerintah Mesir sekitar kelahirannya Nabi Musa, adalah
seorang raja yang zalim, kejam dan tidak berperikemanusiaan. Ia memerintah
negaranya dengan kekerasan, penindasan dan melakukan sesuatu dengan
sewenang-wenangnya. Rakyatnya hidup dalam ketakutan dan rasa tidak aman tentang
jiwa dan harta benda mereka, terutama Bani Isra'il yang menjadi hamba kekejaman,
kezaliman dan bertindak sewenang-wenangnya dari raja dan orang-orangnya. Mereka
merasa tidak tenteram dan selalu dalam keadaan gelisah, walau pun berada dalam
rumah mereka sendiri. Mereka tidak berani mengangkat kepala bila berhadapan
dengan seorang hamba raja dan berdebar hati mereka karena ketakutan bila
kedengaran suara pegawai-pegawai kerajaan lalu di sekitar rumah mrk, apalagi
bunyi kasut mrk sudah terdengar di depan pintu.
Raja Fir'aun yang sedang mabuk kuasa yang tidak terbatas itu, bergelimpangan
dalam kenikmatan dan kesenangan duniawi yang tiada taranya, bahkan mengumumkan
dirinya sebagai tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya. Pd suatu hari beliau
telah terkejut oleh ramalan oleh seorang ahli nujum kerajaan yang dengan
tiba-tiba dtg menghadap raja dan memberitahu bahwa menurut firasatnya falaknya,
seorang bayi lelaki akan dilahirkan dari kalangan Bani Isra'il yang kelak akan
menjadi musuh kerajaan dan bahkan akan membinasakannya.
Raja Fir'aun segera mengeluarkan perintah agar semua bayi lelaki yang
dilahirkan di dalam lingkungan kerajaan Mesir dibunuh dan agar diadakan
pengusutan yang teliti sehingga tiada seorang pun dari bayi lelaki, tanpa
terkecuali, terhindar dari tindakan itu. Maka dilaksanakanlah perintah raja
oleh para pengawal dan tenteranya. Setiap rumah dimasuki dan diselidiki dan
setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka pada saat melahirkan bayinya.
Raja Fir'aun menjadi tenang kembali dan merasa aman tentang kekebalan
kerajaannya setelah mendengar para anggota kerajaannya, bahwa wilayah
kerajaannya telah menjadi bersih dan tidak seorang pun dari bayi laki-laki yang
masih hidup. Ia tidak mengetahui bahwa kehendak Allah tidak dpt dibendung dan
bahwa takdirnya bila sudah difirman "Kun" pasti akan wujud dan menjadi
kenyataan "Fayakun". Tidak sesuatu kekuasaan bagaimana pun besarnya
dan kekuatan bagaimana hebatnya dapat menghalangi atau mengagalkannya.
Raja Fir'aun sesekali tidak terlintas dalam fikirannya yang kejam dan zalim
itu bahwa kerajaannya yang megah, menurut apa yang telah tersirat dalam Lauhul
Mahfudz, akan ditumbangkan oleh seorang bayi yang justeru diasuh dan dibesarkan
di dalam istananya sendiri akan diwarisi kelak oleh umat Bani Isra'il yang
dimusuhi, dihina, ditindas dan disekat kebebasannya. Bayi asuhnya itu ialah
laksana bunga mawar yang tumbuh di antara duri-duri yang tajam atau laksana
fajar yang timbul menyingsing dari tengah kegelapan yang mencekam.
Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub sedang duduk seorang
diri di salah satu sudut rumahnya menanti dtgnya seorang bidan yang akan
memberi pertolongan kepadanya melahirkan bayi dari dalam kandungannya itu.
Bidan dtg dan lahirlah bayi yang telah dikandungnya selama sembilan bulan
dalam keadaan selamat, segar dan sihat afiat. Dengan lahirnya bayi itu, maka
hilanglah rasa sakit yang luar biasa dirasai oleh setiap perempuan yang
melahirkan namun setelah diketahui oleh Yukabad bahwa bayinya adalah lelaki
maka ia merasa takut kembali. Ia merasa sedih dan khuatir bahwa bayinya yang
sgt disayangi itu akan dibunuh oleh orang-orang Fir'aun. Ia mengharapkan agar
bidan itu merahsiakan kelahiran bayi itu dari sesiapa pun. Bidan yang merasa
simpati terhadap bayi yang lucu dan bagus itu serta merasa betapa sedih hati
seorang ibu yang akan kehilangan bayi yang baru dilahirkan memberi kesanggupan
dan berjanji akan merahsiakan kelahiran bayi itu.
Setelah bayi mencapai tiga bulan, Yukabad tidak merasa tenang dan selalu
berada dalam keadaan cemas dan khuatir terhadap keselamatan bayinya. Allah
memberi ilham kepadanya agar menyembunyikan bayinya di dalam sebuah peti yang
tertutup rapat, kemudian membiarkan peti yang berisi bayinya itu terapung di
atas sungai Nil. Yukabad tidak boleh bersedih dan cemas ke atas keselamatan
bayinya karena Allah menjamin akan mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan
mengutuskannya sebagai salah seorang rasul.
Dengan bertawakkal kepada Allah dan kepercayaan penuh terhadap jaminan
Illahi, mak dilepaskannya peti bayi oleh Yukabad, setelah ditutup rapat dan
dicat dengan warna hitam, terapung dipermukaan air sungai Nil. Kakak Musa
diperintahkan oleh ibunya untuk mengawasi dan mengikuti peti rahsia itu agar
diketahui di mana ia berlabuh dan ditangan siapa akan jatuh peti yang
mengandungi erti yang sgt besar bagi perjalanan sejarah umat manusia.
Alangkah cemasnya hati kakak Musa, ketika melihat dari jauh bahwa peti yang
diawasi itu, dijumpai oleh puteri raja yang kebetulan berada di tepi sungai Nil
bersantai bersama beberapa dayangnya dan dibawanya masuk ke dalam istana dan
diserahkan kepada ibunya, isteri Fir'aun. Yukabad yang segera diberitahu oleh
anak perempuannya tentang nasib peti itu, menjadi kosonglah hatinya karena
sedih dan cepat serta hampir saja membuka rahsia peti itu, andai kata Allah
tidak meneguhkan hatinya dan menguatkan hanya kepada jaminan Allah yang telah
dinerikan kepadanya.
Raja Fir'aun ketika diberitahu oleh Aisah, isterinya, tentang bayi
laki-laki yang ditemui di dalam peti yang terapung di atas permukaan sungai
Nil, segera memerintahkan membunuh bayi itu seraya berkata kepada isterinya:
"Aku khuatir bahwa inilah bayi yang diramalkan, yang akan menjadi musuh
dan penyebab kesedihan kami dan akan membinasakan kerajaan kami y besar
ini." Akan tetapi isteri Fir'aun yang sudah terlanjur menaruh simpati dan
sayang terhadap bayi yang lucu dan manis itu, berkata kepada suaminya:
"Janganlah bayi yang tidak berdosa ini dibunuh. Aku sayang kepadanya dan
lebih baik kami ambil dia sebagai anak, kalau-kalau kelak ia akan berguna dan
bermanfaat bagi kami. Hatiku sgt tertarik kepadanya dan ia akan menjadi
kesayanganku dan kesayangmu". Demikianlah jika Allah Yang Maha Kuasa
menghendaki sesuatu maka dilincinkanlah jalan bagi terlaksananya takdir itu.
Dan selamatlah nyawa putera Yukabad yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk
menjadi rasul-Nya, menyampaikan amanat wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang
sudah sesat.
Nama Musa yang telah diberikan kepada bayi itu oleh keluarga Fir'aun,
bererti air dan pohon {Mu=air , Sa=pohon} sesuai dengan tempat ditemukannya
peti bayi itu. Didatangkanlah kemudian ke istana beberapa inang untuk menjadi
ibu susuan Musa. Akan tetapi setiap inang yang mencuba dan memberi air susunya
ditolak oleh bayi yang enggan menyedut dari setiap tetk yang diletakkan ke
bibirnya. Dalam keadaan isteri Fir'aun lagi bingung memikirkan bayi pungutnya
yang enggan menetek dari sekian banyak inang yang didatangkan ke istana,
datanglah kakak Musa menawarkan seorang inang lain yang mungkin diterima oleh
bayi itu.
Atas pertanyaan keluarga Fir'aun, kalau-kalau ia mengenal keluarga bayi
itu, berkatalah kakak Musa: "Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu
bayi ini. Hanya aku ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin
mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu dpt menerima air susu ibu keluarga
itu".
Anjuran kakak Musa diterima oleh isteri Fir'aun dan seketika itu jugalah
dijemput ibu kandung Musa sebagai inang bayaran. Maka begitu bibir sang bayi
menyentuh tetek ibunya, disedutlah air susu ibu kandungnya itu dengan sgt
lahapnya. Kemudian diserahkan Musa kepada Yukabad ibunya, untuk diasuh selama
masa menetek dengan imbalan upah yang besar. Maka dengan demikian terlaksanalah
janji Allah kepada Yukabad bahwa ia akan menerima kembali puteranya itu.
Setelah selesai masa meneteknya, dikembalikan Musa oleh ibunya ke istana,
di mana ia di asuh, dibesar dan dididik sebagaimana anak-anak raja yang lain.
Ia mengenderai kenderaan Fir'aun dan berpakaian sesuai dengan cara-cara Fir'aun
berpakaian sehingga ia dikenal orang sebagai Musa bin Fir'aun.
Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam Al-Quran dari ayat 4 - 13 dalam
surah "Al-Qashash" sebagai berikut :~
"4.~ Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi
dan menjadikan penduduknya berpecah belah dengan menindas segolongan dari mrk,
menyembelih anak lelaki mrk dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka.
Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.5.~ Dan Kami
hendak memberi kurnia kepada orang-orang yang tertindas di bumi {Mesir} itu dan
hendak menjadi mrk pemimpin dan menjadikan mrk orang-orang yang mewarisi
{bumi}.6.~ Dan Kami akan teguhkan kedudukan mrk di muka bumi dan akan Kami
perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman berserta tenteranya apa yang selalu mereka
khuatirkan dari mereka itu.7.~ Dan Kami ilhamkan kepada ibu
Musa,"susukanlah dia, dan apabila kamu khuatir terhadapnya, maka jatuhkan
dia ke dalam sungai {Nil}. Dan janganlah kamu khuatir dan janganlah pula
bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan
menjadikannya {salah seorang} dari para rasul.8.~ Maka pungutlah ia oleh
keluarga Fir'aun yang akibatnya ia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka.
Sesungguhnya Fir'aun dan Haman berserta tenteranya adalah orang-orang yang
bersalah.9.~ Dan berkatalah isteri Fir'aun: "Ia {Musa} biji mata bagiku
dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita
atau kita ambil ia menjadi anak," sedang mrk tiada menyedari.10.~ Dan
menjadi kekosongan hait ibu Musa, seandainya Kami tidak teguhkan hatinya, spy
ia termasuk orang-orang yang percaya {kepada janji Allah}.11.~ Dan berkatalah
ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia". Maka
kelihatan olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya.12.~ Dan
Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang nahu menyusukannya
sebelum itu, maka berkatalah saudara Musa: "Mahukah kamu aku tunjukkan
kepada kamu ahlul-bait yang akan memeliharakannya utkmu dan mrk dpt berlaku
baik kepadanya?"13.~ Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya supaya senang
hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu
adalah benar, tetapi manusia kebanyakan tidak mengetahuinya." { Al-Qashash
: 4 ~ 13 }
Musa keluar dari Mesir
Sejak ia dikembali ke istana oleh ibunya setelah disusui, Musa hidup
sebagai slah seorang drp keluarga kerajaan hingga mencapai usia dewasanya,
dimana ia memperolehi asuhan dan pendidikan sesuai dengan tradisi istana. Allah
mengurniakannya hikmah dan pengetahuan sebagai persiapan tugas kenabian dan
risalah yang diwahyukan kepadanya. Di samping kesempurnaan dan kekuatan rohani,
ia dikurniai oleh Allah kesempurnaan tubuh dan kekuatan jasmani.
Musa mengetahui dan sedar bahwa ia hanya seorang anak pungut di istana dan
tidak setitik darah Fir'aun pun mengalir di dalam tubuhnya dan bahwa ia adalah
keturunan Bani Isra'il tg ditindas dan diperlakukan sewenang-wenangnya oleh
kaum Fir'aun. Karenanya ia berjanji kepada dirinya akan menjadi pembela kepada
kamunya yang tertindas dan menjadi pelindung bagi golongan yang lemah yang
menjadi sasaran kezaliman dan keganasan para penguasa. Demikianlah maka
terdorong oleh rasa setia kawannya kepada orang-orang yang madhlum dan
teraniaya, terjadilah suatu peristiwa yang menyebabkan ia terpaksa meninggalkan
istana dan keluar dari Mesir.
Peristiwa itu terjadi ketika Musa sedang berjalan-jalan di sebuah lorong di
waktu tengahari di mana keadaan kota sunyi sepi ketika penduduknya sedang tidur
siang, Ia melihat kedua berkelahi seorang dari golongan Bani Isra'il bernama
Samiri dan seorang lagi dari kaum Fir'aun bernama Fa'tun. Musa yang mendengar
teriakan Samiri mengharapkan akan pertolongannya terhadap musuhnya yang lebih
kuat dan lenih besar itu, segera melontarkan pukulan dan tumbukannya kepada
Fatun yang seketika itu jatuh rebah an menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Musa terkejut melihat Fatun, orang Fir'aun itu mati karena tumbukannya yang
tidak disengajakan dn tidak akan mengharapkan membunuhnya. Ia merasa berdoa dan
beristighfar kepada Allah memohon ampun diatas perbuatannya yang tidak sengaja,
telah melayang nyawa salah seorang drp hamba-hamba-Nya.
Peristiwa matinya Fatun menjadi perbualan ramai dan menarik para penguasa
kerajaan yang menduga bahwa pasti orang-orang Isra'illah yang melakukan
perbunuhan itu. Mereka menuntut agar pelakunya diberi hukuman yang berat , bila
ia tertangkap.
Anggota dan pasukan keamanan negara di hantarkan ke seluruh pelusuk kota
mencari jejak orang yang telah membunuh Fatun, yang sebenarnya hanya diketahui
oleh Samiri dan Musa shj. akan tetapi, walaupun tidak orang ketiga yang
menyaksikan peristiwa itu, Musa merasa cemas dan takut dan berada dalam keadaan
bersedia menghadapi akibat perbuatannya itu bila sampai tercium oleh pihak
penguasa.
Alangkah malangnya nasib Musa yang sudah cukup berhati-hati menghindari
kemungkinan terbongkarnya rahsia pembunuhan yang ia lakukan tatkala ia terjebat
lagi tanpa disengajakan dalam suatu perbuatan yang menyebabkan namanya
disebut-sebut sebagai pembunuh yang dicari. Musa bertemu lagi dengan Samiri
yang telah ditolongnya melawan Fatun, juga dalam keadaan berkelahi untuk kali
keduanya dengan salah seorang dari kaum Fir'aun. Melihat Musa berteriaklah
Samiri meminta pertolongannya. Musa menghampiri mereka yang sedang berkelahi
seraya berkata menegur Samiri: " Sesungguhnya engkau adalah seorang yang
telah sesat."
Samiri menyangkal bahwa Musa akan membunuhnya ketika ia mendekatinya, lalu
berteriaklah Samiri berkata: "Apakah engkau hendak membunuhku sebagaimana
engkau telah membunuh seorang kelmarin? Rupanya engkau hendak menjadi seorang
yang sewenang-wenang di negeri ini dan bukan orang yang mengadilkan
kedamaian".
Kata-kata Samiri itu segera tertangkap orang-orang Fir'aun, yang dengan
cepat memberitahukannya kepada para penguasa yang memang sedang mencari
jejaknya. Maka berundinglah para pembesar dan penguasa Mesir, yang akhirnya
memutuskan untuk menangkap Musa dan membunuhnya sebagai balasan terhadap
matinya seorang dari kalangan kaum Fir'aun.
Selagi orang-orang Fir'aun mengatur rancangan penangkapan Musa, seorang
lelaki slah satu daripada sahabatnya datang dari hujung kota memberitahukan
kepadanya dan menasihatkan agar segera meninggalkan Mesir, karena para penguasa
Mesir telah memutuskan untuk membunuhnya apabila ia ditangkap. lalu keluarlah
Musa terburu-buru meninggalkan Mesir, ssebelum anggota polis sempat menutup
serta menyekat pintu-pintu gerbangnya.
Tentang isi cerita ini, terdapat dalam al-Quran yang dapat di baca di dalam
surah "Al-Qashshas" ayat 14 - 21 sebagaimana berikut :~
"14.~ Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami
berikannya hikmah dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik.15.~ Dan Musa masuk ke kota {Memphis} ketika
penduduknya sedang tidur, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang lelaki
sedang bergaduh, yang seorangnya dari golongannya {Bani Isra'il} dan seorang
lagi dari musuhnya {Kaum Fir'aun}. Maka orang dari golongannya meminta
pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang dari musuhnya, lalu Musa
menumbuknya dan matilah musuhnya itu. Musa berkta; "Ini adalah perbuatan
syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata
{permusuhannya}.16.~ Musa berdoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah
menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku". Maka Allah
mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun dan Maha
Penyayang.17.~ Musa berkata : "Ya Tuhanku demi nikmat Engkau anugerahkan
kepadaku, aku sesekali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang
berdosa".18.~ Karena itu jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu
dengan khuatir {akibat perbuatannya} maka tiba-tiba orang yang meminta
pertolongannya kelmarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata
kepadanya: "Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang sesat, yang nyata
{kesesatannya}.19.~ Maka tatkala Musa hendak memegang dengan kuat orang yang
menjadi musuh keduanya, berkata {seorang drp mereka}: "Hai Musa apakah
engkau bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kelmarin telah membunuh
seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang
berbuat sewenang-wenang di negeri {ini}, dan tiadalah kamu bermaksud menjadi
salah seorang dari orang yang mengadakan perdamaian".20.~ Dan datanglah
seorang laki-laki dari hujung kota bergegas-gegas, seraya berkata: "Hai
Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentangmu, untuk membunuhmu
oleh itu keluarlah {dari kota ini}. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
memberi nasihat kepadamu.21.~ Mak keluarlah Musa dari kota ini dengan rasa
takut menunggu-nunggu dengan khuatir. Dia berdoa: "Ya Tuhanku
selamatkanlah dari orang-orang yang zalim itu." { Al-Qashash : 14 ~ 21 }
Musa bertemu Jodoh di kota Madyan
Dengan berdoa kepada Allah: "Ya Tuhanku selamatkanlah aku dari segala
tipu daya orang-orang yang zalim" keluarlah Nabi Musa dari kota Mesir
seorang diri, tiada pembantu selain inayahnya Allah tiada kawan selain cahaya
Allah dan tiada bekal kecuali bekal iman dan takwa kepada Allah. Penghibur
satu-satunya bagi hatinya yang sedih karena meninggalkan tanahi airnya ialah
bahwa ia telah diselamatkan oleh Allah dari buruan kaum fir'aun yang ganas dan
kejam itu.
Setelah menjalani perjalanan selama lapan hari lapan malam dengan berkaki
ayam {tidak berkasut} sampai terkupas kedua kulit tapak kakinya, tibalah Musa
di kota Madyan yaitu kota Nabi Syu'aib yang terletak di timur jazirah Sinai dan
teluk Aqabah di selatan Palestin.
Nabi Musa beristirehat di bawah sebuah pokok yang rendang bagi
menghilangkan rasa letihnya karena perjalanan yang jauh, berdiam seorang diri
karena nasibnya sebagai salah seorang bekas anggota istana kerajaan yang
menjadi seorang pelarian dan buruan. Ia tidak tahu ke mana ia harus pergi dan
kepada siapa ia harus bertamu, di tempat di mana ia tidak mengenal dan dikenal
orang, tiada sahabat dan saudara. Dalam keadaan demikian terlihatlah olehnya
sekumpulan penggembala berdesak-desak mengelilingi sebuah sumber air bagi
memberi minum ternakannya masing-masing, sedang tidak jauh dari tempat sumber
air itu berdiri dua orang gadis yang menantikan giliran untuk memberi minuman
kepada ternakannya, jika para penggembala lelaki itu sudah selesai dengan
tugasnya.
Musa merasa kasihan melihat kepada dua orang gadis itu yang sedang menanti
lalu dihampirinya dan ditanya : "Gerangan apakah yang kamu tunggu di
sini?" Kedua gadis itu menjawab: "Kami hendak mengambil air dan
memberi minum ternakan kami namun kami tidak dapat berdesak dengan lelaki yang
masih berada di situ. Kami menunggu sehingga mereka selesai memberi minum
ternakan mereka. Kami harus lakukan sendiri pekerjaan ini karena ayah kami
sudah lanjut usianya dan tidak dapat berdiri, jangan lagi datang ke mari".
Lalu tanpa mengucapkan sepatah kata dua pun diambilkannyalah timba kedua gadis
itu oleh Musa dan sejurus kemudian dikembalikannya kepada mrk setelah terisi
air penuh sedang sekeliling sumber air itu masih padat di keliling para
pengembala.
Setibanya kedua gadis itu di rumah berceritalah keduanya kepada ayah mrk
tentang pengalamannya dengan Nabi Musa yang karena pertolongannya yangbtidak
diminta itu mrk dapat lebih cepat kembali ke rumah drp biasa. Ayah kedua gadis
yang bernama Syu'aib itu tertarik dengan cerita kedua puterinya. Ia ingin
berkenalan dengan orang yang baik hati itu yang telah memberi pertolongan tanpa
diminta kepada kedua puterinya dan sekaligus menytakan terimakasih kepadanya.
Ia menyuruh salah seorang dari puterinya itu pergi memanggilkan Musa dan
mengundangnya datang ke rumah.
Dengan malu-malu pergilah puteri Syu'aib menemui Musa yang masih berada di
bawah pohon yang masih melamun. Dalam keadaan letih dan lapar Musa berdoa:
"Ya Tuhanku aku sangat memerlukan belas kasihmu dan memerlukan kebaikan
sedikit brg makanan yang Engkau turunkan kepadaku."
Berkatalah gadis itu kepada Musa memotong lamunannya: "Ayahku
mengharapkan kedatanganmu ke rumah untuk berkenalan dengan engkau serta memberi
engkau sekadar upah atas jasamu menolong kami mendapatkan air bagi kami dan
ternakan kami."
Musa sebagai perantau yang masih asing di negeri itu, tiada mengenal dan
dikenali orang tanpa berfikir panjang menerima undangan gadis itu dengan senang
hati. Ia lalu mengikuti gadis itu dari belakang menuju ke rumah ayahnya yang
bersedia menerimanya dengan penuh ramah-tamah, hormat dan mengucapkan
terimakasihnya.
Dalam berbincang-bincang dab bercakap-cakap dengan Syu'aib ayah kedua gadis
yang sudah lanjut usianya itu Musa mengisahkan kepadanya peristiwa yang terjadi
pd dirinya di Mesri sehingga terpaksa ia melarikan diri dan keluar meninggalkan
tanah airnya bagi mengelakkan hukuman penyembelihan yang telah direncanakan
oleh kaum Fir'aun terhadap dirinya.
Berkata Syu'aib setelah mendengar kisah tamunya: "Engkau telah lepas
dari pengejaran dari orang-orang yang zalim dan ganas itu adalah berkat rahmat
Tuhan dan pertolongan-Nya. Dan engkau sudah berada di sebuah tempat yang aman
di rumah kami ini, di man engkau akan tinggallah dengan tenang dan tenteram
selama engkau suka."
Dalam pergaulan sehari-hari selama ia tinggal di rumah Syu'aib sebagai tamu
yang dihormati dan disegani Musa telah dapat menawan hati keluarga tuan rumah
yang merasa kagum akan keberaniannya, kecerdasannya, kekuatan jasmaninya,
perilakunya yang lemah lembut, budi perkertinya yang halus serta akhlaknya yang
luhur. Hal mana telah menimbulkan idea di dalam hati salah seorang dari kedua
puteri Syu'aib untuk mempekerjakan Musa sebagai pembantu mereka. Berkatalah
gadis itu kepada ayahnya: "wahai ayah! Ajaklah Musa sebagai pembantu kami
menguruskan urusan rumahtangga dan penternakan kami. Ia adalah seorang yang
kuat badannya, luhur budi perkertinya, baik hatinya dan boleh dipercayai."
Saranan gadis itu disepakati dan diterima baik oleh ayahnya yang memang
sudah menjadi pemikirannya sejak Musa tinggal bersamanya di rumah, menunjukkan
sikap bergaul yang manis perilaku yang hormat dab sopan serta tangan yang
ringan suka bekerja, suka menolong tanpa diminta.
Diajaklah Musa berunding oleh Syu'aib dan berkatalah kepadanya: "Wahai
Musa! Tertarik oleh sikapmu yang manis dan cara pergaulanmu yang sopan serta
akhlak dan budi perkertimu yang luhur, selama engkau berada di rumah ini kami
dan mengingat akan usiaku yang makin hari makin lanjut, maka aku ingin sekali
mengambilmu sebagai menantu, mengahwinkan engkau dengan salah seorang dari
kedua gadisku ini. Jika engkau dengan senang hati menerima tawaranku ini, maka
sebagai maskahwinnya, aku minta engkau bekerja sebagai pembantu kami selama
lapan tahun menguruskan penternakan kami dan soal-soal rumahtangga yang
memerlukan tenagamu. Dan aku sangat berterima kasih kepada mu bila engkau
secara suka rela mahu menambah dua tahun di atas lapan tahun yang menjadi
syarat mutlak itu."
Nabi Musa sebagai buruan yang lari dari tanah tumpah darahnya dan berada di
negeri orang sebagai perantau, tada sanak saudara, tiada sahabat telah menerima
tawaran Syu'aib iut sebagai kurniaan dari Tuhan yang akan mengisi kekosongan
hidupnya selaku seorang bujang yang memerlukan teman hidup untuk menyekutunya
menanggung beban penghidupan dengan segala duka dan dukanya. Ia segera tanpa
berfikir panjang berkata kepada Syu'aib: "Aku merasa sgt bahagia, bahwa
pakcik berkenan menerimaku sebagai menantu, semuga aku tidak menghampakan
harapan pakcik yang telah berjasa kepada diriku sebagai tamu yang diterima
dengan penuh hormat dan ramah tamah, kemudian dijadikannya sebagai menantu,
suami kepada anak puterinya. Syarat kerja yang pakcik kemukakan sebagai
maskahwin, aku setujui dengan penuh tanggungjawab dab dengan senang hati."
Setelah masa lapan tahun bekerja sebagai pembantu Syu'aib ditambah dengan
suka rela dilampaui oleh Musa, dikahwinkanlah ia dengan puterinya yang bernama
Shafura. Dan sebagai hadiah perkahwinan diberinyalah pasangan penganti baru itu
oleh Syu'aib beberapa ekor kambing untuk dijadikan modal pertama bagi hidupnya
yang baru sebagai suami-isteri. Pemberian beberpa ekor kambing itu juga
merupakan tanda terimaksih Syu'aib kepada Musa yang selama ini di bawah pengurusannya,
penternakan Syu'aib menjadi berkembang biak dengan cepatnya dan memberi hasil
serta keuntungan yang berlipat ganda.
Bacalah tentang isi cerita yang terurai ini di dalam ayat 22 sampai ayat
28, surah "Al-Qashash" juz 20 yang berbunyi sebagai berikut :~
"22.~ Dan tatkala ia menghadap ke negeri Madyan, ia berdoa {lagi}:
"Mudah-mudahan Tuhanku menimpaiku ke jalan yang benar."23.~ Dan
tatkala ia sampai di sumber air di negeri Madyan, ia menjumpai di sana
sekumpulan orang yang sedang memberi minum {ternakannya} dan ia menjumpai di
belakang orang ramai itu, dua orang wanita yang sedang menghambat ternakannya.
Musa berkata: "Apakah maksudmu {dengan berbuat begitu}?" Kedua wanita
itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan {ternakan kami} sebelum
pengembala-pengembala itu memulangkan {ternakkannya} sedang bapa kami orang tua
yang telah lanjut umurnya."24.~ Maka Musa memberi minum ternakan itu {utk
menolong} keduanya, kemudian kembali ke tempat yang teduh, lalu berdoa: "
Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan
kepadaku."25.~ Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang daripada kedua
wanita itu dengan malu-malu ia berkata: "Sesungguhnya bapaku memanggilmu
agar ia memberi pembalasan {kebaikanmu} memberi minum {ternakan} kami."
Maka tatkala Musa mendatangi bapanya {Syu'aib} dan menceritakan kepadanya
cerita {mengenai dirinya}. Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut, kamu
telah selamat dari orang-orang yang zalim itu."26.~ Salah seorang dari
kedua wanita itu berkata: "Ya bapaku, ambil ia sebagai orang yang bekerja
{dengan kita}. karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja {dengan kita} ialah orang yang kuat lagi dpt dipercayai."27.~
Berkatalah dia {Syu'aib}: " Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu
dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja
denganku lapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun itu adalah dari
kemahuanmu, maka aku tidak mahu memberati kamu. Dan kamu insya-Allah kelak akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang baik."28.~ Dia berkata: "Itulah
{perjanjian} antara aku dan kamu, mana saja dari kedua waktu yang ditentukan
itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku {lagi}. Dan
Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan." { Al-Qashash : 22 ~ 28 }
Musa A.S. pulang ke Mesir dan menerima Wahyu
Sepuluh tahun lebih Musa meninggalkan Mesir tanah airnya, sejak ia
melarikan diri dari buruan kaum Fir'aun. Suatu waktu yang cukup lama bagi
seseorang dpt bertahan menyimpan rasa rindunya kepada tanah air, tempat tumpah
darahnya , walaupun ia tidak pernah merasakan kebahagiaan hidup di dalam tanah
airnya sendiri. Apa lagi seorang seperti Musa yang mempunyai kenang-kenangan
hidup yang seronok dan indah selama ia berada di tanah airnya sendiri selaku
seorang dari keluarga kerajaan yang megah dan mewah, maka wajarlah bila ia
merindukan Mesir tanah tumpah darahnya dan ingin pulang kembali setelah ia
beristerikan Shafura, puteri Syu'aib.
Bergegas-gegaslah Musa berserta isterinya mengemaskan barang dan
menyediakan kenderaan lalu meminta diri dari orang tuanya dan bertolaklah
menuju ke selatan menghindari jalan umum supaya tidak diketahui oleh
orang-orang Fir'aun yang masih mencarinya.
Setibanya di "Thur Sina" tersesatlah Musa kehilangan pedoman dan
bingung manakah yang harus ia tempuh. Dalam keadaan demikian terlihatlah oleh
dia sinar api yang nyala-nyala di atas lereng sebuah bukit. Ia berhenti lalu
lari ke jurusan api itu seraya berkata kepada isterinya: "Tinggallah kamu
disini menantiku. Aku pergi melihat api yang menyala di atas bukit itu dan
segera aku kembali. Mudah-mudahan aku dapat membawa satu berita kepadamu dari
tempat api itu atau setidak-tidaknya membawa sesuluh api bagi menghangatkan
badanmu yang sedang menggigil kesejukan."
Tatkala Musa sampai ke tempat api itu terdengar oleh dia suara seruan
kepadanya datang dari sebatang pohon kayu di pinggir lembah yang sebelah
kanannya pada tempat yang diberkahi Allah. Suara seruan yang didengar oleh Musa
itu ialah: "Wahai Musa! Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua
terompahmu. Sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci Thuwa. Dan aku telah
memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya
aku ini adalah Allah tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah
solat untuk mengingat akan Aku."
Itulah wahyu yang pertama yang diterima langsung oleh Nabi Musa sebagai
tanda kenabiannya, di mana ia telah dinyatakan oleh Allah sebagai rasul dan
nabi-Nya yang dipilih Nabi Musa dalam kesempatan bercakap langsung dengan allah
di atas bukit Thur Sina itu telah diberi bekal oleh Allah yang Maha Kuasa dua
jenis mukjizat sebagai persiapan untuk menghadap kaum Fir'aun yang sombong dan
zalim itu.
Bertanyalah Allah kepada Musa: "Apakah itu yang engkau pegang dengan
tangan kananmu hai Musa!" Suatu pertanyaan yang mengadungi erti yang lebih
dalam dari apa yang sepintas lalu dapat ditangkap oleh Nabi Musa dengan
jawapannya yang sederhana. "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan pdnya dan
aku pukul daun dengannya untuk makanan kambingku. Selain itu aku dapat pula
menggunakan tongkatku untuk keperluan-keperluan lain yang penting bagiku."
Maksud dan erti dari pertanyaan Allah yang nampak sederhana itu baru
dimegertikan dan diselami oleh Musa setelah Allah memerintahkan kepadanya agar
meletakkan tongkat itu di atas tanah, lalu menjelmalah menjadi seekor ular
besar yang merayap dengan cepat sehingga menjadikan Musa lari ketakutan. Allah
berseru kepadanya: "Peganglah ular itu dan jangan takut. Kami akan
mengembalikannya kepada keadaan asal."
Maka begitu ular yang sedang merayap itu ditangkap dan dipegang oleh Musa,
ia segera kembali menjadi tongkat yang ia terima dari Syu'aib, mertuanya ketika
ia bertolak dari Madyan.
Sebagai mukjizat yang kedua, Allah memerintahkan kepada Musa agar
mengepitkan tangannya ke ketiaknya yang nyata setelah dilakukannya perintah
itu, tangannya menjadi putih cemerlang tanpa cacat atau penyakit.
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Thaahaa" ayat 9
sehingga 23 juz 16 sebagai berikut :~
"9.~ Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? 10.~ Ketika itu melihat
api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu {di sini}
sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit
daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu."
11.~ Mak ketika ia datang ke tempat api itu, ia dipanggil: "Hai Musa, 12.~
Sesungguhnya Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu,
sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci Thuwa. 13.~ Dan aku telah memilih
kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan {kepadamu}. 14.~ Sesungguhnya
Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan
dirikanlah solat untuk mengingati Aku. 15.~ Sesungguhnya hari kiamat itu akan
datang. Aku merahsiakan {waktunya} agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas
dengan apa yang diusahakannya. 16.~ Maka sesekali janagnlah kamu dipalingkan
daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang
mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu menjadi binasa." 17.~
Apakah itu yang ditangan kananmu, hai Musa?" 18.~ Berkata Musa: "Ini
adalah tongkatku, aku bertelekan padanya dan aku memukul {daun} dengannya untuk
kambingku dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya." 19.~ Allah
berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!" 20.~ Lalu dilemparkanlah
tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.
21.~ Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut. Kami akan
mengembalikannya kepada keadaan asalnya." 22.~ Dan kepitkanlah tanganmu di
ketiakmu, nescaya ia keluar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai
mukjizat yang lain {pula}. 23.~ untuk Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari
tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar." {Thaahaa : 9 ~ 23 }
Musa diperintahkan berdakwah kepada Fir'aun
Raja Fir'aun yang telah berkuasa di Mesir telah lama menjalankan
pemerintahan yang zalim, kejam dan ganas. Rakyatnya yang terdiri dari bangsa
Egypt yang merupakan penduduk peribumi dan bangsa Isra'il yang merupakan
golongan pendatang, hidup dalam suasana penindasan, tidak merasa aman bagi
nyawa dan harta bendanya.
Tindakan sewenang-wenang dan pihak penguasa pemerintahan terutamanya
ditujukan kepada Bani Isra'il yang tidak diberinya kesempatan hidup tenang dan
tenteram. Mereka dikenakan kerja paksa dan diharuskan membayar berbagai
pungutan yang tidak dikenakan terhadap penduduk bangsa Egypt, bangsa Fir'aun
sendiri.
Selain kezaliman, kekejaman, penindasan dan pemerasan yang ditimpakan oleh
Fir'aun atas rakyatnya, terutama kaum Bani Isra'il. ia menyatakan dirinya
sebagai tuhan yang harus disembah dan dipuja. Dan dengan demikian ia makin jauh
membawa rakyatnya ke jalan yang sesat tanpa pendoman tauhid dan iman, sehingga
makin dalamlah mereka terjerumus ke lembah kemaksiatan dan kerusakan moral dan
akhlak.
Maka dalam kesempatan bercakap-cakap langsung di bukit Thur Sina itu
diperintahkanlah Musa oleh Allah untuk pergi ke Fir'aun sebagai Rasul-Nya,
mengajakkan beriman kepada Allah, menyedarkan dirinya bahwa ia adalah makhluk
Allah sebagaimana lain-lain rakyatnya, yang tidak sepatutnya menuntut orang
menyembahnya sebagi tuhan dan bahawa Tuhan yang wajib disembah olehnya dan oleh
semua manusia adalah Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan alam semesta
ini.
Nabi Musa dalam perjalanannya menuju kota Mesir setelah meninggalkan
Madyan, selalu dibayang oleh ketakutan kalau-kalua peristiwa pembunuhan yang
telah dilakukan sepuluh tahun yang lalu itu, belum terlupakan dan masih belum
hilang dari ingatan para pembesar kerajaan Fir'aun. Ia tidak mengabaikan
kemungkinan bahwa mrk akan melakukan pembalasan terhadap perbuatan yang ia
tidak sengaja itu dengan hukuman pembunuhan atas dirinya bila ia sudah berada
di tengah-tengah mereka. Ia hanya terdorong rasa rindunya yang sangat kepada
tanah tumpah darahnya dengan memberanikan diri kembali ke Mesir tanpa
memperdulikan akibat yang mungkin akan dihadapi.
Jika pada waktu bertolak dari Madyan dan selama perjalannya ke Thur Sina.
Nabi Musa dibayangi dengan rasa takut akan pembalasan Fir'aun, Maka dengan
perintah Allah yang berfirman maksudnya :~
"Pergilah engkau ke Fir'aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas,
segala bayangan itu dilempar jauh-jauh dari fikirannya dan bertekad akan
melaksanakan perintah Allah menghadapi Fir'aun apa pun akan terjadi pada
dirinya. Hanya untuk menenterankan hatinya berucaplah Musa kepada Allah:
"Aku telah membunuh seorang drp mereka , maka aku khuatir mereka akan
membalas membunuhku, berikanlah seorang pembantu dari keluargaku sendiri, yaitu
saudaraku Harun untuk menyertaiku dalam melakukan tugasku meneguhkan hatiku dan
menguatkan tekadku menghadapi orang-orang kafir itu apalagi Harun saudaraku itu
lebih petah {lancar} lidahnya dan lebih cekap daripada diriku untuk berdebat
dan bermujadalah."
Allah berkenan mengabulkan permohonan Musa, maka digerakkanlah hati Harun
yang ketika itu masih berada di Mesir untuk pergi menemui Musa mendampinginya
dan bersama-sama pergilah mereka ke istana Fir'aun dengan diiringi firman
Allah: "Janganlah kamu berdua takut dan khuatir akan disiksa oleh Fir'aun.
Aku menyertai kamu berdua dan Aku mendengar serta melihat dan mengetaui apa
yang akan terjadi antara kamu dan Fir'aun. Berdakwahlah kamu kepadanya dengan
kata-kata yang lemah lembut sedarkanlah ia dengan kesesatannya dan ajaklah ia
beriman dan bertauhid, meninggalkan kezalimannya dan kecongkakannya kalau-kalau
dengan sikap yang lemah lembut daripada kamu berdua ia akan ingat pada
kesesatan dirinya dan takut akan akibat kesombongan dan kebonmgkakannya."
Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam ayat 33 sehingga ayat 35 surah
"Al-Qashash" dan ayat 42 sehingga ayat 47 surah "Thaha"
sebagai berikut :~
"33.~ Musa berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh
seseorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku,
34.~ dan saudaraku Harun dia lebih petah lidahnya drpku, maka utuslah dia
bersamaku sebagai pembantu untuk membenarkan {perkataan} ku sesungguhnya aku
khuatir mereka akan mendustakan aku." 35.~ Allah berfirman: "Kami
akan membantumu dengan saudaramu dan Kami berikan kepadamu kekuasaan yang
besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu {berangkat kami berdua} dengan
membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan
menang." { Al-Qashash : 33 ~ 35 }
"42.~ Pergilah kamu berserta saudara kamu dengan membawa ayat-ayat-Ku
dan janganlah kamu berdua lalai dalam memngingat-Ku. 43.~ Pergilah kamu berdua
kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melewati batas. 44.~ maka berbicaralah
kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia akan
ingat atau takut" 45.~ Berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan kami
sesungguhnya kami khuatir bahwa ia segera menyeksa kami atau akan bertambah
melewati batas 46.~ allah berfirman: "Janganlah kamu berdua khuatir,
sesungguhnya Aku berserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat". 47.~
Maka datanglah kamu berdua kepadanya {Fir'aun} dan katakanlah:
"Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani
Isra'il bersama kami dan janganlah kamu menyeksa mereka. Sesungguhnya kami
telah datang kepadamu dengan membawa bukti {atas kerasulan kami} dari Tuhanmu.
Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk." {
Thaha : 42 ~ 47 }
Mujadalah (dialog) antara Musa dengan Fir'aun
Diperolehi kesempatan oleh Musa dan Harun, menemui raja Fir'aun yang menyatakan
dirinya sebagai tuhan itu, setelah menempuh beberapa rintangan yang lazim
dilampaui oleh orang yang ingin bertemu dengan raja pd waktu itu. Pertemuan
Musa dan Harun dengan Fir'aun dihadiri pula oleh beberapa anggota pemerintahan
dan para penasihatnya.
Bertanya Fir'aun kepada mereka berdua:: "Siapakah kamu berdua
ini?"
Musa menjawab: "Kami, Musa dan Harun adalah pesuruh Allah kepadamu
agar engkau membebaskan Bani Isra'il dari perhambaan dan penindasanmu dan
menyerahkan meeka kepada kami agar menyebah kepada Allah dengan leluasa dan
menghindari seksaanmu."
Fir'aun yang segera mengenal Musa berkata kepadanya: "Bukankah engkau
adalah Musa yang telah kami mengasuhmu sejak masa bayimu dan tinggal bersama
kami dalam istana sampai mencapai usia remajamu, mendapat pendidikan dan
pengajaran yang menjadikan engkau pandai? Dan bukankah engkau yang melakukan
pembunuhan terhadap diriseorang drp golongan kami? Sudahkah engkau lupa itu
semuanya dan tidak ingat akan kebaikan dan jasa kami kepada kamu?"
Musa menjawab: "Bahwasanya engkau telah memeliharakan aku sejak masa
bayiku, itu bukanlah suatu jasa yang dapat engkau banggakan. Karena jatuhnya
aku ke dalam tangan mu adalah akibat kekejaman dan kezalimanmu tatkala engkau
memerintah agar orang-orangmu menyembelih setiap bayi-bayi laki yang lahir,
sehingga ibu terpaksa membiarkan aku terapung di permukaan sungai Nil di
dalamsebuah peti yang kemudian dipungut oleh isterimu dan selamatlah aku dari
penyembelihan yang engkau perintahkan. Sedang mengenai pembunuhan yang telah
aku lakukan itu adalah akibat godaan syaitan yang menyesatkan, namun peristiwa
itu akhirnya merupakan suatu rahmat dan barakah yang terselubung bagiku. Sebab
dalam perantauanku setelah aku melarikan diri dari negerimu, Allah mengurniakan
aku dengan hikmah dan ilmu serta mengutuskan aku sebagai Rasul dan pesuruh-Nya.
Maka dalam rangka tugasku sebagai Rasul datanglah aku kepadamu atas perintah
Allah untuk mengajak engkau dan kaummu menyembah Allah dan meninggalkan
kezaliman dan penindasanmu terhadap Bani Isra'il."
Fir'aun bertanya: "Siapakah Tuhan yang engkau sebut-sebut itu, hai
Musa? Adakah tuhan di atas bumi ini selain aku yang patut di sembah dan
dipuja?"
Musa menjawab: "Ya, yaitu Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu serta Tuhan
seru sekalian alam."
Tanya Fir'aun: "Siapakah Tuhan seru sekali alam itu?"
Musa menjawab: "Ialah Tuhan langit dan bumi dan segala apa yang ada
antara langit dan bumi."
Berkata Fir'aun kepada para penasihatnya dan pembesar-pembesar kerajaan
yang berada disekitarnya. Sesungguhnya Rasul yang diutuskan kepada kamu ini
adalah seorang yang gila kemudia ia balik bertanya kepada Musa dan Harun:
"Siapakah Tuhan kamu berdua?"
Musa menjawab: "Tuhan kami ialah Tuhan yang telah memberikan kepada
tiap-tiap makhluk sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberi petunjuk
kepadanya."
Fir'aun bertanya: "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu
yang tidak mempercayai apa yang engkau ajarkan ini dan malahan menyembah
berhala dan patung-patung?"
Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku. Jika Dia
telah menurunkan azab dan seksanya di atas mereka maka itu adalah karena
kecongkakan dan kesombongan serta keengganan mereka kembali ke jalan yang
benar. Jika Dia menunda azab dan seksa mereka hingga hari kiamat, maka itu
adalah kehendak-Nya yang hikmahnya kami belum mengetahuinya. Allah telah
mewahyukan kepada kami bahwa azab dan seksanya adalah jalan yang benar."
Rif'aun yang sudah tidak berdaya menolak dalil-dalil Nabi Musa yang
diucapkan secara tegas dan berani merasa tersinggung kehormatannya sebagai raja
yang telah mempertuhankan dirinya lalu menujukan amarahnya dan berkata kepada
Musa secara mengancam: "Hai Musa! jika engkau mengakui tuhan selain aku,
maka pasti engkau akan kumasukkan ke dalam penjara."
Musa menjawab: "Apakah engkau akan memenjarakan aku walaupun aku dapat
memberikan kepadamu tanda-tanda yang membuktikan kebenaran dakwahku?"
Fir'aun menentang dengan berkata: "Datanglah tanda-tanda dan
bukti-bukti yang nyata yang dapat membuktikan kebenaran kata-katamu jika engkau
benar-benar tiak berdusta."
Dialog {mujadalah} antara Musa dan Fir'aun sebagaimana dihuraikan di atas
dpt dibaca dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 18 hingga ayat 31 juz 19
sebagimana berikut :~
"18.~ Fir'aun berkata: "Bukankah kami telah mengasuhmu diantara
{keluarga} kami diwaktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal diantara
{keluarga} kami beberapa tahun dari umurmu. 19.~ dan kamu telah berbuat sesuatu
perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang
yang tidak membalas jasa." 20.~ Berkata Musa: "Aku telah melakukannya
sedang aku diwaktu itu termasuk orang-orang yang khilaf. 21.~ Lalu aku lari
meninggalkan kamu ketika aku takut kepada kamu, kemudian Tuhanku memberikan
kepadaku ilmu serta Dia menjadikan aku salah seorang diantara rasul-rasul. 22.~
Budi yang kamu limpahkan kepada ku ini adalah {disebabkan} perhambaan darimu
terhadap Bani Isra'il." 23.~ Fir'aun bertanya: "Apa Tuhan semesta
alam itu?"24.~ Musa menjawab: "Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa
yang diantara keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu sekalian {orang-orang}
mempercayainya". 25.~ Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya:
"Apakah kamu tidak mendengarkan?". 26.~ Musa berkata: "Tuhan
kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu" 27.~ Fir'aun berkata:
"Sesungguhnya Rasulmu yang diutuskan kepada kamu sekalian benar-benar
orang gila". 28.~ Musa berkata: "Tuhan yang menguasai timur dan barat
dan apa yang ada di antara keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu mempergunakan
akal". 29.~ Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu menyenbah Tuhan
selain aku benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang
dipenjarakan". 30.~ Musa berkata: "Dan apakah kamu {akan melakukan
itu} walaupun aku tunjukkan kepadamu sesuatu {keterangan} yang nyata jika kamu
adlah termasuk orang-orang yang benar." { Asy-Syura : 18 ~ 31 }
Musa memperlihatkan dua mukjizat kepada Fir'aun
Menjawab tentangan Fir'aun yang menuntut bukti atas kebenarannya Musa
dengan serta-merta meletakkan tongkat mukjizatnya di atas yang segera menjelma
menjadi seekor ular besar yang melata menghala ke Fir'aun. Karena ketakutan
melompat lari dari singgahsananya melarikan diri seraya berseru kepada Musa:
" Hai Musa demi asuhanku kepadamu selama delapan belas tahun panggillah
kembali ularmu itu." Kemudian dipeganglah ular itu oleh Musa dan kembali
menjadi tongkat biasa.
Berkata Fir'aun kepada Musa setelah hilang dari rasa heran dan takutnya:
"Adakah bukti yang dapat engkau tunjukkan kepadaku?"
"Ya, lihatlah." Musa menjawab serta memasukkan tangannya ke dalam
saku bajunya. Kemudian tatkala tangannya dikeluarkan dari sakunya, bersinarlah
tangan Musa itu menyilaukan mata Fir'aun itu dan orang-orang yang sedang berada
disekelilingnya.
Fir'aun sebagai raja yang menyatakan dirinya sebagai tuhan tentu tidak akan
mudah begitu saja menyerah kepada Musa bekas anak pungutnya walaupun kepadanya
telah diperlihatkan dun mukjizat. Ia bahkan berkata kepada kaumnya yang ia
khuatir akan terpengaruh oleh kedua mukjizat Musa itu bahwa itu semuanya adalah
perbuatan sihir dan bahwa Musa dan Harun adalah ahli sihir yang mahir yang
datang dengan maksud menguasai Mesir dan para penduduknya akan kekuatan dengan
sihirnya itu.
Fir'aun dianjurkan oleh penasihatnya yang dikepalai oleh Haman agar
mematahkan sihir Musa dan Harun itu dengan mengumpulkan ahli-ahli sihir yang
terkenal dari seluruh daerah kerajaan untuk bertanding melawan Musa dan Harun.
Anjuran mana disetujui oleh Fir'aun yang merasa itu adalah fikiran yang tepat
dan jalan yang terbaik untuk melumpuhkan kedua mukjizat Allah yang oleh mereka dianggapnya
sebagai sihir. Anjuran itu lalu ditawarkan kepada Musa yang seketika tanpa
ragu-ragu sedikit pun menerima tentangan Fir'aun untuk beradu dan bertanding
melawan ahli-ahli sihir. Musa berkeyakinan penuh bahwa dengan perlindung Allah
ia akan keluar sebagai pemenang dalam pertarungan itu, pertandingan antara
perbuatan sihir yang diilham oleh syaitan melawan mukjizat yang dikurniakan
oleh Allah.
Pada suatu hari raya kerajaan telah bersetuju untuk mengadakan hari
pertandingan sihir maka berduyun-duyunlah penduduk kota menuju ke tempat yang
telah ditentukan untuk menyaksikan perlumbaan kepandaian menyihir yang buat
pertama kalinya diadakan di kota Mesir. Juga sudah berada di tempat ahli-ahli
sihhir yang terpandai yang telah dikumpulkan dari seluruh wilayah kerajaan
masing-masing membawa tongkat , tali dan lain-lain alat sihirnya. Mrk cukup
bersemangat dan akan berusaha sepenuh kepandaian mrk untuk memenangi
pertandingan. Mrk telah memperolhi janji dari Fir'aun akan diberi hadiah dan
wang dalam jumlah yang besar bila berhasil mengalahkan Musa dengan mematahkan
daya sihirnya.
Setelah segala sesuatu selesai disiapkan dan masing-masing pembesar negeri
sudah mengambil tempatnya mengelilingi raja Fir'aun yang telah duduk di atas
kursi singgahsananya maka dinyatakanlah pertandingan dimulai. Kemudian atas
persetujuan Musa dipersilakan para lawannya beraksi lebih dahulu mempertujukan
kepandai sihirnya.
Segeralah ahli-ahli sihir Fir'aun menujukan aksinya melemparkan tongkat dan
tali-temali mrk ke tengah-tengah lapangan . Musa merasa takut ketika terbayang
kepadanya bahwa tongkat-tongkat dan tali-tali itu seakan-akan ular-ular yang
merayap cepat. Namun Allah tidak mebiarkan hamba utusan-Nya berkecil hati
menghadapi tipu-daya orang-orang kafir itu. Allah berfirman kepada Musa disaat
ia merasa cemas itu: "Janganlah engkau merasa takut dan cemas hai Musa!
engkau adalah yang lebih unggul dan akan menang dalam pertandingan ini.
Lemparkanlah yang ada ditanganmu segera."
Para ahli-ahli sihir yang pandai dalam bidangnya itu tercengang ketika
melihat ular besar yang menjelma dari tongkat Nabi Musa dan menelan ular-ular
dan segala apa yang terbayangsebagai hasil tipu sihir mrk. Mrk segera menyerah
kalah bertunduk dan bersujud {kepada Allah} dihadapan Musa seraya berkata: "Itu
bukanlah perbuatan sihir yang kami kenal yang diilhamkan oleh syaitan tetapi
sesuatu yang digerakkan oleh kekuatan ghaib yang mengatakan kebenaran kata-kata
Musa dan Harun maka tidak ada alasan bagi kami untuk tidak mempercayai risalah
mereka dn beriman kepada Tuhan mereka sesudah apa yang kami lihat dan saksikan
dengan mata kepala kami sendiri."
Fir'aun raja yang congkak dan sombong yang menuntut persembahan dari
rakyatnya sebagai tuhan segera membelalakkan matanya tanda marah dan jengkel
melihat ahli-ahli sihirnya begitu cepat menyerah kalah kepada Musa bahkan
menyatakan beriman kepada Tuhannya dan kepada kenabiannya serta menjadi
pengikut-pengikutnya. Tindakan mereka itu dianggapnya sebagai pelanggaran
terhadap kekuasaannya, penentangan terhadap ketuhanannya dan merupakan suatu
tamparan bagi kewibawaan serta prestasinya. Ia berkata kepada mrk: "Adakah
kamu berani beriman kepada Musa dan menyerah kepada keputusannya sebelum aku
izinkan kepada kamu?" Bukankah ini suatu persekongkolan drp kamu terhadapku?
Musa dpt mengalah kamu sebab ia mungkin guru dan pembesar yang telah
mengajarkan seni sihir kepadamu dan kamu telah mengatur bersama-samanya
tindakan yang kamu sandiwarakan di depanku hari ini. Aku tidak akan tinggal
diam menghadapi tindakan khianatmu ini. Akanku potong tangan-tangan dan
kaki-kakimu serta akanku salibkan kamu semua pada pangkal pohon kurma sebagai
hukuman dan balasan bagi tindakan khianatmu ini."
Ancaman Fir'aun itu disambut mrk dengan sikap dingin dan acuh tak acuh.
Karena Allah telah membuka mata hati mereka dengan cahaya iman sehingga tidak
akan terpengaruh dengan kata-kata kebathilan yang menyesatkan atau ancaman
Fir'aun yang menakutkan. Mrk sebagai-orang-orang yang ahli dalam ilmu dan seni
sihir dpt membedakan yang mana satu sihir dan yang mana bukan. Maka sekali mrk
diyakinkan dengan mukjizat Nabi Musa yang membuktikan kebenaran kenabiannya
tidaklah keyakinan itu akan dpt digoyahkan oleh ancaman apa pun. Berkata mereka
kepada Fir'aun menanggapi ancamannya: "Kami telah memdpat bukti-bukti yang
nyata dan kami tidak akan mengabaikan kenyataan itu sekadar memenuhi kehendak
dan keinginanmu. Kami akan berjalan terus megikut jejak dan tuntutan Musa dan
Harun sebagai pesuruh oleh yang benar. Maka terserah kepadamu untuk memutuskan
apa yang engkau hendak putuskan terhadap diri kami. Keputusan kamu hanya
berlaku di dunia ini sedang kami mengharapkan pahala Allah di akhirat yang
kekal dan abadi."
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat
32 sehingga ayat 51 juz 19 sebagai berikut :~
"32~ Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu
{menjadi ular}. 33~ Dan ia menarik tangannya {dr dalam saku bajunya} maka
tiba-tiba tangan itu menjadi putih {bersinar} bagi orang-orang yang melihatnya.
34~ Fir'aun berkata pembesar-pembesar yang berada di sekelilingnya:
"Sesungguhnya Musa itu benar-benar seorang ahli sihir yang pandai, 35~ ia
hendak mengusir kamu dari negeri kamu sendiri dengan sihirnya maka karena itu
apakah yang kamu anjurkan?" 36~ Mrk menjawab: "Tundalah {urusan} dia
dan saudaranya dan kirimlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan
mengumpulkan {ahli sihir}, 37~ nescaya mereka akan mendatangkan semua ahli
sihir yang pandai kepadamu". 38~ Lalu dikumpulkanlah ahli-ahli sihir pada
waktu yang ditetapkan di hari yang maklum, 39~ dan dikatakan kepada orang
ramai: "Berkumpullah kamu sekalian, 40~ semoga kita mengikuti ahli-ahli
sihir, jika mereka adalah orang-orang yang menang". 41~ Maka tatkala
ahli-ahli sihir dtg , mrk pun bertanya kepada Fir'aun: "Apakah kami sungguh-sungguh
mendpt upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?" 42~
Fir'aun menjawab: "Ya, kalu demikian, sesungguhnya kamu sekalian
benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan {kepadaku}". 43~ Berkatalah
Musa kepada mrk: "Jatuhkalah apa yang kamu hendak jatuhkan". 44~ Lalu
mrk menjatuhkan tali-temali dan tongkat-tongkat mereka lalu berkata: "
Demi kekuasaan Fir'aun, sesungguhnya kami akan benar-benar akan menang".
45~ kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan benda-benda
palsu yang mereka ada-adakan itu. 46~ Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil
bersujud {kepada Allah}, 47~ mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan
semesta alam , 48~ yaitu Tuhan Musa dan Harun". 49~ Fir'aun berkata:
"Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelumaku memberi izin
kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajar sihir kepadamu,
maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui {akibat perbuatanmu},
sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku
akan menyalibmu semuanya". 50~ Mereka berkata: "Tidak ada
kemudharatan {kepada kami}, sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami,
51~ sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni
kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang pertama sekali
beriman." {Asy-Syu'ara : 32 ~ 51 }
Fir'aun tetap keras kepala dan semakin bingung
Nabi Musa yang telah mengalahkan ahli-ahli sihir dengan kedua mukjizatnya
makin meluas pengaruhnya, sedan Fir'aun dengan kekalahan ahli sihirnya merasa
kewibawaannya merosot dan kehormatannya menurun. ia khuatir jika gerakan Musa
tidak segera dipatahkan akan mengancam keselamatan kerajaannya serta kekekalan
mahkotanya. Para penasihat dan pembantu-pembantu terdekatnya tidak berusaha
menghilangkan rasa kecemasan dan kekhuatirannya, tetapi mereka sebaliknya makin
membakar dadanya dan makin menakutu-nakutinya. Mrk berkata kepadanya:
"Apakah engkau akan terus membiarkan Musa dan kaumnya bergerak secara
bebas dan meracuni rakyat dengan amcam-macam kepercayaan dan ajaran-ajaran yang
menyimpang dari apa yang telah kita warisi dari nenek-moyang kita? Tidakkah
engkau sedar bahwa rakyat kita makin lama makin terpengaruh oleh
hasutan-hasutan Musa. sehingga lama-kelamaan nescaya kita dan tuhan-tuhan kita
akan ditinggalkan oleh rakyat kita dan pada akhirnya akan hancur binasalah
negara dan kerajaanmu yang megah ini."
Fir'aun menjawab: "Apa yang kamu huraikan itu sudah menjadi perhatiku
sejak dikalahkannya ahli-ahli sihir kita oleh Musa. Dan memang kalau kita
membiarkan Musa terus melebarkan sayapnya dan meluaskan pengaruhnya di kalangan
pengikut-pengikutnya yang makin lama makin bertambah jumlahnya, pasti pada
akhirnya akan merusakkan adab hidup masyarakat negara kita serta membawa
kehancuran dan kebinasaan bagi kerajaan kita yang megah ini. karenanya aku
telah merancang akan bertindak terhadap Bani Isra'il dengan membunuh setiap
orang lelaki dan hanya wanita sahaja akanku biarkan hidup."
Rancangan jahat fir'aun diterapkan oleh pegawai dan kaki tangan
kerajaannya. Aneka ragam gangguan dan macam-macam tindakan kejam ditimpakan
atas Bani Isra'il yang memang menurut anggapan masyarakat, mereka itu adalah
rakyat kelas kambing dalam kerajaan Fir'aun yang zalim itu. Dengan makin
meningkatnya kezaliman dan penindasan yang mereka terima dari alat-alat
kerajaan Fir'aun, datanglah Bani Isra'il kepada Nabi Musa, mengharapkan
pertolongan dan perlindungannya. Nabi Musa tidak dpt berbuat byk pada masa itu
bagi Bani Isra'il yang tertindas dan teraniaya. Ia hanya menenteramkan hati mereka,
bahwa akan tiba saatnya kelak,di mana mrk akan dibebaskan oleh Allah dari
segala penderitaan yang mrk alami. Dianjurkan oleh Nabi Musa agar mereka
bersabar dan bertawakkal seraya memohon kepada Allah agar Allah memberikan
pertolongan dan perlindungan-Nya karena Allah telah menjanjikan akan mewariskan
bumi-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang soleh, sabar dan bertakwa!
Fir'aun bertujuan melemahkan kedudukan Nabi Musa dengan tindakan kejamnya
terhadap Bani Isra'il yang merupakan kaumnya, bahkan tulang belakang Nabi Nusa.
Akan tetapi gerak dakwah Nabi Musa tidak sedikit pun terhambat oleh tindakan
Fir'aun itu. Demikian pula tidak seorang pun drp pengikut-pengikutnya yang
terpengaruh dengan tindakan Fir'aun itu. Sehingga tidak menjadi luntur iman dan
keyakinan mrk yang sudah bulat terhadap risalah Musa.
Karena sasaran yang dituju dengan tindakan kekejaman yang tidak
berperikamanusiaan itu tidak tercapai dan tidak dpt menerima dakwah Nabi Musa
dan para pengikutnya, yang dilhatnya bahkan semakin bersemangat menyiarkan
ajaran iman dan tauhid, maka Fir'aun tidak mempunyai pilihan selain harus
menyingkirkan orang yang menjadi pengikutnya, yaitu dengan membunuh Nabi Musa.
Fir'aun memanggil para penasihat dan pembesar-pembesar kerajaannya untuk
bermesyuarat dan merancang pembunuhan Musa. Di antara mereka yang di undang itu
terdapat seorang mukmin dari Keluarga Fir'aun yang merahsiakan imannya.
Di tengah-tengah perdebatan dan perundingan yang berlangsung dalam
pertemuan yang diadakan oleh Fir'aun untuk membincangkan cara pembunuhan Nabi
Musa itu, bangkitlah berdiri mukmin itu mengucapkan pembelaannya terhadap Nabi
Musa dan nasihat serta tuntunan bagi mereka yang hadir. Ia berkata:
"Apakah kamu akan membunuh seseorang lelaki yang tidak berdosa, hanya
berkata bahwa Allah adalah Tuhannya? Padahal ia menyatakan iman dan
kepercayaannya itu kepada kamu bukan tanpa dalil dan hujjah. Ia telah
mempertunjukkan kepada kamu bukti-bukti yang nyata untuk menyakinkan kamu akan
kebenaran ajarannya. Jika andainya dia seorang pendusta, maka dia sendirilah
yang akan menanggung dosa akibat dustanya. Namun jika ia adalah benar dalam
kata-katanya, maka nescaya akan menimpa kepada kamu bencana azab yang telah
dijanjikan olehnya. Dan dalam keadaan yang demikian siapakah yang akan menolong
kamu dari azab Allah yang telah dijanjikan itu?"
Fir'aun memotong pidato orang mukmin itu dengan berkata: "Rancanganku
harus terlaksana dan Musa harus dibunuh. Aku tidak mengemukan kepadamu
melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu melainkan
jalan yang benar, jalan yang akan menyelamatkan kerajaan dan negara."
Berucap orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu melanjutkan:
"Sesungguhnya aku khuatir, jika kamu tetap berkeras kepala dan enggan
menempuh jalan yang benar yang dibawa oleh para nabi-nabi, bahwa kamu akan
ditimpa azab dan seksa yang membinasakan , sebagaimana telah dialami oleh kaum
Nuh, kaum Aad, kaum Tsamud dan umat-umat yang datang sesudah mereka. Apa yang
telah dialami oleh kaum-kaum itu adalah akibat kecongkakan dan kesombongan
mereka karena Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap
hamba-hamba-Nya".
Mukmin itu meneruskan nasihatnya:"Wahai kaumku! Sesungguhnya aku
khuatir kamu akan menerima seksa dan azab Tuhan di hari qiamat kelak, di mana
kamu akan berpaling kebelakang, tidak seorang pun akan dapat menyelamatkan kamu
itu dari seksa Allah. Hai kaum ikutilah nasihatku, aku hanya ingin kebaikan
bagimu dan mengajak kamu ke jalan yang benar. Ketahuilah bahwa kehidupan di
dunia ini hanya merupakan kesenangan sementara, sedangkan kesenangan dan
kebahagiaan yang kekal adalah di akhirat kelak."
Orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu tidak dpt mengubah sikap Fir'aun dan
pengikut-pemgikutnya, walaupun ia telah berusaha dengan menggunakan kecekapan
berpidatonya dan susunan kata-katanya yang rapi, lengkap dengan contoh-contoh
dari sejarah umat-umat yang terdahulu yang telah dibinasakan oleh Allah karena
perbuatan dan pembangkangan mereka sendiri.
Fir'aun dan pengikut-pengikutnya bahkan menganjurkan kepada orang mukmin
itu, agar meninggalkan sikapnya yang membela Musa dan menyetujui rancangan
jahat mereka. Ia dinasihat untuk melepaskan pendiriannya yang pro Musa dan
mengabungkan diri dalam barisan mereka menentang Musa dan segala ajarannya. Ia
diancam dengan dikenakan tindakan kekerasan bila ia tidak mahu mengubah sikap
pro kepada Musa secara suka rela.
Berkata orang mukmin itu menanggapi anjuran Fir'aun: "Wahai kaumku,
sgt aneh sekali sikap dan pendirianmu, aku berseru kepada kamu untuk kebaikan
dan keselamatanmu, kamu berseru kepadaku untuk berkufur kepada Allah dan
mempersekutukan-Nya dengan apa yang aku tidak ketahui, sedang aku berseru
kepadamu untuk beriman kepada Allah, Tuhan YAng Maha Esa, Maha Perkasa, lagi
Maha Pengampun. Sudah pasti dan tidak dapat diragukan lagi, bahwa apa yang kamu
serukan kepadaku itu tidak akan menolongku dari murka dan seksa Allah di dunia
mahupun di akhirat. Dan sesungguhnya kamu sekalian akan kembali kepada Allah
yang akan memberi pahala syurga bagi orang-orang yang soleh, bertakwa dan
beriman, sedang orang-orang kafir yang telah melampaui batas akan diberi
ganjaran dengan api neraka. Hai kaumku perhatikanlah nasihat dan peringatanku
ini. Kamu akan menyedari kebenaran kata-kataku ini kelak bila sudah tidak
berguna lagi orang menyesal atau merasa susah karena perbuatan yang telah
dilakukan. Aku hanya menyerahkan urusan ku dan nasibku kepada Allah. Dialah
Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat perbuatan dan kelakuan
hamba-hamba-Nya."
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Al-A'raaf" ayat
127 sehingga ayat 129 juz 9 dan surah "Al-Mukmin" ayat 28 sehingga
ayat 33 dan ayat 38 sehingga ayat 45 juz 24 sebagai berikut :~
"127~ Berkata pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun {kepada Fir'aun}:
"Apakah kamu akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakkan di
negeri ini {Mesir} dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?" Fir'aun
menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup
perempuan-perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa penuh ke atas
mereka". 128~ Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan
kepada Allah dan bersabarlah sesungguhnya bumi {ini} kepunyaan Allah
dipusakakannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan
kesusahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa". 129~ Kaum Musa
berkata: "Kami telah ditindas {oleh Fir'aun} sebelum kamu datang kepada
kami dan sesudah kamu datang." Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah
membinasakan musuh-musuh kamu dan menjadikan kamu khalifah di bumi{-Nya} maka
Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu." { Al-A'raaf : 127 ~ 129 }
"28~ Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut
Fir'aun yang mneyembunyikan imannya berkata: "Apakah kamu akan membunuh
seorang laki-laki karena dia menyatakan "Tuhanku ialah Allah" padahal
dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu.
Dan jika dia seorang pendusta, maka dialah yang menanggung {dosa} dustanya itu
dan jika dia seorang yang benar, nescaya sebahagia {bencana} yang diancamkannya
kepadamu akan menimpamu." Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang
yang melampaui batas lagi pendusta. 29~ Hai kaumku utkmulah kerajaan pada hari
ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita dari azab
Allah jika azab itu menimpa kita?" Fir'aun berkata: "Aku tidak
mengemukakan kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak
menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar." 30~ Dan orang yang beriman
itu berkata: "Hai kaumku sesungguhnya aku khuatir kamu akan ditimpa
{bencana} seperti peristiwa {kehancuran} golongan yang bersekutu, 31~ {yakni}
seperti keadaan kaum Nuh, Aad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah
mereka. Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya.
32~ HAi kaumku, sesungguhnya aku khuatir terhadapmu akan seksaan hari
panggil-memanggil. 33~ {yaitu} hari {ketika} kamu {lari} berpaling kebelakang,
tidak ada bagimu seseorang pun yang menyelamatkan kamu dari {azab} Allah dan
siapa yang disesatkan Allah nescaya tidak ada baginya seorang pun yang akan
memberi petunjuk." { Al-Mukmin : 28 ~ 33 }
"38~ Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku ikutilah aku
akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. 39~ Hai kaumku! Sesungguhnya
kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan {sementara} dan sesungguhnya akhirat
itulah negeri yang kekal. 40~ Barabg siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka
dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang
siapa yang mengerja amal yang soleh baik laki-laki mahupun perempuan sedang ia
dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk syurga, mereka diberi rezeki
didalamnya tanpa hisab. 41~ Hai kaumku! Bagaiman kamu ini, aku menyeru kamu
kepada keselamatan tetapi kamu menyeru aku ke neraka? 42~ {kenapa} kamu
menyerukan supaya kufur kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang
tidakku ketahui padahal aku menyeru kamu {beriman} kepada Yang Maha Perkasa
lagi Maha Pengampun?" 43~ Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya aku
{beriman} kepadanya tidak dpt memperkenankan seruan apa pun, baik di dunia mahu
pun di akhirat. Dan sesungguhnya kembali kita adalah kepada Allah dan
sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mrk itulah penghuni neraka. 44~
Kelak kamu akan ingat kepada apa yang aku katakan kepada kamu. Dan aku
menyerahkan urusan aku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan
hamba-hamba-Nya. 45~ Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka
dan Fir'aun berserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk." {
Al-Mukmin : 38 ~ 45 }
Fir'aun menghina dan mengejek Musa
Selain tindakan kekerasan yang ditimpakan ke atas Bani Isra'il kaumnya Nabi
Musa, Fir'aun melontarkan penghinaan dan kata-kata ejekan terhadap Nabi Musa
dalam usahanya memerangi dan membendung pengaruh Nabi Musa yang semakin
beertambah semenjak ia keluar sebagai pemenang dalam pertandingan melawan
tukang-tukang sihir kaum Fir'aun.
Berkata Fir'aun kepada pembesar-pembesar kerajaannya: "Biarkanlah aku
membunuh Musa dan biarlah ia memohon dari Tuhannya untuk melindunginya. Aku
ingin tahu sampai sejauh mana ia dapat melepaskan diri dari kekuasaanku dan
biarlah ia membuktikan kebenaran kata-kata, bahwa Tuhannya akan melindunginya
dari segala tipu daya musuh-musuhnya."
Dalam lain kesempatan Fir'aun berkata kepada rakyatnya yang sudah
diperhambakan jiwanya, terbiasa memuja-mujanya, mengiakan kata-katanya dan
mengaminkan segala perintahnya: "Hai rakyatku! Tidakkah kamu melihat bahwa
aku memiliki kerajaan Mesir yang megah dan besar ini di mana sungai-sungai
mengalir dibawah telapak kakiku, sungai-sungai yang memberi kemakmuran hidup
dan kebahagiaan hidup bagi rakyatku? Dan tidakkah kamu melihat kekuasaanku yang
luas dan ketaatan rakyatku yang bulat kepadaku? Bukankah aku lebih baik dan
lebih agung dari Musa yang hina-dina itu yang tidak cekap menguraikan isi
hatinya dan menerangkan maksud tujuannya. Megapa Tuhannya tidak memakaikan
gelang emas, sebagaimana lazimnya orang-orang yang diangkat menjadi raja,
pemimpin atau pembesar? Atau mengapa ia tidak diiringi oleh malaikat-malaikat
sebagai tanda kebesarannya dan bukti kebenarannya bahwa ia adalah pesuruh Tuhannya?"
Kelompok orang yang mendengar kata-kata Fir'aun itu dengan serta-merta
mengiyakan dan membenarkan kata-kata rajanya serta menyatakan kepatuhan yang
bulat kepada segala titah dan perintahnya sebagai warga yang setia kepada
rajanya, namun zalim dan fasiq terhadap Tuhannya.
Dalam pd itu kesabaran Nabi Musa sampai pd puncaknya, melihat Fir'aun dan
pembantu-pambantunya tetap berkeras kepala menentang dakwahnya, mendustakan
risalahnya dan makin memperhebatkan tindakan kejamnya terhadap kaum Bani Isra'il
terutama para pengikutnya yang menyembunyikan imannya karena ketakutan daripada
kejaran Fir'aun dan pembalasannya yang kejam dan tidak berperikemanusiaan. Maka
disampaikan oleh Nabi Musa kepada mrk bahwa Allah tidak akan membiarkan mereka
terus-menerus melakukan kekejaman, kezaliman dan penindasan terhamba-hamba-Nya
dan berkufur kepada Allah dan Rasul-Nya. Akan ditimpakan oleh Allah kepada
mereka bila tetap tidak mahu sedar dan beriman kepada-Nya, bermacam azb dan
seksa di dunia semasa hidup mereka sebagai pembalasan yang nyata!
Berdoalah Nabi Musa, memohon kepada Allah: "Ya Tuhan kami, engkau
telah memberi kepada Fir'aun dan kaum kerabatnya kemewahan hidup, harta
kekayaan yang meluap-luap dan kenikmatan duniawi, yang kesemua itu
mengakibatkan mereka menyesatkan manusia, hamba-hamba-Mu, dari jalan yang
Engkau redhai dan tuntunan yang Engkau berikan. Ya Tuhan kami, binasakanlah
harta-benda mereka dan kunci matilah hati mereka. Mrk tidak akan beriman dan
kembali kepada jalan yang benar sebelum melihat seksaan-Mu yang pedih."
Berkat doa Nabi Musa dan permohonannya yang diperkenankan oleh Allah, maka
dilandakanlah kerajaan Fir'aun oleh krisis kewangan dan makanan, yang
disebabkan mengeringnya sungai Nil sehingga tidak dapat mengairi sawah-sawah
dan ladang-ladang disamping serangan hama yang ganas yang telah menghabiskan
padi dan gandum yang sudah menguning dan siap untuk diketam.
Belumlagi krisis kewangan dan makanan teratasi datang menyusul bala banjir
yang besar disebabkan oleh hujan yang turun dengan derasnya, sehingga
menghanyutkan rumah-rumah, gedung-gedung dan membinasakan binatang-binatang
ternak. Dan sebagai akibat dari banjir itu berjangkitlah bermacam-macam wabak
dan penyakit yang merisaukan masyarakat seperti hidung berdarah dan lain-lain.
Kemudian datanglah barisan kutu-kutu busuk dan katak-katak yang menyerbu ke
dalam rumah-rumah sehingga mengganggu ketenteraman hidup mereka,menghilangkan
kenikmatan makan, minum dan tidur, disebabkan menyusupnya binatang-binatang itu
ke dalam tempat-tempat tidur, hidangan makanan dan di antara sela-sela pakaian
mereka.
Pada waktu azab menimpa dan bencana-bencana itu sedang melanda berdatanglah
mereka kepada Nabi Musa minta pertolongannya demi kenabiannya, agar memohonkan
kepada Allah mengangkat bala itu dari atas mereka dengan perjanjian bahwa mrk
akan beriman dan menyerahkan Bani Isra'il kepada Nabi Musa sekirannya mereka
dpt ditolong dan terhindar dari azab bala itu.
Akan tetapi begitu bala-bala itu tercabut dari atas mrk dan hilanglah
gangguan yang diakibatkan olehnya, mrk mengingkari janji mereka dan kembali
bersikap memusuhi dan menentang Nabi Musa, seolah-olah apa yang terjadi
bukanlah karena doa dan permohonan Musa kepada Allah tetapi karena hasil usaha
mrk sendiri.
Bacalah tentang isi cerita di atas ayat 26 dari surah "Al-Mukmin"
; ayat 51 sehingga ayat 54 surah "Az-Zukhruf" ; ayat 88 dan 89 surah
"Yunus" dan ayat 130 sehingga ayat 135 surah "Al-A'raaf"
sebagimana berikut :~
"Dan berkata Fir'aun {kepada pembesar-pembesarnya} "Biarlah aku
membunuh Musa, dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya
aku khuatir dia akan menukar agama atau menimbulkan kerusakan di muka
bumi." { Al-Mukmin : 26 }
"Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya {seraya} berkata: "Hai
kaumku! Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan {bukankah} sungai-sungai
ini mengalir dibawahku, maa apakah yang kamu tidak melihatnya? 52~ Bukankah aku
lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan
{perkataannya}? 53~ Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang emas, atau
malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya." 54~ Mak Fir'aun
mempergaruhi kaumnya {dengan perkataan itu} lalu mereka patuh kepadanya kerana
sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang fasiq." { Az-Zukhruf : 51 ~ 54 }
"88~ Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah
memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan
dalam kehidupan dunia, Ya Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan {manusia}
dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka dan kunci
matilah hati mereka maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat seksaan
yang pedih." 89~ Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan
permohonan kamu berdua sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan
janganlah sesekali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak
mengetahui." { Yunus : 88 sehingga 89 }
"130~ Dan sesungguhnya Kami telah menghukum {Fir'aun dan} kaumnya
dengan mendatangkan musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan,
supaya mereka mengambil pengajaran 131~ Kemudian apabila datang kepada mereka
kemakmuran mereka berkata: "Ini adalah kerana {usaha} kami." Dan jika
mereka ditimpa kesusahan mrk lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan
orang-orang yang berserta dengannya. Ketahuilah sesungguhnya kesialan mereka
itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakkan mereka tidak
mengetahui. 132~ Mrk berkata kepada Musa: Bagaiman kamu mendatangkan keterangan
kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka sesekali kami tidak
akan beriman kepadamu." 133.~ Maka Kami {Allah} kirimkan kepada mereka
taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas tetapi mrk
tetap menyombong diri dan mrk adalah kaum yang berdosa. 134~ Dan ketika mrk
ditimpa azab {yang telah diterangkan itu} mereka pun berkata: " Hai Musa,
mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan {perantaraan} kenabian yang
diketahui oleh Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat
menghilangkan azab itu drp kami pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami
biarkan Bani Isra'il pergi bersamamu." 135~ Maka setelah Kami hilangkan
azab itu dari mrk hingga batas waktu yang mrk sampai kepadanya, tiba-tiba mrk
mengingkarinya." { Al-A'raaf : 130 ~ 135 }
Bani Isra'il keluar dari Mesir
Bani Isra'il yang cukup menderita akibat tindasan Fir'aun dan kaumnya cukup
merasakan penganiayaan dan hidup dalam ketakutan di bawah pemerintahan Fir'aun
yang kejam dan bengis itu, pada akhirnya sedar bahwa Musalah yang benar-benar
dikirimkan oleh Allah untuk membebaskan mereka dari cengkaman Fir'aun dan
kaumnya. Maka berduyun-duyunlah mereka datang kepada Nabi Musa memohon
pertolongannya agar mengeluarkan mereka dari Mesir.
Kemudian bertolaklah rombongan kaum Bani Isra'il di bawah pimpinan Nabi
Musa meninggalkan Mesir menuju Baitul Maqdis. Dengan berjalan kaki dengan cepat
karena takut tertangkap oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang mengejar mereka
dari belakang akhirnya tibalah mereka pada waktu fajar di tepi lautan merah
setelah selama semalam suntuk dapat melewati padang pasir yang luas.
Rasa cemas dan takut makin mencekam hati para pengikut Nabi Musa dan Bani
Isra'il ketika melihat laut terbentang di depan mereka sedang dari belakang mrk
dikejar oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang akan berusaha mengembalikan
mereka ke Mesir. Mereka tidak meragukan lagi bahwa bila mrk tertangkap, maka
hukuman matilah yang akan mereka terima dari Fir'aun yang zalim itu.
Berkatalah salah seorang dari sahabat Nabi Musa, bernama Yusha' bin Nun:
"Wahai Musa, ke mana kami harus pergi?" Musuh berada di belakang kami
sedang mengejar dan laut berada di depan kami yang tidak dapat dilintasi tanpa
sampan. Apa yang harus kami perbuat untuk menyelamatkan diri dari kejaran
Fir'aun dan kaumnya?"
Nabi Musa menjawab: "Janganlah kamu khuatir dan cemas, perjalanan kami
telah diperintahkan oleh Allah kepadaku, dan Dialah yang akan memberi jalan
keluar serta menyelamatkan kami dari cengkaman musuh yang zalim itu."
Pada saat yang kritis itu, di mana para pengikut Nabi Musa berdebar-debar
ketakutan, seraya menanti tindakan Nabi Musa yang kelihatan tenang sahaja,
turunlah wahyu Allah kepada Nabi-Nya dengan perintah agar memukulkan air laut
dengan tongkatnya. Maka dengan izin Allah terbelah laut itu, tiap-tiap belahan
merupakan seperti gunung yang besar. Di antara kedua belahan air laut itu
terbentang dasar laut yang sudah mengering yang segera di bawah pimpinan Nabi
Musa dilewatilah oleh kaum Bani Isra'il menuju ke tepi timurnya.
Setelah mrk sudah berada di bahagian tepi timur dalam keadaan selamat
terlihatlah oleh mereka Fir'aun dan bala tenteranya menyusuri jalan yang sudah
terbuka di antara dua belah gunung air itu. Kembali rasa cemas dan takut
mengganggu hati mereka seraya memandang kepada Nabi Musa seolah-olah bertanya
apa yang hendak dia lakukan selanjutnya. Dalam pada itu Nabi Musa telah
diilhamkan oleh Allah agar bertenang menanti Fir'aun dan bala tenteranya turun
semua ke dasar laut. Karena takdir Allah tela mendahului bahwa mrk akan menjadi
bala tentera yang tenggelam.
Berkatalah Fir'aun kepada kaumnya tatkala melihat jalan terbuka bagi mereka
di antara dua belah gunung air itu: "Lihat bagaimana lautan terbelah
menjadi dua, memberi jalan kepada kami untuk mengejar orang-orang yang
melarikan diri itu. Mrk mengira bahwa mrk akan dpt melepaskan dari kejaran dan
hukumanku. Mrk tidak mengetahui bahwa perintahku berlaku dan ditaati oleh laut,
jgn lagi oleh manusia. Tidakkah ini semuanya membuktikan bahwa aku adalah yang
berkuasa yang harus disembah olehmu?" Maka dengan rasa bangga dan sikap
sombongnya turunlah Fir'aun dan bala tenteranya ke dasar laut yang sudah
mengering itu melakukan gerak-cepatnya untuk menyusul Musa dan Bani Isra'il
yang sudah berada di tepi bahagian timur sambil menanti hukuman Allah yang
telah ditakdirkan terhamba-hamba-Nya yang kafir itu.
Demikianlah maka setelah Fir'aun dan bala tenteranya berada di
tengah-tengah lautan yang membelah itu, jauh dari ke dua tepinya, tibalah
perintah Allah dan kembalilah air yang menggunung itu menutupi jalur jalan yang
terbuka di mana Fir'aun dengan sombongnya sedang memimpin barisan tenteranya
mengejar Musa dan Bani Isra'il. Terpendamlah mrk hidup-hidup di dalam perut
laut dan berakhirlah riwayat hidup Fir'aun dan kaumnya untuk menjadi kenangan
sejarah dan ibrah bagi generasi- akan datang.
Pada detik-detik akhir hayatnya, seraya berjuang untuk menyelamatkan diri
dari maut yang sudah berada di depan matanya, berkatalah Fir'aun: "Aku
percaya bahwa tiada tuhan selain Tuhan Musa dan Tuhan Bani Isra'il. Aku beriman
pada Tuhan mereka dan berserah diri kepada-Nya sebagai salah seorang muslim."
Berfirmanlah Allah kepada Fir'aun yang sedang menghadapi sakaratul-maut:
"Baru sekarangkah engkau berkata beriman kepada Musa dan berserah diri
kepada-Ku? Tidakkah kekuasaan ketuhananmu dpt menyelamatkan engkau dari maut?
Baru sekarangkah engkau sedar dan percaya setelah sepanjang hidupmu bermaksiat,
melakukan penindasan dan kezaliman terhadap hamba-hamba-Ku dan
berbuat-sewenang-wenang, merusak akhlak dan aqidah manusia-manusia yang berada
di bawah kekuasaanmu. Terimalah sekarang pembalasan-Ku yang akan menjadi
pengajaran bagi orang-orang yang akan datang sesudahmu. Akan Aku apungkan tubuh
kasarmu untuk menjadi peringatan bagi orang-orang yang meragukan akan
kekuasaan-Ku."
Bani Isra'il pengikut-pengikut Nabi Musa masih meragukan kematian Fir'aun.
Mrk masih terpengaruh dengan kenyataan yang ditanamkan oleh Fir'aun semasa ia
berkuasa sebagai raja bahwa dia adalah manusia luar biasa lain drp yang lain
dan bahwa dia akan hidup kekal sebagai tuhan dan tidak akan mati. Khayalan yang
masih melekat pd fikiran mrk menjadikan mrk tidak mahu percaya bahwa dengan
tenggelamnya, Fir'aun sudah mati. Mrk menyatakan kepada Musa bahwa Fir'aun
mungkin masih hidup namun di alam lain.
Nabi Musa berusaha menyakinkan kaumnya bahwa apa yang terfikir oleh mrk
tentang Fir'aun adalah suatu khayalan belaka dan bahwa Fir'aun sebagai orang
biasa telah mati tenggelam akibat pembalasan Allah atas perbuatannya, menentang
kekuasaan Allah mendustakan Nabi Musa dan menindaskan serta memperhambakan Bani
Isra'il. Dan setelah melihat dengan mata kepala sendiri, tubuh-tubuh Firaun dan
orang-orangnya terapung-apung di permukaan air, hilanglah segala tahayul mrk
tentang Fir'aun dan kesaktiannya.
Menurut catatan sejarah, bahwa mayat Fir'aun yang terdampar di pantai
diketemukan oleh orang-orang Mesir, lalu diawet hingga utuh sampai sekarang,
sebagai mana dpt dilihat di muzium Mesir.
Tentang isi cerita yang terurai di atas dapat di baca dalam surah
"Thaha" ayat 77 sehingga 79 ; surah "Asy-Syua'ra" ayat 60
sehingga 68 ; surah "Yunus" ayat 90 sehingga 92 sebagaimana berikut
:~
"77~ Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah
kamu dengan hamba-hamba-Ku {Bani Isra'il} di malam hari, maka buatklah untuk
mrk jalan yang kering di laut itu, kamu tidak usah khuatir akan tersusul dan
tidak usah takut {akan tenggelam}." 78~ Maka Fir'aun dengan bala
tenteranya mengejar mrk, lalu mrk ditutup oleh laut yang menenggelamkan mrk.
79~ Dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi peetunjuk." {
Thaha : 77 ~ 79 }
"60~ Maka Fir'aun dan bala tenteranya dpt menyusuli mrk di waktu
matahari terbit. 61~ Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah
pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul;
sesungguhnya Tuhanku bersertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku. 63~
Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan
tongkatmu." Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan itu adalah
seperti golongan yang lain. 65~ Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang
bersertanya semuanya. 66~ Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu. 67~
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang
besar {mukjizat} dan kebanyakkan mrk tidak beriman. 68~ Dan sesungguhnya
Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mulia Perkasa lai Maha Penyayang." {
Asy-Syu'ara : 60 ~ 68 }
"90~ Dan Kami memungkinkan Bani Isra'il melintasi lau, lalu mrk
diikiti oleh Fir'aun dan bala tenteranya, karena hendak menganiaya dan menindas
{mereka} hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia:
"Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh
Bani Isra'il dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri {kepada
Allah}." 91~ Apakah sekarang {baru kamu percaya} padahal sesungguhnya kamu
telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat
kerusakkan. 92~ Maka pada hari ini Kami akan selamatkan badanmu supaya kamu
dapat menjadi pengajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan
sesungguhnya kebanyakkan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan
Kami." { Yunus : 90 ~ 92 }
Nabi Musa A.S. dan Bani Isra'il setelah keluar dari Mesir
Dalam perjalanan menuju Thur Sina setelah melintasi lautan di bahagian
utara dari Laut Merah dan setelah mereka merasa aman dari kejaran Fir'aun dan
kaumnya. Bani Isra'il yang dipimpin oleh Nabi Musa itu melihat sekelompok
orang-orang yang sedang menyembah berhala dengan tekunnya. Berkatalah mrk
kepada Nabi Musa: "Wahai Musa, buatlah untuk kamu sebuah tuhan berhala
sebagaimana mrk mempunyai berhala-berhala yang disembah sebagai tuhan."
Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah orang-orang yang bodoh dan
tidak berfikiran sihat. Persembahan mereka itu kepada berhala adalah perbuatan
yang sesat dan bathil serta pasti akan dihancurkan oleh Allah. Patutkah aku
mencari tuhan untuk kamu selain Allah yang telah memberikan kurnia kepada kamu,
dengan menyelamatkan kamu dari Fir'aun, melepaskan kamu dari perhambaannya dan
penindasannya serta memberikan kamu kelebihan di atas umat-umat yang
lain.Sesungguhnya suatu permintaan yang aneh drp kamu, bahwa kamu akan mencari
tuhan selain Allah yang demikian besar nikmatnya atas kamu, Allah pencipta
langit dan bumi serta alam semesta. Allah yang baru saja kamu saksikan
kekuasaan-Nya dengan ditenggelamkannya Fir'aun berserta bala tenteranya untuk
keselamatan dan kelangsungan hidupmu."
Perjalanan Nabi Musa dan Bani Isra'il dilanjutkan ke Gurun Sinai di mana
panas matahari sgt teriknya dan sunyi dari pohon-pohon atau bangunan di mana
orang dpt berteduh di bawahnya. Atas permohonan Nabi Musa yang didesak oleh kaumnya
yang sedang kepanasan diturunkan oleh Allah di atas mereka awan yang tebal
untuk mrk bernaung dan berteduh di bawahnya dari panas teriknya matahari. Di
samping itu tatkala bekalan makanan dan minuman mereka sudah berkurangan dan
tidak mencukupi keperluan. Allah menurunkan hidangan makanan "manna"
- sejenis makanan yang manis sebagai madu dan "salwa" - burung
sebangsa puyuh dengan diiringi firman-Nya: "Makanlah Kami dari
makanan-makanan yang baik yang Kami telah turunkan bagimu."
Demikian pula tatkala pengikut-pengikut Nabi Musa mengeluh kehabisan air
untuk minum dan mandi di tempat yang tandus dan kering itu, Allah mewahyukan
kepada Musa agar memukul batu dengan tongkatnya. Lalu memancarlah dari batu
yang dipukul itu dua belas mata air, untuk dua belas suku bangsa Isra'il yang
mengikuti Nabi Musa, masing-masing suku mengetahui sendiri dari mata air mana
mereka mengambil keperluan airnya.
Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang sangat manja itu, merasa masih belum
cukup atas apa yang telah Allah berikan kepada mrk yang telah menyelamatkan
mereka dari perhambaan dan penindasan Fir'aun, memberikan mereka hidangan
makanan dan minuman yang lazat dan segar di tempat yang kering dan tandus
mereka menuntut lagi dari Nabi Musa agar memohon kepada Allah menurunkan bagi
mereka apa yang ditumbuhkan oleh bumi dari rupa-rupa sayur-mayur, seperti
ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah karena mereka tidak puas
dengan satu macam makanan.
Terhadap tuntutan mereka yang aneh-aneh itu berkatalah Nabi Musa:
"Mahukah kamu memperoleh sesuatu yang rendah nilai dan harganya sebagai
pengganti dari apa yang lebih baik yang telah Allah kurniakan kepada kamu?
Pergilah kamu ke suatu kota di mana pasti kamu akan dapat apa yang telah kamu
inginkan dan kamu minta."
Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah
"Al-A'raaf ayat 138 sehingga 140 dan 160 ; serta surah
"Al-Baqarah" ayat 61 yang berbunyi sebagai berikut :~
"138~ Dan Kami seberangkan Bani Isra'il ke seberang lautan itu, maka
setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala, mereka
{Bani Isra'il} berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan
{berhala} sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan {berhala}". Musa
menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui
{sifat-sifat Tuhan}". 139~ Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan
kepercayaan yang dianutnya dan akan batal yang selalu mereka kerjakan. 140~
Musa berkata: "Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu yang selain dari
Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat". {
Al-A'raaf : 138 ~ 140 }
"160~ Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang
masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya
meminta air kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Maka
memancarlah drpnya dua belas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui
tempat minum masing-masing. Dan Kami naungkan Awan di atas mereka dan Kami
turunkan kepada mereka manna dan salwa. {Kami berfirman}: "Makanlah
baik-baik dari apa yang Kami telah rezekikan kepadamu." Mereka tidak
menganiaya Kami, tetapi merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri."
{ Al-A'raaf : 160 }
"61~ Dan ingatlah ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak
boleh sabar {tahan} dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk
kami kepada Tuhanmu, Agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan
oleh bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya
dan bawah merahnya." Musa berkata: "Mahukah kamu mengambil sesuatu
yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota,
pasti kamu memperolehi apa yang kamu minta." { Al-Baqarah : 61 }
Musa bermunajat dengan Allah
Menurut riwayat sementara ahli tafsir, bahawasanya tatkala Nabi Musa berada
di Mesir, ia telah berjanji kepada kaumnya akan memberi mereka sebuah kitab
suci yang dapat digunakan sebagai pedoman hidup yang akan memberi bimbingan dan
sebagai tuntunan bagaimana cara mereka bergaul dan bermuamalah dengan sesama
manusia dan bagaimana mereka harus melakukan persembahan dan ibadah mereka
kepada Allah. Di dalam kitab suci itu mereka akan dapat petunjuk akan hal-hal
yang halal dan haram, perbuatan yang baik yang diredhai oleh Allah di samping
perbuatan-perbuatan yang mungkar yang dapat mengakibatkan dosa dan murkanya
Tuhan.
Maka setelah perjuangan menghadapi Fir'aun dan kaumnya yang telah tenggelam
binasa di laut, selesai, Nabi Musa memohon kepada Allah agar diberinya sebuah
kitab suci untuk menjadi pedoman dakwah dan risalahnya kepada kaumnya. Lalu
Allah memerintahkan kepadanya agar untuk itu ia berpuasa selama tiga puluh hari
penuh, iaiut semasa bulan Zulkaedah. Kemudian pergi ke Bukit Thur Sina di mana
ia akan diberi kesempatan bermunajat dengan Tuhan serta menerima kitab penuntun
yang diminta.
Setelah berpuasa selama tiga puluh hari penuh dan tiba saat ia harus
menghadap kepada Allah di atas bukit Thur Sina Nabi Musa merasa segan akan
bermunajat dengan Tuhannya dalam keadaan mulutnya berbau kurang sedap akibat
puasanya. Maka ia menggosokkan giginya dan mengunyah daun-daunan dalam usahanya
menghilangkan bau mulutnya. Ia ditegur oleh malaikat yang datang kepadanya atas
perintah Allah. Berkatalah malaikat itu kepadanya: "Hai Musa, mengapakah
engkau harus menggosokkan gigimu untuk menghilangkan bau mulutmu yang menurut
anggapanmu kurang sedap, padahal bau mulutmu dan mulut orang-orang yang
berpuasa bagi kami adalah lebih sedap dan lebih wangi dari baunya kasturi. Maka
akibat tindakanmu itu, Allah memerintahkan kepadamu berpuasa lagi selama
sepuluh hari sehingga menjadi lengkaplah masa puasamu sepanjang empat puluh
hari."
Nabi Musa mengajak tujuh puluh orang yang telah dipilih diantara
pengikutnya untuk menyertainya ke bukit Thur Sina dan mengangkat Nabi Harun
sebagai wakilnya mengurus serta memimpin kaum yang ditinggalkan selama
kepergiannya ke tempat bermunajat itu.
Pada saat yang telah ditentukan tibalah Nabi Musa seorang diri di bukit
Thur Sina mendahului tujuh puluh orang yang diajaknya turut serta. Dan ketika
ia ditanya oleh Allah: "Mengapa engkau datang seorang diri mendahului
kaummu, hai Musa?" Ia menjawab: "Mereka sedang menyusul di
belakangku, wahai Tuhanku. Aku cepat-cepat datang lebih dahulu untuk mencapai
redha-Mu."
Berkatalah Musa dalam munajatnya dengan Allah: "Wahai Tuhamku,
nampakkanlah zat-Mu kepadaku, agar aku dapat melihat-Mu"
Allah berfirman: "Engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, tetapi cubalah
lihat bukit itu, jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya sebagaimana sedia
kala, maka nescaya engkau akan dapat melihat-Ku." Lalu menolehlah Nabi
Musa mengarahkan pandangannya kejurusan bukit yang dimaksudkan itu yang
seketika itu juga dilihatnya hancur luluh masuk ke dalam perut bumi tanpa
menghilangkan bekas. Maka terperanjatlah Nabi Musa, gementarlah seluruh
tubuhnya dan jatuh pengsan.
Setelah ia sedar kembali dari pengsannya, bertasbih dan bertahmidlah ia
seraya memohon ampun kepada Allah atas kelancangannya itu dan berkata:
"Maha Besarlah Engkau wahai Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku
dn aku akan menjadi orang yang pertama beriman kepada-Mu."
Dalam kesempatan bermunajat itu, Allah menerimakan kepada Nabi Musa kitab
suci "Taurat" berupa kepingan-kepingan batu-batu atau kepingan kayu
menurut sementara ahli tafsir yang di dalamnya tertulis segala sesuatu secara
terperinci dan jelas mengenai pedoman hidup dan penuntun kepada jalan yang
diredhai oleh Allah.
Allah mengiring pemberian "Taurat" kepada Musa dengan firman-Nya:
"Wahai Musa, sesungguhnya Aku telah memilih engkau lebih dari
manusia-manusia yang lain di masamu, untuk membawa risalah-Ku dan menyampaikan
kepada hamba-hamba-Ku. Aku telah memberikan kepadamu keistimewaan dengan dapat
bercakap-cakap langsung dengan Aku, maka bersyukurlah atas segala kurnia-Ku
kepadamu dan berpegang teguhlah pada apa yang Aku tuturkan kepadamu. Dalam
kitab yang Aku berikan kepadamu terhimpun tuntunan dan pengajaran yang akan
membawa Bani Isra'il ke jalan yang benar, ke jalan yang akan membawa
kebahagiaan dunia dan akhirat bagi mereka. Anjurkanlah kaummu Bani Isra'il agar
mematuhi perintah-perintah-Ku jika mereka tidak ingin Aku tempatkan mereka di
tempat-tempat orang-orang yang fasiq."
Bacalah tentang kisah munajat Nabi Musa ini, surah "Thaha" ayat
83 dan 84 dan surah "Al-a'raaf" ayat 142 sehingga ayat 145
sebagaimana berikut :~
"83~ Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa?"
84~ Berkata Musa: "Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera
kepadamu ya Tuhanku, agar supaya Engkau redha kepadaku." { Thaha : 83 ~ 84
}
"142~ Dan Kami telah janjikan kepada Musa {memberikan Taurat} sesudah
berlalu waktu tiga puluh malam dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan
sepuluh {malam lagi}, maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya
empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya, yaitu Harun:
"Gantilah aku dalam {memimpin} kaumku dan perbaikilah dan janganlah kamu
mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakkan". 143~ Dan tatkala
Musa datang untuk {munajat} dengan {Kami} pada waktu yang telah Kami tentukan
dan Tuhan telah berfirman {langsung} kepadanya, berkatalah Musa: "Ya
Tuhanku nampakkanlah {Zat Engkau} kepadaku agar aku dapat melihat kepada
Engkau." Tuhan berfirman: "Kamu sesekali tidak sanggup melihat-Ku,
tetapi melihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya {sebagai
sediakala} nescaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya nampak bagi
gunung itu, kejadian itu menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh
pengsan. Maka setelah Musa sedar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau,
aku bertaubat kepada-Mu dan aku orang yang pertama beriman." 144~ Allah
berfirman: "Hai Musa sesungguhnya Aku memilih kamu lebih dari manusia yang
lain {di masamu} untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung
dengan-Ku sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan
hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur." 145~ Dan Kami telah
tuliskan untuk Musa luluh {Taurat} segala sesuatu sebagai pengajaran bagi
sesuatu. Maka Kami berfirman: "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan
suruhlah kaummu berpegang kepada {perintah-perintahnya} yang sebaik-baiknya, nanti
Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasiq." {
Al-A'raaf: 142 ~ 145 }
Bani Isra'il kembali menyembah patung anak lembu
Nabi Musa berjanji kepada Bani Isra'il yang ditinggalkan di bawah pimpinan
Nabi Harun bahwa ia tidak akan meninggalkan mereka lebih lama dari tiga puluh
hari, dalam perjalananya ke Thur Sina untuk berminajat dengan Tuhan. Akan
tetapi berhubung dengan adanya perintah Allah kepada Musa untuk melengkapi
jumlah hari puasanya menjadi empat puluh hari, maka janjinya itu tidak dapat
ditepati dan kedatangannya kembali ke tengah-tengah mereka tertunda menjadi
sepuluh hari lebih lama drp yang telah dijanjikan.
Bani Isra'il merasa kecewa dan menyesalkan kelambatan kedtgan Nabi Musa
kembali ke tengah-tengah mrk. Mrk menggerutu dan mengomel dengan melontarkan
kata-kata kepada Nabi Musa seolah-olah ia telah meninggalkan mrk dalam
kegelapan dan dalam keadaan yang tidak menentu. Mrk merasa seakan-akan telah
kehilangan pimpinan yang biasanya memberi bimbingan dan petunjuk-petunjuk kepada
mrk.
Keadaan yang tidak puas dan bingung yang sedang meliputi kelompok Bani
Isra'il itu, digunakan oleh seprg munafiq, bernama Samiri yang telah berhasil
menyusup ke tengah-tengah mrk, sebagai kesempatan yang baik untuk menyebarkan
benih syiriknya dan merusakkan akidah para pengikut Nabi Musa yang baru saja
menerima ajaran tauhid dan iman kepada Allah. Samiri yang munafiq itu menghasut
mrk dengan kata-kata bahwa Musa telah tersesat dalam tugasnya mencari Tuhan
bagi mereka dan bahawa dia tidak dapat diharapkan kembali dan karena itu
dianjurkan oleh Samiri agar mereka mencari tuhan lain sebagai ganti dari Tuhan
Musa.
Samiri melihat bahwa hasutan itu dapat menggoyahkan iman dan akidah
pengikut-pengikut Musa yang memang belum meresapi benar ajaran tauhidnya segera
membuat patung bagi mereka untuk disembah sebagai tuhan pengganti Tuhannya Nabi
Musa. PAtung itu berbentuk anak lembu yang dibuatnya dari emas yang dikumpulkan
dari perhiasan-perhiasan para wanita. Dengan kepandaian tektiknya patung itu
dibuat begitu rupa sehingga dapat mengeluarkan suara menguap seakan-akan anak
lembu sejati yang hidup. Maka diterimalah anak patung lembu itu oleh Bani
Isra'il pengikut Nabi Musa yang masih lemah iman dan akidahnya itu sebagai
tuhan persembahan mereka.
Ditegurlah mereka oleh Nabi Harun yang berkata: "Alangkah bodohnya
kamu ini! Tidakkah kamu melihat anak lembu yang kamu sembah ini tidak dapat
bercakap-cakap dengan kamu dan tidak pula dapat menuntun kamu ke jalan yang
benar. Kamu telah menganiaya diri kamu sendiri dengan menyembah pada sesuatu
selain Allah."
Teguran Nabi Harun itu dijawab oleh mereka yang telah termakan hasutan
Samiri itu dengan kata-kata: "Kami akan tetap berpegang pada anak lembu
ini sebagai tuhan persembahan kami sampai Musa kembali ke tengah-tengah
kami."
Nabi Harun tidak dapat berbuat banyak menghadapi kaumnya yang telah
berbalik menjadi murtad itu, karena ia khuatir kalau mereka dihadapi dengan
sikap yang keras, akan terjadi perpecahan di antara mereka dan akan menjadi
keadaan yang lebih rumit dan gawat sehingga dapat menyulitkan baginya dan bagi
Nabi Musa kelak bila ia datang untuk mencarikan jalan keluar dari krisis iman
yang melanda kaumnya itu. Ia hanya memberi peringatan dan nasihat kepada mereka
sambil menanti kedatangan Musa kembali dari Thur Sina.
Dalam pada itu, Nabi Musa setelah selesai bermunajat dengan Tuhan dan dalam
perjalanannya kembali ke tempat di mana kaumnya sedang menunggu memperolehi
isyarat tentang apa yang telah terjadi dan dialami oleh Nabi Harun selama
ketiadaannya. Nabi Musa sgt marah dan sedih hati tatkala ia tiba di tempat dan
melihat kaumnya sedang berpesta mengelilingi anak patung lembu emas,
menyembahnya dan memuji-mujinya. Dan karena sgt marah dan sedihnya ia tidak
dapat menguasai dirinya, kepingan-kepingan Taurat dilemparkan berantakan. Harun
saudaranya dipegang rambut kepalanya ditarik kepadanya seraya berkata menegur:
"Apa yang engkau buat tatkala engkau melihat mereka tersesat dan terkena
oleh hasutan dan fitnahan Samiri? Tidakkah engkau mematuhi perintahku dan pesanku
ketika aku menyerahkan mereka kepadamu untuk engkau pimpin? Tidakkah engkau
berdaya melawan hasutan Samiri dengan memberi petunjuk dan penerangan kepada
mereka dan mengapa engkau tidak cepat memadamkan api kemurtadan ini sebelum
menjadi besar begini?"
Harun berkata menanggapi teguran Musa: "Hai anak ibuku, janganlah
engkau memegang jangut dan rambut kepalaku, menarik-narikku. Aku telah berusaha
memberi nasihat dan teguran kepada mereka, namun mereka tidak mengindahkan
kata-kataku. Mereka menganggapkan aku lemah dan mengancam akan membunuhku. Aku
khawatir jika aku menggunakan sikap dan tindakan yang keras, akan terjadi
perpecahan dan permusuhan di antara sesama kita, hal mana akan menjadikan
engkau lebih marah dan sedih. Lepaskanlah aku dan janganlah membuatkan
musuh-musuhku bergembira melihat perlakuanmu terhadap diriku. Janganlah
disamakan aku dengan orang-orang yang zalim."
Setelah mereda rasa jengkel dan sedihnya dan memperoleh kembali
ketenangannya, berkatalah Nabi Musa kepada Samiri, orang munafiq yang menjadi
biang keladi dari kekacauan dan kesesatan itu: "Hai Samiri, apakah yang
mendorongmu menghasut dan menyesatkan kaumku, sehingga mereka kembali menjadi
murtad, menyembah patung yang engkau buatkan dari emas itu?"
Samiri menjawab: "Aku telah melihat sesuatu yang mereka tidak
melihatnya. Aku telah melihat kuda malaikat Jibril. aku mengambil segenggam
tanah bekas jejak telapak kakinya itu, lalu aku lemparkannya ke dalam emas yang
mencair di atas api dan terjadilah patung anak lembu yang dapat menguak,
mengeluarkan suara sebagaimana anak lembu biasa.Demikianlah hawa nafsuku
membujukku untuk berbuat itu."
Berkata Nabi Musa kepada Samiri: "Pergilah engkau dan jauhilah
pergaulan manusia sebab karena perbuatan kamu itu engkau harus dipencilkan dan
menjadi tabu {sesuatu yang terlarang} jika disentuh atau menyentuh seseorang ia
akan menderita sakit demam panas. Ini adalah ganjaranmu di dunia, sedang di
akhirat nerakalah akan menjadi tempatmu. Dan tuhanmu yang engkau buat dan
sembah ini kami akan bakar dan campakkannya ke dalam laut."
Kemudian berpalinglah Nabi Musa kepada kaumnya berkata: "Hai kaumku,
alangkah buruknya perbuatan yang kamu telah kerjakan setelah kepergianku!
Apakah engkau hendak mendahului janji Tuhanmu? Bukankah Tuhanmu telah
menjanjikan kepadamu janji yang baik, berupa kitab suci? Ataukah engkau
menghendaki kemurkaan Tuhan menimpa atas dirimu, karena perbuatanmu yang buruk
itu dan perlanggaranmu terhadap perintah-perintah dan ajaran-ajaranku."
Kaum Musa menjawab: "Kami tidak sesekali melanggar perjanjianmu dengan
kemahuan kami sendiri, akan tetapi kami disuruh membawa beban-beban perhiasan
yang berat kepunyaan orang Mesir yang atas anjuran Samiri kami lemparkan ke
dalam api yang sedang menyala. Kemudian perhiasan-perhiasan yang kami lemparkan
itu menjelma menjadi patung anak lembu yang bersuara, sehingga dapat
menyilaukan mata kepala kami dan menggoyahkan iman yang sudah tertanam di dalam
dada kami."
Berkata Musa kepada mrk: "Sesungguhnya kamu telah berbuat dosa besar
dan menyia-nyiakan dirimu sendiri dengan menjadikan patung anak lembu itu
sebagai persembahanmu, maka bertaubatlah kamu kepada Tuhan, Penciptamu dan
Pencipta alam semesta dan mohonlah ampun drpnya agar Dia menunjukkan kembali
kepada jalan yang benar."
Akhirnya kaum Musa itu sedar atas kesalahannya dan mengakui bahwa mereka
telah disesatkan oleh syaitan dan memohon ampun dan rahmat Allah agar
selanjutnya melindungi mereka dari godaan syaitan dan iblis yang akan merugikan
mereka di dunia dan akhirat. Demikian pula Nabi Musa beristighfar memohon ampun
baginya dan bagi Harun saudaranya setalah ternyata bahwa ia tidak melalaikan
tugasnya sebagai wakil Musa dalam menghadapi krisis iman yang dialami oleh
kaumnya. Berdoa Musa kepada Tuhannya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku
dan masukkanlah kami berdua ke dalam lingkaran rahmat-Mu sesungguhnya Engkaulah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Setelah suasana yang meliputi hubungan Musa dengan Harun di satu pihak dan
hubungan mereka berdua dengan kaumnya di lain pihak menjadi tenang kembali,
kepingan-kepingan Taurat yang bertaburan sudah dihimpun dan disusun sebagaimana
asalnya, maka Allah memerintahkan kepada Musa agar membawa sekelompok dari
kaumnya menghadap untuk meminta ampun atas dosa mereka menyembah patung anak
lembu.
Tujuh puluh orang dipilih oleh Nabi Musa di antara kaumnya untuk diajak
pergi bersama ke Thur Sina memenuhi perintah Allah meminta ampun atas dosa
kaumnya. Mereka diperintahkan untuk keperluan itu agar berpuasa, mensucikan
diri, pakaian mereka dan pada waktu yang telah ditentukan berangkatlah Nabi
Musa bersama tujuh puluh orang itu menuju ke bukit Thur Sina.
Setiba mereka di Thur Sina turunlah awan yang tebal meliputi seluruh bukit,
kemudian masuklah Nabi Musa diikuti para pengikutnya ke dalam awan gelap itu dan
segera mereka bersujud. Dan sementara bersujud terdengarlah oleh kelompok tujuh
puluh itu percakapan Nabi Musa dengan Tuhannya. Pada saat itu timbullah dalam
hati mereka keinginan untuk melihat Zat Allah dengan mata kepala mereka setelah
mendengar percakapan-Nya dengan telinga.Maka setelah selesai Nabi Musa
bercakap-cakap dengan Allah berkatalah mereka kepadanya: "Kami tidak akan
beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang." Dan sebagai
jawapan atas keinginan mereka yang menunjukkan keingkaran dan ketakaburan itu,
Allah seketika itu juga mengirimkan halilintar yang menyambar dan merenggut
nyawa mereka sekaligus.
Nabi Musa merasa sedih melihat nasib fatal yang menimpa kelompok tujuh
puluh orang yang merupakan orang-orang yang terbaik di antara kaumnya. Ia
berseru memohon kepada Allah agar diampuni dosa mereka seraya berkata:
"Wahai Tuhanku, aku telah pergi ke Thur Sina dengan tujuh puluh orang yang
terbaik di antara kaumku kemudian aku akan kembali seorang diri, pasti kaumku
tidak akan mempercayaiku. Ampunilah dosa mereka, wahai Tuhanku dan kembalilah
kepada mereka nikmat hidup yang Engkau telah cabut sebagai pembalasan atas
keinginan dan permintaan mereka yang durhaka itu."
Alah memperkenankan doa Musa dan permohonannya dengan dihidupkan kembali
kelompok tujuh puluh orang itu, maka bangunlah mereka seakan-akan orang yang
baru sedar dari pengsannya. Kemudian pada kesempatan itu Nai Musa mengambil
janji dari mereka bahwa mereka akan berpegangan teguh kepada kitab Taurat
sebagai pedoman hidup mereka melaksanakan perinta-perintahnya dan menjauhi
segala apa yang dilarangnya.
Pokok cerita yang dihuraikan di atas, dikisahkan oleh Al-Quran dalam banyak
tempat, di antaranya surah "Thaha" ayat 85 sehingga 98, surah
"Al-A'raaf ayat 149, 151, 154, 155 dan surah "Al-Baqarah" ayat
55, 56, 63 dan 64 sebagai berikut :~
"85~ Allah berfirman: "Maka sesungguuhnya Kami telah menguji
kaummu sesudah kamu tinggalkan dan mereka telah disesatkan oleh Samiri."
86~ Kemudian Musa kembali kepada kaumnya, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan
kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu
bagimu atau kamu melanggar perjanjian dengan aku?" 87~ Mereka berkata:
"Kami sesekali tidak melanggar perjanjian kamu dengan kemahuan kami
sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka
kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya." 88~
Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mrk anak lembu yang bertubuh dan bersuara,
maka mereka berkata: "Inilah tuhanmu dan tuhan Musa tetapi Musa telah
lupa." 89~ Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahawapatung anak lembu
itu tidak dapat memberi jawapan kepada mereka dan tidak dapat memberi
kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfaatan? 90~ Dan sesungguhnya
Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: " Hai kaumku, sesungguhnya
kamu itu hanya diberi cubaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu
ialah Tuhan Yang Maha Pemurah maka ikutilah aku dan taatilah perintahku."
91~ Mereka menjawab: "Kami akan tetap menyambah patung anak lembu ini,
hingga Musa kembali kepada kami." 92~ Berkata Musa: "Hai Harun, apa
yang menghalangi kamu ketika kamu melihat telah tersesat, 93~ {sehingga} kamu
tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah sengaja mendurhakai perintahku?"
94~ Harun menjawab: "Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang jangutku dan
jangan pula kepalaku; sesungguhnya aku khuatir bahawa kamu akan berkata
{kepadaku}: " Kamu telah memecah antara Bani Isra'il dan kamu tidak
memelihara amanatku." 95~ Berkatalah Musa: "Apakah yang mendorongmu
{berbuat demikian} hai Samiri?" 96~ Samiri menjawab: "Aku mengetahui
sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya maka aku ambil segenggam aari jejak
rasul, lalu aku melemparkannya dan demikianlah nafsuku membujukku." 97~ berkata
Musa: "Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagi kamu di dalam kehidupan di
dunia ini hanya dapat menyatakan : Janganlah menyantuh {aku}." Dan
sesungguuhnya bagimu hukuman {di akhirat} yang kami sesekali tidak dapat
menghindarinya dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya.
Sesungguhnya kami akan membakarnya kemudian kami sesungguhnya akan
menghamburkannya ke dalam laut {berupa abu yang berserakan} 98~ Sesungguhnya
Tuhanmu hanyalah Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya
meliputi segala sesuatu." { Thaha : 85 ~ 98 }
"149~ Dan setelah mereka sgt menyesali perbuatanya dari mengetahui
bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata: "Sesungguhnya jika Tuhan
kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami pastilah kami
menjadi orang-orang yang rugi." { Al-A'raaf : 149 }
"151~ Musa berdoa: "Ya Tuhanku ampunilah aku dan saudaraku dan
masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau dan Engkau adalah Maha Penyayang di
antara para Penyayang." { Al-A'raaf : 151 }
"154~ Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya kembali
luh-luh {Taurat} itu; dan dalam tulisannya terdpt petunjuk dan rahmatbutk
orang-orang yang takut kepada Tuhannya. 155~ Dan Musa memilih tujuh puluh orang
dari kaumnya untuk {memohonkan taubat kepada Kami} pada waktu yang telah Kami
tentukan. Mak ketika mereka digoncang genpa bumi Musa berkata: "Ya
Tuhanku! kalau Engkau kehendaki tentulah Engkau telah membinasakan mereka dan
aku sebelum ini. Apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan
orang-orang yang krg akal di antara kami? Itu hanyalah cubaan dari Engkau,
Engkau sesatkan dengan cubaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri
petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah yang memimpin kami maka
ampunilah kami dan berikanlah kepada kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun
sebaik-baiknya." { Al-A'raaf : 154 ~ 155 }
"55~ Dan {ingatlah} ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak
akan beriman kepadamu, sebelum kami melihat Allah dengan terang karena itu kamu
disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya" 56~ Setelah itu Kami
bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur." { Al-Baqarah :
55 ~ 56 }
"63~ Dan {ingatlah} ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kmai
angkatkan gunung { Thur Sina } di atas {seraya Kami berfirman} :
"Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu
apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa. Kemudian kamu berpaling setelah
{adanya perjanjian} itu, maka kalau tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya
atasmu, nescaya kamu tergolong orang yang rugi." { Al-Baqarah : 63 ~ 64 }
Bani Isra'il mengembara tidak berketentuan tempat tinggalnya
Tidak kurang-kurang kurniaan Allah yang diberikan kepada kaum Bani Isra'il.
Mereka telah dibebaskan dari kekuasaan Fir'aun yang kejam yang telah menindas
dan memperhambakan mereka berabad-abad lamanya. Telah diperlihatkan kepada
mereka bagaimana Allah telah membinasakan Fir'aun , musuh mereka tenggelam di
laut. Kemudian tatkala mereka berada di tengah-tengah padang pasir yang kering
dan tandus, Allah telah memancarkan air dari sebuah batu dan menurunkan
hidangan makanan "Manna dan Salwa" bagi keperluan mereka.
Di samping itu Allah mengutuskan beberapa orang rasul dan nabi dari
kalangan mererka sendiri untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada mereka.
Akan tetapi kurnia dan nikmat Allah yang susul-menyusul yang diberikan kepada
mereka, tidaklah mengubah sifat-sifat mereka yang tidak mengenal syukur,
berkeras kepala dan selalu membangkang terhadap perintah Allah yang diwahyukan
kepada rasul-Nya.
Demikianlah tatkala Allah mewahyukan perintah-Nya kepada Nabi Musa untuk
memimpin kaumnya pergi ke Palestin, tempat suci yang telah dijanjikan oleh
Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menjadi tempat tinggal anak cucunya, mereka
membangkang dan enggan melaksanankan perintah itu. Alasan penolakan mereka
ialah karena mereka harus menghadapi suku "Kana'aan" yang menurut
anggapan mereka adalah orang-orang yang kuat dan perkasa yang tidak dapat
dikalahkan dan diusir dengan aduan kekuatan. Mereka tidak mempercayai janji
Allah melalui Musa, bahwa dengan pertolongan-Nya mereka akan dapat mengusir
suku Kan'aan dari kota Ariha untuk dijadikan tempat pemukiman mereka
selama-lamanya.
Berkata mereka tanpa malu, menunjuk sifat pengejutnya kepada Musa:
"Hai Musa, kami tidak akan memasuki Ariha sebelum orang-orang suku Kan'aan
itu keluar. KAmi tidak berdaya menghadapi mereka dengan kekuatan fizikal kerana
mereka telah terkenal sebagai orang-orang yang kuat dan perkasa. Pergilah
engkau berserta Tuhanmu memerangi dan mengusir orang-orang suku Kan'aan itu dan
tinggalkanlah kami di sini sambil menanti hasil perjuanganmu."
Naik pitamlah Nabi Musa melihat sikap kaumnya yang pengecut itu yang tidak
mau berjuang dan memeras keringat untuk mendapat tempat pemukiman tetapi ingin
memperolehnya secara hadiah atau melalui mukjizat sebagaimana mereka telah
mengalaminya dan banyak peristiwa. Dan yang menyedihkan hati Musa ialah
kata-kata mengejek mereka yang menandakan bahwa dada mereka masih belum bersih
dari benih kufur dan syirik kepada Allah.
Dalam keadaan marah setelah mengetahui bahawa tiada seorang drp kaumnya
yang akan mendampinginya melaksanakan perintah Allah itu, berdoalah Nai Musa
kepada Allah: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan diri
saudaraku Harun, maka pisahkanlah kami dari orang-orang yang fasiq yang
mengingkari nikmat dan kurnia-Mu."
Sebagaimana hukuman bagi Bani Isra'il yang telah menolak perintah Allah
memasuki Palestin, Allah mengharamkan negeri itu atas mereka selama empat puluh
tahun dan selama itu mereka akan mengembara berkeliaran di atas bumi Allah
tanpa mempunyai tempat mukim yang tetap. Mereka hidup dalam kebingungan sampai
musnahlah mereka semuanya dan datang menyusul generasi baru yang akan mewarisi
negeri yang suci itu sebagaimana yang telah disanggupkan oleh Allah kepada Nabi
Ibrahim a.s.
Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah
"Al-Maidah ayat 20 sehingga ayat 26 sebagaimana berikut :
"20~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai
kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di
antaramu, dan dijadikannya kamu orang-orang merdeka dan diberi-Nya kepada mu
apa yang belum pernah diberi-Nya kepada seorang pun di antara umat-umat yang
lain." 21~ HAi kaumku, masuklah ke tanah suci {Palestin} yang telah
ditentukan oleh Allah bagimu dan janganlah kamu lari kebelakang {karena takut
kepada musuh} maka kamu akan menjadi orang-orang yang rugi. 22~ Mereka berkata:
"Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah
perkasa sesungguhnya kami tidak sesekali akan memasukinya sebelum mereka keluar
drpnya. Jika mereka keluar drpnya, pasti kami akan memasukinya" 23~
Berkatalah dua orang di antara orrg-orang yang takut {kepada Allah} yang Allah
telah memberi nikmat atas keduanya: " Serbulah mereka melalui pintu gerbang
{kota} itu, maka bila kamu memasukinya nescaya kamu akan menang. Dan hanya
kepada Allah hendaklah kamu bertawakkal, jika kamu orang-orang yang
beriman." 24~ Mereka berkata: "Hai Musa, kami sesekali tidak akan
memasuki selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya karena itu pergilah kamu
bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk
menanti disini saja." 25~ Berkata Musa: "Ya Tuhanku, aku tidak
menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami
dengan orang-orang yang fasiq itu." 26~ Allah berfirman : {Jika demikian}
maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun
{selama itu} mereka akan berpusing-pusing kebingungan di bumi itu. Maka
janagnlah kamu bersedih hati {memikirkan nasib} orang-orang yang fasiq
itu." { Al-Maidah : 20 ~ 26 }
Kisah sapi Bani Isra'il
Salah satu dari beberapa mukjizat yang telah dinerikan oleh Allah kepada
Nabi Musa ialah penyembelihan sapi yang terkenal dengan sebutan sapi Bani
ISra'il.
Dikisahkan bahwa ada seorang anak laki-laki putera tunggal dari seorang
kaya-raya memperolehi warisan harta peninggalan yang besar dari ayahnya yang
telah wafat tanpa meninggalkan seorang pewaris selain putera tunggalnya itu.
Saudara-saudara sepupu dari putera tunggal itu iri hati dan ingin menguasai
harta peninggalan yang besar itu atau setidak-tidaknya sebahagian daripadanya.
Dan kerana menurut hukum yang berlaku pada waktu itu yang tidak memberikan hak
kepada mereka untuk memperoleh walau sebahagian dari peninggalan bapa saudara
mereka , mereka bersekongkol untuk membunuh saudara sepupu pewaris itu,
sehingga bila ia sudah mati hak atau warisan yang besar itu akan jatuh kepada
mereka.
Pembunuh atas pewaris sah itu dilaksanakan menurut rencana yang tersusun
rapi kemudian datanglah mereka kepada Nabi Musa melaporkan, bahwa mereka telah
menemukan saudara sepupunya mati terbunuh oleh seorang yang tidak dikenal
identitinya mahupun tempat di mana iamenyembunyikan diri. Mereka mengharapkan
Nabi Musa dapat menyingkap tabir yang menutupi peristiwa pembunuhan itu serta
siapakah gerangan pembunuhnya.
Utk keperluan itu, Nabi Musa memohon pertolongan Allah yang segera
menwahyukan perintah kepadanya agar ia menyembelih seekor sapi dan dengan lidah
sapi yang disembelih itu dipukullah mayat sang korban yang dengan izin Allah
akan bangun kembali memberitahukan siapakah sebenarnya yang telah melakukan
pembunuhan atas dirinya.
Tatkala Nabi Musa menyampaikan cara yang diwahyukan oleh Allah itu kepada
kaumnya ia ditertawakan dan diejek karena akal mereka tidak dapat menerima
bahwa hal yang sedemikian itu boleh terjadi. Mereka lupa bahwa Allah telah
berkali-kali menunjukkan kekuasaan-Nya melalui mukjizat yang diberikan kepada
Musa yang kadang kala bahkan lebih hebat dan lebih sukar untuk diterima oleh
akal manusia berbanding mukjizat yang mereka hadapi dalam peristiwa pembunuhan
pewaris itu.
Berkata mereka kepada Musa secara mengejek: "Apakah dengan cara yang
engkau usulkan itu, engkau bermaksud hendak menjadikan kami bahan ejekan dan
tertawaan orang? Akan tetapi kalau memang cara yang engkau usulkan itu adalah
wahyu, maka cubalah tanya kepada Tuhanmu, sapi betina atau jantankah yang harus
kami sembelih? Dan apakah sifat-sifatnya serta warna kulitnya agar kami tidak
dapat salah memilih sapi yang harus kami sembelih?"
Musa menjawab: "Menurut petunjuk Allah, yang harus disembelih itu
ialah sapi betina berwarna kuning tua, belum pernah dipakai untuk membajak
tanah atau mengairi tanaman tidak cacat dan tidak pula ada belangnya."
Kemudian dikirimkanlah orang ke pelosok desa dan kampung-kampung mencari
sapi yang dimaksudkan itu yang akhirnya diketemukannya pd seorang anak yatim
piatu yang memiliki sapi itu sebagai satu-satunya harta peninggalan ayahnya
serta menjadi satu-satunya sumber nafkah hidupnya. Ayah anak yatim itu adalah
seorang fakir miskin yang soleh, ahli ibadah yang tekun yang pada saat
mendekati waktu wafatnya, berdoalah kepada Allah memohon perlindungan bagi
putera tunggalnya yang tidak dapat meninggalkan warisan apa-apa baginya selain
seekor sapi itu. Maka berkat doa ayah yang soleh itu terjuallah sapi si anak
yatim itu dengan harga yang berlipat ganda karena memenuhi syarat dan
sifat-sifat yang diisyaratkan oleh Musa untuk disembelih.
Setelah disembelih sapi yang dibeli dari anak yatim itu, diambillah
lidahnya oleh Nabi Musa, lalu dipukulkannya pada tubuh mayat, yang seketika
bangunlah ia hidup kembali dengan izin Allah, menceritakan kepada Nabi Musa dan
para pengikutnya bagaimana ia telah dibunuh oleh saudara-saudara sepupunya
sendiri.
Demikianlah mukjizat Allah yang kesekian kalinya diperlihatkan kepada Bani
Isra'il yang keras kepala dan keras hati itu namun belum juga dapat
menghilangkan sifat-sifat congkak dan membangkang mereka atau mengikis-habis
bibit-bibit syirik dan kufur yang masih melekat pada dada dan hati mereka.
Ayat-ayat Al-Quran yang mengisahkan pokok cerita di atas, terdapat dalam
surah "Al-Baqarah ayat 67 sehingga 73 sebagaimana tersebut di bawah ini :~
"67~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya:
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih sapi betina." Mereka
berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan." Musa
menjawab: "Aku berlindung kepada Allah drp menjadi salah seorang dari
orang-orang yang jahil." 68~ Mrk menjawab: "Mohonlah kepada Tuhanmu
untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami sapi betina apakah itu? Musa
menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi
betina yang tidak tua dan tidak muda pertengahan antara itu maka kerjakanlah
apa yang telah diperintahkan kepadamu." 69~ Mereka berkata:
"Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami
apakah warnanya. Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi
betina itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan
orang-orang yang memandangnya." 70~ Mrk berkata: "Mohonkanlah kepada
Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi
betina itu, karena sesungguhnya sapi itu {masih} samar bagi kami dan
sesungguhnya kami insya-Allah akan dat petunjuk." 71~ Musa berkata:
"Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina adalah sapi betina yang
belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi
tanaman, tidak cacat, tidak ada belangnya." Mereka berkata: "Sekarang
barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenar." Kemudian
mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.
72~ Dan {ingatlah} ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh
menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu
sembunyikan. 73~ Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan
sebahagian anggota sapi betina itu." Demikianlah Allah menghidupkan
kembali orang-orang yang telah mati dan memperlihatkan padamu tanda-tanda
kekuasaan-Nya agar kamu mengerti." { Al-Baqarah : 67 ~ 73 }
Nabi Musa A.S. dan Al-Khidir
Pada suatu ketika berpidatolah Nabi Musa di depan kaumnya Bani Isra'il. Ia
berdakwah kepada mereka, memberi nasihat dengan mengingatkan kepada mereka akan
kurnia dan nikmat Allah yang telah dicurahkan kepada mereka yang sepatutnya
diimbangi dengan syukur dan pelaksanaan ibadah yang tulus, melakukan segala
perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Kepada mereka yang beriman,
bertaat dan bertakwa, Nabi Musa menjanjikan pahala syurga dan bagi mereka yang
mengingkari nikmat Allah diancam dengan seksa api neraka.
Begitu Nabi Musa mengakhiri pidatonya bangunlah di antara para hadiri
bertanya kepadanya: "Wahai Musa, siapakah di atas bumi Allah ini paling
pandai dan paling berpengetahuan?" "Aku", jawab Musa. Apakah
tidak ada kiranya orang yang lebih pandai dan lebih berpengetahuan
daripadamu?" Tanya lagi si penanya itu. "Tidak ada" , ujar Musa
seraya berkata dalam hati kecilnya: " Bukankah aku Nabi terbesar di antara
Bani Isra'il? Aku adalah penakluk Fir'aun, pemegang berbagai mukjizat, yang
telah dapat membelah laut dengan tongkatku dan akulah yang memperoleh
kesempatan bercakap-cakap langsung dengan Tuhan. Maka kemuliaan apa lagi yang
dapat melebihi kemuliaan serta kebesaran yang aku capai itu, yang belum pernah
dialami dan dicapai oleh sesiapa pun sebelum aku."
Rasa sombong dan keunggulan diri yang tercermin dalam kata-kata Nabi Musa,
dicela oleh Allah yang memperingatkan kepadanya bahwa ilmu itu adalah lebih
luas untuk dimiliki oleh seseorang walaupun ia adalah seorang rasul dan bahwa
bagaimana luasnya ilmu dan pengetahuan seseorang, nescaya akan terdapat orang
lain yang lebih pandai dan lebih alim daripadanya. Selanjutnya untuk
melanjutkan kekurangan yang ada pada diri Nabi Musa Allah memerintahkan
kepadanya agar menemui seorang hamba-Nya di suatu tempat di mana dua lautan
bertemu. Hamba yang soleh yang telah diberinya rahmat dan ilmu oleh Allah itu
akan memberi tambahan pengetahuan dan ilmu kepada Nabi Musa sehingga dapat
menjadikan sedar bahwa tiada manusia yang dapat membanggakan diri dengan
mengatakan bahwa akulah orang yang terpandai dan berpengetahuan luas di atas
bumi ini.
Berkata Musa kepada Tuhan: "Wahai Tuhanku, aku akan pergi mencari
hamba-Mu yang soleh itu, bagi memperolehi bunga api ilmunya dan mendapat
titisan air pengetahuan dan ilham yang Engkau telah berikan kepadanya."
Allah berfirman kepada Musa: "Bawalah seekor ikan didalam sebuah
keranjang dalam perjalananmu mencari dia dan ketahuilah bahwa di tempat di mana
engkau akan kehilangan ikan di dalam keranjang itu, di situ engkau akan menemui
hamba-Ku yang soleh itu." Nabi Musa menyiapkan diri untuk perjalanan yang
jauh, didampingi oleh "Yusya' bin Nun" seorang drp para pengikutnya
yang setia. Ia membawa bekal makanan dan minuman di antaranya sebuah keranjang
yang terisi seekor ikan sesuai dengan petunjuk Allah. Ia berkeras hati tidak
akan kembali sebelum ia dapat menemui hamba yang soleh itu walaupun ia harus
melakukan perjalanan yang berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun bila perlu. Ia
berpesan kepada teman sepejalanannya Yusya' bin Nun agar segera memberitahu
kepadanya bilamana ikan yang di dalam keranjang yang dibawanya itu hilang.
Tatkala Nabi Musa nerserta Yusya' bin Nun sampai di mana dua lautan bertemu
yang telah diisyaratkan dalam firman Allah kepadanya, tertidurlah ia di atas
sebuah batu yang besar yang berada di tepi lautan. Pada saat ia lagi tidur
nyenyak, turunlah hujan rintik-rintik, membasahi seekor di dalam keranjang itu
dan tanpa mereka ketahui melompatlah ikan tersebut itu masuk ke dalam laut.
Setelah Musa terjaga dari tidurnya, bangunlah mereka meneruskan perjalanan
yang tidak menentu arah mahupun tujuan. Dan dalam perjalanan yang sudah agak
jauh, berhentilah Musa beristirehat sekadar untuk menghilangkan rasa penatnya
seraya meminta dari Yusya bin Nun agar menyiapkan santapannya karena ia sudah
sgt lapar. Ketika Yusya bin Nun membuka keranjang untuk mengambil makanan
teringatlah olehnya akan ikan yang hilang dan melompat ke dalam laut. Maka
berkatalah Yusya' kepada Nabi Musa: "Aku telah dilupakan oleh syaitan
untuk memberitahu kepadamu segera, bahwa tatkala engkau berada di atas batu
karang sedang tidur nyenyak, ikan kami yang berada di dalam keranjang tiba-tiba
hidup kembali setelah kejatuhan air hujan dan melompat masuk ke dalam laut.
Sepatutnya aku melapurkan kkepadamu segera, sesuai dengan pesananmu, namun aku
dilupakan oleh syaitan."
Wajah Nabi Musa berseri-seri menjadi kegirangan mendengar berita itu dari
Yusya' karena telah dapat mengetahui di mana ia akan dapat bertemu dengan hamba
Allah yang dicari itu. Berkata Musa kepada Yusya': "Inilah tempat yang
kami tuju dan disini kami akan menemui orang yang kami cari. Marilah kami
kembali ke tempat batu karang itu yang menjadi tempat tujuan terakhir dari
perjalanan kami yang jauh ini."
Setiba mereka kembali di tempat di mana mereka kehilangan ikan, mereka
melihat seorang bertubuh kurus langsing yang pada wajahnya tampak cahaya dan
iman serta tanda-tanda orang soleh. Ia sedang menutpi tubuhnya dan pakaiannya
sendiri, yang segera disingkapnya ketika mendengar kata-kata salam Nabi Musa
kepadanya.
"Siapakah engkau?" bertanya orang soleh itu. Musa menjawab:
"Aku adalah Musa." Bertanya kembali orang soleh itu: "Musa, nabi
Bani Isra'ilkah?"
"Betul", jawab Musa, seraya bertanya: "Dari manakah engkau
mengetahui bahawa aku adalah Nabi Bani Isra'il?"
"Dari yang mengutusmu kepadaku", jawab orang soleh itu.
"Inilah hamba Allah yang aku cari", berkata Musa dalam hatinya,
seraya mendekatinya dan berkata kepadanya: "Dapatkah engkau memperkenankan
aku mengikutimu dan berjalan bersamamu ke mana saja engkau pergi sebagai
bayanganmu dan sebagai muridmu? Aku akan mematuhi segala petunjuk dan
perintahmu."
Hamba soleh atau menurut banyak pendapat ahli-ahli tafsir Nabi Al-Khidhir
itu menjawab: "Engkau tidak akan sabar dan tidak dapat menahan diri bila
engkau mengikutiku dan berjalan bersamaku. Engkau akan mengalami dan melihat
hal-hal yang ajaib yang sepintas lalu nampak seakan-akan perbuatan yang salah
dan mungkar namun pada hakikatnya adalah perbuatan benar dan wajar dab engkau
sebagai manusia tidak akan berdiam diri melihatku melakukan perbuatan dan
tingkah laku yang ganjil menurut pandanganmu."
Musa menjawab dengan sikap seorang murid yang ingin belajar dan menambah
pengetahuan : "Insya-Allah engkau akan mendapati aku seorang yang sabar
yang tidak akan melanggar sesuatu perintah atau petunjuk daripadamu."
Berkata Al-Khidhir kepada Musa: "JIka engkau benar-benar ingin
mengikutiku dan berjalan bersamaku maka engkau harus berjanji tidak akan mendahului
bertanya tentang sesuatu sebelum aku memberitahukan kepadamu. Engkau harus
berjanji bahwa engkau tidak akan menentang segala perbuatan dan tindakan yang
aku lakukan dihadapan mu walaupun menurut pandanganmu itu salah dan mungkar.
Aku dengan sendirinya memberi alasan dan tafsiran bagi segala tindakan dan
perbuatanmu kepadamu kelak pada akhir perjalanan kami berdua."
Dengan diterimanya pesyaratan Nabi Al-Khidhir oleh Musa yang berjanji akan
mematuhinya bulat-bulat, maka diajaklah Nabi Musa mengikutinya dalam
perjalanan.
Pelanggaran pertama terhadap persyaratan Al-Khidhir terjadi tatkala mereka
sampai di tepi pantai, di mana terdapat sebuah perahu sedang berlabuh. Nabi
Al-Khidhir meminta pertolongan pemilik perahu itu, agar menghantar mereka di
suatu tempat yang di tuju. Dengan senang hati diangkutlah mereka berdua secara
percuma tanpa bayaran bahkan dihormati dan diberi layanan yang baik kerana
dilihatnya oleh pemilik perahu bahwa kedua orang itu memiliki sifat-sifat dan
ciri-ciri yang tidak terdapat pada orang biasa.
Tatkala mereka berada dalam perut perahu yang sedang meluncur dengan
lajunya di antara gelombang-gelombang tiba-tiba Musa melihat Al-Khidhir
melubangi perahu itu dengan mengambil dua keping kayunya. Perbuatan mana yang
dianggap oleh Musa suatu gangguan dan pengrusakan bagi milik seseorang yang
telah berbuat baik terhadap mereka.
Musa lupa akan janjinya sendiri dan ditegulah Al-Khidhir dengan berkata:
"Engkau telah melakukan perbuatan mungkar dengan merusak dan melubangi
perahu ini. Apakah dengan perbuatan kamu ini engkau hendak menenggelamkan
perahu ini dengan semua penumpangnya? Tidakkah engkau merasa kasihan kepada
pemilik perahu ini yang telah berjasa kepada kami dan menghantarkan kami ke
tempat yang kami tuju tanpa membayar sesen pun?"
Berkata Al-Khidhir menjawab teguran Musa: "Bukankah aku telah katakan
kepadamu bahawa engkau tidak akan sabar menahan diri melihat tindak-tandukku di
dalam perjalanan menyertaiku."
Musa berkata: "Maafkanlah daku. Aku telah lupa akan janjiku sendiri.
Janganlah aku dipersalahkan dan dimarahi akan kelupaanku."
Permintaan maaf Musa diterimalah oleh Al-Khidhir dan tibalah meeka berdua
di tempat yang dituju di sebuah pantai. Kemudian perjalanan dilanjutkan di
darat dan bertemulah mereka dengan seorang anak laki-laki yang sedang
bermain-main dengan kawan-kawannya. Tiba-tiba dipanggillah anak itu oleh
Al-Khidhir, dibawanya ke tempat yang agak jauh, dibaringkannya dan dibunuhnya
seketika itu. Alangkah terperanjatnya Musa melihat tindakan Al-Khidhir yang
dengan sewenang-wenangnya telah membunuh seorang anak yang tidak berdosa,
seorang yang mungkin sekali dalam fikiran Musa adalah harapan satu-satunya bagi
kedua orang tuanya.
Musa sebagai Nabi yang diutus oleh Allah untuk memerangi kemungkaran dan
kejahatan tidak dapat berdiam diri melihat Al-Khidhir melakukan pembunuhan yang
tiada beralasan itu, maka ditegurlah ia seraya berkata: "Mengapa engkau
telah membunuh seorang anak yang tidak berdosa? Sesungguhnya engkau telah
melakukan perbuatan yang mungkar dan keji."
Al-Khidhir menjawab dengan sikap dinginnya: "Bukankah aku telah
berkata kepadamu, bahwa engkau tidak akan sabar menahan diri berjalan dengan
aku?"
Dengan rasa malu mendengar teguran Al-Khidhir itu, berucaplah Musa:
"Maafkanlah aku untuk kedua kalinya dan perkenankanlah untuk aku
meneruskan perjalanan bersamamu dengan pergertian bahwa bila terjadi lagi
perlanggaran dari pihakku untuk kali ketiganya, maka janganlah aku
diperbolehkan menyertaimu seterusnya.Sesungguhnya telah cukup engkau memberi
uzur dan memberi maaf kepadaku."
Dengan janji terakhir yang diterima oleh Al-Khidhir dari Musa diteruskanlah
perjalanan mereka berdua sampai tiba di suatu desa di mana mereka ingin
beristirehat untuk menghilangkan lelah dan penat mereka akibat perjalanan jauh
yang telah ditempuh. Mereka berusaha untuk mendapat tempat penginapan sementara
dan sedikit bahan makanan untuk sekadar mengisi perut kosong mereka, namun
tidak seorang pun dari penduduk desa yang memang terkenal bachil {pelit} itu
yang mahu menolong mereka memberi tempat beristirehat atau sesuap makanan
sehingga dengan rasa kecewa mereka segera meninggalkan desa itu.
Dalam perjalanan Musa dan Al-Khidhir hendak keluar dari desa itu mereka
melihat dinding salah satu rumah desa itu nyaris roboh. Segera AL-Khidhir
menghampiri dinding itu dan ditegakkannya kembali. Dan secara spontan, tanpa
disedar, berkata Musa kepada Al-Khidhir: "Hairan bin ajaib, mengapa engkau
berbuat kebaikan bagi orang0orang yang jahat dan pelit ini. Mereka telah
menolak untuk memberi kepada kami tempat istirehat dan sesuap makanan untuk
perut kami yang lapar. Sepatutnya engkau menuntut upah bagi usahamu menegakkan
dinding itu, agar dengan upah yang engkau perolehi itu dapat kami menutupi
keperluan makan minum kami."
Al-Khidhir menjawab: "Wahai Musa, inilah saat untuk kami berpisah
sesuai dengan janjimu yang terakhir. Cukup sudah aku memberimu kesempatan dan
uzur. Akan tetapi sebelum kami berpisah , akan aku berikan kepadamu tujuan
serta alasan-alasan perbuatan-perbuatanku yang engkau rasakan tidak wajar dan
kurang patut."
"Ketahuilah hai Musa", Al-Khidhir melanjutkan
huraiannya,"bahawa pengrusakan bahtera yang kami tumpangi itu adalah
dimaksudkan untuk menyelamatkannya dari pengambil-alihan oleh seorang raja yang
zalim yang sedang mengejar di belakang bahtera itu. Sedang bahtera itu adalah
milik orang-orang fakir-miskin yang digunakan sebagai sarana mencari nafkah
bagi hidup mereka sehari-hari. Dengan melubangi yang aku lakukan dalam bahtera
itu, si raja yang zalim itu akan berfikir dua kali untuk merampas bahtera itu
yang dianggapnya rusak dan berlubang itu. Maka perbuatanku yang pada lahirnya
adalah pengrusakan milik orang, namun tujuannya ialah menyelamatkannya dari
tindakan perampasan sewenang-wenangnya."
"Adapun tentang anak yang aku bunuh itu ialah bertujuan menyelamatkan
kedua orang tuanya dari gangguan anak yang durhaka itu. Kedua orang tua anak
itu adalah orang-orang yang mukmin, soleh dan bertakwa yang aku khuatirkan akan
menjadi tersesat dan melakukan hal-hal yang buruk karena dorongan anaknya yang
durhaka itu. Aku harapkan dengan matinya anak itu Allah akan mengurniai anak
pengganti yang soleh dan berbakti kepada mereka berdua."
Sedang mengenai dinding rumah yang ku perbaiki dan ku tegakkan kembali itu
adalah karena dibawahnya terpendam harta peninggalan milik dua orang anak yatim
piatu. Ayah mereka adalah orang yang soleh ahli ibadah dan Allah menghendaki
bahwa warisan yang ditinggalkan untuk kedua anaknya itusampai ketangan mereka
selamat dan utuh bila mereka sudah mencapai dewasanya, sebagai rahmat dari
Tuhan serta ganjaran bagi ayah mereka yang soleh dan bertakwa itu."
"Demikianlah wahai Musa, apa yang ingin engkau ketahui tentang tujuan
tindakan-tindakanku yang sepintas lalu engkau anggap buruk dan melanggar hukum.
Semuanya itu telah kulakukan bukan atas kehendakku sendiri tetapi atas tuntunan
wahyu Allah kepadaku."
Kisah Musa dan Al-Khidir ini dapat dibaca dalam surah "Al-Kahfi"
ayat 60 sehingga ayat 82 yang bermaksud :~
"60~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku
tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan atau
aku akan berjalan sampai bertahun-tahun." 61~ Maka tatkala mereka sampai
ke pertemuan dua laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat
mengambil jalannya ke laut itu. 62~ Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh
berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita sesungguhnya
kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini." 63~ Muridnya
menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi,
maka sesungguhnya aku lupa menceritakan tentang ikan itu dan tidaklah yang
melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil
jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali." 64~ Musa berkata:
"Itulah tempat yang kita cari." Lalu keduanya kembali, mengikuti
jejak mereka sendiri. 65~ Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara
hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan
yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. 66~ Musa berkata Al-Khidhir:
"Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar
di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" 67~ Dia menjawab:
"Sesungguhnya kamu sesekali kamu tidak akan sanggup sabar bersamaku, 68~
dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" 69~ Musa berkata:
"Insya-Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar dan aku
tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun." 70~ Dia berkata:
"Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang
sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu." 71~ Maka
berjalanlah keduanya, hingga keduanya menaiki perahu, lalu Al-Khidhir
melubanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melubangi perahu itu yang
akibatnya kamu menenggelamkan penumpamgnya?" Sesungguhnya kamu telah
berbuat sesuatu kesalahan yang besar. 72~ Dia {Al-Khidhir} berkata:
"Bukankah aku telah katakan: "Sesungguhnya kamu sesekali tidak akan
sabar bersama dengan aku." 73~ Musa berkata: "Janganlah kamu
menghukum aku kerana kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu
kesulitan dalam urusanku," 74~ Maka berjalanlah keduanya hingga tatkala
keduanya berjumpa dengan seorang pemuda maka Al-Khidhir membunuhnya. Musa
berkata : "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan kerana dia membunuh
orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar." 75~
Al-Khidhir berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya
kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?" 76~ MUsa berkata: "Jika aku
bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah {kali ini} maka janganlah kamu
memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur
padaku." 77~ Maka keduanya berjalan hingga tatkala keduanya sampai kepada
penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak mahu menjamu mereka
kemudian keduanya dapati dalam negeri itu ada dinding rumah yang hampir roboh,
maka Al-Khidhir menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mahu
nescaya kamu akan mengambil upah untuk itu." 78~ Al-Khidhir berkata :
"Inilah perpisahan antara aku dengan kamu kelak akan ku beritahukan
kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
79~ Adapun bahter itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut
dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu kerana di hadapan mereka ada seorang
raja yang merampas tiap-tiap bahtera. 80~ Dan ada pun anak muda itu maka kedua
orang tuanya adlah orang-orang mukmin dan kami khuatir bhe dia akan mendorong
kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. 81~ Dan kami menghendaki
supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik
kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya {kepada
ibubapanya}. 82~ Adapun dinding rumah itu kepunyaan dua orang anak muda yang
yatim di kota itu sedang ayahnya adalah seorang yang soleh, maka Tuhanmu
menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan
simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu dan bukanlah aku melakukannnya itu
menurut kemahuanku sendiri. Demikianlah itu adlah tujuan perbuatan-perbuatan
yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya." { Al-Kahfi : 60 ~ 82 }
Nabi Musa A.S. dan Qarun si kaya raya
Qarun adalah nama seorang drp kaum Nabi Musa dan keluarganya yang dekat. Ia
dikurniai Allah kelapangan rezeki dan kekayaan harta benda yang besar yang
tidak ternilai bilangannya. IA hidup mewah, selalu mujur dalam usahanya
mengumpulkan kekayaan, sehingga menjadi padatlah khazanahnya dengan harta benda
dan benda-2 yang sgt berharga. Sampai-2 para juru kuncinya tidak berdaya
membawa atau memikul kunci-2 peti khazanahnya karena sgt byk dan beratnya. Ia
hidup secara mewah dan menonjol di antara kaum dan penduduk kotanya.
Segala-galanya adlah luar biasa dan lain drp yang lain. Gedung-2 tempat
tinggalnya ,pakaiannya sehari-hari ,pelayan-2nya dan hamba-2 sahayanya yang
bilangannya melebihi keperluan. Dan walaupun ia tenggelam dalam lautan
kenikmatan duniawi yang tiada taranya pada masa itu, ia merasa masih belum puas
dengan tingkat kekayaan yang ia miliki dan terus berusaha mengisi khazanahnya
yang sudah padat itu, sifat mausia yang serakah yang tidak akan pernah puas
dengan apa yang sudah dicapai. Jika ia sudah memiliki segantang emas ia ingin
memperolhi segantang yang kedua dan demikian seterusnya.
Sebagaimana halnya dengan kebykan orang-orang kaya yang telah dimabukkan
oleh harta bendanya maka Qarun tidak merasa sedikit pun bahwa dia mempunyai
kewajiban sosial dengan harta kekayaannya itu. Ia dalam hidupnya hanya
memikirkan kesenangan dan kesejahteraan peribadinya, memikirkan bagaimana ia
dapat menambahkan kekayaannya yang sudah melimpah-limpah itu. Ia telah
dinasihati oleh pemuka-2 kaumnya agar ia menyediakan sebahagian daripada
kekayaannya bagi menolong para fakir miskin, menolong orang-orang yang
telanjang yang tidak berpakaian dan lapar tidak dapat makanan. Ia diperingatkan
bahwa kekayaan yang ia perolehi itu adalah kurniaan dari Tuhan yang harus
disyukuri dengan beramal kebajikan terhadap sesama manusia dan melakukan
perbuatan-2 yang dapat meringankan penderitaan orang-orang yang ditimpa musibah
atau menderita cacat. Diperingatkan bahwa Allah yang telah memberinya rezeki
yang luas itu dapat sewaktu-waktu mencabutnya bila ia melalaikan kewajiban
sosialnya.
Nasihat yang baik dan peringatan yang jujur yang dikemukakan oleh
pemuka-pemuka kaumnya itu tidak diendahkan oleh Qarun dan tidak mendapat tempat
didalam hatinya.Ia bahkan merasa bahwa karena kekayaannya ialah yang harus
memberi nasihat dan bukan menerima nasihat. Orang harus tunduk kepadanya,
mematuhi perintahnya, mengiakan kata-katanya dan membenarkan segala tindak
tanduknya. IA menyombongkan diri dengan mengatakan kepada orang-orang yang
memberikan nasihat itu bahwa kekayaan yang ia miliki adalah semata-mata hasil
jerih payahnya dan hasil kecekapan dan kepandaiannya berusaha dan bukan
merupakan kurnia atau pemberian dari sesiapa pun. Karenanya ia bebas
menggunakan harta kekayaannya menurut kehendak hatinya sendiri dan tidak merasa
terikat oleh kewajipan sosial berupa pertolongan dan bantuan kepada para fakir
miskin dan para penderita yang memerlukan bantuan dan pertolongan.
Sebagai tentangan bagi para orang yang menasihatinya, Qarun makin
meningkatkan cara hidup mewahnya dan secara menyolok mempamerkan kekayaannya
dengan berlebih-lebihan. Bila ia keluar, Ia mengenakan pakaian dan perhiasan
yang bergemerlapan, membawa pengantar dan pembantu lebih banyak daripada
biasanya dan mengenderai kuda-kuda yang dihiasi dengan indah dan cantik.
Kemewahan yang ditonjolkan secara menyolok itu ,merasakan iri-hati dikalangan
penduduk terutama mereka yang masih lemah imannya. Mereka berbisik-bisik
diantara sesama mereka mengeluh dengan berkata: "Mengapa kami tidak diberi
rezeki dan kenikmatan seperti yang telah diberikan kepada Qarun? Alangkah mujurnya
nasib Qarun dan alangkah bahagianya dia dalam hidupnya di dunia ini! Dan
mengapa Tuhan melimpahkan kekayaan yang besar itu kepada Qarun yang tidak
mempunyai rasa belas kasihan terhadap orang-orang yang melarat dan sengsara,
orang-orang yang fakir dan miskin yang memerlukan pertolongan berupa pakaian
mahupun makanan.Dimanakah letak keadilan Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Pengasih itu?"
Qarun yang tidak mengabaikan anjuran orang, agar ia secara sukarela
menyediakan sebahagiaan harta kekayaannya untuk disedekahkan kepada orang-orang
yang memerlukannya, melarat dan miskin akhirinya didatangi oleh Nabi Musa
menyampaikan kepadanya bahwa Allah telah mewahyukan perinyah berzakat bagi
tiap-tiap orang yang kaya dan berada. Diterangkan oleh Musa kepadanya bahwa dalam
harta kekayaan tiap ada bahagian yang telah ditentukan oleh Tuahn sebagai hak
orang-orang yang melarat dan fakir miskin yang wajib diserahkan kepada mereka.
Qarun merasa jengkel memerima perintah wajib berzakat itu dan menyatakan
keraguan dan kesangsian kepada Musa. Ia berkata: "Hai MUsa kami telah
membantumu dan menyokongmu dalam dakwahmu kepada agama barumu. Kami telah
menuruti segala perintahmu dan mendengarkan segala kata-katamu. Sikap kami yang
lunak itu terhadap dirimu telah memberanikan engkau bertindak lebih jauh dari
apa yang sepatutnya dan mulailah engkau ingin meraih harta benda kami. Engkau
rupanya ingin juga menguasai harta kekayaan kami setelah kami serahkan kepadamu
hati dan fikiran kami sebulat-bulatnya. Dengan perintah wajib zakatmu ini engkau
telah membuka topengmu dan menunjukkan dustamu dan bahwa engkau hanya seorang
pendusta dan ahli sihir belaka."
Tuduhan Qarun yang ingin melepaskan dirinya dari wajib berzakat itu ditolak
oleh Nabi Musa yang menegaskan kembali bahwa kewajiban berzakat iut tidak dapat
ditawar-tawar dan harus dilaksanakan karena ia adalah perintah Allah yang harus
ditaati dan dilaksanakan dengan semestinya.
Quran tidak dapat jalan untuk mengelakkan diri dan kewajiban zakat itu
setelah berbantah dan berdebat dengan Musa maka ia menyerah dan ditentukan
berapa besar yang harus ia keluarkan zakat harta kekayaannya.
Setelah tiba di rumah dan menghitung-hitung bahagian yang harus dizakatkan
dari harta miliknya Qarun merasa terlampau besar yang harus dizakatkan dan
merasa sayang bahwa ia harus mengeluarkan dari khazanahnya sejumlah wang tanpa
meperolehi imbalan sesuatu keuntungan dan laba. Fikir punya fikir dan timbang
punya timbang akhirnya Qarun mengambil keputusan untuk tidak akan mengeluarkan
zakat walau apapun yang akan terjadi akibat tindakannya itu.
Utk menguatkan aksi pemboikotannya terhadap kewajiban mengeluarkan zakat,
Qarun menyebarkan fitnah kepada Nabi Musa dengan maksud menarik orang agar
menjadikan penunjang aksinya dan mengikutinya menolak menolak kewajiban mengeluarkan
zakat sebagaimana diperintahkan oleh Nabi Musa. Ia menyebarkan fitnah
seolah-olah Nabi Musa dengan dakwahnya dan penyiaran agama barunya bertujuan
ingin memperkayakan diri dan bahwa perintah zakatnya itu adalah merupakan cara
perampasan yang halus terhadap milik-milik para pengikutnya.
Lebih jahat lagi untuk menjatuhkan Nabi Musa dan kewibawaannya, Qaru
bersekongkol dengan seorang wanita yang diajarinya agar mengaku didepan umum
bahwa ia telah melakukan perbuatan zina dengan Musa. Akan tetapi Allah tidak
rela nama Rasul-Nya tercemar oleh tuduhan palsu yang diaturkan oleh Qarun itu.
Maka digerakkanlah hati wanita sewaannya itu untuk mengatakan keadaan yang
sebenarnya dan bahwa apa yang ia tuduhkan kepada Nabi Musa adalah fitnahan dan
ajaran Qarun semata-mata dan bahawasannya Musa adalah bersih dari perbuatan
yang dituduh itu.
Setelah ternyata bagi Nabi Musa bahwa Qarun tidak beriktikad baik dan bahwa
ia tidak dapat diharap menjadi pengikut yang soleh yang mematuhi perintah-2
Allah terutama perintah wajib zakat bahkan ia dapat merusakkan akhlak dan iman
para pengikut Musa dengan sikap dan cara hidupnya yang berlebih-lebihan
mewahnya, ditambahkan pula usahanya yang tidak henti-2 merusakkan kewibawaan
Nabi Musa dengan melontarkan fitnahan dan berbagai hasutan maka habislah
kesabaran Nabi Musa ,lalu berdoa ia kepada Allah agar menurunkan azab-Nya atas
diri Qarun yang sombong dan congkak itu, agar menjadi pengajaran dan ibrah bagi
kaumnya yang sudah mulai goyah imannya melihat kenikmatan yang berlimpah-limpah
yang telah Allah kurniakan kepada Qarun yang membangkang itu.
Maka dengan izin Allah yang telah memperkenankan doa Nabi Musa terjadilah
tanah runtuh yang dahsyat di atas mana terletak bangunan gedung-gedung yang
mewah tempat tinggal Qarun dan tempat penimbunan kekayaannya. Terbenamlah
seketika itu Qarun hidup-hidup berserta semua milik kekayaan yang menjadi
kebaggaannya.
Peristiwa yang menimpa Qarun dan harta kekayaannya itu menjadi ibrah bagi
pengikut-2 Nabi Musa serta ubat rohani bagi mereka yang beriri hati dan
mendambakan kenikmatan dan kemewahan hidup sebagaimana yang telah dialami oleh
Qarun. Mereka berkata seraya bersyukur kepada Allah: "Sekiranya Allah
telah melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya, nescaya kami dibenamkan pula seperti
Qarun yang selalu kami inginkan kedudukan duniawinya. Sesungguhnya kami telah
tersesat ketika kami beriri hati dan mendambakan kekayaannya yang membawa
binasa baginya. Aduhai benar-2 tidaklah beruntung orang-orang yang mengingkari
nikmat Allah."
Isi cerita tersebut di atas dapat dibaca dalam surah "Qashash"
ayat 76 sehingga 82 dan surah "Al-Ahzaab" ayat 69 sebagaimana berikut
:~
"76~Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa maka ia berlaku
aniaya terhadap mereka dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan
harta yang kunci-nya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-2.
{Ingatlah{ ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu
bangga sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan
diri." 77~ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan kepada mu
{kebahagiaan} negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
{kenikmatan} duniawi dan berbuat baiklah {kepada orang lain} sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakkan di {muka}
bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakkan. 78~ Qarun berkata: "Sesungguhnya aku diberi harta itu karena
ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasannya Allah
sungguh telah membinasakan umat-2 sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan
lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang
yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka. 79~ Mak keluarlah Qarun kepada
kaumnya dengan kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan
dunia: " Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan
kepada Qarun , sesungguhnya ia benar-benar mempunyai peruntungan yang
besar." 80~ Berkatalah orang-orang yang telah dianugerahi ilmu:
"Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebihbaik bagi
orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan tidak diperoleh pahala itu
kecuali oleh orang-orang yang sabar." 81~ Mak Kami benamkan Qarun berserta
rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang
menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang {yang
dapat} membela {dirinya}. 82~ Dan jadilah orang-orang yang kelmarin
mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata: "aduhai, benarlah Allah
melapangkan rezeki bagi siapa yang dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan
menyempitkannya. Kalau Allah tidak melimpahkan kurnia-Nya atas kita benar-benar
Dia {Allah} telah membenamkan kita {pula}. Aduhai benarlah, tidak beruntung
orang-orang yang mengingkari {nikmat} Allah." { Al-Qashash : 76 ~ 82 }
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti
orang-orang yang menyakiti Musa maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan
yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat
di sisi Allah." { Al-Ahzaab : 69 }
Thalout diangkat sebagai raja Bani Isra'il
Setelah Bani Isra'il memasuki Palestin dan menguasainya di bawah pimpinan
Yusya bin Nun mereka selalu menjadi sasaran penyerbuan dan serangan dari
bangsa-2 sekelilingnya, seperti suku Amaliqah dari bangsa Arab, bangsa Palestin
sendiri dan bangsa Aramiyin. Kemenangan dan kekalahan di antara meeka silih
berganti.
Pada suatu waktu datanglah bangsa Palestin penduduk "Usydud"
suatu daerah dekat Gaza menyerbu dan menyerang mereka dan terjadilah
pertempuran yang berakhir dengan kemenangan bangsa Palestin yang berhasil,
mencerai-beraikan Bani Israil dan merampas benda keramat mereka yang bernama
"Tabout", yaitu sebuah peti tempat penyimpanan kitab Taurat.
Peti yang disebut Tabout itu adlah merupakan salah satu dari banyak kurnia
yang telah diberikan oleh Allah kepada Bani Isra'il. Mereka menganggap Tabout
itu suatu benda keramat yang dapat menginspirasikan kekuatan dan keberanian
kepada mereka dikala menghadapi musuh. Maka karenanya dalam tiap medan perang
dibawanyalah Tabout itu untuk memberi kekuatan batin dan semangat juang bagi
mereka memberi rasa berani bagi mereka dan rasa takut bagi musuh. Maka dengan
dirampasnya Tabout itu oleh bangsa Palestin hilanglah pegangan mereka dan
berantakanlah barisannya, retaklah kesatuannya sehingga menjadi laksana
binatang ternakan yang ditinggalkan gembalanya.
Dan memang sejak ditinggalkan oleh Nabi Mua, Bani Isra'il tidak mempunyai
seorang raja atau seorang pemimpin yang berwibawa yang dapat mengikat mereka di
bawah satu bendera dan menghimpun mereka di bawah satu komando bila terjadi
serangan dari luar dan penyerbuan oleh musuh. Mereka hanya dipimpin oleh
hakim-hakim penghulu yang memberi tuntunan kepada mereka dalam bidang keagamaan
dan kadangkala menjadi juru damai jika timbul perselisihan dan sengketa di
antara sesama mereka. Di antara penghulu itu terdapat seorang penghulu yang
paling disegani dan di hormati bernama Somu'il. Kata-katanya selalu didengar
dan nasihat-2nya selalu diterima dan ditaati.
Kepada Somu'il datanglah beberapa pemuda Bani Isra'il yang merasa sedih
melihat keadaan kaumnya menjadi kacau bilau dan bercerai berai setelah
dikalahkan oleh bangsa Palestin dan dikeluarkan dari negeri mereka serta
dirampasnya Tabout yang merupakan peti wasiat dan benda keramat bagi mereka.
Mereka mengutarakan kepada Samu'il bahwa mereka memerlukan seorang pemimpin
yang kuat yang berwibawa dan mempunyai kekuasaan sebagai seorang raja untuk
menghimpun mereka dan seterusnya menjadi panglima perang.
Samu'il yang mengenal baik watak mereka dan titik-titik kelemahan serta
sifat-2 licik dan pembangkang yang meletak pada diri mereka berkata: "Aku
khuatir bahwa kamu akan takut dan enggan bertempur melawan musuh bila kepadamu
diperintahkan untuk berperang menghalau musuh dari negerimu."
Mereka menjawab: "Bagaimana kami menolak perintah semacam itu dan
enggan maju bertempur melawan musuh sedangkan kami telah dihina diusir dari
rumah-rumah kami dan dipisahkan dari sanak keluarga kami. Bukankah suatu hal
yang memalukan dan menurun darjat kami sebagai bangsa, bila dalam keadaan yang
sedang kami alami ini, kami masih juga enggan berperang melawan musuh yang
datang menyerang dan menyerbu daerah kami. Kami akan maju dan tidak akan gentar
masuk dalam medan perang, asalkan saja kami akan dapat pimpinan dari seorang
yang cekap, berani serta berwibawa sehingga komandonya dan segala perintahnya
akan dipatuhi oleh kaum kami semuanya."
Somu'il berkata: "Jika demikian ketetapan hatimu dan demikian pula
keinginanmu untuk memperoleh seorang raja yang akan memimpin dan membimbing
kamu , maka berilah waktu kepadaku untuk beristikharah memohon pertolongan
Allah menunjukkan kepadaku seseorang yang patut dan layak menjadi raja
bagimu."
Di dalam istikharahnya, Somuil mendapat ilham dan petunjuk dari Allah, agar
ia memilih serta mengangkat seorang yang bernama "Thalout" menjadi
raja Bani Isra'il. Dan walaupun ia belum pernah mendengar nama itu atau
mengenalkan orangnya Allah akan memberinya jalan dan tanda-tanda yang akan
memungkinkan ia bertemu muka dengan orang itu dan mengenalinya dengan segera.
Thalout adalah seorang berbadan gemuk dan jangkung, tegak, kuat dan
berparas tampan. Dari pancaran kedua matanya orang dapat mengetahui bahwa ia
adalah seorh yang cerdik, cekap dan bijaksana, memiliki hati yang tabah dan
berani. IA hidup dan bertempat tinggal di sebuah desa yang agak terpencil
sehingga tidak banyak dikenal orang Ia hidup bersama ayahnya bercucuk tanam dan
memelihara haiwan ternak.
Pada suatu hari di kala Thalout sedang sibuk bersama ayahnya menguruskan tanah
ladangnya terlepaslah dari kadang seekor keldai dari haiwan-2 peliharaannya dan
menghilang sesat. Pergilah Thalout bersama seorang bujangnya mencari keldai
yang hilang itu di celah-2 lembah dan bukit-2 di sekitar desanya, namun tidak
berhasil menemukan kembali haiwan yang terlepas itu. Akhirnya ia mengajak
bujangnya kembali karena khuatir ayahnya akan menjadi gelisah bila ia lebih
lama meninggalkan rumahnya mencari keldai yang hilang itu.
Berkata sang bujang kepada Thalout: "Kami sekarang sudah berada di
daerah Shuf tempat dimana Somu'il berada. Alangkah baiknya kalau kami pergi
kepadanya menanyakan kalau-2 ia dapat memberikan keterangan dan petunjuk kepada
kami di mana kiranya kami dapat menemukan keldai kami itu. Ia adalah seorang
nabi yang menerima petinjuk dari Tuhannya melalui para malaikat dan dia telah
banyak kali mengungkapkan hal-hal ghaib yang ditanyakan oleh orang
kepadanya."
Thalout menerima baik cadangan bujangnya dan berangkatlah mereka berdua
menuju tempat tinggal Somu'il. Di tengah-2 perjalanan, mereka bertanya kepada
beberapa gadis yang ditemuinya sedang menimpa air dari sebuah perigi: "Di
manakah tempat tinggal Nabi Somu'il?" "Tidak usah kamu cepat-2
meneruskan perjalananmu. Somu'il sebentar lagi akan datang ke sini. Ia sedang
ditunggu kedatangannya di atas bukit oleh rakyat tempat itu." Para gadis
itu menjawab.
Ternyata bahawa belum selesai para gadis itu memberikan keteranagnnya,
muncullah Somu'il dengan wajahnya yang berseri-seri memancarkan cahaya kenabian
dan kealiman yang mengesahkan.
Thalout segera mendekati Somu'il dan setelah saling pandang memandang,
berkatalah Thalout: "Wahai Nabi Allah, kami datang menemui bapak untuk
memohon pertolongan yaitu dapatkah kiranya kami diberi keterangan dan petunjuk
di manakah kami dapat menemukan kembali keldai kami yang telah terlepas dari
kandang dan menghilang tidak kami temukan jejaknya walaupun sudah tiga hari
kami berusaha mencarinya."
Somu'il setelah memandang wajah Thalout dengan teliti sedarlah ia bahwa
inilah orangnya yang oleh Allah ditunjuk untuk menjadi raja pemimpin dan
penguasa Bani Isra'il. Ia berkata kepada Thalout: "Keldai yang engaku cari
itu sedang berada dalam perjalanan kembali ke kandangnya di tempat ayahmu.
Janganlah engkau rungsingkan fikiranmu dan ributkan dirimu dengan urusan keldai
itu. Kerana aku memang mencarimu dan ingin menemuimu untuk urusan yang lebih
besar dan lebih penting dari soal keldai. Engaku telah dipilih oleh Allah untuk
memimpin Bani Isra'il sebagai raja, mempersatukan barisan mereka yang sudah
kacau-balau serta membebaskan mereka dari musuh-musuh yang sedang menyerbu dan
menduduki negeri mereka. Dan insya-Allah Tuhan akan menyertaimu memberi
perlindungan kepadamu dan mengurniakan kemenangan dan kemujuran dalam segala
sepak terajangmu."
Thalout menjawab: "Bagaimana aku dapat menjadi seorang raja dan
pemimpin Bani Isra'il sedang aku ini seorang dusun anak cucu Benyamin yang
paling papa, terasing dari pengaulan orang ramai, seorang anak tani dan
penggembala haiwan yang tidak dikenal orang?"
Berkata Somu'il: "Itu adlah kehendak Allah dan perintah-Nya. Dan lebih
tahu pada siapa Ia meletakkan amanat dan tugas-tugas-Nya. Dialah yang
menugaskan dan Dia pulalah yang akan melengkapi segala kekuranganmu.
Bersyukurlah engkau atas nikmat dan kurniaan Allah ini. Terimalah tugas suci
ini dengan keteguhan hati dan kepercayaan penuh akan pertolongan dan
perlindungan Allah kepadamu." Kemudian dipeganglah tangan Thalout,
diangkatnya keatas seraya menghadap kepada kaumnya dan berkata: " Wahai
kaumku, inilah orangnya yang oleh Allah telah dipilih untuk menjadi rajamu. Ia
berkewajiban memimpin kamu dan mengurus segala urusanmu dengan sebaik-baiknya
dan setepat-tepatnya dan kamu berkewajiban taat kepadanya, mematuhi segala
perintahnya dan berdiri tegak di belakang komandinya. Bersatu padulah kamu di
bawah bendera raja Thalout dan bersiap-siaplah untuk berjuang melawan
musuh-musuhmu."
Bani Isra'il yang sedang berkumpul mengerumuni somu'il mendengarkan pidato
pelantikannya mengangkat Thalout sebagai raja, tercengang dan terkejut dan
dengan mulut ternganga mereka melihat satu kepada yang lain, berpindahan
pandangan mereka dari wajah Somu'il ke wajah thalout yang menandakan kehairanan
dan ketidak-puasan dengan pengangkatan itu. Selintas pun tidak terfikir oleh
mereka bahwa seorang seperti Thalout yang papa dan miskin dan tidak dikenal
orang ialah yang akan dipilih oleh Somu'il soal pemilihan dan pengangkatan
seorang raja bagi mereka.
Berkata mereka kepada Somu'il: "Bagaimana seorang seperti Thalout ini
akan dapat memimpin kami sebagai raja padahal ia seorang yang miskin yang tidak
dikenal orang dan pergaulan sehari-harinya hanya terbatas didesanya. selain
ituia bukannya dari keturunan "Lawi" yang menurunkan para nabi Bani
Israil, juga bukan dari keturunan "Yahuda" yang menurunkan raja-raja
Bani Isra'il sejak dahulu kala. Ia pun tidak memiliki pengalaman dan kecekapan
yang diperlukan oleh seorang raja untuk mengurus serta mempertahankan
kerajaannya. Mengapa tidak dipilih sahaja seorang drp mereka yang berada di
kota yang pandai-pandai, berpengalaman dan berkeadaan cukup?"
berkata Somu'il menanggapi keberatan-2 yang dikemukakan oleh kaumnya:
"Pengurusan kerajaan dan pemimpin perang tidak memerlukan kebangsawanan
atau kekayaan. Ia memerlukan kecekapan, kebijaksanaan, kecerdasan berfikir dan
kecekatan bertindak. sifat-2 itu terdapat dalam dir Thalout di samping ia
memiliki tubuh yang kuat, perawakan tg tegap dan kekar serta paras muka yang
tampan yang memberi kesan baik bagi orang-orang yang menghadapinya. Selain itu
semuanya, ia adalah pilihan dan tunjukan Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha
Mengenal hamba-hamba-Nya. Maka tidak patutlah kami memilih orang lain setelah
Allah menjatuhkan pilihan-Nya."
"Baiklah", kata mereka, "Jika yang demikian itu pilihan dan
kehendak Allah, maka kami tidak dapat berbuat lain selain meneriam kenyataan
ini. Akan tetapi untuk menghilangkan keragu-raguan kami tentang diri Thalout,
berilah kepada kami suatu tanda yang dapat menyakinkan kami bahwa Thalout
benar-benar pilihan Allah."
Somu'il menjawab: "Sesungguhnya Allah telah mengetahui watak dan
tabiat kamu yang kaku dan keras kepala. Imanmu tidak berada di dalam hati
tetapi di kelopak mata. Kamu tidak mempercayai sesuatu tanpa bukti yang dapat
kamu rasa dengan pancaindera kamu. Maka sebagai bukti bahwa Allah merestui
pengangkatan Thalout menjadi raja kamu, ialah bahawa kamu akan menemukan
kembali peti keramatmu "Tabout" yang telah hilang dan dirampas oleh
bangsa Palestin. Kamu akan menemukan itu datang kepadamu dibawa oleh malaikat.
Pergilah kamu keluar kota sekarang juga untuk menerimanya."
Setelah ternyata bagi mereka kebenaran kata-kata Somu'il dengan ditemuinya
kembali Tabout yang sudah tujuh bulan berada di tangan orang-orang Palestin
itu, maka diterimalah pengangkatan Thalout sebagai raja mereka dengan memberikan
bai'at kepadanya dan janji akan taat serta mematuhi segala nasihat dan
perintahnya.
Raja Thalout
Tugas pertama yang dilakukan oleh thalout setelah dinobatkan sebagai raja
ialah menyusun kekuatan dengan menghimpunkan para pemuda dan orang-orang yang masih
kuat untuk menjadi tentera yang akan mengahdapi bangsa Palestin yang terkenal
kuat dan berani.
Ia menyusun bala tenteranya dari orang-orang yang masih kuat, tidak
mempunyai tanggungan keluarga, tidak mempunyai ikatan-2 dagang usaha sehingga
dapat membulatkan tekadnya untuk berjuang dan memusatkan fikiran dan tenaga
bagi mencapai kemenangan dna menghalaukan musuh dari negeri mereka dengan
semangat yang teguh yang tidak tergoyahkan. Sebagai ujian untuk mengetahui
sampai sejauh mana rakyatnya atau barisan tenteranya yang disusun itu
berdisiplin mengikuti komando dan perintahnya, Thalout berkata mereka:
"Kamu dalam perjalananmu di bawah terik panasnya matahari akan melalui
sebuah sungai. Maka barang siapa di antara kamu minum dari air sungai itu, ia bukan
pengikutku yang setia yang dapat kupercayai kesungguhan hatinya dan kebulatan
tekadnya. Sebaliknya barangsiapa di antara kamu yang hanya menciduk air sungai
itu seciduk tangan untuk sekadar membasahi kerongkongannya, maka ia ialah
seorang pengikutku dan tentera yang benar-benar dapat kuandalkan keberaniannya
dan kedisiplinannya."
Ternyata apa yang dikhuatirkan oleh Thalout telah terjadi dan menjadi
kenyataan. Setiba barisan tentera Thalout di sungai yang dimaksudkan itu, hanya
sebahagian kecil sahajalah dari mereka yang berdisiplin mengikuti petunjuk
Thalout secara tepat. Sedang bahagian yang besar tidak dapat bersabar menahan
dahaganya dan minumlah mereka dari air sungai itu sepuas-puas hatinya.
Walaupun telah terjadi pelanggaran disiplin oleh sebahagian besar dari
anggota tenteranya, thalout tetap berkeras hati melanjutkan perjalanannya
menuju ke medan perang dg pasukan yang tidak bersatu padu dan berdisiplin
sebagaimana ia menduga dan mengharapkannya. Ia hanya bersandar dan mengandalkan
kekuatan tenteranya kepada bahagian kecil yang sudah ternyata setia dan patuh
kepada perintah dan petunjuknya. Sedang terhadap mereka yang sudah melanggar
perintahnya dan minum dari air sungai itu, Thalout bersikap sabar, lunak dan
bijaksana untuk menghindari keretakan di dalam barisan tenteranya sebelum
menghadapi musuh.
Tatkala mereka tiba di medan perang dan berhadapan dengan musuh, sebahagian
drp pasukan Thalout ialah mereka yang telah melanggar disiplin dan minum dari
air sungai, merasa kecil hati dan ketakutan melihat pasukan musuh yang terdiri
dari orang-orang kuat dan besar-besar dengan peralatan yang lebih lengkap dan
jumlah tentera yang lebih besar di bawah pimpinan seorang komandan bernama
"Jalout".
Jalout, panglima komandan pasukan musuh terkenal seorang panglima yang
berani, cekap dan terkenal tidak pernah kalah dalam peperangan. Tiap orang yang
berani bertarung dengan dia pasti jatuh terbunuh. Namanya telah menimbulkan
rasa takut dan kecil hati pada bahagian besar dari pasukan Thalout. berkata
mereka kepadanya: "Kami tidak berdaya dan tidak akan sanggup menghadapi
dan melawan Jalout berserta tenteranya hari ini. Mereka lebih lengkap
peralatannya dan lebih besar bilangannya daripada pasukan kami."
Akan tetapi kelompok yang setia yang merupakan golongan yang kecil dalam
pasukan Thalout, tidak merasa takut dan gentar menghadapi Jalout dan bala
tenteranya, walaupun mereka lebih besar dan lebih lengkap peralatannya karena
mereka keluar ke medan perang mengikuti Thalout dengan tekad yang bulat hendak
membebaskan negerinya dari para penyerbu dengan berbekal tawakkal dan iman
kepada Allah. Sejak mereka melangkahkan kaki keluar dari rumah mereka sudah
berniat bulat berjuang bermati-matian melawan musuh yang telah merampas rumah
dan tanah mereka dan bersedia mati untuk tugas suci itu. Berkata mereka kepada
kawan-2nya kelompok pengecut itu: "Majulah terus untuk bertempur melawan
musuh. Kami tidak akan kalah karena bilangan yang sedikit atau kerana kelemahan
fizikal. Kami akan menggondol kemenangan bila iman di dalam dada kami tidak
tergoyahkan dan kepercayaan kami akan pertolongan Allah tidak menipis. Berapa
banyak terjadi sudah, bahwa kelompok yang kecil jumlahnya mengalahkan kelompok
yang besar, bila Allah mengizinkannya dan memberikan pertolongan-Nya. Dan Allah
selalu berada di sisi orang-orang yang beriman, sabar dan bertawakkal."
Dengan tidak menghiraukan kasak-kusuk dan bisikan kelompok pengecut yang
ingin mundur dan melarikan diri dari kewajiban berperang, Raja Thalout terus
maju memimpin pasukannya seraya bertawakkal kepada Allah memohon pertolongan
dan perlindungan-Nya.
Setelah kedua pasukan merapat berhadapan satu dengan yang lain dan
pertempuran dimulai, keluarlah dari tengah-2 barisan bangsa Palestin, panglima
besarnya yang bernama Jalout berteriak dengan sekuat suaranya menentang pasukan
Thalout mengajak bertarung seorang lawan seorang Berulang-ulang ia berseru
dengan suara yang lantang agar pihat Thalout mengeluarkan seorang yang akan
melawan dia bertanding dan bertarung namun tidak seorang pun keluar adri tengah
pasukan Bani Isra'il menghadapinya. Kata-kata ejekan dan hinaan dilontarkan
oleh Jalout kepada pihak musuhnya, pasukan Bani Isra'il yang sedang dicekam
oleh rasa takut dan bimbang menghadapi Jalout yang sudah termasyur sebagai
jaguh yang tidak pernah terkalahkan itu.
Pada saat yang kritis dan tegang itu di mana rasa malu rendah diri memenuhi
dada dan hati para pemimpin pasukan Bani Isra'il yang sedang memandang satu
kepada yang lain, seray bertanya-tanya dalam hati masing-2 gerangan siapakah di
antara mereka yang dapat maju membungkam ,ulut si Jalout yang berteriak-teriak
itu dan melawannya, datanglah pada saat itu menghadap raja Thalout seorang
lelaki remaja berparas tampan, bertubuh kekar dan tegak, sinar matanya
memancarkan keberanian dan kecerdasan. Ia meminta izin dari sang raja untuk
keluar menyambut tentangan Jalout dan menandinginya.
Thalout merasa kagum akan keberanian pemuda yang telah menawarkan dirinya
untuk bertarung dengan Jalout, sementara orang-orang dari pasukannya sendiri
yang sudah berpengalaman berperang tidak ada yang tergerak hatinya untuk
menyahut cabaran Jalout yang berteriak-teriak melontarkan ejekan dan hinaan.
Thalout dengan cermat memperhatikan perawakan sang pemuda itu merasa berat dan
ragu-ragu untuk memberi izin kepadanya turun ke gelanggang melawan Jalout. Ia
tidak membayangkan seorang dalam usia semuda itu, yang belum pernah turun ke
medan perang dan tiak berpengalaman bertarung akan selamat dan keluar hidup
dari pertarungan melawan Jalout. Ia benar-benar bukan tandingannya, kata hati
Thalout, bahkan merupakan suatu dosa bila ia melepaskan pemuda itu bertarung
dengan Jalout. Sayang bagi usianya yang masih muda itu bila ia akan menjadi
korban dan makanan pedang Jalout yang tidak pernah memberi ampun kepada
lawan-lawannya.
Sang pemuda dengan memperhatikan roman muka Thalout dapat menangkap isi
hatinya bahwa ia ragu-ragu dan bimbang untuk melepaskannya bertarung dengan
Jalout maka berkatalah ia kepadanya: "Janganlah engkau terpengaruh oleh
usia mudaku dan keadaan fizikalku yang menjadikan engkau ragu-ragu dan khuatir
melepaskan aku melawan Jalout karena yang menentukan dalampertarungan bukanlah
hanya kekuatan fizikal dan kebesaran badan akan tetapi yang lebih penting dari
itu ialah keteguhan hati dan keuletan bertempur serta iman dan kepercayaan
kepada Allah yang menentukan hidup matinya seseorang hamba-Nya. beberapa hari
yang lalu aku telah berhasil menangkap seekor singa dan membunuhnya tatkal ia
hendak menyergap dombaku dan sebelum itu terjadi pula aku menghadang seekor
beruang yang ganas dan berhasil membunuhnya setelah bergulat mati-matian. Maka
bukanlah usia atau kekuatan badan yang merupakan faktor yang menentukan dalam
pertempuran tetapi keberanian dan keteguhan hati serta kelincahan dan kecepatan
bergerak dengan disertai perhitungan yang tepat, itulah merupakan senjata yang
lebih ampuh dalam setiap pertarungan."
Mendengar kata-kata yang penuh semangat yang keluar dari hati yang ikhlas
dan jujur sedarlah Thalout bahawa pemuda itu berkemahuan keras ingin melawan
Jalout. Ia percaya kepada dirinya sendiri bahwa ia dapat mengalahkannya maka
diberinyalah izin dan restu oleh Thalout untuk melaksanakan kehendaknya dengan
diiringi doa semuga Allah melindunginya dan mengurniainya dengan kemenangan
yang diharap-harapkan oleh seluruh anggota pasukan. Kemudian ia diberinya
pedang, topi baja dan zirah baju besi namun ia enggan mengenakan pakaian yang
berat itu dan pedang pun ia menolak untuk membawanya dengan alasan ia belum
biasa menggunakan senjata itu. Ia hanya membawa sebuah tongkat beberapa batu
kerikil dan sebuah bandul untuk melemparkan batu-batu itu.
Berkatalah Thalout kpanya: "Bagaimana engkau dapat bertarung dengan
hanya bersenjatakan tongkat, bandul dan batu-batu melawan Jalout yang
bersenjatakan pedang, panah dan berpakaian lengkap?"
Pemuda itu menjawab: "Tuhan yang telah melindungiku dan taring singa
dan kuku beruang akan melindungiku pula dari pedang dan panah Jalout yang
durhaka itu." Lalu dengan berbekalkan senjata yang sgt sedrhana itu,
keluarlah ia dari tengah-2 barisan Bani Isra'il menuju gelanggang di mana
Jalout sedang menari-nari mengelu-elukan pedangnya seraya berteriak-teriak
mengejek dan menyombangkan diri.
Tatkala Jalout melihat bahwa yang masuk gelanggang hendak bertanding dengan
dia adalah seorang pemuda remaja tidak bersenjatakan pedang atau panah dan
tidak pula mengenakan topi baja dan zirah, dihinalah ia dan diejek dengan
kata-kata: "Utk apakah tongkat yang engkau bawa itu."Utk mengejar
anjingkah atau untuk memukul anak-anak yang sebaya dengan engkau? Di mana pedangmu
dan zirahmu? Rupa-rupanya engkau sudah bosan hidup dan ingin mati padahal
engkau masih muda yang belum merasakan suka-dukanya kehidupan dan yang masih
harus banyak belajar dari pengalaman. Majulah engkau ke sini akan aku habiskan
nyawamudalam sekelip mata dan akan kujadikan dagingmu makanan yang lazat bagi
binatang-2 di darat dan burung-2 di udara."
Sang pemuda menjawab: "Engkau boleh bangga dengan zirah dan topi
bajamu, boleh merasa kuat dan ampuh dengan pedang dan panahmu yang tidak akan
sanggup menyelamatkan nyawamu dan tanganku yang masih halus dan bersih ini. Aku
datang ke sini dengan nama Allah Tuhan Bani Isra'il yang telah lama engkau
hina, engkau jajah dan engkau tundukkan. Engkau sebentar lagi akan mengetahui
pedang dan panahkah yang akan mengakhiri hayatku atau kehendak Allah dan
kekuasaan-Nya yang akan meranggut nyawamu dan mengirimkan engkau ke neraka
Jahannam?"
Melihat Jalout melangkah maju, maka sebelum ia sempat mendekatinya, sang
pemuda segera mengeluarkan batu dari sakunya, melemparkannya dengan bandul
tepat ke arah kepala Jalout yang seketika itu juga mengalirkan darah dengan
derasnya hingga menutupi kedua matanya, lalu diikuti dengan lemparan batu kedua
dan ketiga oleh sang pemuda hingga terjatuhlah Jalout tertiarap di atas lantai
menghembuskan nafas terakhirnya.
Bergemuruhlah suara teriakan gembira dan sorak-sorai dari pihak pasukan
Bani Isra'il menyambut kemenangan pemuda gagah perkasa itu atas Jalout jaguh
dan kebanggaan bangsa Palestin. Dan dengan matinya Jalout hilanglah semangat tempur
pasukan Palestin dan mundurlah mereka melarikan diri tunggang-langgang seraya
dikejar dan diajar tanpa ampun oleh pasukan Thalout yang telah memperoleh
kembali semangat juangnya dan harga diri serta kebanggaan nasionalnya.
Isi cerita di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah
"Al-Baqarah" ayat 246 sehingga 251 yang bermaksud :~
"246~ Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Isra'il
sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka:
"Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami dapat berperang {di bawah
pimpinannya} di jalan Allah." Nabi mereka berkata: "Mungkin sekali
jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang`." Mereka
menjawab : "Mengapa kami tidak mahu berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya
kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?" Maka
tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali
beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui akan
orang-orang yang zalim. 247~ Nabi mereka mengatakan kepada mereka:
"Sesungguhnya Allah mengangkat Thalout menjadi rajamu." Mereka
menjawab: "Bagaimana Thalout memerintah kami padahal kami lebih berhak
mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan
yang cukup banyak?" Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah telah
memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang
perkasa." Allah memberi pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. 248~ Dan Nabi mereka
mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja ialah
kembalinya tabout kepadamu di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan
sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun tabout itu dibawa oleh malaikat.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu jika kamu orang yang
beriman. 249~ Maka tatkala Thalout ke luar membawa tenteranya ia berkata:
"Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan satu sungai. Maka siapa di
antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tidak
merasakan airnya kecuali orang yang hanya menciduk seciduk tangan, maka ia
adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnnya terkecuali beberapa orang
di antara mereka. Maka tatkala Thalout dan orang-orang yang beriman bersama dia
telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak
ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalout dan tenteranya."
Orang-orang yang menyakini bahwa mereka akan menemui jalan Allah berkata:
"Berpa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan
yang banyak dengan izin Allah dan Allah berserta orang-orang yang sabar. 250~
tatkala Jalout dan tenteranya telah nampak oleh mereka, mereka pun berdoa:
"Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami dan kukuhkanlah
pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir." 251~ Mereka
{tentera Thalout} mengalahkan tentera Jalout dengan izin Allah dan {dalam
peperangan itu} Daud membunuh Jalout, kemudian Allah memberikan kepadanya {Daud}
pemerintahan dan hikmah {sesudah meninggalkan Thalout} serta Allah mengajarkan
kepadanya apa yang dikehendaki-Nya." { Al-Baqarah : 246 ~ 251 }
Catatan tambahan
Nabi Musa wafat pada usia 150 tahun di atas sebuah bukit bernama
"Nabu", di mana ia diperintahkan oleh Allah untuk melihat tanah suci
yang dijanjikan {Palestin} namun tidak sampai memasukinya.
NABI HARUN AS
Nabi Harun adalah saudara Musa dan partner (pasangan) dakwahnya dalam
mengajak Firaun beriman kepada Allah, karena kefasihan dan kepandaiannya
berbicara. Musa mewakilkan urusan kaumnya kepada Harun ketika ia pergi menemui
Allah di bukit Thur. Namun Samiri menyebarkan fitnah mengajak Bani Israel
menyembah patung anak sapi yang terbuat dari emas. Nabi Harun mengajak mereka
kembali menyembah Allah, tetapi mereka semakin menunjukkan kesombongan. Ketika
Nabi Musa kembali dan menyaksikan apa yang dilakukan kaumnya, dia memarahi
saudaranya, Harun.
Kisah Nabi Harun dapat dibaca pada kisah Nabi Musa
NABI DAUD AS
Daud bin Yisya adalah salah seorang dari tiga belas bersaudara turunan
ketiga belas dari Nabi Ibrahim a.s. Ia tinggal bermukim di kota Baitlehem, kota
kelahiran Nabi Isa a.s. bersama ayah dan tiga belas saudaranya.
Daud Dan Raja Thalout
Ketika raja Thalout raja Bani Isra'il mengerahkan orang supaya memasuki
tentera dan menyusun tentera rakyat untuk berperang melawan bangsa Palestin,
Daud bersama dua orang kakaknya diperintahkan oleh ayahnya untuk turut berjuang
dan menggabungkan diri ke dalam barisan askar Thalout. Khusus kepada Daud
sebagai anak yang termuda di antara tiga bersaudara, ayahnya berpesan agar ia
berada di barisan belakang dan tidak boleh turut bertempur. Ia ditugaskan hanya
untuk melayani kedua kakaknya yang harus berada dibarisan depan, membawakan
makanan dan minuman serta keperluan-2 lainnya bagi mereka, di samping ia harus
dari waktu ke waktu memberi lapuran kepada ayahnya tentang jalannya pertempuran
dan keadaan kedua kakaknya di dalam medan perang. Ia sesekali tidak diizinkan
maju ke garis depan dan turut bertempur, mengingatkan usianya yang masih muda
dan belum ada pengalaman berperang sejak ia dilahirkan.
Akan tetapi ketika pasukan Thalout dari Bani Isra'il berhadapan muka dengan
pasukan Jalout dari bangsa Palestin, Daud lupa akan pesan ayahnya tatkala
mendengar suara Jalout yang nyaring dengan penuh kesombongan menentang mengajak
berperang, sementara jaguh-jaguh perang Bani Isra'il berdiam diri sehinggapi
rasa takut dan kecil hati. Ia secara spontan menawarkan diri untuk maju
menghadapi Jalout dan terjadilah pertempuran antara mereka berdua yang berakhir
dengan terbunuhnya Jalout sebagaimana telah diceritakan dalam kisah sebelum
ini.
Sebagai imbalan bagi jasa Daud mengalahkan Jalout maka dijadikan menantu
oleh Thalout dan dikahwinkannya dengan puterinya yang bernama Mikyal, sesuai
dengan janji yang telah diumumkan kepada pasukannya bahwa puterinya akan
dikahwinkan dengan orang yang dapat bertempur melawan Jalout dan
mengalahkannya.
Di samping ia dipungut sebagai menantu, Daud diangkat pula oleh raja
Thalout sebagai penasihatnya dan orang kepercayaannya. Ia disayang, disanjung
dan dihormati serta disegani bukan sahaja oleh mertuanya bahkan oleh seluruh
rakyat Bani Isra'il yang melihatnya sebagai pahlawan bangsa yang telah berhasil
mengangkat keturunan serta darjat Bani Isra'il di mata bangsa-2 sekelilingnya.
Suasana keakraban, saling sayang dan saling cinta yang meliputi hubungan
sang menantu Daud dengan sang mertua Thalout tidak dapat bertahan lama. Pada
akhir waktunya Daud merasa bahwa ada perubahan dalam sikap mertuanya terhadap
dirinya. Muka manis yang biasa ia dapat dari mertuanya berbalik menjadi muram
dan kaku, kata-katanya yang biasa didengar lemah-lembut berubah menjadi
kata-kata yang kasar dan keras. Bertanya ia kepada diri sendiri gerangan apakah
kiranya yang menyebabkan perubahan sikap yang mendadak itu? Adakah hal-hal yang
dilakukan yang dianggap oleh mertuanya kurang layak, sehingga menjadikan ia
marah dan benci kepadanya? Ataukah mungkin hati mertuanya termakan oleh hasutan
dan fitnahan orang yang sengaja ingin merusakkan suasana harmoni dan damai di
dalam rumah tangganya? Bukankah ia seorang menantu yang setia dan taat kepada
mertuanta yang telah memenuhi tugasnya dalam perang sebaik yang oa harapkan?
dan bukankah ia selalu tetap bersedia mengorbankan jiwa raganya untuk membela
dan mempertahankan kekekalan kerajaan mertuanya?
Daud tidak mendapat jawapan yang memuaskan atas pertanyaan-2 yang melintasi
fikirannya itu. IA kemudian kembali kepada dirinya sendiri dan berkata dalam
hatinya mungkin apa yang ia lihat sebagai perubahan sikap dan perlakuan dari
mertuannya itu hanya suatu dugaan dan prasangka belaka dari pihaknya dan kalau
pun memang ada maka mungkin disebabkan oleh urusan-2 dan masalah-2 peribadi
dari mertua yang tidak ada sangkut-pautnya dengan dirinya sebagai menantu.
demikianlah dia mencuba menenangkan hati dan fikirannya yang masyangul yang
berfikir selanjutnya tidak akan mempedulikan dan mengambil kisah tentang sikap
dan tindak-tanduk mertuanya lebih jauh.
Pada suatu malam gelap yang sunyi senyap, ketika ia berada di tempat tidur
bersam isterinya Mikyal. Daud berkata kepada isterinya: "Wahai Mikyal,
entah benarkah aku atau salah dalam tanggapanku dan apakah khayal dan dugaan
hatiku belaka atau sesuatu kenyataan apa yang aku lihat dalam sikap ayahmu terhadap
diriku? Aku melihat akhir-2 ini ada perubahan sikap dari ayahmu terhadap
diriku. Ia selalu menghadapi aku dengan muka muram dan kaku tidak seperti
biasanya. Kata-katanya kepadaku tidak selamah lembut seperti dulu. Dari
pancaran pandangannya kepadaku aku melihat tanda-2 antipati dan benci kepadaku.
Ia selalu menggelakkan diri dari duduk bersama aku bercakap-cakap dan
berbincang-bincang sebagaimana dahulu ia lakukan bila ia melihatku berada di
sekitarnya."
Mikyal menjawab seraya menghela nafas panjang dan mengusap air mata yang
terjatuh di atas pipinya: "Wahai Daud aku tidak akan menyembunyikan
sesuatu daripadamu dan sesekali tidak akan merahsiakan hal-hal yang sepatutnya
engkau ketahui. Sesungguhnya sejak ayahku melihat bahawa keturunanmu makin naik
di mata rakyat dan namamu menjadi buah mulut yang disanjung-sanjung sebagai
pahlawan dan penyelamat bangsa, ia merasa iri hati dan khuatir bila pengaruhmu
di kalangan rakyat makin meluas dan kecintaan mereka kepadamu makin bertambah,
hal itu akan dapat melemahkan kekuasaannya dan bahkan mungkin mengganggu
kewibawaan kerajaannya. Ayahku walau ia seorang mukmin berilmu dan bukan dari
keturunan raja menikmati kehidupan yang mewah, menduduki yang empuk dan
merasakan manisnya berkuasa. Orang mengiakan kata-katanya, melaksanakan segala
perintahnya dan membungkukkan diri jika menghadapinya. Ia khuatir akan
kehilangan itu semua dan kembali ke tanah ladangnya dan usaha ternaknya di
desa. Kerananya ia tidak menyukai orang menonjol yang dihormati dan disegani
rakyat apalagi dipuja-puja dan dianggapnya pahlawan bangsa seperti engkau. Ia
khuatir bahawa engkau kadang-2 dapat merenggut kedudukan dan mahkotanya dan
menjadikan dia terpaksa kembali ke cara hidupnya yang lama sebagaimana tiap
raja meragukan kesetiaan tiap orang dan berpurba sangka terhadap tindakan-2
orang-2nya bila ia belum mengerti apa yang dituju dengan tindakan-2 itu."
"Wahai Daud", Mikyal meneruskan ceritanya, "Aku mendapat
tahu bahawa ayahku sedang memikirkan suatu rencana untuk menyingkirkan engkau
dan mengikis habis pengaruhmu di kalangan rakyat dan walaupun aku masih
merayukan kebenaran berita itu, aku rasa tidak ada salahnya jika engkau dari
sekarang berlaku waspada dan hati-hati terhadap kemungkinan terjadi hal-hal
yang malang bagi dirimu."
Daud merasa hairan kata-kata isterinya itu lalu ia bertanya kepada dirinya
sendiri dan kepada isterinya: "Mengapa terjadi hal yang sedemikian itu?
Mengapa kesetiaku diragukan oleh ayah mu, padahal aku dengan jujur dan ikhlas
hati berjuang di bawah benderanya, menegakkan kebenaran dan memerangi
kebathilan serta mengusir musuh ayahmu, Thalout telah kemasukan godaan Iblis
yang telah menghilangkan akal sihatnya serta mengaburkan jalan
fikirannya?" Kemudian tertidurlah Daud selesai mengucapkan kata-kata itu.
Pada esok harinya Daud terbangun oelh suara seorang pesurh Raja yang
menyampaikan panggilan dan perintah kepadanya untuk segera datang menghadap.
Berkata sang raja kepada Daud yang berdiri tegak di hadapannya: "Hai
Daud fikiranku kebelakang ini sgt terganggu oleh sebuah berita yang
menrungsingkan. Aku mendengar bahwa bangsa Kan'aan sedang menyusun kekuatannya
dan mengerahkan rakyatnya untuk datang menyerang dan menyerbu daerah kita.
Engkaulah harapan ku satu-satunya, hai Daud yang akan dapat menanganu urusan
ini maka ambillah pedangmu dan siapkanlah peralatan perangmu pilihlah
orang-orang yang engkau percayai di antara tenteramu dan pergilah serbu mereka
di rumahnya sebelum sebelum mereka sempat datang kemari. Janganlah engkau
kembali dari medan perang kecuali dengan membawa bendera kemenangan atau dengan
jenazahmu dibawa di atas bahu orang-orangmu."
Thalout hendak mencapi dua tujuan sekaligus dengan siasatnya ini, ia handak
menghancurkan musuh yang selalu mengancam negerinya dan bersamaan dengan itu
mengusirkan Daud dari atas buminya karena hampir dapat memastikan kepada
dirinya bahwa Daud tidak akan kembali selamat dan pulang hidup dari medan
perang kali ini.
Siasat yang mengandungi niat jahat dan tipu daya Thalout itu bukan tidak
diketahui oleh Daud. Ia merasa ada udang disebalik batu dalam perintah Thalout
itu kepadanya, namun ia sebagai rakyat yang setia dan anggota tentera yang
berdisiplin ia menerima dan melaksanakan perintah itu dengan sebaik-baiknya
tanpa mempedulikan atau memperhitungkan akibat yang akan menimpa dirinya.
Dengan bertawakkal kepada Allah berpasrah diri kepada takdir-Nya dan
berbekal iman dan talwa di dalam hatinya berangkatlah Daud berserta pasukannya
menuju daerah bangsa Kan'aan. Ia tidak luput dari lindungan Allah yang memang
telah menyuratkan dalam takdir-Nya mengutuskan Daud sebagai Nabi dan Rasul.
Maka kembalilah Daud ke kampung halamannya berserta pasukannya dengan membawa
kemenangan gilang-gemilang.
Kedatangan Daud kembali dengan membawa kemenangan diterima oleh Thalout
dengan senyum dan tanda gembira yang dipaksakan oleh dirinya. Ia berpura-pura
menyambut Daud dengan penghormatan yang besar dan puji-pujian yang
berlebih-lebihan namun dalam dadanya makin menyala-nyala api dendam dan
kebenciannya, apalagi disadarinya bahwa dengan berhasilnya Daud menggondol
kemenangan, pengaruhnya di mata rakyat makin naik dan makin dicintainyalah ia
oleh Bani Isra'il sehingga di mana saja orang berkumpul tidak lain yang
dipercakapkan hanyalah tentang diri Daud, keberaniannya, kecekapannya memimpin
pasukan dan kemahirannya menyusun strategi dengan sifat-sifat mana ia dapat
mengalahkan bangsa Kan'aan dan membawa kembali ke rumah kemenangan yang menjadi
kebanggaan seluruh bangsa.
Gagallah siasat Thalout menyingkirkan Daud dengan meminjam tangan
orang-orang Kan'aan. Ia kecewa tidak melihat jenazah Daud diusung oleh
orang-orang nya yang kembali dari medan perang sebagaimana yang ia harapkan dan
ramalkan, tetapi ia melihat Daud dalam keadaan segar-bugar gagah perkasa berada
di hadapan pasukannya menerima alu-aluan rakyat dan sorak-sorainya tanda cinta
kasih sayang mereka kepadanya sebagai pahlawan bangsa yang tidak terkalahkan.
Thalout yang dibayang rasa takut akan kehilangan kekuasaan melihat makin
meluasnya pengaruh Daud, terutama sejak kembalinya dari perang dengan bangsa Kan'aan,
berfikir jalan satu-satunya yang akan menyelamatkan dia dari ancaman Daud ialah
membunuhnya secara langsung. Lalu diaturlah rencana pembunuhannya sedemikian
cermatnya sehingga tidak akan menyeret namanya terbawa-bawa ke dalamnya.
Mikyal, isteri Daud yang dapat mencium rancangan jahat ayahnya itu, segera
memberitahu kepada suaminya, agar ia segera menjauhkan diri dan meninggalkan
kota secepat mungkin sebelum rancangan jahat itu sempat dilaksanakan . Maka
keluarlah Daud memenuhi anjuran isterinya yang setia itu meninggalkan kota
diwaktu malam gelap dengan tiada membawa bekal kecuali iman di dada dan
kepercayaan yang teguh yang akan inayahnya Allah dan rahmat-Nya.
Setelah berita menghilangnya Daud dari istana Raja diketahui oleh umum,
berbondong-bondonglah menyusul saudara-2nya, murid-2nya dari para pengikutnya
mencari jejaknya untuk menyampaukan kepadanya rasa setiakawan mereka serta
menawarkan bantuan dan pertolongan yang mungkin diperlukannya.
Mereka menemui Daud sudah agak jauh dari kota, ia lagi istirahat seraya
merenungkan nasib yang ia alami sebgai akibat dari perbuatan seorang hamba
Allah yang tidak mengenal budi baik sesamanya dan yang selalu memperturutkan
hawa nafsunya sekadar untuk mempertahankan kekuasaan duniawinya. Hamba Allah
itu tidak sedar, fikir Daud bahwa kenikmatan dan kekuasaan duniawi yang ia
miliki adalah pemberian Allah yang sewaktu-waktu dapat dicabut-Nya kembali
daripadanya.
Daud Dinobatkan Sebagai Raja
Raja Thalout makin lama makin berkurang pengaruhnya dan merosot kewibawaannya
sejak ia ditingglkan oleh Daud dan diketahui oleh rakyat rancangan jahatnya
terhadap orang yang telah berjasa membawa kemenangan demi kemenangan bagi
negara dan bangsanya. Dan sejauh perhargaan rakyat terhadap Thalout merosot,
sejauh itu pula cinta kasih mereka kepada Daud makin meningkat, sehingga banyak
diantara mereka yang lari mengikuti Daud dan menggabungkan diri ke dalam
barisannya, hal mana menjaadikan Thalout kehilangan akal dan tidak dapat
menguasai dirinya. IA lalu menjalankan siasat tangan besi, menghunus pedang dan
membunuh siapa saja yang ia ragukan kesetiaannya, tidak terkecuali di antara
korban-2nya terdapat para ulama dan para pemuka rakyat.
Thalout yang mengetahui bahawa Daud yang merupakan satu-satunya saingan
baginya masih hidup yang mungkin sekali akan menuntut balas atas pengkhianatan
dan rancangan jahatnya, merasakan tidak dapat tidur nyenyak dan hidup tebteram
di istananya sebelum ia melihatnya mati terbunuh. Kerananya ia mengambil
keputusan untuk mengejar Daud di mana pun ia berada, dengan sisa pasukan
tenteranya yang sudah goyah disiplinnya dan kesetiaannya kepada Istana. Ia
fikir harus cepat-2 membinasakan Daud dan para pengikutnya sebelum mereka
menjadi kuat dan bertambah banyak pengikutnya.
Daud bersert para pengikutnya pergi bersembunyi di sebuah tempat
persembunyian tatkala mendengar bahwa Thalout dengan askarnya sedang
mengejarnya dan sedang berada Tidak jauh dari tempat persembunyiannya. Ia
menyuruh beberapa orang drp para pengikutnya untuk melihat dan mengamat-amati
kedudukan Thalout yang sudah berada dekat dari tempat mereka bersembunyi.
Mereka kembali memberitahukan kepada Daud bahawa Thalout dan askarnya sudah
berada di sebuah lembah dekat dengan tempat mereka dan sedang tertidur semuanya
dengan nyenyak. Mereka berseru kepada Daud jangan menyia-nyiakan kesempatan
yang baik ini untuk memberi pukulan yang memastikan kepada Thalout dan
askarnya. Anjuran mereka ditolak oleh Daud dan ia buat sementara merasa cukup
sebagai peringatan pertama bagi Thalout menggunting saja sudut bajunya selagi
ia nyenyak dalam tidurnya.
Setelah Thalout terbangun dari tidurnya, dihampirilah ia oleh Daud yang
seraya menunjukkan potongan yang digunting dari sudut bajunya berkatalah ia
kepadanya: "Lihatlah pakaian bajumu yang telah aku gunting sewaktu engkau
tidur nyenyak. Sekiranya aku mahu nescaya aku dengan mudah telah membunuhmu dan
menceraikan kepalamu dari tubuhmu, namun aku masih ingin memberi kesempatan
kepadamu untuk bertaubat dan ingat kepada Tuhan serta membersihkan hati dan
fikiranmu dari sifat-sifat dengki, hasut dan buruk sangka yang engkau jadikan
dalih untuk membunuh orang sesuka hatimu."
Thalout tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya bercampur malu yang
nampak jelas pada wajahnya yang pucat. Ia berkata menjawab Daud: "Sungguh
engkau adalah lebih adil dan lebih baik hati daripadaku. Engkau benar-benar
telah menunjukkan jiwa besar dan perangai yang luhur. Aku harus mengakui hal
itu."
Peringatan yang diberikan oleh Daud belum dapat menyedarkan Thalout.
Hasratnya yang keras untuk mempertahankan kedudukannya yang sudah lapuk itu
menjadikan ia lupa peringatan yang ia terima dari Daud tatkala digunting sudut
bajunya. Ia tetap melihat Daud sebagai musuh yang akan menghancurkan
kerajaannya dan mengambil alih mahkotanya. Ia merasa belum aman selama masih
hidup dikelilingi oleh para pengikutnya yang makin lama makin membesar
bilangannya. Ia enggan menarik pengajaran dan peristiwa perguntingan bajunya
dan mencuba sekali lagi membawa askarnya mengejar dan mencari Daud untuk
menangkapnya hidup atau mati.
Sampailah berita pengejaran Thalout ke telinga Daud buat kali keduanya,
maka dikirimlah pengintai oleh Daud untuk mengetahui dimana tempat askar
Thalout berkhemah. Di ketemukan sekali lagi mereka sedang berada disebuah bukit
tertidur dengan nyenyaknya karena payah kecapaian. Dengan melangkah beberapa
anggota pasukan yang lagi tidur, sampailah Daud di tempat Thalout yang lagi
mendengkur dalam tidurnya, diambilnyalah anak panah yang tertancap di sebelah
kanan kepala Thalout berserta sebuah kendi air yang terletak disebelah kirinya.
Kemudian dari atas bukit berserulah Daud sekeras suaranya kepada anggota
pasukan Thalout agar mereka bangun ari tidurnya dan menjaga baik-baik
keselamatan rajanya yang nyaris terbunuh karena kecuaian mereka. Ia mengundang salah
seorang dari anggota pasukan untuk datang mengambil kembali anak panah dan
kendi air kepunyaan raja yang telah dicuri dari sisinya tanpa seorang pun dari
mereka yang mengetahuinya.
Tindakan Daud itu yang dimaksudkan sebagai peringatan kali kedua kepada
Thalout bahwa pasukan pengawal yang besar yang mengelilinginya tidak akan dapat
menyelamatkan nyawanya bila Allah menghendaki merenggutnya. Daud memberi dua
kali peringatan kepada Thalout bukan dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan
yang nyata yang menjadikan ia merasa ngeri membayangkan kesudahan hayatnya
andaikan Daud menuntut balas atas apa yang ia telah lakukan dan rancangkan
untuk pembunuhannya.
Jiwa bsar yang telah ditunjukkan oleh daud dalam kedua peristiwa itu telah
sangat berkesan dalam lubuk hati Thalout.
Ia terbangun dari lamunannya dan sedar bahawa ia telah jauh tersesat dalam
sikapnya terhadap Daud. Ia sedar bahawa nafsu angkara murka dan bisikan
iblislah yang mendorongkan dia merancangkan pembunuhan atas diri Daud yang
tidak berdosa, yang setia kepada kerajaannya, yang berkali-kali mempertaruhkan
jiwanya untuk kepentingan bangsa dan negerinya, tidak pernah berbuat kianat
atau melalaikan tugas dan kewajibannya. Ia sedar bahawa ia telah berbuat dosa
besar dengan pembunuhan yang telah dilakukan atas beberapa pemuka agama hanya
kerana purba sangka yang tidak berdasar.
Thalout duduk seorang diri termenung membalik-balik lembaran sejarah
hidupnya, sejak berada di desa bersama ayahnya, kemudian tanpa diduga dan
disangka, berkat rahmat dan kurnia Allah diangkatlah ia menjadi raja Bani
Isra'il dan bagaimana Tuhan telah mengutskan Daud untuk mendampinginya dan
menjadi pembantunya yang setia dan komandan pasukannya yang gagah perkasa yang
sepatutnya atas jasa-jasanya itu ia mendapat penghargaan yang setinggi-tingginya
dan bukan sebagaimana ia telah lakukan yang telah merancangkan pembunuhannya
dan mengejar-gejarnya setelah ia melarikan diri dari istana. Dan walaupun ia
telah mengkhianati Daud dengan rancangan jahatnya, Daud masih berkenan memberi
ampun kepadanya dalam dua kesempatan di mana ia dengan mudah membunuhnya
andaikan dia mahu.
Membayangkan peristiwa-2 itu semunya menjadi sesaklah dada Thalout
menyesalkan diri yang telah terjerumus oleh hawa nafsu dan godaan Iblis
sehingga ia menyia-nyiakan kurnia dan rahmat Allah dengan tindakan-tindakan
yang bahkan membawa dosa dan murka Allah. Maka untuk menebuskan dosa-dosanya
dan bertaubat kepada Allah, Thalout akhirnya mengambil keputusan keluar dari
kota melepaskan mahkotanya dan meninggalkan istananya berserta segala kebesaran
dan kemegahannya lalu pergilah ia berkelana dan mengembara di atas bumi Allah
sampai tiba saatnya ia mendapat panggilan meninggalkan dunia yang fana ini
menuju alam yang baka.
Syahdan, setelah istana kerajaan Bani Isra'il ditinggalkan oleh Thalout
yang pergi tanpa meninggalkan bekas, beramai-ramailah rakyat mengangkat dan
menobatkan Daud sebagai raja yang berkuasa.
Nabi Daud mendapat Godaan
Daud dapat menangani urusan pemerintahan dan kerajaan, mengadakan peraturan
dan menentukan bagi dirinya hari-hari khusus untuk melakukan ibadah dan
bermunajat kepada Allah, hari-hari untuk peradilan, hari-hari untuk berdakwah
dan memberi penerangan kepada rakyat dan hari-hari menyelesaikan urusan-urusan
peribadinya.
Pada hari-hari yang ditentukan untuk beribadah dan menguruskan urusan-2
peribada, ia tidak diperkenankan seorang pun menemuinya dan mengganggu dalam
khalawatnya, sedang pada hari-hari yang ditentukan untuk peradilan maka ia
menyiapkan diri untuk menerima segala lapuran dan keluhan yang dikemukan oleh
rakyatnya serta menyelesaikan segala pertikaian dan perkelahian yang terjadi
diantara sesama mereka. Peraturan itu diikuti secara teliti dan diterapkan
secara ketat oleh para pengawal dan petugas keamanan istana.
Pada suatu hari di mana ia harus menutup diri untuk beribadah dan
berkhalwat datanglah dua orang lelaki meminta izin dari para pengawal untuk
masuk bagi menemui raja. Izin tidak diberikan oleh para pengawal sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, namun lelaki itu memaksa kehendaknya dan melalui pagar
yang dipanjat sampailah mereka ke dalam istana dan bertemu muka dengan Daud.
Daud yang sedang melakukan ibadahnya terperanjat melihat kedua lelaki itu
sudah berada di depannya, padahal ia yakin para penjaga pintu istana tidak akan
dapat melepaskan siapa pun masuk istana menemuinya. Berkatalah kedua tamu yang
tidak diundang itu ketika melihat wajah Daud menjadi pucat tanda takut dan
terkejut: "Janganlah terkejut dan janganlah takut. Kami berdua datang
kemari untuk meminta keputusan yang adil dan benar mengenai perkara sengketa
yang terjadi antara kami berdua."
Nabi Daud tidak dapat berbuat selain daripada menerima mereka yang sudah
berada didepannya, kendatipun tidak melalui prosedur dan protokol yang
sepatutnya. Berkatalah ia kepada mereka setelah pulih kembali ketenangannya dan
hilang rasa paniknya: "Cubalah bentangkan kepadaku persoalanmu dalam
keadaan yang sebenarnya." Berkata seorh daripada kedua lelaki itu:
"Saudaraku ini memilki sembilan puluh sembilan ekor domba betina dan aku
hanya memilki seekor sahaja. Ia menuntut dan mendesakkan kepadaku agar aku
serahkan kepadanya dombaku yang seekor itu bagi melengkapi perternakannya
menjadi genap seratus ekor. Ia membawa macam-macam alasan dan berbagai dalil
yang sangat sukar bagiku untuk menolaknya, mengingatkan bahawa ia memang lebih
cekap berdebat dan lebih pandai bertikam lidah daripadaku."
Nabi Daud berpaling muka kepada lelaki yang lain yang sedang seraya
bertanya: "Benarkah apa yang telah diuraikan oleh saudara kamu ini?"
"Benar" ,jawab lelaki itu.
"Jika memang demikian halnya", kata Daud, dengan marah "maka
engkau telah berbuat zalim kepada saudaramu ini dan memperkosakan hak miliknya
dengan tuntutanmu itu. Aku tidak akan membiarkan engkau melanjutkan tindakanmu
yang zalim itu atau engkau akan menghadapi hukuman pukulan pada wajah dan
hidungmu. Dan memang banyak di antara orang-orang yang berserikat itu yang
berbuat zalim satu terhadap yang lain kecuali mereka yang benar beriman dan
beramal soleh."
"Wahai Daud", berkata lelaki itu menjawab, "sebenarnya
engkaulah yang sepatut menerima hukuman yang engkau ancamkan kepadaku itu.
Bukankah engkau sudah mempunyai sembilan puluh sembilan perempuan mengapa
engkau masih menyunting lagi seorang gadis yang sudah lama bertunang dengan
seorang pemuda anggota tenteramu sendiri yang setia dan bakti dan sudah lama
mereka berdua saling cinta dan mengikat janji."
Nabi Daud tercengang mendengar jawapan lelaki yang berani, tegas dan pedas
itu dan sekali lagi ia memikirkan ke mana sasaran dan tujuan kata-kata itu,
sekonyong-konyong lenyaplah menghilang dari pandangannya kedua susuk tubuh
kedua lelaki itu. Nabi Daud berdiam diri tidak mengubah sikap duduknya dan
seraya termenung sedarlah ia bahawa kedua lelaki itu adalah malaikat yang
diutuskan oleh Allah untuk memberi peringatan dan teguran kepadanya. Ia seraya
bersujud memohon ampun dan maghfirah dari Tuhan atas segala tindakan dan
perbuatan yang tidak diredhai oleh-Nya. Allah menyatakan menerima taubat Daud,
mengampuni dosanya serta mengangkatnya ke tingkat para nabi dan rasul-Nya.
Adapun gadis yang dimaksudkan dalam percakapan Daud dengan kedua malaikat
yang menyerupai sebagai manusia itu ialah "Sabigh binti Sya'igh seorang
gadis yang berparas elok dan cantik, sedang calon suaminya adalah "Uria
bin Hannan" seorang pemuda jejaka yang sudah lama menaruh cinta dan
mengikat janji dengan gadis tersebut bahwa sekembalinya dari medan perang
mereka berdua akan melangsungkan perkhawinan dan hidup sebagai suami isteri
yang bahagia. Pemuda itu telah secara rasmi meminang Sabigh dari kedua orang
tuanya, yang dengan senang hati telah menerima baik uluran tangan pemuda itu.
Akan tetapi apa yang hendak dikatakan sewaktu Uria bin Hannan berada di
negeri orang melaksanakan perintah Daud berjihad untuk menegakkan kalimah Allah,
terjadilah sesuatu yang menghancurkan rancangan syahdunya itu dn menjadilah
cita-citanya untuk beristerikan Sabigh gadis yang diidam-idamkan itu,
seakan-akan impian atau fatamorangana belaka.
Pada suatu hari di mana Uria masih berada jauh di negeri orang melaksanakan
perintah Allah untuk berjihad, tertangkaplah paras Sabigh yang ayu itu oleh
kedua belah mata Daud dan dari pandangan pertama itu timbullah rasa cinta di
dalam hati Daud kepada sang gadis itu, yang secara sah adalah tunangan dari
salah seorang anggota tenteranya yang setia dan cekap. Daud tidak perlu
berfikir lama untuk menyatakan rasa hatinya terhadap gadis yang cantik itu dan
segera mendatangi kedua orang tuanya meminang gadis tersebut.
Gerangan orang tua siapakah yang akan berfikir akan menolak uluran tangan
seorang seperti Daud untuk menjadi anak menantunya. Bukankah merupakan suatu
kemuliaan yang besar baginya untuk menjadi ayah mertua dari Daud seorang
pesuruh Allah dan raja Bani Isra'il itu. Dan walaupun Sabigh telah diminta oleh
Uria namin Uria sudah lama meninggalkan tunangannya dan tidak dapat dipastikan
bahwa ia akan cepat kembali atau berada dalam keadaan hidup. Tidak bijaksanalah
fikir kedua orang tua Sabigh untuk menolak uluran tangan Daud hanya semata-mata
karena menantikan kedatangan Uria kembali dari medan perang. Maka diterimalah
permintaan Daud dan kepadanya diserahkanlah Sabigh untuk menjadi isterinya yang
sah.
Demikianlah kisah perkhawinan Daud dan Sabigh yang menurut para ahli tafsir
menjadi sasaran kritik dan teguran Allah melalui kedua malaikat yang merupai
sebagai dua lelaki yang datang kepada Nabi Daud memohon penyelesaian tentang
sengketa mereka perihal domba betina mereka.
Hari Sabtunya Bani Isra'il
Di antara ajaran-2 Nabi Musa a.s. kepada Bani Isra'il ialah bahawa mereka
mewajibkan untuk mengkhususkan satu hari pada tiap minggu bagi melakukan ibadah
kepada Allah mensucikan hati dan fikiran mereka dengan berzikir, bertahmid dan
bersyukur atas segala kurnia dan nikmat Tuhan, bersolat dan melakukan
perbuatan-2 yang baik serta amal-2 soleh. Diharamkan bagi mereka pada hari yang
ditentukan itu untuk berdagang dan melaksanakan hal-hal yang bersifat duniawi.
Pada mulanya hari Jumaatlah yang ditunjuk sebagai hari keramat dan hari
ibadah itu, alan tetapi mereka meminta dari Nabi Musa agar hari ibadah itu
dijatuhkan pada setiap hari Sabtu, mengingatkan bahwa pada hari itu Allah
selesai menciptakan makhluk-Nya. Usul perubahan yang mereka ajukan itu diterima
oleh Nabi Musa, maka sejak itu, hari Sabtu pada setiap minggu daijadikan hari
mulia dan suci, di mana mereka tidak melakukan perdagangan dan mengusahakan
urusan-2 duniawi. Mereka hanya tekun beribadah dan ebrbuat amal-amal kebajikan
yang diperintahkan oleh agama. Demikianlah hari berganti hari, bulan berganti
bulan dan tahun berganti tahun namun adat kebiasaan mensucikan hari Sabtu tetap
dipertahankan turun temurun dan generasi demi generasi.
Pada masa Nabi Daud berkuasa di suatu desa bernama "Ailat" satu
diantara beberapa desa yang terletak di tepi Laut Merah bermukim sekelompok
kaum dari keturunan Bani Isra'il yang sumber percariannya adalah dari
penangkapan ikan, perdagangan dan pertukangan yang dilakukannya setiap hari
kecuali hari Sabtu.
Sebagai akibat dari perintah mensucikan hari Sabtu di mana tiada seorang
malakukan urusan dagangan atau penangkapan ikan, maka pasar-pasar dan tempat-2
perniagaan di desa itu menjadi sunyi senyap pada tiap hari dan malam sabtu,
sehingga ikan-2 di laut tampak terapung-apung di atas permukaan air, bebas
berpesta ria mengelilingi dua buah batu besar berwarna putih terletak ditepi
laut dekat desa Ailat.Ikan-ikan itu seolah-olah sudah terbiasa bahwa pada tiap
malam dan hari Sabtu terasa aman bermunculan di atas permukaan air tanpa
mendapat gangguan dari para nelayan tetapi begitu matahari terbenam pada Sabtu
senja menghilanglah ikan-ikan itu kembali ke perut dan dasar laut sesuai dengan
naluri yang dimiliki oleh tiap binatang makhluk Allah.
Para nelayan desa Ailat yang pd hari-hari biasa tidak pernah melihat ikan
begitu banyak terapung-apung di atas permukaan air, bahkan sukar mendapat
menangkap ikan sebanyak yang diharapkan, menganggap adalah kesempatan yang baik
dan menguntungkan sekali bila mereka melakukan penangkapan ikan pada tiap malam
dan hari Sabtu. Fikiran itu tidak disia-siakan dan tanpa menghiraukan perintah
agama dan adat kebiasaan yang sudah berlaku sejak Nabi Musa memerintahkannya,
pergilah mereka ramai-ramai ke pantai menangkap ikan di malam dan hari yang
terlarang itu, sehingga berhasillah mereka menangkap ikan sepuas hati mereka dan
sebanyak yang mereka harapkan, Berbeda jauh dengan hasil mereka di hari-hari
biasa.
Para penganut yang setia dan para mukmin yang soleh datang menegur para
orang fasiq yang telah berani melanggar kesucian hari Sabtu. Mereka diberi
nasihat dan peringatan agar menghentikan perbuatan mungkar mereka dan kembali
mentaati perintah agama serta menjauhkan diri dari semua larangannya, supay
menghindari murka Allah yang dapat mencabut kurnia dan nikmat yang telah
diberikan kepada mereka.
Nasihat dan peringatan para mukmin itu tidak dihiraukan oleh para nelayan
yang membangkang itu bahkan mereka makin giat melakukan pelanggaran secara
demonstratif karena sayang akan kehilangan keuntungan material yang besar yang
mereka perolrh dan penangkapan ikan di hari-hari yang suci. Akhirnya
pemuka-pemuka agama terpaksa mengasingkan mereka dari pergaulan dan melarangnya
masuk ke dalam kota dengan menggunakan senjata kalau perlu.
Berkata para nelayan pembangkang itu memprotes: "sesungguhnya kota
Ailat adalah kota dan tempat tinggal kami bersama kami mempunyai hak yang sama
seperti kamu untuk tinggal menetap di sini dan sesekali kamu tidak berhak
melarang kami memasuki kota kami ini serta melarang kami menggali sumber-2
kekayaan yang terdapat di sini bagi kepentingan hidup kami. Kami tidak akan
meninggalkan kota kami ini dan pergi pindah ke tempat lain. Dan jika engkau
enggan bergaul dengan kami maka sebaiknya kota Ailat ini di bagi menjadi dua
bahagian dipisah oleh sebuah tembok pemisah, sehingga masing-2 pihak bebas
berbuat dan melaksanakan usahanya tanpa diganggu oleh mana-mana pihak
lain."
Dengan adanya garis pemisah antara para nelayan pembangkang yang fasiq dan
pemeluk-pemeluk agama yang taat bebaslah mereka melaksanakan usaha penangkapan
ikan semahu hatinya secara besar-besaran pada tiap-tiap hari tanpa berkecuali.
Mereka membina saluran-2 air bagi mengalirkan air laut ke dekat rumah-2
mereka dengan mengadakan bendungan-2 yang mencegahkan kembalinya ikan-2 le laut
bila matahari terbenam pada setiap petang Sabtu pada waktu mana biasanya ikan-2
yang terapung-apung itu meluncur kembali ke dasar laut.
Para nelayan yang makin manjadi kaya karena keuntungan besar yang meeka
peroleh dari hasil penangkapan ikan yang bebas menjadi makin berani melakukan
maksiat dan pelanggaran perintah-2 agama yang menjurus kepada kerusakkan akhlak
dan moral mereka.
Sementara para pemuka agama yang melihat para nelayan itu makin berani
melanggar perintah Allah dan melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di daerah
mereka sendiri masih rajin mendatangi mereka dari masa ke semasa memperingatkan
mereka dan memberi nasihat , kalau-2 masih dapat ditarik ke jalan yang benar
dan bertaubat dari perbuatan maksiat mereka. Akan tetapi kekayaan yang mereka
peroleh dari hasil penangkapan yang berganda menjadikan mata mereka buta untuk
melihta cahaya kebenaran, telinga mereka pekak untuk mendengar nasihat-2 para
pemuka agama dan lubuk hati mereka tersumbat oleh nafsu kemaksiatan dan
kefasiqan, sehingga menjadikan sebahagian dari pemuka dan penganjur agaam itu
berputus asa dan berkata kepada sebahagian yang masih menaruh harapan:
"Mengapa kamu masih menasihati orang-orang yang akan dibinasakan oleh
Allah dan akan ditimpahi hati orang-orang yang akan dibinasakan oleh Allah dan
akan ditimpahi azab yang sangat keras."
Demikianlah pula Nabi Daud setelah melihat bahawa segala nasihat dan
peringatan kepada kaumnya hanya dianggap sebagai angin lalu atau seakan suara
di padang pasir belaka dan melihat tiada harapan lagi bahwa mereka akan sedar
dan insaf kembali maka berdoalah beliau memohon kepada Allah agar menggajar
mereka dengan seksaan dan azab yang setimpal.
doa Nabi Daud dikabulkan oleh Allah dan terjadilah suatu gempa bumi yang
dahsyat yang membinasakan orang-orang yang telah membangkang dan berlaku zalim
terhadap diri mereka sendiri dengan mengabaikan perintah Allah dan perintah
para hamba-Nya yang soleh. Sementara mereka yang mukmin dan soleh mendapat
perlindungan Allah dan terhindarlah dari malapetaka yang melanda itu.
Beberapa Kurnia Allah Kepada Nabi Daud
• Allah mengutusnya sebagai
nabi dan rasul mengurniainya nikmah, kesempurnaan ilmu, ketelitian amal
perbuatan serta kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.
• Kepadanya diturunkan kitab
"Zabur", kitab suci yang menghimpunkan qasidah-2 da sajak-2 serta
lagu-2 yang mengandungi tasbih dan pujian-pujian kepada Allah, kisah umat-2
yang dahulu dan berita nabi-nabi yang akan datang, di antaranya berita tentang
datangnya Nabi Muhammad s.a.w.
• Allah menundukkan gunung-2
dan memerintahkannya bertasbih mengikuti tasbih Nabi Daud tiap pagi dan senja.
• Burung-2 pun turut
bertasbih mengikuti tasbih Nabi Daud berulang-ulang.
• Nabi Daud diberi
peringatan tentang maksud suara atau bahasa burung-2.
• Allah telah memberinya
kekuatan melunakkan besi, sehingga ia dapat membuat baju-baju dan lingkaran-2
besi dengan tangannya tanpa pertolongan api.
• Nabi Daud telah
diberikannya kesempatan menjadi raja memimpin kerajaan yang kuat yang tidak
dapat dikalahkan oleh musuh, bahkan sebaliknya ia selalu memperolehi kemenangan
di atas semua musuhnya.
• Nabi Daud dikurniakan
suara yang merdu oleh Allah yang enak didengar sehingga kini ia menjadi kiasan
bila seseorang bersuara merdu dikatakan bahawa ia memperolehi suara Nabi Daud.
Kisah Nabi Daud dan kisah Sabtunya Bani Isra'il terdapat dalam Al-Quran
surah "Saba'" ayat 11, surah "An-Nisa'" ayat 163, surah
"Al-Isra'" ayat 55, surah "Shaad" ayat 17 sehingga ayat 26
dan surah "Al-'Aaraaf" ayat 163 sehingga ayat 165.
Beberapa Pelajaran Dari Kisah Nabi Daud A.S
• Allah telah memberikan
contoh bahwa seseorang yang bagaimana pun besar dan perkasanya yang hanya
menyandarkan diri kepada kekuatan jasmaninya dapat dikalahkan oleh orang yang
lebih lemah dengan hanya sesuatu benda yang tidak bererti sebagaimana Daud yang
muda usia dan lemah fizikal mengalahkan Jalout yang perkasa itu dengan
bersenjatakan batu sahaja.
• Seorang yang lemah dan
miskin tidak patut berputus asa mencari hasil dan memperoleh kejayaan dalam
usaha dan perjuangannya selama ia bersandarkan kepada takwa dan iman kepada
Allah yang akan melindunginya.
• Kemenangan Daud atas
Jalout tidak menjadikan dia berlaku sombong dan takabbur, bahkan sebaliknya ia
bersikap rendah hati dan lemah-lembut terhadap kawan maupun lawan
NABI SULAIMAN AS
Nabi Sulaiman adalah salah seorang putera Nabi Daud. Sejak ia masih
kanak-kanak berusia sebelas tahun, ia sudah menampakkan tanda-tanda kecerdasan,
ketajaman otak, kepandaian berfikir serta ketelitian di dalam mempertimbangkan
dan mengambil sesuatu keputusan.
Nabi Sulaiman Seorang Juri
Sewaktu Daud, ayahnya menduduki tahta kerajaan Bani Isra'il ia selalu
mendampinginnya dalam tiap-tiap sidang peradilan yang diadakan untuk menangani
perkara-perkara perselisihan dan sengketa yang terjadi di dalam masyarakat. Ia
memang sengaja dibawa oleh Daud, ayahnya menghadiri sidang-sidang peradilan
serta menyekutuinya di dalam menangani urusan-urusan kerajaan untuk melatihnya
serta menyiapkannya sebagai putera mahkota yang akan menggantikanya memimpin
kerajaan, bila tiba saatnya ia harus memenuhi panggilan Ilahi meninggalkan dunia
yang fana ini. Dan memang Sulaimanlah yang terpandai di antara sesama saudara
yang bahkan lebih tua usia daripadanya.
Suatu peristiwa yang menunjukkan kecerdasan dan ketajaman otaknya iaitu
terjadi pada salah satu sidang peradilan yang ia turut menghadirinya. dalam
persidangan itu dua orang datang mengadu meminta Nabi Daud mengadili perkara
sengketa mereka, iaitu bahawa kebun tanaman salah seorang dari kedua lelaki itu
telah dimasuki oleh kambing-kambing ternak kawannya di waktu malam yang
mengakibatkan rusak binasanya perkarangannya yang sudah dirawatnya begitu lama
sehingga mendekati masa menuainya. Kawan yang diadukan itu mengakui kebenaran
pengaduan kawannya dan bahawa memang haiwan ternakannyalah yang
merusak-binasakan kebun dan perkarangan kawannya itu.
Dalam perkara sengketa tersebut, Daud memutuskan bahawa sebagai ganti rugi
yang dideritai oleh pemilik kebun akibat pengrusakan kambing-kambing peliharaan
tetangganya, maka pemilik kambing-kambing itu harus menyerahkan binatang
peliharaannya kepada pemilik kebun sebagai ganti rugi yang disebabkan oleh
kecuaiannya menjaga binatang ternakannya. Akan tetapi Sulaiman yang mendengar
keputusan itu yang dijatuhkan oleh ayahnya itu yang dirasa kurang tepat berkata
kepada si ayah: "Wahai ayahku, menurut pertimbanganku keputusan itu
sepatut berbunyi sedemikian : Kepada pemilik perkarangan yang telah binasa
tanamannya diserahkanlah haiwan ternak jirannya untuk dipelihara, diambil
hasilnya dan dimanfaatkan bagi keperluannya, sedang perkarangannya yang telah
binasa itu diserahkan kepada tetangganya pemilik peternakan untuk dipugar dan
dirawatnya sampai kembali kepada keadaan asalnya, kemudian masing-masing
menerima kembali miliknya, sehingga dengan cara demikian masing-masing pihak
tidak ada yang mendapat keuntungan atau kerugian lebih daripada yang
sepatutnya."
Kuputusan yang diusulkan oleh Sulaiman itu diterima baik oleh kedua orang
yang menggugat dan digugat dan disambut oleh para orang yang menghadiri sidang
dengan rasa kagum terhadap kecerdasan dan kepandaian Sulaiman yang walaupun
masih muda usianya telah menunjukkan kematangan berfikir dan keberanian
melahirkan pendapat walaupun tidak sesuai dengan pendapat ayahnya.
Peristiwa ini merupakan permulaan dari sejarah hidup Nabi Sulaiman yang
penuh dengan mukjizat kenabian dan kurnia Allah yang dilimpahkan kepadanya dan
kepada ayahnya Nabi Daud.
Sulaiman Menduduki Tahta Kerajaan Ayahnya
Sejak masih berusia muda Sulaiman telah disiapkan oleh Daud untuk
menggantikannya untuk menduduki tahta singgahsana kerajaan Bani Isra'il.
Abang Sulaiman yang bernama Absyalum tidak merelakan dirinya dilangkahi
oleh adiknya .Ia beranggapan bahawa dialah yang sepatutnya menjadi putera
mahkota dan bukan adiknya yang lebih lemah fizikalnya dan lebih muda usianya
srta belum banyak mempunyai pengalaman hidup seperti dia. Kerananya ia menaruh
dendam terhadap ayahnya yang menurut anggapannya tidak berlaku adil dan telah
memperkosa haknya sebagai pewaris pertama dari tahta kerajaan Bani Isra'il.
Absyalum berketetapan hati akan memberotak terhadap ayahnya dan akan
berjuang bermati-matian untuk merebut kekuasaan dari tangan ayahnya atau
adiknya apa pun yang harus ia korbankan untuk mencapai tujuan itu. Dan sebagai
persiapan bagi rancangan pemberontakannya itu, dari jauh-jauh ia berusaha
mendekati rakyat, menunjukkan kasih sayang dan cintanya kepada mereka menolong
menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi serta mempersatukan mereka di
bawah pengaruh dan pimpinannya. Ia tidak jarang bagi memperluaskan pengaruhnya,
berdiri didepan pintu istana mencegat orang-orang yang datang ingin menghadap
raja dan ditanganinya sendiri masalah-masalah yang mereka minta penyelesaian.
Setelah merasa bahawa pengaruhnya sudah meluas di kalangan rakyat Bani
Isra'il dan bahawa ia telah berhasil memikat hati sebahagian besar dari mereka,
Absyalum menganggap bahawa saatnya telah tiba untuk melaksanakan rencana
rampasan kuasa dan mengambil alih kekuasaan dari tangan ayahnya dengan paksa.
Lalu ia menyebarkan mata-matanya ke seluruh pelosok negeri menghasut rakyat dan
memberi tanda kepada penyokong-penyokong rencananya, bahawa bila mereka
mendengar suara bunyi terompet, maka haruslah mereka segera berkumpul,
mengerumuninya kemudian mengumumkan pengangkatannya sebagai raja Bani Isra'il
menggantikan Daud ayahnya.
Syahdan pada suatu pagi hari di kala Daud duduk di serambi istana
berbincang-bincang dengan para pembesar dan para penasihat pemerintahannya,
terdengarlah suara bergemuruh rakyat bersorak-sorai meneriakkan pengangkatan
Absyalum sebagai raja Bani Isra'il menggantikan Daud yang dituntut turun dari
tahtanya. Keadaan kota menjadi kacau-bilau dilanda huru-hara keamanan tidak
terkendalikan dan perkelahian terjadi di mana-mana antara orang yang pro dan
yang kontra dengan kekuasaan Absyalum.
Nabi Daud merasa sedih melihat keributan dan kekacauan yang melanda
negerinya, akibat perbuatan puterannya sendiri. Namun ia berusaha menguasai
emosinya dan menahan diri dari perbuatan dan tindakan yang dapat menambah
parahnya keadaan. Ia mengambil keputusan untuk menghindari pertumpahan darah
yang tidak diinginkan, keluar meninggalkan istana dan lari bersama-sama
pekerjanya menyeberang sungai Jordan menuju bukit Zaitun. Dan begitu Daud
keluar meninggalkan kota Jerusalem, masuklah Absyalum diiringi oleh para
pengikutnya ke kota dan segera menduduki istana kerajaan. Sementara Nabi Daud
melakukan istikharah dan munajat kepada Tuhan di atas bukit Zaitun memohon
taufiq dan pertolongan-Nya agar menyelamatkan kerajaan dan negaranya dari
malapetaka dan keruntuhan akibat perbuatan puteranya yang durhaka itu.
Setelah mengadakan istikharah dan munajat yang tekun kepada Allah, akhirnya
Daud mengambil keputusan untuk segera mengadakan kontra aksi terhadap puteranya
dan dikirimkanlah sepasukan tentera dari para pengikutnya yang masih setia
kepadanya ke Jerusalem untuk merebut kembali istana kerajaan Bani Isra'il dari
tangan Absyalum. Beliau berpesan kepada komandan pasukannya yang akan menyerang
dan menyerbu istana, agar bertindak bijaksana dan sedapat mungkin menghindari
pertumpahan darah dan pembunuhan yang tidak perlu, teristimewa mengenai
Absyalum, puteranya, ia berpesan agar diselamatkan jiwanya dan ditangkapnya
hidup-hidup. Akan tetapi takdir telah menentukan lain daripada apa yang si ayah
inginkan bagi puteranya. Komandan yang berhasil menyerbu istana tidak dapat
berbuat lain kecuali membunuh Absyalum yang melawan dan enggan menyerahkan diri
setelah ia terkurung dan terkepung.
Dengan terbunuhnya Absyalum kembalilah Daud menduduki tahtanya dan
kembalilah ketenangan meliputi kota Jerusalem sebagaimana sediakala. Dan
setelah menduduki tahta kerajaan Bani Isra'il selama empat puluh tahun wafatlah
Nabi Daud dalam usia yang lanjut dan dinobatkanlah sebagai pewarisnya Sulaiman
sebagaimana telah diwasiatkan oleh ayahnya.
Kekuasaan Sulaiman Atas Jin dan Makhluk Lain
Nabi Sulaiman yang telah berkuasa penuh atas kerajaan Bani Isra'il yang
makin meluas dan melebar, Allah telah menundukkan baginya makhluk-makhluk lain,
iaitu Jin angin dan burung-burung yang kesemuanya berada di bawah perintahnya
melakukan apa yang dikehendakinya dan melaksanakan segala komandonya. Di
samping itu Allah memberinya pula suatu kurnia berupa mengalirnya cairan
tembaga dari bawah tanah untuk dimanfaatkannya bagi karya pembangunan
gedung-gedung, perbuatan piring-piring sebesar kolam air, periuk-periuk yang
tetap berada diatas tungku yang dikerjakan oleh pasukan Jin-Nya.
Sebagai salah satu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Sulaiman ialah
kesanggupan beliau menangkap maksud yang terkandung dalam suara
binatang-binatang dan sebaliknya binatang-binatang dapat pula mengerti apa yang
ia perintahkan dan ucapkan.
Demikianlah maka tatkala Nabi Sulaiman berpergian dalam rombongan kafilah
yang besar terdiri dari manusia, jin dan binatang-binatang lain, menuju ke
sebuah tempat bernama Asgalan ia melalui sebuah lembah yang disebut lembah
semut. Disitu ia mendengar seekor semut berkata kepada kawan-kawannya:
"Hai semut-semut, masuklah kamu semuanya ke dalam sarangmu, agar supaya
kamu selamat dan tidak menjadi binasa diinjak oleh Sulaiman dan tenteranya
tanpa ia sedar dan sengaja.
Nabi Sulaiman tersenyum tertawa mendengar suara semut yang ketakutan itu.
Ia memberitahu hal itu kepada para pengikutnya seraya bersyukur kepada Allah
atas kurnia-Nya yang menjadikan ia dapat mendengar serta menangkap maksud yang
terkandung dalam suara semut itu. Ia merasa takjud bahawa binatang pun mengerti
bahawa nabi-nabi Allah tidak akan mengganggu sesuatu makhluk dengan sengaja dan
dalam keadaan sedar.
Sulaiman dan Ratu Balqis
Setelah Nabi Sulaiman membangunkan Baitulmaqdis dan melakukan ibadah haji
sesuai dengan nadzarnya pergilah ia meneruskan perjalannya ke Yeman. Setibanya
di San'a - ibu kota Yeman ,ia memanggil burung hud-hud sejenis burung pelatuk
untuk disuruh mencari sumber air di tempat yang kering tandus itu. Ternyata
bahawa burung hud-hud yang dipanggilnya itu tidak berada diantara kawasan
burung yang selalu berada di tempat untuk melakukan tugas dan perintah Nabi
Sulaiman. Nabi Sulaiman marah dan mengancam akan mengajar burung Hud-hud yang
tidak hadir itu bila ia datang tanpa alasan dan uzur yang nyata.
Berkata burung Hud-hud yang hinggap didepan Sulaiman sambil menundukkan
kepala ketakutan:: "Aku telah melakukan penerbangan pengintaian dan
menemukan sesuatu yang sangat penting untuk diketahui oleh paduka Tuan. Aku
telah menemukan sebuah kerajaan yang besar dan mewah di negeri Saba yang
dikuasai dan diperintah oleh seorang ratu. Aku melihat seorang ratu itu duduk
di atas sebuah tahta yang megah bertaburkan permata yang berkilauan. Aku
melihat ratu dan rakyatnya tidak mengenal Tuhan Pencipta alam semesta yang
telah mengurniakan mereka kenikmatan dan kebahagian hidup. Mereka tidak
menyembah dan sujud kepada-Nya, tetapi kepada matahari. Mereka bersujud
kepadanya dikala terbit dan terbenam. Mereka telah disesatkan oleh syaitan dari
jalan yang lurus dan benar."
Berkata Sulaiman kepada Hud-hud: "Baiklah, kali ini aku ampuni dosamu
kerana berita yang engkau bawakan ini yang aku anggap penting untuk
diperhatikan dan untuk mengesahkan kebenaran beritamu itu, bawalah suratku ini
ke Saba dan lemparkanlah ke dalam istana ratu yang engkau maksudkan itu,
kemudian kembalilah secepat-cepatnya, sambil kami menanti perkembangan
selanjutnya bagaimana jawapan ratu Saba atas suratku ini."
HUd-hud terbang kembali menuju Saba dan setibanya di atas istana kerajaan
Saba dilemparkanlah surat Nabi Sulaiman tepat di depan ratu Balqis yang sedang
duduk dengan megah di atas tahtanya. Ia terkejut melihat sepucuk surat jatuh
dari udara tepat di depan wajahnya. Ia lalu mengangkat kepalanya melihat ke
atas, ingin mengetahui dari manakah surat itu datang dan siapakah yang secara
kurang hormat melemparkannya tepat di depannya. Kemudian diambillah surat itu
oleh ratu, dibuka dan baca isinya yang berbunyi: "Dengan Nama Allah Yang
Maha Pengasih lagi Penyayang, surat ini adalah daripadaku, Sulaiman. Janganlah
kamu bersikap sombong terhadapku dan menganggap dirimu lebih tinggi daripadaku.
Datanglah sekalian kepadaku berserah diri."
Setelah dibacanya berulang kali surat Nabi Sulaiman Ratu Balqis memanggil
para pembesarnya dan para penasihat kerajaan berkumpul untuk memusyawarahkan
tindakan apa yang harus diambil sehubungan dengan surat Nabi Sulaiman yang
diterimanya itu.
Berkatlah para pembesar itu ketika diminta petimbangannya: "Wahai
paduka tuan ratu, kami adalah putera-putera yang dibesarkan dan dididik untuk
berperang dan bertempur dan bukan untuk menjadi ahli pemikir atau perancang
yang patut memberi pertimbangan atau nasihat kepadamu. Kami menyerahkan
kepadamu untuk mengambil keputusan yang akan membawa kebaikan bagi kerajaan dan
kami akan tunduk dan melaksanakan segala perintah dan keputusanmu tanpa ragu.
Kami tidak akan gentar menghadapi segala ancaman dari mana pun datangnya demi
menjaga keselamatanmu dam keselamatan kerajaanmu."
Ratu Balqis menjawab: "Aku memperoleh kesan dari uraianmu bahwa kamu
mengutamakan cara kekerasan dan kalau perlu kamu tidak akan gentar masuk medan
perang melawan musuh yang akan menyerbu. Aku sangat berterima kasih atas
kesetiaanmu kepada kerajaan dan kesediaanmu menyabung nyawa untuk menjaga
keselamatanku dan keselamatan kerajaanku. Akan tetapi aku tidak sependirian
dengan kamu sekalian. Menurut pertimbanganku, lebih bijaksana bila kami
menempuh jalan damai dan menghindari cara kekerasan dan peperangan. Sebab bila
kami menentang secara kekerasan dan sampai terjadi perang dan musuh kami
berhasil menyerbu masuk kota-kota kami, maka nescaya akan berakibat kerusakan
dan kehancuran yang sgt menyedihkan. Mereka akan menghancur binasakan segala
bangunan, memperhambakan rakyat dan merampas segala harta milik dan peninggalan
nenek moyang kami. Hal yang demikian itu adalah merupakan akibat yang wajar
dari tiap peperangan yang dialami oleh sejarah manusia dari masa ke semasa.
Maka menghadapi surat Sulaiman yang mengandung ancaman itu, aku akan cuba
melunakkan hatinya dengan mengirimkan sebuah hadiah kerajaan yang akan terdiri
dari barang-barang yang berharga dan bermutu tinggi yang dapat mempesonakan
hatinya dan menyilaukan matanya dan aku akan melihat bagaimana ia memberi tanggapan
dan reaksi terhadap hadiahku itu dan bagaimana ia menerima utusanku di
istananya.
Selagi Ratu Balgis siap-siap mengatur hadiah kerajaan yang akan dikirim
kepada Sulaiman dan memilih orang-orang yang akan menjadi utusan kerajaan
membawa hadiah, tibalah hinggap di depan Nabi Sulaiman burung pengintai Hud-hud
memberitakan kepadanya rancangan Balqis untuk mengirim utusan membawa hadiah
baginya sebagai jawaban atas surat beliau kepadanya.
Setelah mendengar berita yang dibawa oleh Hud-hud itu, Nabi Sulaiman
mengatur rencana penerimaan utusan Ratu Balqis dan memerintahkan kepada pasukan
Jinnya agar menyediakan dan membangunkan sebuah bangunan yang megah yang tiada
taranya ya akan menyilaukan mata perutusan Balqis bila mereka tiba.
Tatkala perutusan Ratu Balqis datang, diterimalah mereka dengan ramah tamah
oleh Sulaiman dan setelah mendengar uraian mereka tentang maksud dan tujuan
kedatangan mereka dengan hadiah kerajaan yang dibawanya, berkatalah Nabi
Sulaiman: "Kembalilah kamu dengan hadiah-hadiah ini kepada ratumu.
Katakanlah kepadanya bahawa Allah telah memberiku rezeki dan kekayaan yang
melimpah ruah dan mengurniaiku dengan kurnia dan nikmat yang tidak diberikannya
kepada seseorang drp makhluk-Nya. Di samping itu aku telah diutuskan sebagai
nabi dan rasul-Nya dan dianugerahi kerajaan yang luas yang kekuasaanku tidak
sahaja berlaku atas manusia tetapi mencakup juga jenis makhluk Jin dan
binatang-binatang. Maka bagaimana aku akan dapat dibujuk dengan harta benda dan
hadiah serupa ini? Aku tidak dapat dilalaikan dari kewajiban dakwah kenabianku
oleh harta benda dan emas walaupun sepenuh bumi ini. Kamu telah disilaukan oleh
benda dan kemegahan duniawi, sehingga kamu memandang besar hadiah yang kamu
bawakan ini dan mengira bahawa akan tersilaulah mata kami dengan hadiah Ratumu.
Pulanglah kamu kembali dan sampaikanlah kepadanya bahawa kami akan mengirimkan
bala tentera yang sangat kuat yang tidak akan terkalahkan ke negeri Saba dan
akan mengeluarkan ratumu dan pengikut-pengikutnya dari negerinya sebagai-
orang-orang yang hina-dina yang kehilangan kerajaan dan kebesarannya, jika ia
tidak segera memenuhi tuntutanku dan datang berserah diri kepadaku."
Perutusan Balqis kembali melaporkan kepada Ratunya apa yang mereka alami
dan apa yang telah diucapkan oleh Nabi Sulaiman. Balqis berfikir, jalan yang
terbaik untuk menyelamatkan diri dan kerajaannya ialah menyerah saja kepada
tuntutan Sulaiman dan datang menghadap dia di istananya.
Nabi Sulaiman berhasrat akan menunjukkan kepada Ratu Balqis bahawa ia
memiliki kekuasaan ghaib di samping kekuasaan lahirnya dan bahwa apa yang dia
telah ancamkan melalui rombongan perutusan bukanlah ancaman yang kosong. Maka
bertanyalah beliau kepada pasukan Jinnya, siapakah diantara mereka yang sanggup
mendatangkan tahta Ratu Balqis sebelum orangnya datang berserah diri.
Berkata Ifrit, seorang Jin yang tercerdik: "Aku sanggup membawa tahta
itu dari istana Ratu Balqis sebelum engkau sempat berdiri dari tempat dudukimu.
Aku adalah pesuruhmu yang kuat dan dapat dipercayai.
Seorang lain yang mempunyai ilmu dan hikmah nyeletuk berkata: "Aku
akan membawa tahta itu ke sini sebelum engkau sempat memejamkan matamu."
Ketika Nabi Sulaiman melihat tahta Balqis sudah berada didepannya,
berkatalah ia: Ini adalah salah satu kurnia Tuhan kepadaku untuk mencuba apakah
aku bersyukur atas kurnia-Nya itu atau mengingkari-Nya, kerana barang siapa
bersyukur maka itu adalah semata-mata untuk kebaikan dirinya sendiri dan
barangsiapa mengingkari nikmat dan kurnia Allah, ia akan rugi di dunia dan di
akhirat dan sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Mulia."
Menyonsong kedatangan Ratu Balqis, Nabi Sulaiman memerintahkan
orang-orangnya agar mengubah sedikit bentuk dan warna tahta Ratu itu yang sudah
berada di depannya kemudian setelah Ratu itu tiba berserta pengiring-pengiringnya,
bertanyalah Nabi Sulaiman seraya menundingkan kepada tahtanya: "Serupa
inikah tahtamu?" Balqis menjawab: "Seakan-akan ini adalah tahtaku
sendiri," seraya bertanya-tanya dalam hatinya, bagaimana mungkin bahawa
tahtanya berada di sini padahal ia yakin bahawa tahta itu berada di istana
tatkala ia bertolak meninggalkan Saba.
Selagi Balgis berada dalam keadaan kacau fikiran, kehairanan melihat tahta
kerajaannya sudah berpindah ke istana Sulaiman, ia dibawa masuk ke dalam sebuah
ruangan yang sengaja dibangun untuk penerimaannya. Lantai dan
dinding-dindingnya terbuat dari kaca putih. Balqis segera menyingkapkan
pakaiannya ke atas betisnya ketika berada dalam ruangan itu, mengira bahawa ia
berada di atas sebuah kolam air yang dapat membasahi tubuh dan pakaiannya.
Berkata Nabi Sulaiman kepadanya: "Engkau tidak usah menyingkap
pakaianmu. Engkau tidak berada di atas kolam air. Apa yang engkau lihat itu
adalah kaca-kaca putih yang menjadi lantai dan dinding ruangan ini."
"Oh,Tuhanku," Balqis berkata menyedari kelemahan dirinya terhadap
kebesaran dan kekuasaan Tuhan yang dipertunjukkan oleh Nabi Sulaiman, "aku
telah lama tersesat berpaling daripada-Mu, melalaikan nikmat dan kurnia-Mu,
merugikan dan menzalimi diriku sendiri sehingga terjatuh dari cahaya dan rahmat-Mu.
Ampunilah aku. Aku berserah diri kepada Sulaiman Nabi-Mu dengan ikhlas dan
keyakinan penuh. Kasihanilah diriku wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang."
Demikianlah kisah Nabi Sulaiman dan Balqis Ratu Saba. Dan menurut sementara
ahli tafsir dan ahli sejarah nabi-nabi, bahawa Nabi Sulaiman pada akhirnya
kahwin dengan Balqis dan dari perkahwinannya itu lahirlah seorang putera.
Menurut pengakuan maharaja Ethiopia Abessinia, mereka adalah keturunan Nabi
Sulaiman dari putera hasil perkahwinannya dengan Balqis itu. Wallahu alam
bisshawab.
Wafatnya Nabi Sulaiman
Al-Quran mengisahkan bahawa tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kematian
Sulaiman kecuali anai-anai yang memakan tongkatnya yang ia sandar kepadanya
ketika Tuhan mengambil rohnya. Para Jin yang sedang mengerjakan bangunan atas
perintahnya tidak mengetahui bahawa Nabi Sulaiman telah mati kecuali setelah
mereka melihat Nabi Sulaiman tersungkur jatuh di atas lantai, akibat jatuhnya
tongkat sandarannya yang dimakan oleh anai-anai. Sekiranya para Jin sudah
mengetahui sebelumnya, pasti mereka tidak akan tetap meneruskan pekerjaan yang
mereka anggap sebagai seksaan yang menghinakan.
Berbagai cerita yang dikaitkan orang pada ayat yang mengisahkan matinya
Nabi Sulaiman, namun kerana cerita-cerita itu tidak ditunjang dikuatkan oleh
sebuah hadis sahih yang muktamad, maka sebaiknya kami berpegang saja dengan apa
yang dikisahkan oleh Al-Quran dan selanjutnya Allahlah yang lebih Mengetahui
dan kepada-Nya kami berserah diri.
Kisah Nabi Sulaiman dapat dibaca di dalam Al-Quran, surah An-Naml ayat 15
sehingga ayat 44
NABI ILYAS AS
Nabi Ilyas diutus kepada penduduk Baalbek, sebelah barat Kota Damaskus
(Libanon Timur sekarang). Dia mengajak kaumnya beribadah hanya kepada Allah dan
meninggalkan penyembahan terhadap patung yang mereka namakan Ba`la. Hal inilah
yang mengakibatkan mereka menganiayanya. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Ilyas
adalah paman Nabi Ilyasak.
namun betapapun gigihnya Nabi Ilyas berdakwah, kaumnya tidak mau
mendengarkannya. Maka Allah menghukum mereka dengan azab didunia dan akhirat.
Selepas kematian Nabi Sulaiman A.S., kerajaan telah mengalami perpecahan.
Pengaruh syaitan telah berleluasa. Manusia yang beragama diejek-ejek.
Undang-undang Somaria telah membunuh kebanyakan golongan yang mengetahui dan
mengikuti akidah yang sebenar. Pengaruh kejahatan menjadi semakin buruk dan
Allah telah menghantar Nabi Ilyas A.S. untuk memulihkan manusia pada zaman
pemerintahan Raja Ahab dari Israil. Baginda berusaha berusaha
bersungguh-sungguh untuk menyelamatkan manusia daripada mempercayai banyak
tuhan dan melarang mereka menyembah Tyrian Bal.
Baginda juga menasihati manusia untuk menyembah Allah dan mengelakkan diri
daripada melakukan kejahatan. Apabila usahanya tidak dihiraukan dan tidak
membuahkan hasil, baginda tiba-tiba muncul sebeum raja dan tukang tiliknya
memberitahu yang arus deras dan kebuluran akan melanda negeri tersebut. Baginda
juga memberitahu yang Tyrian Bal tidak mempunyai kuasa untuk menahan bencana
tersebut. Para penduduk tidak mengendahkan amarannya dan tidak mengubah
kepercayaan mereka. Kenabian Nabi Ilyas akhirnya terbukti benar dan seluruh
negeri dilanda banjir besar dan rakyat mengalami kebuluran. Selepas dua tahun,
Nabi Ilyas memohon Allah mengurniakan belas kasihan dan keampunan-Nya kepada
penduduk yang kebuluran itu. Mereka telah mengakui kekuasaan Allah dan berasa
sangat menyesal.
Sejurus selepas arus deras berhenti dan Allah telah menarik balik
sumpahannya, Allah telah menyuruhnya memanggil al-Yas'a menggantikannya.
Baginda melaksanakan perintah Allah dengan penuh ketaatan dan hilang secara
misteri. Terdapat satu petikan dalam ayat al-Quran yang bermaksud:
" Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa dan Zulkifli. Semuanya termasuk
orang-orang yang paling baik" (Shaad, 28: 48) .
NABI ILYASA' AS
Ia putra dari paman Nabi Ilyas. Melaksanakan dakwah setelah Nabi Ilyas
wafat. Karenanya dalam berdakwah ia berpegang pada syari'at dan metode nabi
Ilyas. Al Qur'an tidak menguraikan tentang Nabi Ilyasa. Hanya dijelaskan.
"Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa, Dzulkifli. Semuanya termasuk
orang-orang yang paling baik."(Q.S. Shaad : 48)
Nabi ini termasuk hamba Allah yang terbaik. Konon nabi inilah yang disebut
dalam kitab Taurat. Di antara mukjizatnya adalah menghidupkan kembali orang
yang telah mati.
Ilyasa adalah rasul dari kalangan Bani Israel dari garis keturunan yang
sama dengan Musa, Harun serta Ilyas. Nama Ilyasa disebut dalam kisah Ilyas,
saat rasul itu dikejar-kejar kaumnya dan bersembunyi di rumah Ilyasa. Maka
besar kemungkinan Ilyasa juga tinggal di seputar lembah sungai Yordania. Ketika
Ilyas bersembunyi di rumahnya, Ilyasa masih seorang belia. Saat itu ia tengah
menderita sakit. Ilyas membantu menyembuhkan penyakitnya. Setelah sembuh,
Ilyasa pun menjadi sahabat Ilyas yang selalu mendampingi untuk menyeru ke jalan
kebaikan. Ilyasa melanjutkan tugas tersebut begitu Ilyas meninggal. Ilyasa
kemudian mendapati bahwa manusia ternyata begitu mudah kembali ke jalan sesat.
Itu terjadi tak lama setelah Ilyas wafat. Padahal masyarakat lembah sungai
Yordania itu sempat mengikuti seruan Ilyas agar meninggalkan pemujaannya pada
berhala. Pada kalangan itulah Ilyasa tak lelah menyeru ke jalan kebaikan.
Dikisahkan bahwa mereka tetap tak mau mendengar seruan Ilyasa, dan mereka
kembali menanggung bencana kekeringan yang luar biasa
NABI YUNUS AS
Tidak banyak yang dikisahkan oleh Al-Quran tentang Nabi Yunus sebagaimana
yang telah dikisahkan tentang nabi-nabi Musa, Yusuf dan lain-lain. Dan
sepanjang yang dapat dicatat dan diceritakan oleh para sejarawan dan ahli
tafsir tentang Nabi Yunus ialah bahawa beliau bernama Yunus bin Matta. Ia telah
diutuskan oleh Allah untuk berdakwah kepada penduduk di sebuah tempat bernama
"Ninawa" yang bukan kaumnya dan tidak pula ada ikatan darah dengan
mereka. Ia merupakan seorang asing mendatang di tengah-tengah penduduk Ninawa
itu. Ia menemui mereka berada di dalam kegelapan, kebodohan dan kekafiran,
mereka menyembah berhala menyekutukan kepada Allah.
Yunus membawa ajaran tauhid dan iman kepada mereka, mengajak mereka agak
menyembah kepada Allah yang telah menciptakan mereka dan menciptakan alam
semesta, meninggalkan persembahan mereka kepada berhala-berhala yang mereka
buat sendiri dari batu dan berhala-berhala yang tidak dapat membawanya manfaaat
atau mudarat bagi mereka. Ia memperingatkan mereka bahawa mereka sebagai
manusia makhluk Allah yang utama yang memperoleh kelebihan di atas
makhluk-makhluk yang lain tidak sepatutnya merendahkan diri dengan menundukkan
dahi dan wajah mereka menyembah batu-batu mati yang mereka pertuhankan, padahal
itu semua buatan mereka sendiri yang kadang-kadang dan dapat dihancurkan dan
diubah bentuk dan memodelnya. Ia mengajak mereka berfikir memperhatikan ciptaan
Allah di dalam diri mereka sendiri, di dalam alam sekitar untuk menyedarkan
mereka bahawa Tuhan pencipta itulah yang patut disembah dan bukannya
benda-benda ciptaannya.
Ajaran-ajaran Nabi Yunus itu bagi para penduduk Ninawa merupakan hal yang
baru yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Kerananya mereka tidak dapat
menerimanya untuk menggantikan ajaran dan kepercayaan yang telah diwariskan
oleh nenek moyang mereka yang sudah menjadi adat kebiasaaan mereka turun
temurun. Apalagi pembawa agama itu adalah seorang asing tidak seketurunan
dengan mereka.
Mereka berkata kepada Nabi Yunus: "Apakah kata-kata yang engkau
ucapkan itu dan kedustaan apakah yang engkau anjurkan kepada kami tentang agama
barumu itu? Inilah tuhan-tuhan kami yang sejati yang kami sembah dan
disembahkan oleh nenek moyamg kami sejak dahulu. Alasan apakah yang membenarkan
kami meninggalkan agama kami yang diwariskan oleh nenek moyang kami dan
menggantikannya dengan agama barumu? Engkau adalah seorang yang ditengah-tengah
kami yang datang untuk merusakkan adat istiadat kami dan mengubah agama kami
dan apakah kelebihan kamu diatas kami yang memberimu alasan untuk mengurui dan
mengajar kami. Hentikanlah aksimu dan ajak-ajakanmu di daerah kami ini.
Percayalah bahawa engkau tidak akan dapat pengikut diantara kami dan bahawa
ajaranmu tidak akan mendapat pasaran di antara rakyat Ninawa yang sangat teguh
mempertahankan tradisi dan adat istiadat orang-orang tua kami."
Barkata Nabi Yunus menjawab: "Aku hanya mengajak kamu beriman dan
bertauhid menurut agama yang aku bawa sebagai amanat Allah yang wajib ku
sampaikan kepadamu. Aku hanya seorang pesuruh yang ditugaskan oleh Allah untuk
mengangkat kamu dari lembah kesesatan dan kegelapan menuntun kamu ke jalan yang
benar dan lurus menyampaikan kepada kamu agama yang suci bersih dari
benih-benih kufur dan syirik yang merendahkan martabat manusia yang semata-mata
untuk kebaikan kamu sendiri dan kebaikan anak cucumu kelak. Aku sesekali tidak
mengharapkan sesuatu upah atau balas jasa daripadamu dan tidak pula
menginginkan pangkat atau kedudukan. Aku tidak dapat memaksamu untuk
mengikutiku dan melaksanakan ajaran-ajaranku. Aku hanya mengingatkan kepadamu
bahawa bila kamu tetap membangkang dan tidak menghiraukan ajakanku , tetap
menolak agama Allah yang aku bawa, tetap mempertahankan akidahmu dan agamamu
yang bathil dan sesat itu, nescaya Allah kelak akan menunjukkan kepadamu
tanda-tanda kebenaran risalahku dengan menurunkan azab seksa-Nya di atas kamu
sebagaimana telah dialami oleh kaum terdahulu iaitu kaum Nuh, Aad dan Tsamud
sebelum kamu.
Mereka menjawab peringatan Nabi Yunus dengan tentangan seraya mengatakan:
"Kami tetap menolak ajakanmu dan tidak akan tunduk pada perintahmu atau
mengikut kemahuanmu dan sesekali kami tidak akan takut akan segala ancamanmu.
Cubalah datangkan apa yang engkau ancamkan itu kepada kami jika engkau memang
benar dalam kata-katamu dan tidak mendustai kami."
Nabi Yunus tidak tahan tinggal dengan lebih lama di tengah-tengah kaum
Ninawa yang berkeras kepala dan bersikap buta-tuli menghadapi ajaran dan
dakwahnya. Ia lalu meninggalkan Ninawa dengan rasa jengkel dan marah seraya
memohon kepada Allah untuk menjatuhkan hukumannya atas orang-orang yang
membangkang dan berkeras kepala itu.
Sepeninggalan Nabi Yunus penduduk Ninawa mulai melihat tanda-tanda yang
mencemaskan seakan-akan ancaman Nabi Yunus kepada mereka akan menjadi kenyataan
dan hukuman Allah akan benar-benar jatuh di atas mereka membawa kehancuran dan
kebinasaan sebagaimana yang telah dialami oleh kaum musyrikin penyembah berhala
sebelum mereka. Mereka melihat keadaan udara disekeliling Ninawa makin
menggelap, binatang-binatang peliharaan mereka nampak tidak tenang dan gelisah,
wajah-wajah mereka tanpa disadari menjadi pucat tidak berdarah dan angin dari
segala penjuru bertiup dengan kecangnya membawa suara gemuruh yang menakutkan.
Dalam keadaan panik dan ketakutan , sedarlah mereka bahawa Yunus tidak
berdusta dalam kata-katanya dan bahawa apa yang diancamkan kepada mereka
bukanlah ancaman kosong buatannya sendiri, tetapi ancaman dari Tuhan. Segeralah
mereka menyatakan taubat dan memohon ampun atas segala perbuatan mereka, menyatakan
beriman dan percaya kepada kebenaran dakwah Nabi Yunus seraya berasa menyesal
atas perlakuan dan sikap kasar mereka yang menjadikan beliau marah dan
meninggalkan daerah itu.
Untuk menebus dosa, mereka keluar dari kota dan beramai-ramai pergi ke bukit-bukit
dan padang pasir, seraya menangis memohon ampun dan rahmat Allah agar
dihindarkan dari bencana azab dan seksaan-Nya. Ibu binatang-binatang peliharaan
mereka dipisahkan dari anak-anaknya sehingga terdengar suara teriakan
binatang-binatang yang terpisah dari ibunya seolah-olah turut memohon
keselamatan dari bencana yang sedang mengancam akan tiba menimpa mereka.
Allah yang Maha Mengetahui bahawa hamba-hamba-Nya itu jujur dalam taubatnya
dan rasa sesalannya dan bahawa mereka memang benar-benar dan hatinya sudah
kembali beriman dan dari hatinya pula memohon dihindarkan dari azab seksa-Nya,
berkenan menurunkan rahmat-Nya dan mengurniakan maghfirat-Nya kepada
hamba-hamba-Nya yang dengan tulus ikhlas menyatakan bertaubat dan memohon ampun
atas segala dosanya. Udara gelap yang meliputi Ninawa menjadi terang,
wajah-wajah yang pucat kembali merah dan ebrseri-seri dan binatang-binatang
yang gelisah menjadi tenang, kemudian kembalilah orang-orang itu ke kota dan
kerumah masing-masing dengan penuh rasa gembira dan syukur kepada Allah yang
telah berkenan menerima doa dan permohonan mereka.
Berkatalah mereka didalam hati masing-masing setelah merasa tenang,
tenteram dan aman dari malapetaka yang nyaris melanda mereka: "Di manakah
gerangan Yunus sekarang berada? Mengapa kami telah tunduk kepada bisikan
syaitan dan mengikuti hawa nafsu, menjadikan dia meninggalkan kami dengan rasa
marah dan jengkel kerana sikap kami yang menentang dan memusuhinya. Alangkah
bahagianya kami andaikan ia masih berada di tengah-tengah kami menuntun dan
mengajari kami hal-hal yang membawa kebahagiaan kami di dunia dan di akhirat.
Ia adalah benar-benar rasul dan nabi Allah yang telah kami sia-siakan. Semoga
Allah mengampuni dosa kami."
Adapun tentang keadaan Nabi Yunus yang telah meninggalkan kota Ninawa
secara mendadak, maka ia berjalan kaki mengembara naik gunung turun gunung
tanpa tujuan. Tanpa disadari ia tiba-tiba berada disebuah pantai melihat
sekelompok orang yang lagi bergegas-gegas hendak menumpang sebuah kapal. Ia
minta dari pemilik kapal agar diperbolehkan ikut serta bersama lain-lain
penumpang. Kapal segera melepaskan sauhnya dan meluncur dengan lajunya ke
tengah laut yang tenang. Ketenangan laut itu tidak dapat bertahan lama, kerana
sekonyong-konyong tergoncang dan terayunlah kapal itu oleh gelombang besar yang
datang mendadak diikuti oleh tiupan angin taufan yang kencang, sehingga
menjadikan juru mudi kapal berserta seluruh penumpangnya berada dalan keadaan
panik ketakutan melihat keadaan kapal yang sudah tidak dapat dikuasai keseimbangannya.
Para penumpang dan juru mudi melihat tidak ada jalan untuk menyelamatkan
keadaan jika keadaan cuaca tetap mengganas dan tidak mereda, kecuali dengan
jalan meringankan beban berat muatan dengan mengorbankan salah seorang daripada
para penumpang. Undian lalu dilaksanakan untuk menentukan siapakah di antara
penumpang yang harus dikorbankan. Pada tarik pertama keluarlah nama Yunus,
seorang penumpang yang mereka paling hormati dan cintai, sehingga mereka semua
merasa berat untuk melemparkannya ke laut menjadi mangsa ikan.
Kemudian diadakanlah undian bagi kali kedua dengan masing-masing penumpang
mengharapkan jangan sampai keluar lagi nama Yunus yang mereka sayangi itu,
namun melesetlah harapan mereka dan keluarlah nama Yunus kembali pada undian
yang kedua itu. Demikianlah bagi undian bagi kali yang ketiganya yang
disepakati sebagai yang terakhir dan yang menentukan nama Yunuslah yang muncul
yang harus dikorbankan untuk menyelamatkan kapal dan para penumpang yang lain.
Nabi Yunus yang dengan telitinya memperhatikan sewaktu undian dibuat merasa
bahawa keputusan undian itu adalah kehendak Allah yang tidak dapat ditolaknya
yang mungkin didalamnya terselit hikmah yang ia belum dapat menyelaminya. Yunus
sedar pula pada saat itu bahawa ia telah melakukan dosa dengan meninggalkan
Ninawa sebelum memperoleh perkenan Allah, sehingga mungkin keputusan undian itu
adalah sebagai penebusan dosa yang ia lakukan itu. Kemudian ia beristikharah
menghenimgkan cipta sejenak dan tanpa ragu segera melemparkan dirinya ke laut
yang segera diterima oleh lipatan gelombang yang sedang mengamuk dengan
dahsyatnya di bawah langit yang kelam-pekat.
Selagi Nabi Yunus berjuang melawan gelombang yang mengayun-ayunkannya,
Allag mewahyukan kepada seekor ikan paus untuk menelannya bulat-bulat dan
menyimpangnya di dalam perut sebagai amanat Tuhan yang harus dikembalikannya
utuh tidak tercedera kelak bila saatnya tiba.
Nabi Yunus yang berada di dalam perut ikan paus yang membawanya memecah
gelombang timbul dan tenggelam ke dasar laut merasa sesak dada dan bersedih
hati seraya memohon ampun kepada Allah atas dosa dan tindakan yang salah yang
dilakukannya tergesa-gesa. Ia berseru didalam kegelapan perut ikan paus itu:
"Ya Tuhanku, sesungguhnya tiada Tuhan selain Engkau, Maha sucilah Engkau
dan sesungguhnya aku telah berdosa dan menjadi salah seorang dari mereka yang
zalim."
Setelah selesai menjalani hukuman Allah , selama beberapa waktu yang telah
ditentukan, ditumpahkanlah Nabi Yunus oleh ikan paus itu yang mengandungnya dan
dilemparkannya ke darat . Ia terlempar dari mulut ikan ke pantai dalam keadaan
kurus lemah dan sakit. Akan tetapi Allah dengan rahmat-Nya menumbuhkan di
tempat ia terdampar sebuah pohon labu yang dapat menaungi Yunus dengan
daun-daunnya dan menikmati buahnya.
Nabi Yunus setelah sembuh dan menjadi segar kembali diperintahkan oleh
Allah agar pergi kembali mengunjungi Ninawa di mana seratus ribu lebih
penduduknya mendamba-dambakan kedatangannya untuk memimpin mereka dan memberi
tuntunan lebih lanjut untuk menyempurnakan iman dan aqidah mereka. Dan alangkah
terkejutnya Nabi Yunus tatkala masuk Ninawa dan tidak melihat satu pun patung
berhala berdiri. Sebaliknya ia menemui orang-orang yang dahulunya berkeras
kepala menentangnya dan menolak ajarannya dan kini sudah menjadi orang-orang
mukmin, soleh dan beribadah memuja-muji Allah s.w.t.
Pokok cerita tentang Yunus terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam
surah Yunus ayat 98, surah Al-Anbiaa' ayat 87, 88 dan surah Ash-Shaffaat ayat
139 sehingga ayat 148.
PeLajaran yang dapat dipetik dari kisah Nabi Yunus.
Bahawasannya seorang yang bertugas sebagai da'i - juru dakwah harus
memiliki kesabaran dan tidak boleh cepat-cepat marah dan berputus asa bila
dakwahnya tidak dapat sambutan yang selayaknya atau tidak segera diterima oleh
orang-orang yang didakwahinya. Dalam keadaan demikian ia harus bersabar
mengawal emosinya serta tetap meneruskan dakwahnya dengan bersikap bijaksana
dan lemah lembut, sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nahl ayat 125 yang
bermaksud : "Serulah, berdakwahlah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik { sopan dan
lemah lembut } ."
Di dalam diri Nabi Yunus Allah telah memberi contoh betapa ia telah
disesalkan atas tindakannya yang tergesa-gesa kerana kehilangan kesabaran,
meninggalkan kaum Ninawa, padahal mereka masih dapat disedarkan untuk menerima
ajakannya andaikan ia tidak terburu-buru marah dan meninggalkan mereka tanpa
berunding lebih dahulu dengan Allah yang telah mengutusnya.
Atas pelanggaran yang telah dilakukan tanpa sedar Allah telah memberi
hukuman kepada Nabi Yunus berupa kurungan dalam perut ikan paus sebagai
peringatan dan pengajaran agar tidak terulang lagi setelah ia diberi ampun dan
disuruh kembali ke Ninawa melanjutkan dakwahnya
NABI ZAKARIA AS & NABI YAHYA AS
Nabi Zakaria, ayahnya Nabi Yahya sedar dan mengetahui bahawa
anggota-anggota keluarganya, saudara-saudaranya, sepupu-sepupunya dan anak-anak
saudaranya adalah orang-orang jahat Bani Israil yang tidak segan-segan
melanggar hukum-hukum agama dan berbuat maksiat, disebabkan iman dan rasa
keagamaan mereka belum meresap betul didalam hati mereka, sehingga dengan mudah
mereka tergoda dan terjerumus ke dalam lembah kemungkaran dan kemaksiatan. Ia
khuatir bila ajalnya tiba dan meninggalkan mereka tanpa seorang waris yang
dapat melanjutkan pimpinannya atas kaumnya, bahawa mereka akan makin rusak dan
makin berani melakukan kejahatan dan kemaksiatan bahkan ada kemungkinan mereka
mengadakan perubahan-perubahan di dalam kitab suci Taurat dan menyalah-gunakan
hukum-hukum agama.
Kekhuatiran itu selalu mengganggu fikiran Zakaria disamping rasa sedih
hatinya bahawa ia sejak kahwin hingga mencapai usia sembilan puluh tahun, Tuhan
belum mengurniakannya dengan seorang anak yang ia idam-idamkan untuk menjadi
penggantinya memimpin dan mengimami Bani Isra'il. Ia agak terhibur dari rasa
sedih dan kekhuatirannya semasa ia bertugas memelihara dan mengawasi Maryam
yang dapat dianggap sebagai anak kandungnya sendiri. Akan tetapi rasa sedihnya
dan keinginanya yang kuat untuk memperolhi keturunan tergugah kembali ketika ia
menyaksikan mukjizat hidangan makanan dimihrabnya Maryam. Ia berfikir didalam
hatinya bahawa tiada sesuatu yang mustahil di dalam kekuasaan Allah. Allah yang
telah memberi rezeki kepada Maryam dalam keadaan seorang diri tidak berdaya dan
berusaha, Dia pula berkuasa memberinya keturunan bila Dia kehendaki walaupun
usianya sudah lanjut dan rambutnya sudah penuh uban.
Pada suatu malam yang sudah larut duduklah Zakaria di mihramnya
menghiningkan cipta memusatkan fikiran kepada kebesaran Allah seraya bermunajat
dan berdoa dengan khusyuk dan keyakinan yang bulat. Dengan suara yang lemah
lembut berucaplah ia dalam doanya: "Ya Tuhanku berikanlah aku seorang
putera yang akan mewarisiku dan mewarisi sebahagian dari keluarga Ya'qub, yang
akan meneruskan pimpinan dan tuntunanku kepada Bani Isra'il. Aku khuatir bahawa
sepeninggalanku nanti anggota-anggota keluargaku akan rusak kembali aqidah dan
imannya bila aku tinggalkan mati tanpa seorang pemimpin yang akan menggantikan
aku. Ya Tuhanku, tulangku telah menjadi lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban
sedang isteriku adalah seorang perempuan yang mandul namun kekuasaan-Mu adalah
diatas segala kekuasaan dan aku tidak jemu-jemunya berdoa kepadamu memohon
rahmat-Mu mengurniai kau seorang putera yang soleh yang engkau redhai."
Allah berfirman memperkenankan permohonan Zakaria: "Hai Zakaria Kami
memberi khabar gembira kepadamu, kamu akan memperoleh seorang putera bernama
Yahya yang soleh yang membenarkan kitab-kitab Allah menjadi pemimpin yang
diikuti bertahan diri dari hawa nafsu dan godaan syaitan serta akan menjadi
seorang nabi."
Berkata Zakaria: "Ya Tuhanku bagaimana aku akan memperolehi anak
sedangkan isteri adalah seorang perempuan yang mandul dan aku sendiri sudah
lanjut usianya."
Allah menjawab dengan firman-Nya: "Demikian itu adalah suatu hal yang
mudah bagi-Ku. Tidakkah aku telah ciptakan engkau padahal engkau di waktu itu
belum ada sama sekali?"
Berkata Zakaria: "Ya Tuhanku, berilah aku akan suatu tanda bahawa
isteri aku telah mengandung." Allah berfirman: "Tandanya bagimu
bahawa engkau tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari
berturut-turut kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah nama-Ku sebanyak-banyaknya
serta bertasbihlah diwaktu petang dan pagi hari."
Nabi Yahya bin Zakaria a.s. tidak banyak dikisahkan oleh Al-Quran kecuali
bahawa ia diberi ilmu dan hikmah selagi ia masih kanak-kanak dan bahawa ia
seorang putera yang berbakti kepada kedua ora ng tuanya dan bukanlah orang yang
sombong durhaka. Ia terkenal cerdik pandai, berfikiran tajam sejak ia berusia
muda, sangat tekun beribadah yang dilakukan siang dan malam sehingga
berpengaruh kepada kesihatan badannya dan menjadikannya kurus kering, wajahnya
pucat dan matanya cekung.
Ia dikenal oleh kaumnya sebagai orang alim menguasai soal-soal keagamaan,
hafal kitab Taurat, sehingga ia menjadi tempat bertanya tentang hukum-hukum
agama. Ia memiliki keberanian dalam mengambil sesuatu keputusan, tidak takut
dicerca orang dan tidak pula menghiraukan ancaman pihak penguasa dalam usahanya
menegakkan kebenaran dan melawan kebathilan.
Ia selalu menganjurkan orang-orang yang telah berdosa agar bertaubat dari
dosanya. Dan sebagai tanda taubatnya mereka dipermandikan { dibaptiskan } di
sungai Jordan, kebiasaan mana hingga kini berlaku di kalangan orang-orang
Kristian dan kerana Nabi Yahya adalah orang pertama yang mengadakan upacara
itu, maka ia dijuluki "Yahya Pembaptis".
Dikisahkan bahawa Hirodus Penguasa Palestin pada waktu itu mencintai anak
saudaranya sendiri bernama Hirodia, seorang gadis yang cantik, ayu, bertubuh
lampai dan ramping dan berhasrat ingin mengahwininya. Sang gadis berserta
ibunya dan seluruh anggota keluarga menyentujui rencan perkahwinan itu, namun
Nabi Yahya menentangnya dan mengeluarkan fakwa bahawa perkahwinan itu tidak
boleh dilaksanakan kerana bertentangan dengan syariat Musa yang mengharamkan
seorang mengahwini anak saudaranya sendiri.
Berita rencana perkahwinan Hirodus dan Hirodia serta fatwa Nabi Yahya yang
melarangnya tersiar di seluruh pelosok kota dan menjadi pembicaraan orang di
segala tempat di mana orang berkumpul. Herodia si gadis cantik calon isteri itu
merasa sedih bercampur marah terhadap Nabi Yahya yang telah mengeluarkan fatwa
mengharamkan perkahwinannya dengan bapa saudaranya sendiri, fatwa mana telah
membawa reaksi dan pendapat dikalangan masyarakat yang luas. Ia khuatir bahawa
bapa saudaranya Herodus calon suami dapat terpengaruh oleh fatwa Nabi Yahya itu
dan terpaksa membatalkan perkahwinan yang sudah dinanti-nanti dan diidam-idamkan,
bahkan bahkan sudah menyiapkan segala sesuatu berupa pakaian mahupun peralatan
yang perlu untuk pesta perkahwinan yang telah disepakati itu.
Menghadapi fatwa Nabi Yahya dan reaksi masyarakat itu, Herodia tidak
tinggal diam. Ia berusaha dengan bersenjatakan kecantikkan dan parasnya yang
ayu itu mempengaruhi bapa saudaranya calon suaminya agar rencana perkahwinan
dilaksanakan menurut rencana. Dengan merias diri dan berpakaian yang
merangsang, ia pergi mengunjungi bapa saudaranya Herodus yang sedang dilanda
mabuk asmara. Bertanya Herodus kepada anak saudaranya calon isterinya yang
nampak lebih cantik daripada biasa : "Hai manisku, apakah yang dapat aku
berbuat untukmu. Katakanlah aku akan patuhi segala permintaanmu, kedatanganmu
kemari pada saat ini tentu didorong oleh sesuatu hajat yang mendesak yang ingin
engkau sampaikan kepadaku. Sampaikanlah kepadaku tanpa ragu-ragu, hai sayangku,
aku sedia melayani segala keperluan dan keinginanmu."
Herodia menjawab: "Bila Tuan Raja berkenan, maka aku hanya mempunyai
satu permintaan yang mendorongku datang mengunjungi Tuanku pada saat ini.
Permintaanku yang tunggal itu ialah kepala Yahya bin Zakaria orang yang telah
mengacau rencana kita dan mencemarkan nama baik Tuan Raja dan namaku sekeluarga
di segala tempat dan penjuru. Supaya dia dipenggal kepalanya. Alangkah puasnya
hatiku dan besarnya terima kasihku, bila Tuanku berkenan meluluskan
permintaanku ini".
Herodus yang sudah tergila-gila dan tertawan hatinya oleh kecantikan dan
keelokan Herodia tidak berkulik menghadapi permintaan calon isterinya itu dan
tidak dapat berbuat selain tunduk kepada kehendaknya dengan mengabaikan suara
hati nuraninya dan panggilan akal sihatnya. Demikianlah maka tiada berapa lama
dibawalah kepala Yahya bin Zakaria berlumuran darah dan diletakkannya di depan
kesayangannya Herodia yang tersenyum tanda gembira dan puas hati bahawa
hasratnya membalas dendam terhadap Yahya telah terpenuhi dan rintangan utama
yang akan menghalangi rencana perkahwinannta telah tersingkirkan, walaupun perbuatannya
itu menurunkan laknat Tuhan atas dirinya, diri rajanya dan Bani Isra'il
seluruhnya.
Cerita tentang Zakaria dan Yahya terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran,
surah Maryam ayat 2 sehingga ayat 15, surah Ali Imran ayat 38 senhingga ayat 41
dan surah Al-Anbiya' ayat 89 sehingga ayat 90.
NABI ISA AS
Seorang lagi Nabi Allah yang diceritakan dari kecil di dalam al-Qur'an
ialah Isa. Baginda diutus kepada kaum Bani Israil dengan kitab Injil yang
diturunkan sebelum al-Qur'an.
Di dalam al-Qur'an, Nabi Isa disebut dengan empat panggilan iaitu Isa,Isa
putera Mariam, putera Mariam, dan al-Masih.
Ibunya seorang yang sangat dimuliakan Allah. Dia memilihnya di atas semua
perempuan di semua alam. Firman-Nya, "Dan ketika malaikat-malaikat
berkata, 'Wahai Mariam, Allah memilih kamu, dan membersihkan kamu, dan Dia
memilih kamu di atas semua perempuan di semua alam'" (3:42).
Mariam, ibu Nabi Isa, telah menempuh satu ujian yang amat berat daripada
Allah. Dia dipilih untuk melahirkan seorang Nabi dengan tanpa disentuh oleh
seseorang lelaki. Dia adalah seorang perempuan yang suci.
Kelahiran
Kelahiran Nabi Isa merupakan suatu mukjizat kerana dilahirkan tanpa bapa.
Kisahnya diceritakan di dalam al-Qur'an. Di sini, ceritanya bermula dari
kunjungan malaikat kepada Mariam atas perintah Allah. Ketika itu, malaikat
menyerupai manusia dengan tanpa cacat. Kemunculan malaikat membuat Mariam
menjadi takut lalu berkata,
"Aku berlindung pada Yang Pemurah daripada kamu, jika kamu bertakwa
(takut kepada Tuhan)!'
Dia (malaikat) berkata, 'Aku hanyalah seorang rasul yang datang daripada
Pemelihara kamu, untuk memberi kamu seorang anak lelaki yang suci.'"
(19:18-19)
Pada ayat yang lain, diceritakan bahawa malaikat yang datang itu telah
memberi nama kepada putera yang bakal dilahirkan. Nama itu diberi oleh Allah,
dan dia (Isa) akan menjadi terhormat di dunia dan akhirat sambil berkedudukan
dekat dengan Tuhan. Ayatnya berbunyi:
"Wahai Mariam, Allah menyampaikan kepada kamu berita gembira dengan
satu Kata daripada-Nya, yang namanya al-Masih, Isa putera Mariam, terhormat di
dunia dan di akhirat, daripada orang-orang yang didekatkan." (3:45)
Kemudian Mariam bertanya,
"Bagaimanakah aku akan ada seorang anak lelaki sedang tiada seorang
manusia pun menyentuhku, dan bukan juga aku seorang jalang?" (19:20)
Malaikat menjawab,
"Dia (Allah) berkata, 'Begitulah; Pemelihara kamu telah berkata, 'Itu
mudah bagi-Ku; dan supaya Kami membuat dia satu ayat (tanda) bagi manusia, dan
satu pengasihan daripada Kami; ia adalah perkara yang telah ditentukan'"
(19:21).
Maka lahirlah Isa putera Mariam lebih enam ratus tahun sebelum Nabi
Muhammad dilahirkan. Allah membuat Nabi Isa dan ibunya satu ayat (tanda) bagi
manusia, iaitu tanda untuk menunjukkan kebesaran-Nya (23:50).
Allah juga menyatakan bahawa Nabi Isa adalah seperti Adam, walaupun Adam
diwujudkan tanpa ibu dan bapa. Kesamaan mereka berdua adalah pada ciptaan.
Kedua-duanya dicipta daripada tanah (3:59). Itu menunjukkan mereka adalah
manusia biasa, kerana manusia dicipta daripada tanah.
Kerasulan dan Kenabian
Isa adalah seorang Nabi dan juga seorang Rasul. Baginda dan beberapa orang
rasul telah dilebihkan Allah daripada rasul-rasul lain. Ada yang Dia
berkata-kata kepadanya, ada yang Dia menaikkan darjat, dan bagi Isa, Dia
memberi bukti-bukti yang jelas serta mengukuhkannya dengan Roh Suci.
Firman-Nya:
"Dan rasul-rasul itu, sebahagian Kami melebihkan di atas sebahagian
yang lain. Sebahagian ada yang kepadanya Allah berkata-kata, dan sebahagian Dia
menaikkan darjat. Dan Kami memberikan Isa putera Mariam bukti-bukti yang jelas,
dan Kami mengukuhkan dia dengan Roh Qudus (Suci)." (2:253)
Namun begitu, manusia dilarang oleh Allah untuk membeza-bezakan antara para
rasul dan Nabi. Larangan itu berbunyi,
"Katakanlah, 'Kami percaya kepada Allah, dan apa yang diturunkan
kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, dan Ismail, dan Ishak, dan
Yaakub, dan puak-puak, dan apa yang diberi kepada Musa, dan Isa, dan apa yang
diberi kepada Nabi-Nabi daripada Pemelihara mereka. Kami tidak membeza-bezakan
seorang pun antara mereka, dan kepada-Nya kami muslim.'" (2:136)
Akibat membeza-bezakan Nabi atau Rasul dapat dilihat pada hari ini, iaitu
Nabi Isa dipercayai oleh sesetengah pihak sebagai Tuhan atau anak Tuhan, dan
Nabi Muhammad, dianggap macam Tuhan, yang berhak membuat hukum agama.
Ajaran
Oleh kerana Isa seorang Nabi baginda diberi sebuah Kitab, Injil, yang
mengandungi petunjuk dan cahaya untuk menjadi pegangan Bani Israil. Selain
menyuruh Bani Israil menyembah Allah dengan mentaati Injil, baginda mengesahkan
kitab Taurat yang diturunkan sebelumnya. Dua firman Allah menjelaskannya di
sini, berbunyi:
"Dan Kami mengutus, menyusuli jejak-jejak mereka, Isa putera Mariam,
dengan mengesahkan Taurat yang sebelumnya; dan Kami memberinya Injil, di
dalamnya petunjuk dan cahaya," (5:46) dan,
"Aku (Isa) hanya mengatakan kepada mereka apa yang Engkau
memerintahkan aku dengannya: 'Sembahlah Allah, Pemelihara aku dan Pemelihara
kamu.'" (5:117)
Turut disebut di dalam Injil (dan Taurat) ialah berita mengenai kedatangan
seorang Nabi berbangsa Arab, atau ummiy (7:157), dan janji dikurniakan Taman
atau Syurga bagi orang-orang yang berperang di jalan Allah (9:111). Janji itu
juga didapati di dalam Taurat dan al-Qur'an.
Ketika baginda diutus, manusia sedang berselisih dalam hal agama. Maka
kedatangannya adalah juga untuk memperjelaskan apa yang diperselisihkan. Firman
Allah:
"dia (Isa) berkata, 'Aku datang kepada kamu dengan kebijaksanaan, dan
supaya aku memperjelaskan kepada kamu sebahagian apa yang dalamnya kamu
memperselisihkan; maka kamu takutilah Allah, dan taatlah kepadaku.'"
(43:63)
Baginda juga memberitahu tentang kedatangan seorang rasul selepas baginda,
yang namanya akan dipuji. Ayat yang mengisahkannya berbunyi:
"Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku (Isa) rasul Allah kepada kamu,
mengesahkan Taurat yang sebelum aku, dan memberi berita gembira dengan seorang
rasul yang akan datang selepas aku, namanya ahmad (dipuji).” (61:6)
Pengikut setia
Seperti Nabi atau Rasul yang lain, baginda mempunyai pengikut-pengikut yang
setia dan juga yang tidak setia atau yang menentang. Pengikut-pengikutnya yang
setia percaya kepada Allah dan kepadanya. Mereka adalah muslim. Firman Allah:
"Dan ketika Aku mewahyukan pengikut-pengikut yang setia, 'Percayalah
kepada-Ku, dan rasul-Ku'; mereka berkata, 'Kami percaya, dan saksilah Engkau
akan kemusliman kami.'" (5:111)
Pengikut-pengikut yang setia pula menjadi penolong-penolong, bukan baginya
tetapi bagi Allah. Firman-Nya:
"Berkatalah pengikut-pengikutnya yang setia, 'Kami akan menjadi
penolong-penolong Allah; kami percaya kepada Allah, dan saksilah kamu akan
kemusliman kami.'" (3:52)
Begitu juga bagi pengikut-pengikut setia Nabi-Nabi lain, termasuk Muhammad.
Semuanya menjadi penolong-penolong Allah, untuk melaksana dan menyampaikan
mesej-Nya. Firman Allah:
"Wahai orang-orang yang percaya, jadilah kamu penolong-penolong Allah,
sebagaimana Isa putera Mariam berkata kepada pengikut-pengikut yang setia,
'Siapakah yang akan menjadi penolong-penolong aku bagi Allah?'
Pengikut-pengikut yang setia berkata, 'Kami akan menjadi penolong-penolong
Allah.'" (61:14)
Walau bagaimana pun, pengikut-pengikut Nabi Isa yang setia memerlukan bukti
selanjut untuk megesahkan kebenarannya dan supaya hati mereka menjadi tenteram.
Untuk itu mereka memohon sebuah meja hidangan dari langit. Kisahnya berbunyi begini:
"Dan apabila pengikut-pengikut yang setia berkata, 'Wahai Isa putera
Mariam, bolehkah Pemelihara kamu menurunkan kepada kami sebuah meja hidangan
dari langit?'
Dia (Isa) berkata, 'Kamu takutilah Allah, jika kamu orang-orang mukmin.'
Mereka berkata, 'Kami menghendaki untuk memakan daripadanya, dan hati kami
menjadi tenteram, supaya kami mengetahui bahawa kamu berkata benar kepada kami,
dan supaya kami adalah antara para saksinya.'" (5:112-113)
Justeru itu, Isa memohon kepada Allah,
"Ya Allah, Pemelihara kami, turunkanlah kepada kami sebuah meja
hidangan dari langit, yang akan menjadi bagi kami satu perayaan, yang pertama
dan yang akhir bagi kami, dan satu ayat (tanda) daripada Engkau. Dan berilah
rezeki untuk kami; Engkau yang terbaik daripada pemberi-pemberi rezeki."
(5:114)
Allah mengabulkan permintaannya. Lantas, meja hidangan yang turun menjadi
satu lagi mukjizat bagi Nabi Isa. Dan ia juga menjadi nama sebuah surah di
dalam al-Qur'an, iaitu surah kelima, al-Maidah.
Mukjizat
Selain daripada kelahiran yang luar biasa dan meja hidangan, Nabi Isa telah
dikurniakan dengan beberapa mukjizat lain. Ayat berikut menjelaskannya:
"Ketika Allah berkata, 'Wahai Isa putera Mariam, ingatlah akan
rahmat-Ku ke atas kamu, dan ke atas ibu kamu, apabila Aku mengukuhkan kamu
dengan Roh Qudus (Suci), untuk berkata-kata kepada manusia di dalam buaian dan
setelah dewasa ..... dan apabila kamu mencipta daripada tanah liat, dengan
izin-Ku, yang seperti bentuk burung, dan kamu menghembuskan ke dalamnya, lalu
jadilah ia seekor burung, dengan izin-Ku, dan kamu menyembuhkan orang buta, dan
orang sakit kusta, dengan izin-Ku, dan kamu mengeluarkan orang yang mati,
dengan izin-Ku' ..... lalu orang-orang yang tidak percaya antara mereka
berkata, 'Tiadalah ini, melainkan sihir yang nyata.'" (5:110)
Walaupun Nabi Muhammad hanya diberi satu mukjizat, manusia ditegah daripada
berkata bahawa Nabi Isa adalah lebih mulia daripada Nabi Muhammad. Kerana,
seperti yang sudah maklum, amalan membeza-beza para Nabi dan Rasul dilarang
Allah. (Sila rujuk Tidak Mempercayai Mukjizat Nabi?)
Wafat
Tidak seperti kepercayaan sesetengah orang iaitu Nabi Isa tidak wafat
semasa disalib tetapi diangkat naik ke langit. Sebenarnya, Nabi Isa telah wafat
di bumi, namun bukan disalib. Baginda telah wafat selepas peristiwa penyaliban
ke atasnya di sebuah tempat lain yang tidak diceritakan di dalam al-Qur'an.
Besar kemungkinan baginda telah melarikan diri dari tempat baginda dijatuhkan
hukum.
Bukti yang menunjukkan baginda telah wafat di bumi terdapat pada ayat-ayat
berikut:
"Apabila Allah berkata, 'Wahai Isa, Aku akan mematikan kamu, dan
menaikkan kamu kepada-Ku, dan Aku membersihkan kamu daripada orang-orang yang
tidak percaya .....'" (3:55)
"Dan aku (Isa) seorang saksi ke atas mereka selama aku di kalangan
mereka; tetapi setelah Engkau mematikan aku, Engkau Sendiri adalah penjaga ke
atas mereka; Engkau saksi atas segala sesuatu." (5:117)
Akan tetapi, sebahagian daripada kaum Bani Israil mengatakan bahawa mereka
telah membunuhnya disalib. Allah mengatakan yang sebaliknya pula. Apa yang
berlaku hanya satu kesamaan sahaja. Firman-Nya:
"ucapan mereka, 'Kami telah membunuh al-Masih, Isa putera Mariam,
rasul Allah.' Tetapi mereka tidak membunuhnya, dan tidak juga menyalibnya,
tetapi hanya satu kesamaan yang ditunjukkan kepada mereka. Orang-orang yang
berselisih mengenainya benar-benar dalam keraguan terhadapnya; mereka tidak ada
pengetahuan mengenainya, kecuali mengikuti sangkaan; mereka tidak membunuhnya,
yakinlah." (4:157)
Telah wujud lagi kepercayaan terhadap Nabi Isa yang tidak disahkan Allah di
dalam al-Qur'an, iaitu baginda akan muncul lagi di bumi buat kali kedua. Itu
tidak benar. (Sila rujuk artikel Menanya Ustaz: kedatangan Imam Mahadi &
Nabi Isa dan Imam Mahadi di ruangan Soalan Lazim. Terima kasih.)
Terpesong
Setelah Isa wafat, beberapa perkara telah berlaku. Pertama, orang-orang
yang mengaku pengikut baginda telah menubuhkan sistem berahib, atau berpaderi,
atau sistem berulama dalam agama. Sistem itu tidak dianjurkan oleh Allah.
Firman-Nya:
"Dan rahbaniyah (sistem berahib) yang mereka reka - Kami tidak
menuliskan (menetapkan) untuk mereka" (57:27).
Kemudian, antara mereka bersetuju untuk mengangkat Nabi Isa sebagai Tuhan
atau anak Tuhan, mungkin kerana kelahiran yang luar biasa dan
mukjizat-mukjizatnya. Mereka yang berbuat demikian telah terpesong dalam
kepercayaan lalu menjadi kafir. Firman-Nya:
"Merekalah orang-orang yang tidak percaya (kafir), yang berkata,
'Sesungguhnya Allah, Dia ialah al-Masih putera Mariam'" (5:17), dan
"orang-orang Kristian berkata, 'Al-Masih ialah putera Allah.' Itu
adalah ucapan daripada mulut mereka, menurut ucapan orang-orang yang tidak
percaya sebelum mereka. Allah memerangi mereka! Bagaimanakah mereka
dipalingkan?" (9:30)
Satu bukti telah didatangkan Allah untuk menunjukkan kepalsuan kepercayaan
mereka. Buktinya adalah pada amalan memakan makanan, berbunyi:
"Al-Masih, putera Mariam, hanyalah seorang rasul; rasul-rasul sebelum
dia telah berlalu. Ibunya seorang wanita yang benar; mereka berdua makan
makanan. Perhatikanlah bagaimana Kami memperjelaskan ayat-ayat kepada mereka,
kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling." (5:75)
Nabi Isa dan ibunya makan makanan. Tetapi Tuhan tidak makan. Kalau Dia
makan tentu Dia mempunyai sebuah "pintu kecil" untuk mengeluarkan
makanan yang tidak diperlukan lagi. Tuhan tidak ada pintu tersebut seperti yang
terdapat di bahagian belakang badan manusia atau haiwan.
Sekiranya hujah itu disampaikan kepada orang-orang yang mempercayai Nabi
Isa itu Tuhan atau anak-Nya, tentu mereka akan berpaling juga dan tetap dengan
kepercayaan mereka. Begitulah manusia dengan kepercayaan agamanya. Mereka lupa
menggunakan akal.
Akhirat
Kepercayaan serupa itu sungguh berat di sisi Allah sehingga Nabi Isa akan
ditanya di akhirat. Baginda akan ditanya sama ada baginda telah menyatakan
bahawa baginda dan ibunya adalah tuhan-tuhan selain daripada Allah.
Pertanyaan-Nya berbunyi:
"Wahai Isa putera Mariam, adakah kamu mengatakan kepada manusia,
'Ambillah aku dan ibuku sebagai tuhan-tuhan selain daripada Allah'?"
(5:116)
Nabi Isa akan menjawab:
"Kepada Engkau sanjungan! Tiadalah bagiku untukku mengatakan apa yang
aku tiada hak dengannya. Jika aku mengatakannya, Engkau mengetahuinya, dengan
mengetahui apa yang di dalam jiwaku, dan aku tidak mengetahui apa yang di dalam
jiwa Engkau; sesungguhnya Engkaulah yang mengetahui yang ghaib." (5:116)
Jawapannya bersambung lagi:
"Aku hanya mengatakan kepada mereka apa yang Engkau memerintahkan aku
dengannya: 'Sembahlah Allah, Pemelihara aku dan Pemelihara kamu.' Dan aku
seorang saksi ke atas mereka selama aku di kalangan mereka; tetapi setelah
Engkau mematikan aku, Engkau Sendiri adalah penjaga ke atas mereka; Engkau
saksi atas segala sesuatu." (5:117)
Nabi Muhammad juga akan ditanya di akhirat atas sesuatu yang amat berat
juga. Baginda ditanya mengenai sambutan kaumnya terhadap al-Qur'an. Jawapan
baginda berbunyi:
"Wahai Pemeliharaku, sesungguhnya kaumku mengambil al-Qur'an ini
sebagai suatu yang tidak dipedulikan." (25:30)
Itulah yang berlaku pada hari ini. Ajaran al-Qur'an tidak dipedulikan.
Namun, masa masih ada untuk semua kembali kepada ajaran al-Qur'an.
NABI MUHAMMAD SAW
Pada waktu umat manusia dalam kegelapan dan suasana jahiliyyah, lahirlah
seorang bayi pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah di Makkah. Bayi yang dilahirkan
bakal membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban manusia. Bapa bayi
tersebut bernama Abdullah bin Abdul Mutallib yang telah wafat sebelum baginda
dilahirkan iaitu sewaktu baginda 7 bulan dalam kandungan ibu. Ibunya bernama
Aminah binti Wahab. Kehadiran bayi itu disambut dengan penuh kasih sayang dan
dibawa ke ka'abah, kemudian diberikan nama Muhammad, nama yang belum pernah
wujud sebelumnya.
Selepas itu Muhammad disusukan selama beberapa hari oleh Thuwaiba, budak
suruhan Abu Lahab sementara menunggu kedatangan wanita dari Banu Sa'ad. Adat
menyusukan bayi sudah menjadi kebiasaan bagi bangsawan-bangsawan Arab di
Makkah. Akhir tiba juga wanita dari Banu Sa'ad yang bernama Halimah bin
Abi-Dhuaib yang pada mulanya tidak mahu menerima baginda kerana Muhammad
seorang anak yatim. Namun begitu, Halimah membawa pulang juga Muhammad ke
pedalaman dengan harapan Tuhan akan memberkati keluarganya. Sejak diambilnya
Muhammad sebagai anak susuan, kambing ternakan dan susu kambing-kambing
tersebut semakin bertambah. Baginda telah tinggal selama 2 tahun di Sahara dan
sesudah itu Halimah membawa baginda kembali kepada Aminah dan membawa pulang
semula ke pedalaman.
Kisah Dua Malaikat dan Pembedahan Dada Muhammad
Pada usia dua tahun, baginda didatangi oleh dua orang malaikat yang muncul
sebagai lelaki yang berpakaian putih. Mereka bertanggungjawab untuk membedah
Muhammad. Pada ketika itu, Halimah dan suaminya tidak menyedari akan kejadian
tersebut. Hanya anak mereka yang sebaya menyaksikan kedatangan kedua malaikat
tersebut lalu mengkhabarkan kepada Halimah. Halimah lantas memeriksa keadaan
Muhammad, namun tiada kesan yang aneh ditemui.
Muhammad tinggal di pedalaman bersama keluarga Halimah selama lima tahun.
Selama itu baginda mendapat kasih sayang, kebebasan jiwa dan penjagaan yang
baik daripada Halimah dan keluarganya. Selepas itu baginda dibawa pulang kepada
datuknya Abdul Mutallib di Makkah.
Datuk baginda, Abdul Mutallib amat menyayangi baginda. Ketika Aminah
membawa anaknya itu ke Madinah untuk bertemu dengan saudara-maranya, mereka
ditemani oleh Umm Aiman, budak suruhan perempuan yang ditinggalkan oleh bapa
baginda. Baginda ditunjukkan tempat wafatnya Abdullah serta tempat dia
dikuburkan.
Sesudah sebulan mereka berada di Madinah, Aminah pun bersiap sedia untuk
pulang semula ke Makkah. Dia dan rombongannya kembali ke Makkah menaiki dua
ekor unta yang memang dibawa dari Makkah semasa mereka datang dahulu. Namun
begitu, ketika mereka sampai di Abwa, ibunya pula jatuh sakit dan akhirnya
meninggal dunia lalu dikuburkan di situ juga.
Muhammad dibawa pulang ke Makkah oleh Umm Aiman dengan perasaan yang sangat
sedih. Maka jadilah Muhammad sebagai seorang anak yatim piatu. Tinggallah
baginda dengan datuk yang dicintainya dan bapa-bapa saudaranya.
"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu.
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung lalu Dia memberikan
petunjuk" (Surah Ad-Dhuha, 93: 6-7)
Abdul Mutallib Wafat
Kegembiraannya bersama datuk baginda tidak bertahan lama. Ketika baginda
berusia lapan tahun, datuk baginda pula meninggal dunia. Kematian Abdul
Mutallib menjadi satu kehilangan besar buat Bani Hashim. Dia mempunyai
keteguhan hati, berwibawa, pandangan yang bernas, terhormat dan berpengaruh
dikalangan orang Arab. Dia selalu menyediakan makanan dan minuman kepada para
tetamu yang berziarah dan membantu penduduk Makkah yang dalam kesusahan.
Muhammad diasuh oleh Abu Talib
Selepas kewafatan datuk baginda, Abu Talib mengambil alih tugas bapanya
untuk menjaga anak saudaranya Muhammad. Walaupun Abu Talib kurang mampu berbanding
saudaranya yang lain, namun dia mempunyai perasaan yang paling halus dan
terhormat di kalangan orang-orang Quraisy.Abu Talib menyayangi Muhammad seperti
dia menyayangi anak-anaknya sendiri. Dia juga tertarik dengan budi pekerti
Muhammad yang mulia.
Pada suatu hari, ketika mereka berkunjung ke Syam untuk berdagang sewaktu
Muhammad berusia 12 tahun, mereka bertemu dengan seorang rahib Kristian yang
telah dapat melihat tanda-tanda kenabian pada baginda. Lalu rahib tersebut
menasihati Abu Talib supaya tidak pergi jauh ke daerah Syam kerana dikhuatiri
orang-orang Yahudi akan menyakiti baginda sekiranya diketahui tanda-tanda
tersebut. Abu Talib mengikut nasihat rahib tersebut dan dia tidaak banyak
membawa harta dari perjalanan tersebut. Dia pulang segera ke Makkah dan
mengasuh anak-anaknya yang ramai. Muhammad juga telah menjadi sebahagian dari
keluarganya. Baginda mengikut mereka ke pekan-pekan yang berdekatan dan
mendengar sajak-sajak oleh penyair-penyair terkenal dan pidato-pidato oleh
penduduk Yahudi yang anti Arab.
Baginda juga diberi tugas sebagai pengembala kambing. Baginda mengembala
kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Baginda selalu berfikir dan
merenung tentang kejadian alam semasa menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu
baginda jauh dari segala pemikiran manusia nafsu manusia duniawi. Baginda
terhindar daripada perbuatan yang sia-sia, sesuai dengan gelaran yang diberikan
iaitu "Al-Amin".
Selepas baginda mula meningkat dewasa, baginda disuruh oleh bapa saudaranya
untuk membawa barang dagangan Khadijah binti Khuwailid, seorang peniaga yang
kaya dan dihormati. Baginda melaksanakan tugasnya dengan penuh ikhlas dan
jujur. Khadijah amat tertarik dengan perwatakan mulia baginda dan keupayaan
baginda sebagai seorang pedagang. Lalu dia meluahkan rasa hatinya untuk
berkahwin dengan Muhammad yang berusia 25 tahun ketika itu. Wanita bangsawan
yang berusia 40 tahun itu sangat gembira apabila Muhammad menerima lamarannya
lalu berlangsunglah perkahwinan mereka berdua. Bermulalah lembaran baru dalam
hidup Muhammad dan Khadijah sebagai suami isteri.
Turunnya Wahyu Pertama
Pada usia 40 tahun, Muhammad telah menerima wahyu yang pertama dan diangkat
sebagai nabi sekelian alam. Ketika itu, baginda berada di Gua Hira' dan
sentiasa merenung dalam kesunyian, memikirkan nasib umat manusia pada zaman
itu. Maka datanglah Malaikat Jibril menyapa dan menyuruhnya membaca ayat quran
yang pertama diturunkan kepada Muhammad.
"Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan" (Al-'Alaq, 96: 1)
Rasulullah pulang dengan penuh rasa gementar lalu diselimuti oleh Khadijah
yang cuba menenangkan baginda. Apabila semangat baginda mulai pulih,
diceritakan kepada Khadijah tentang kejadian yang telah berlaku.
Kemudian baginda mula berdakwah secara sembunyi-sembunyi bermula dengan
kaum kerabatnya untuk mengelakkan kecaman yang hebat daripada penduduk Makkah
yang menyembah berhala. Khadijah isterinya adalah wanita pertama yang
mempercayai kenabian baginda. Manakala Ali bin Abi Talib adalah lelaki pertama
yang beriman dengan ajaran baginda.Dakwah yang sedemikian berlangsung selama
tiga tahun di kalangan keluarganya sahaja.
Dakwah Secara Terang-terangan
Setelah turunnya wahyu memerintahkan baginda untuk berdakwah secara
terang-terangan, maka Rasulullah pun mula menyebarkan ajaran Islam secara lebih
meluas.
"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik."
(Al-Hijr, 15:94)
Namun begitu, penduduk Quraisy menentang keras ajaran yang dibawa oleh
baginda. Mereka memusuhi baginda dan para pengikut baginda termasuk Abu Lahab,
bapa saudara baginda sendiri. Tidak pula bagi Abu Talib, dia selalu melindungi
anak saudaranya itu namun dia sangat risau akan keselamatan Rasulullah
memandangkan tentangan yang hebat dari kaum Quraisy itu. Lalu dia bertanya
tentang rancangan Rasulullah seterusnya. Lantas jawab Rasulullah yang
bermaksud:
"Wahai bapa saudaraku, andai matahari diletakkan diletakkan di tangan
kiriku dan bulan di tangan kananku, agar aku menghentikan seruan ini, aku tidak
akan menghentikannya sehingga agama Allah ini meluas ke segala penjuru atau aku
binasa kerananya"
Baginda menghadapi pelbagai tekanan, dugaan, penderitaan, cemuhan dan
ejekan daripada penduduk-penduduk Makkah yang jahil dan keras hati untuk
beriman dengan Allah. Bukan Rasulullah sahaja yang menerima tentangan yang
sedemikian, malah para sahabatnya juga turut merasai penderitaan tersebut
seperti Amar dan Bilal bin Rabah yang menerima siksaan yang berat.
Wafatnya Khadijah dan Abu Talib
Rasulullah amat sedih melihat tingkahlaku manusia ketika itu terutama kaum
Quraisy kerana baginda tahu akan akibat yang akan diterima oleh mereka nanti.
Kesedihan itu makin bertambah apabila isteri kesayangannya wafat pada tahun
sepuluh kenabiaannya. Isteri bagindalah yang tidak pernah jemu membantu
menyebarkan Islam dan mengorbankan jiwa serta hartanya untuk Islam. Dia juga
tidak jemu menghiburkan Rasulullah di saat baginda dirundung kesedihan.
Pada tahun itu juga bapa saudara baginda Abu Talib yang mengasuhnya sejak
kecil juga meninggal dunia. Maka bertambahlah kesedihan yang dirasai oleh
Rasulullah kerana kehilangan orang-orang yang amat disayangi oleh baginda.
Hijrah Ke Madinah
Tekanan orang-orang kafir terhadap perjuangan Rasulullah semakin hebat
selepas kepergian isteri dan bapa saudara baginda. Maka Rasulullah mengambil
keputusan untuk berhijrah ke Madinah berikutan ancaman daripada kafir Quraisy
untuk membunuh baginda.
Rasulullah disambut dengan meriahnya oleh para penduduk Madinah. Mereka
digelar kaum Muhajirin manakala penduduk-penduduk Madinah dipanggil golongan
Ansar. Seruan baginda diterima baik oleh kebanyakan para penduduk Madinah dan
sebuah negara Islam didirikan di bawah pimpinan Rasulullas s.a.w sendiri.
Negara Islam Madinah
Negara Islam yang baru dibina di Madinah mendapat tentangan daripada kaum
Quraisy di Makkah dan gangguan dari penduduk Yahudi serta kaum bukan Islam yang
lain. Namun begitu, Nabi Muhammad s.a.w berjaya juga menubuhkan sebuah negara
Islam yang mengamalkan sepenuhnya pentadbiran dan perundangan yang berlandaskan
syariat Islam. Baginda dilantik sebagai ketua agama, tentera dan negara. Semua
rakyat mendapat hak yang saksama. Piagam Madinah yang merupakan sebuah kanun
atau perjanjian bertulis telah dibentuk. Piagam ini mengandungi beberapa fasal
yang melibatkan hubungan antara semua rakyat termasuk kaum bukan Islam dan
merangkumi aspek politik, sosial, agama, ekonomi dan ketenteraan. Kandungan
piagam adalah berdasarkan wahyu dan dijadikan dasar undang-undang Madinah.
Islam adalah agama yang mementingkan kedamaian. Namun begitu, aspek
pertahanan amat penting bagi melindungi agama, masyarakat dan negara.
Rasulullah telah menyertai 27 kali ekspedisi tentera untuk mempertahan dan
menegakkan keadilan Islam. Peperangan yang ditempuhi baginda ialah Perang Badar
(623 M/2 H), Perang Uhud (624 M/3 H), Perang Khandak (626 M/5 H) dan Perang
Tabuk (630 M/9 H). Namun tidak semua peperangan diakhiri dengan kemenangan.
Pada tahun 625 M/ 4 Hijrah, Perjanjian Hudaibiyah telah dimeterai antara penduduk
Islam Madinah dan kaum Musyrikin Makkah. Maka dengan itu, negara Islam Madinah
telah diiktiraf. Nabi Muhammad s.a.w. juga telah berjaya membuka semula kota
Makkah pada 630 M/9 H bersama dengan 10 000 orang para pengikutnya.
Perang terakhir yang disertai oleh Rasulullah ialah Perang Tabuk dan
baginda dan pengikutnya berjaya mendapat kemenangan. Pada tahun berikutnya,
baginda telah menunaikan haji bersama-sama dengan 100 000 orang pengikutnya.
Baginda juga telah menyampaikan amanat baginda yang terakhir pada tahun itu
juga. Sabda baginda yang bermaksud:
"Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahawa Tuhan kamu Maha Esa dan
kamu semua adalah daripada satu keturunan iaitu keturunan Nabi Adam a.s.
Semulia-mulia manusia di antara kamu di sisi Allah s.w.t. ialah orang yang
paling bertakwa. Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara dan kamu tidak
akan sesat selama-lamanya selagi kamu berpegang teguh dengan dua perkara itu,
iaitu kitab al-Quran dan Sunnah Rasulullah."
Wafatnya Nabi Muhammad s.a.w
Baginda telah wafat pada bulan Jun tahun 632 M/12 Rabiul Awal tahun 11
Hijrah. Baginda wafat setelah selesai melaksanakan tugasnya sebagai rasul dan
pemimpin negara. Baginda berjaya membawa manusia ke jalan yang benar dan
menjadi seorang pemimpin yang bertanggungjawab, berilmu dan berkebolehan.
Rasulullah adalah contoh terbaik bagi semua manusia sepanjang zaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar