“Sungguh pada diri Rasulullah, kamu dapatkan suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharap ridho Allah, hari kemudian, dan yang banyak mengingatnya. (QS. Al-Ahzab (33): 21)
Kita menyadari dan menyakini bahwa pada suatu ketika sesuai dengan ketetapan Allah Swt. hidup kita akan berakhir. Pada saat tertentu kita akan terlempar dari waktu, sedangkan waktu akan terus berlalu tanpa henti. Di saat itulah kita mengalami apa yang disebut dengan mati. Tubuh membujur beku, mata terkatup kaku, telinga dan mulut tertutup bisu, tangan dan kaki semuanya menjadi beku, keluarga dan sanak saudara menangis tersedu-sedu, handai taulan datang satu persatu melayat dan menyampaikan duka pilu.
Andaikan pada saat itu dapat berucap pantaslah kalau berkata selamat tinggal wahai teman-teman, keluarga dan sanak saudaraku, nanti pada saat-saat tertentu kalian juga akan seperti aku, kini aku telah masuk ke dalam kehidupan baru yang ternyata jauh berbeda dari biasanya sehari-hari berlaku.
Itulah peristiwa atau kejadian yang sering kita saksikan, semuanya itu menjadi peringatan bagi kita semua yang kini masih memiliki kesempatan hidup di dunia sampai datang ajal atau kematian.
Perlu diingat bahwa manusia hidup di dunia itu seperti halnya berada di medan perang, manusia dituntut dengan jiwanya yang bersih mampu mengalahkan pengaruh hawa nafsunya. Allah berfirman :
“Beruntunglah siapa yang mensucikan jiwanya dan merugilah siapa yang mengotorinya”.
Di dalam pertarungan ini manusia terbagi menjadi tiga golongan; Pertama, pengaruh agamanya yang menang total, pengaruh hawa nafsunya menyerah kalah tidak berdaya, sehingga pengaruh agamalah yang muncul menjiwai kehidupan sehari-hari setiap saat. Golongan pertama ini sebagaimana diisyaratkan di dalam firman Allah Surat Fushilat ayat 30:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Allah Tuhan kami kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dan mengatakan janganlah kamu merasa takut dan merasa sedih, serta gembirakanlah mereka dengan perolehan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
Kedua, golongan yang pengaruh hawa nafsunya yang menang mengalahkan pengaruh agamanya, sehingga pertarungan berakhir dengan kemenangan yang besar di pihak setan. Mereka itulah yang dijelaskan sifatnya dalam firman Allah :
“Mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat.”
Ketiga, golongan ini berada di antara golongan pertama dan golongan kedua. Di dalam pertarungan melawan hawa nafsu, kadang-kadang pengaruh agamanya menang dan kadang-kadang sebaliknya, justru pengaruh hawa nafsunya yang menang gemilang. Golongan ketiga inilah yang mungkin dialami oleh sebagian besar di antara kita.
Namun demikian, golongan ini menyadari kekalahannya oleh pengaruh hawa nafsu. Ketika itu juga timbul rasa penyesalan dan sedikitpun tidak terbetik di dalam hati merasa betah di dalam pengaruh hawa nafsu, bahkan dengan niat dan tekad yang kuat tidak ingin sama sekali mengulanginya lagi untuk selama-lamanya. Kemudian, bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benar taubat.
Golongan manusia muslim yang ketiga inilah yang diisyaratkan Rasulullah Saw. di dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Tirmidzi:
“Setiap manusia mengalami kesalahan dan sebaik-baik orang bersalah adalah mereka yang bertaubat”. (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Muhammad Rasulullah diutus oleh Allah menjadi seorang Rasul, untuk memberi petunjuk dan ajaran kepada manusia, agar manusia di dalam hidupnya tidak terjebak oleh ajakan dan bujuk rayu hawa nafsu setan yang menyesatkan.
Sepanjang kehidupan Rasulullah Saw. sungguh menjadi teladan bagi manusia pada umumnya dan bagi umat Islam khususnya. Dalam kesempatan ini kita petik tiga saja di antara sekian banyak yang harus kita teladani dari kehidupan Rasulullah Saw. itu, sebagaimana tercantum di dalam sejarah kehidupannya, antara lain :
Teguh Pendirian
Setelah junjungan kita Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul, beliau tidak henti-hentinya mendakwahkan agama Islam di kalangan orang-orang musyrik Quraisy Jahiliah, sampai-sampai tokoh mereka seperti Abu Jahal dan Abu Lahab merasa perlu untuk menghentikan dakwah muhammad Rasulullah itu dengan cara bujuk rayu melalui pamannya Abu Tholib. Abu Tholib berkata “Wahai Muhammad apa yang kamu inginkan ? Apakah harta kekayaan yang banyak atau kedudukan yang tinggi di kalangan orang Quraisy ataukah wanita cantik semua telah tersedia asal kamu berhenti dari mendakwahkan agama Islam itu”. Rasulullah saw. menjawab : “Wahai paman, andaikan di tangan kiriku diletakkan bulan dan ditangan kananku diletakkan matahari, aku tidak akan berhenti menjalankan tugas ini sampai aku mengetahui bagaimana akhir kesudahannya”.
Memikirkan Kepentingan Umat Jauh ke Depan
Dalam peristiwa lain, setelah Rasulullah Saw. hijrah ke Madinah, beliau bermusyawarah dengan para sahabat tentang bagaimana sikap terhadap tawanan perang yang banyak itu. Umar Bin Khatab berpendapat sebaiknya tawanan-tawanan perang itu semuanya dibunuh saja, karena mereka telah memusuhi, memerangi, dan membunuh kaum muslimin. Rasulullah Saw. berpikiran lain, seraya berkata : “Tawanan-tawanan perang itu jangan dibunuh, sebaiknya di antara mereka yang pandai baca tulis setiap masing-masing diperintahkan mengajar membaca dan menulis kepada sepuluh orang muslim”.
Sangat Peduli Terhadap Kepentingan Orang Lain
Suatu ketika Rasulullah Saw. sedang mengimami sholat berjamah. Tiba-tiba beliau mendengar ada seorang bayi menangis di barisan belakang. Rasulullah Saw. segera memendekkan bacaan ayat-ayat al-Quran. Beliau mengetahui bahwa bayi yang menangis itu karena ingin menyusu kepada ibunya yang kebetulan sedang ikut sholat berjamaah.
Demikianlah, Rasulullah Saw. senantiasa memperhatikan kepentingan orang lain (umat) dan mengenyampingkan kepentingan dirinya atau kepuasan dirinya semata-mata.
Banyak lagi sifat dan perilaku yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. dalam melaksanakan tugas sebagai Rasul, memimpin umat dan menegakkan agama Islam, sehingga tercipta kehidupan masyarakat yang tentram dan damai, sejahtera lahir dan batin.
Semoga sifat dan perilaku kita sebagai muslim, umat Muhammad Saw tidak makin jauh dari sifat dan perilaku yang dicontohkan olehnya. Tentunya, kita tidak ingin lebih jauh lagi dari harapan terciptanya kehidupan masyarakat yang tentram dan damai, sejahtera lahir dan batin di bawah curahan rahmat dan ridlo Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar