INFO PROFIL

Foto saya
JENTREK ROJOIMO WONOSOBO, jawa tengah indonesia, Indonesia
Ya Allah jadikan kami manusia yang bisa keluar dari belenggu “kemunafikan”. Bimbing kami untuk tidak mengoreksi orang lain sebelum diri ini terkoreksi ya Rabb. Jadikan kami manusia yang jujur dan tidak pernah membohongi diri sendiri apalagi orang lain. kepadaMulah kami berserah ya Allah, kepadaMulah kami bermohon karena tanpa kehendakMu kami tidak bisa berbuat apa-apa Affannur Jentrek rojoimo wonosobo . lahir13 Agustus 1989

Jumat, 19 Februari 2016

Dirasah Islamiyah

Islam dan Agama


Islam adalah asal kata dari                    = selamat sentosa dan damai dari kata                     diubah menjadi  bentuk                  yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian oleh sebab itu, orang yang berserah diri, patuh, dan takut kepada Alloh SWT.
Dikalangan masyarakat barat, Islam diidentikan dengan istilah Muhammadanism dan Muhammedan peristilahan ini timbul karena pada umummnya agama diluar Islam disandarkan pada nama pendirinya seperti agama Budha, agama ini dinisbatkan kepada pendirinya seperti Sidharta Gautama Buddha (lahir 560 SM)
Jadi Islama adalah Agama yang mencakup semua ajaran agama yang sebelumnya telah diturunkan kepada para nabi dan rosul dan nama Islam adalah nama bagi suatu agama yang berasal dari Alloh SWT.
Mendengar kata Agama mungkin sudah tidak asing lagi yang dalam bahasa Arab(                ) dan dalam bahasa eropa sendiri religi. (              ) berarti menguasai, menundukan, patuh, utang, balasan dan kebiasaan dalam artian agama harus dipatuhi penganut agama yang bersangkutan. Dalam pengertian diatasa mungkin definisi agama yang dapat diterima semua pihak. Dalam masalah agamapun agama bertolenransi terutama agama Islam yang dijelaskan dalam surat Al-kafirun ayat 6

Yang artinya:”untukmulah agama mu dan untukkulah agamaku”
Sebagaimana yang dijelaskan diatas, berarti masing-masing pemeluk agama dapat melakasanakan apa yang dianggapnya benar dan baik sesuai dengan keyakinan tanpa memaksakan pendapat kepada orang lain dan sekaligus tidak mengabaikan keyakinan masing-masing. Serta akan dipertanggungjawabkan masing-masing dihadapan Alloh, dengan tuntunan ayat ini hilanglah harapan orang-orang musyrikin quraisy yang berusaha membujuk nabi Muhammad SAW. Agar bersikap toleran dengan jalan untuk berkompromi dalam bidang aqidah Islam.

A.      Islam Dalam Wacana Agama

Islam adalah agama Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW yang dijelaskan dalam surat Al-baqarah: 132
Yang artinya: Dan Ibrahim telah mawasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula yaqub (Ibrahim) berkata:”hai anak anakku sesungguhnya Alloh telah memilih agama bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.
Dalam ayat ditegaskan bahwa:
Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam, sangat jelas bahwa agama Islam adalah agama yang diberikan kepada umatnya yang memberikan jalan yang lurus dan petunjuk dari TuhanNya.
Adapula yang menjelaskan tentang Islam itu beda dari Agama yang lain seperti yang dijelaskan dalam Q.S Al-maidah:38

Yang artinya: “laki-laki dan perempuan yang mencuri potonglah tangan keduanya (sebagai) pemabalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Alloh, dan Alloh maha perkasa lagi maha bijaksana”
Jadi hukum Islam itu sangat adil seperti mencuri satu kali dipotong tangan kanan, mencuri dua kali dipotong kaki kiri, begitupun seterusnya hingga jera hukuman qishosh. Jadi tidak ada kekeliruan dan langsung hukum yang diperintahkan Alloh.
B.      Signifikasi Studi Islam

Akhir-akhir ini, semangat untuk kajian ini di Barat semakin tinggi sehingga orang-orang Islama pun, untuk melakukan kajian Islam, harus pergi ke Barat. Di Barat, kajian Islam dengan istilah Islamic Studies, yang secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha memepelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam.
Di kalangan umat Islam sendiri, studi keislaman bertujuan mendalami dan memahami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkan dengan benar. Adapun diluar dikalangan Islam, Studi keislaman bertujuan mempelajari seluk-beluk agama dan praktik keagamaan yang berlaku dikalangan umat Islam, yang semata-mata sebagai Ilmu pengetahuan.
Dari segi tingkatan kebudayaan, agama merupakan universal cultural. Sejak dulu hingga sekarang, agama dengan tangguh menyatakan eksistensinya, berarti ia mempuanyai dan memerankan sejumlah peran dan fungsinya dimasyarakat. Oleh karena itu, secara umum, Studi Islam menjadi penting karena agama, termasuk Islam, memerankansejumalah peran dan fungsi di masyarakat.
Kita telah menyadari bahwa saat ini uamat Islam masih berada dalam posisi marginal (pinggiran) dan lemah dalam berbagai aspek kehidupan sosial budaya, dan harus berhadapan dengan dunia modern yang serba maju dan semakin canggih. Dalam kondisi demikian, umat Islam dituntut untuk melakukan gerakan pemikiran yang diharapkan dapat, menghasilkan konsep pemikiran yang cemerlang dan operasional untuk mengantisipasi perkembangan dan kemajuan tersebut.
Namun demikian, umat Islam memang berada dalam suasana problematik. Di satu sisi, jika mereka hanya berpegang pada ajaran-ajaran Islam hasil penafsiran ulama terdahulu yang merupakan warisan doktriner turun-temurun dan dianggapnya agama yang sudah mapan, sempurna, paten serta tidak ada keberanian untuk melakukan pemikiran ulang, berarti mereka mengalami kemandegan intelektual, yang pada gilirannya akan menghadapimasa depan yang suram. Di sisi lain jika melakukan usaha pembaharuan dam pemikiran kembali secara kritis dan rasional terhadapa ajaran-ajaran Islam guna menyesuaikan terhadap tuntuan perkembangan zaman dan kehidupan modern, mereka akan dituduh sebagai umat yang meninggalkan atau tidak setia lagi terhadap ajaran-ajaran Islam yang dianggap sudah mapan dan sempurna tersebut.
Melalui pendekatan yang bersifat objektif dan rasional, studi Islam diaharapkan mampu memberikan alternatif pemecahan masalah atau jalan keluar dari masalah yang probelamatik tersebut. Studi Islam diharapkan dapat mengarah dan bertujuan untuk mengadakan usaha-usaha pembaharuan dan pemkiran kembali ajaran-ajaran Islam yang merupakan warisan doktriner  turun-temurun yang dianggapnya sudah mapan dan mandeg serta ketinggalan zaman tersebut, agar mampu beradaptasi dan menjawab tantangan serta tuntutan zaman dan dunia modern, dengan tetap berpegang pada sumber dasar ajaran Islam yang asli dan murni, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunah. Studi Islam tersebut juga diharapkan mampu memberiakn pedoman dan pegangan hidup bagi umat Islam agar tetap menjadi seorang Muslim sejati, yang hidup dalam dan mampu menjawab tantangan serta tuntutan zaman modern maupun era globalisasi seperti sekarang ini.
Pesatnya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern telah membuka era baru dalam perkembangan budaya dan perdaban manusia, yang dikenal dengan erea global. Era ini ditandai dengan semakin dekatnya jarak dan hubungan serta komunikasi antar bangsa dan budaya umat manusia. Dalam suasana semacam ini tentunya umat manusia membutuhkan aturan, nilai dan norma serta pedoman dan pegangan hidup yang universal dan diakui atau diterima oleh semua bangsa.
Masalahnya adalah,”dari mana sumber aturan, nilai, norma serta pedoman hidup yang universal tersebut diperoleh?” Umat manusia dalam sejarah perdaban dan kebudayaannya, memang telah berhasil menemukan atuaran, nilai dan norma sebagai pedoman dan pegangan hidup, yang berupa: agama, filsafat, serta ilmu pengetahuan teknologi. Namun demikian, ternyata agama telah ditinggalkan oleh perkembangan ilmu filsafat, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dalam sejarah kebudayaan dan perdaban modern, agama dipandang tidak ada kaitannya, bahkan tidak mau mengontrol dan mengarahkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Sementara ini, teknologi modern yang semakin canggih kehilangan identitas serta kemanusiannya, dan atau menyebabkan proses terjadinya proses dehumanisasi, yang menjadiakan manusia kehilangan sifat-sifat kemanusiawinya. Dengan demikian, manusia modern pun berada dalam kondisi yang serba problemartik. Jika dibiarkan terus menerus bebas tanpa kontrol dan pengarahan, ilmu pengetahuan dan teknologi modern akan menyebabkan terjadinya kehancuran dan malapetaka yang mengancam kelestarian kehidupan dan perdaban umat manusia sendiri. Agama dan  Filsafat, yang semula diakui sebagai sumber dan norma yang mereka anut, ternyata tidak mampu memberikan nilai-nilai dan norma-norma hidup yang bersifat universal yang mampu mengontrol dan mengendalikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Oleh karen itu, agama dan filsafat dipandang telah kehilangan otoritasnya.
Manusia telah mencapai kekuatan yang besar dalam bidang sains dan teknologi, tetapi kekuatan-kekuatan itu sering digunakan untuk maksud-maksud desdruktif. Manusia telah memperluas jangkauan dan kuantitas pengetahuan, tetapi belum bisa mendekati cita-cita perseorangan dan realisasi diri (self-realization).
Roger Garaudy mengemukakan analisisnya bahwa perkembangan filsafat dan perdaban modern pada saat ini telah mendorong manusia pada hidup tanpa tujuan dan pembawanya pada kematian. Hal ini merupakan akibat perkembangan filsafat Barat modern yang salah arah, yang berpegang pada:
1.       Konsep yang keliru tentang alam, alam dianggap sebagai “milik” manusia, dan ia berhak untuk memanfaatkannya atau merusaknya sehingga manusia tidak memandangnya, kecuali sebagai reservoir kekayaan alamdan tempat pembuangan sampah.
2.       Konsep yang tidak mengenal belas kasihan tentang hubuangan manusia, didasarkan atas individualisme tanpa kendali dan hanya menghasilkan masyarakat persaingan pasar, konfrontasi, kekerasan; dimana beberapa kesatuan ekonomi atai politik yang ketat  dansangat kuat memperperbudak atau memangsa mereka yang lemah.
3.       Konsep yang menyebabkan rasa putus asa terhadap masa depan, yang hanya meruapakan kepanjangan dan penambahan kuantitatif dan keadaan sekarang, tanpa tujuan kemanusiaan, dan tanpa hubungan dengan Tuhan, serta tanpa sesuatu transenden yang mengatasi cakrawala ini, untuk memberikan arti kepada hidup umat manusia dan mengelakkan mereka dari jalan yang menuju kematian.

Islam, sebagai agama yang rahmatan lil aalamiin, tentunya mempunyai konsep atau ajaran yang bersifat manusiawi dan universal, yang dapat menyelamatkan umat manusia dan alam semesta dari kehancurannya. Oleh karena itu, Islam harus bisa menawarkan nilai, norma,  dan aturan hidup yang bersifat duniawi dan universal kepada dunia modern, dan diharapkandapat memberikan alternatif pemecahan terhadap keadaan yang problematis uamat manusia yang hidup di dunia modern serta era global. Disinilah urgensianya studi Islam, untuk menggali kembali ajaran-ajaran Islam yang murni dan asli, dan yang bersifat meanusiawi sebagai rahmatan lil aalamiin.
Dari gambaran umat Islam di Indonesia ini, kita dapat mengetahui bahwa agama Islam di Indonesia belum sepenuhnya dipahami dan dihayati oleh umat Islam. Oleh karena itu, urgensi studi Islam di Indonesia adalah mengubah pemahaman dan penghayatan keislaman beragama pada umumnya. Studi Islam diharapkan melahirkan suatu masyrakat yang siap hidup toleran (tasamuh) dalam wacana pluralitas agama sehingga tidak melahirkan Muslim ekstrem yang membalas kekerasan agama dengan kekerasan pula: pemabakaran mesjid dibalas dengan pembakaran gereja. Oleh karena itu, dalam situasi hidup beragama di Indonesia, studi Islam terutama Islam, karena merupakan agama yang dianut oleh mayoritas penduduk hal ini sangat penting dilakukan.
Muhaimin dalam bukunya mengemukakan bahwa arah dan tujuan studi Islam dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.       Untuk mempelajari secara mendalam apa sebenarnya (hakikat) agama Islam itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dalam kehidupan budaya manusia.
2.       Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama Islam yang asli, dan bagaimana penjabran dan operasioanalisasinya dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya dan peradaban Islam sepanjang sejarahnya.
3.       Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar agama Islam yang tetap abadi dan dinamis, dan sebagaimana aktualisasinya sepanjang sejarahnya.
4.       Untuk mempejarinya secara mendalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran agama Islam, dan bagaiman sealisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan perdaban manusia.

C.      Pertumbuhan Studi Islam di Dunia
Pada zaman awal kehidupan kelahiran Islam, Nabi dan para sahabatnya menjadikan mesjid sebagai tempat untuk mempelajari Islam, kemuadian mesjid ini berkembang menjadi pusat studi Islam.
Pada zaman kejayaan Islam, studi Islam dilakukan di perpustakaan ibu kota Negara, Baghdad. Pada zaman Al-Makmun. Sebagai perpusatakaan serta sebagai lemabaga pendidikan (sekolah). Di samping itu, penerjemahan karya-karya Yunani kuno ke dalam bahasa Arab dilakukan untuk melakukan akselerasi pengembangan ilmu pengetahuan. Di samping itu, di Eropa terdapat pusat-pusat kebudayaan yang merupakan tandingan Baghdad.
No
Kota
Lembaga
Pendiri
1
Baghdad
Bait Al-Hikmah
Madrasah Nizhamiyah
Al- Amin (Bani Abbas)
Nizham Al- Muluk
2
Mesir
Universitas Al-Azhar
Fatimiah (Syi’ah)
3
Spanyol
Universitas Cordoba
Abdurrahman III (umayyah)
STUDI ISLAM DI NEGARA MUSLIM
Studi Islam sekarang ini berkembang hampir di seluruh negara di dunia, baik di dunia Islam maupun bukan di negara Islam. Pusat-pusat studi Islam, seperti Universitas Al-Azhar di Mesir, Universitas Ummul Qura di Arab Saudi. Di Teheran didirikan Universitas Teheran. Di Universitas ini, studi Islam dilakukan dalam satu fakultas yang disebut kulliyat (fakultas Agama). Di Universitas Damaskus (Syiria), studi Islam ditampung dalam kulliyat asy-syari’ah (fakultas Syari’ah).
Universitas Al-Azhar di Mesir dapat dibedakan menjadi dua periode: pertama, periode sebelum tahun 1961; dan kedua periode setelah tahun 1961. Pada periode pertama, di Universitas tersebut terdapat fakultas yang sama dengan fakultas yang ada di IAIN (sekarang UIN), sedangkan setelah tahun 1961, di Universitas tersebut diselanggarakan fakultas-fakultas umum disamping fakultas agama.
                            
STUDI ISLAM DI NEGARA BARAT
Kajian tentang keislaman di Barat sudah ada sejak abad ke-19, yaitu ketika para sarjana Barat mulai tertarik mempelajari dunia Timur, khususnya dunia Islam. Sejarah perjumpaan Barat-Islam dimulai sejak abad ke-13. Lebih terfokus, terutama, pada bidang filsafat dan ilmu pengetahuan. Renaissance adalah karya-karya para filosof dan saintis muslim.

KECENDERUNGAN BARU STUDI ISLAM DI BARAT
Dua dekade terakhir terlihat arus balik kecenderungan kajian Islam di Barat yang mulai “melunak”. Ada semacam simpati, kalau bukan sikap protagonis, untuk meliahat Islam lebih dekat secara akademis.
PUSAT- PUSAT KAJIAN ISLAM DI BARAT
a.       Kanada
Di McGill University dengan tokoh utamanya Wilfred Cantwell Smith. Di kanada, studi Islam bertujuan: pertama, menekuni kajian budaya dan peradaban Islam dari zaman nabi Muhammad SAW. Hingga masa kontemporer. Kedua, memahami ajaran Islam dan masyarakat muslim di seluruh dunia. Ketiga, mempelajari beberapa bahas muslim.
b.      Amerika Serikat
Di Chicago, kajian Islam diselenggarakan di Chicago University. Di lembaga ini, kajian Islam lebih mengutamakan kajian tentang pemikiran Islam, bahasa Arab, naskah-naskah klasik, dan bahasa-bahasa Islam non-Arab.
c.       Inggris
Di Inggris, studi Islam digabungkan dalam School of Oriental and African Studies (fakultas Studi Ketimuran dan Afrika) yang memiliki berbagai jurusan bahasa dan kebudayaan di Asia dan Afrika. Salah satu program studinya adalah program MA tentang masyarakat dan budaya Islam yang dapat dilanjutkan ke jenjang doktor.
d.      Belanda
Di negara ini, kajian Islam dilakukan di Universitas Leiden. Universitas ini merupakan perguruan tinggi yang sangat intens memperjuangkan kajian Islam menjadi bagian dari lembaga kajian di Universitas ini.
e.      Jerman
Di Jerman,studi Islam difokuskan pada kajian-kajian tentang bahasa, budaya, dan agama, yang lebih dikenal dengan Seminar Orientalis (Orientalisches Seminar).
f.        Australia
Studi Islam di Australia dilakukan oleh sebagian orang Indonesia yang bertujuan mengamalkan Islam. Kajian ini dilakukan di lingkungan mahasiswa muslim Indonesia yang belajar di beberapa Universitas di Melbourne.
KRITIK TERHADAP STUDI ISLAM DIBARAT
Menurut Daud Rasyid, secara materi, Barat sampai saat ini tidak mampu mengeluarkan sarajana-sarjana yang menguasai bidang-bidang tertentu dari ilmu Islam, seperti ahli tafsir, ahli hadist, ahli fiqih, ahli bahasa, ahli sejarah, dan sebagainya. Menurutnya, yang dilakukan oleh kaum orienatalis pada umumnya ialah mengumpulkan munuskrip, memberi komentar buku-buku klasik dan menerjemahkannya ke bahasa-bahasa Eropa serta menyusupka kebohongan dan fitnah.
Para pengamat studi orientalis yang jujur mengemukakan beberapa kelemahan orientalis yang sulit dipungkiri siapa pun, diantaranya sebagai berikut:
1.       Tidak menguasai bahasa Arab secara baik, sense bahasa yang lemah dan pemahaman yang terbatas atas kontks pemakaian bahasa Arab yang variatif. Seperti dalam Q.S Al-Baqarah: 145-146


2.       Perasaan “siperioritas” sebagai orang Barat. Ilmuwan Barat, khususnya orientalis, senantiasa merasa bahwa “Barat” adalah “guru” dalam segala hal, khususnya logika dan peradaban. Mereka cenderung Tidak mau di gurui oleh orang Timur.
3.       Orientalis Barat sangat memegang teguh doktrin-doktrin mereka yang tidak boleh dikritik, bahkan sampai tingkat fanatik buta.
4.       Sebagian besar kajain Orientalisme terkait erat dengan kepentingan negara-negara tertentu yang menandai kajian itu.

KAJIAN ISLAM DI ASIA TENGGARA
eberapa alasan mengapa Islam di Asia Tenggara mendapat perhatian. Pertama, perkembangan Islam di Asia Tenggara mengesenkan, terutama jika dikaitkan dengan wacana global dunia.
Kedua, corak pendidikan para Intelektual Muslim di Asia Tenggara yang lebih menerima ide-ide ilmu sosial yang berkembang di Barat, seperti Nurcholis Madjid, Kuntowijoyo, Anwar Ibrahim, Chandra Muzaffar, dan sebagainya dalam menerjemahkan maupun mengartikan nilai-nilai normatif Islam, menjadikan perkembangan Islam di Asia Tenggara tidak terenalineasi dari perkembangan global. Setidaknya membawa orang Muslim ikut aktif terlibat perdebatan intelektual masa kini.
Ketiga, Islam Asia Tenggara memberikan gambaran real terhadap apa yang disebut sebagai islam lokal, yang mencerminkan suatu pertemuan budaya, sosial, intelektual antara budaya lokal dan Islam.
Ada beberapa pilihan kajian yang dapat dikemabangkan untuk mengetahui lebih lanjut tentang Islam di Asia Tenggara. Beragamnya corak suku etnis dan bahasa yang ada di Asia Tenggara dapat dijadikan sebagai contoh untuk mengetahui corak lokal, atau lahirnya Islam lokal di Asia Tenggara. Keberadaan Islam di Asia Tenggara sangat dipengaruhi oleh unsur tersebut.
Sebagaimana Marshal Hodgson dalam bukunya The Venture of Islam yang begitu banyak dikutip, terutama kritik tajam dia terhadap Cliffirord Geertz, mengusulkan suatu kajian Islam lintas wilayah dan budaya. Artinya bahwa keberadaan Islam yang menyebar dari Maroko sampai ke Mindanao adalah sebuah tantangan bagi para pemerhati tentang Islam untuk menjelasakan fenomena tersebut.
Kajian tentang agama dan budaya di Indonesia tentunya dapat mengembangkan konsep-konsep di atas. Sebab, bukan saja Islam di Indonesia menawarkan suatu kekayaan realitas keagamaan, tetapi lebih dari itu, Islam di Indonesia dapat dijadikan model dalam mengahadapi dua hal. Pertama, model untuk menjembatani antara budaya lokal dan Islam, mengingat Indonesia terdiri dari beberapa etnis budaya. Perbedaan-perbedaan manifestasi Islam disetiap wilayah akan memberikan model bagi penjajahan teori. Kedua, Islam lokal di Indonesia mungkin bisa dijadikan model untuk melihat hubungan antara Islam dan dunia modern.

Senin, 15 Februari 2016

Sejarah Peradaban Lembah Sungai Kuning (Hwang Ho)

Sejarah Peradaban Lembah Sungai Kuning (Hwang Ho)

#Sejarah_Kelas_10 Sejarah Peradaban Lembah Sungai Kuning (Hwang Ho) 

1. Letak Geografis Peradaban Lembah Sungai Kuning

Secara garis besar, letak geografis Cina dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

(a) Lembah Sungai Hwang Ho (Sungai Kuning)
Sungai Hwang Ho dianggap berkah bagi bangsa Cina, lahan-lahan di sekitar sungai menjadi subur setelah terjadi banjir yang membawa lumpur-lumpur. Aliran Sungai Huang Ho dari hulu yang berada di Kwen Lun (Tibet) sampai muara Teluk Tsi-Li.

(b) Lembah Sungai Yang Tse
Lembah Sungai Yang Tse merupakan pusat pertanian sehingga banyak ditemui kota-kota di sekitarnya. Sungai Yang Tse memiliki sumber di Pegunungan Kwen Lun (Tibet) dan bermuara di Laut Cina Timur.

(c) Cina Selatan
Di daerah ini banyak ditemukan bahan timah. Daerah ini sebagai bukti bahwa bangsa Cina di masa prasejarah sudah mampu membuat perkakas dari bahan-bahan logam.

Kedua sungai yang telah disebutkan merupakan cikal bakal tumbuhnya peradaban di Cina, namun walau demikian kebudayaan yang timbul ditemukan berada di Lembah Sungai Hwang Ho.

2. Mata Pencaharian Peradaban Lembah Sungai Kuning

Peradaban Lembah Sungai KuningKekayaan alam Cina yang begitu melimpah menyebabkan kemajuan kebudayaan yang cepat dan beragam. Mengalirnya Sungai Hwang Ho dan Sungai Yang Tse merupakan sumber kehidupan bangsa Cina dengan cara bercocok tanam dan beternak.

Tantangan cara hidup bertani mendorong bangsa Cina membuat perkakas pertanian dari bahan logam, apalagi ditunjang dengan wilayah Cina Selatan yang kaya akan barang tambang, seperti besi timah, emas dan tembaga. Selain menjadi perkakas pertanian, logam pun diolah menjadi perabot rumah tangga seperti periuk, tombak, pisau dan lain-lain. Cepatnya kemajuan bangsa Cina di bidang teknologi pertanian mendorong terbentuknya kerajaan, dinasti yang pertama adalah dinasti Hsia.

3. Pemerintahan Peradaban Lembah Sungai Kuning

a. Dinasti Shang (1523-1027 SM)
Dinasti Shang merupakan dinasti tertua di negeri Cina, namun tidak adanya bukti tertulis maka pada zaman itu bisa dikategorikan sebagai masa prasejarah. Setelah dinasti Hsia runtuh, muncul Dinasti Shang dengan ibukota Anyang (sebelah Utara Lembah Sungai Hwang Ho). Posisi wilayah kerajaan ini sangat aman, terutama ditunjang oleh kondisi geografi yang tidak mendukung adanya serbuan dari luar, sebelah Barat sampai Barat Daya dikelilingi oleh pegunungan, sebelah Utara adalah padang Gurun Gobi dan sebelah Timur dan Selatan adalah Laut Pasifik. 

Pada zaman Dinasti Shang muncul kepercayaan menyembah banyak dewa, sebagai dewa tertinggi adalah dewa langit Shang Ti, tetapi bangsa Cina tidak meninggalkan kepercayaan kepada roh nenek moyang.

b. Dinasti Chou (1027 – 256 SM)
Dinasti Chou menggantikan Dinasti Shang setelah terjadi perebutan kekuasaan dengan alasan raja dari Dinasti Shang dianggap salah mengurus negara dan telah meninggalkan mandat dari Dewa Langit. Sebagai ibukota dipilih Kota Hao. Kondisi sosial dalam masyarakat semasa Dinasti Shang sudah terbentuk, secara tidak disadari telah terbentuk dua golongan, yaitu golongan bangsawan dan golongan rakyat biasa.

Adanya kondisi ini melahirkan sistem feodalisme yang diterapkan pada masa Dinasti Chou. Sistem pemerintahan pada Dinasti Chou dikuasai secara terpusat di bawah kekuasaan Kaisar, dan daerah-daerah yang dikuasai raja dipimpin oleh raja bawahan (Raja Vazal) sebagai pembantu. Sistem seperti ini, Raja Vazal selalu menekan kepada rakyatnya untuk membayar upeti dan memperkuat daerahnya sendiri dengan membentuk pasukan militer yang menguasai daerah-daerah tetangga yang lemah dengan alasan memperkuat kekuatan pusat apabila dibutuhkan.

Adanya serangan bangsa barbar dari sebelah barat Cina ke ibukota Hao, menyebabkan dipindahkannya ibukota ke Loyang di sebelah Timur. Akibat serangan ini memperlemah kekuatan Dinasti Chou ditambah lagi dengan lemahnya kekuatan pusat yang beralih ke daerah maka tahun 770 SM terjadi pergantian kekuasaan oleh persekutuan raja-raja Vazal. Karena lemahnya kerajaan, pada tahun 480 SM Cina terbagi menjadi tiga penguasa, yaitu Chi di Shantung, Chu di bagian Utara Sungai Yang Tse dan Chin di Lembah Sungai Hwang Ho. Kondisi pemerintahan seperti ini melahirkan para tokoh filsafat, di antaranya Lao TseKong Fu TseMeng Tse, dan lain-lain.

Peradaban Lembah Sungai Kuning
Untuk menahan serangan bangsa Barbar,
Kaisar Shih Huang Ti
membangun tembok besar Cina


c. Dinasti Chin (221 – 206 SM)
Di antara tiga penguasa, Chin adalah penguasa yang agresif dan mengalahkan kekuatan lainnya. Barulah tahun 221 SM, Pangeran Cheng sebagai penguasa Chin membeli wilayah untuk kekuasaanya dari Manchuria sampai Yang Tse. Keberhasilannya itu, Pangerang Cheng menamai dirinya Shih Huang Ti (Kaisar Pertama).

Kebijakan-kebijakan yang pernah dikeluarkan oleh Shih Huang Ti selama berkuasa, yaitu:

(1) Penghapusan sistem feodalisme dan raja vazal.
(2) Sistem birokrasi terpusat, dengan seorang gubernur untuk mengatur provinsi.
(3) Menyusun tulisan yang seragam.
(4) Memperluas wilayah Cina, bahkan hingga Korea.
(5) Memerintahkan pembangunan tembok Cina, untuk menahan serangan tentara Mongol dari Utara.
(6) Pengaturan takaran dalam perdagangan.
(7) Petani dan masyarakat golongan biasa dikenai wajib militer, pajak tinggi dan kerja paksa.
(8) Menghancurkan faham Kong Fu Tse dengan membunuh sarjana dan membakar buku-buku ajarannya.

Shih Huang Ti wafat tahun 210 SM, terjadi kekacauan di provinsi yang diakibatkan oleh keserakahan para gubernur dan bangsawan yang ingin mengambil kekuasaan di Cina, dan timbulnya pemberontakan rakyat terhadap sistem yang diterapkan oleh Shih Huang Ti. Salah seorang petani bernama Liu Pang berhasil mengatasi kekacauan dan menduduki tahta kerajaan dengan mendirikan Dinasti Han.

d. Dinasti Han (206 SM – 221 M)
Kedekatan Liu Pang kepada rakyat dan pendidikan, ajaran Kong Fu Tse dihidupkan kembali bahkan ajarannya dipakai sebagai seleksi calon pegawai negara dan kenaikan jabatan, sistem feodalisme dikekang, penghapusan pajak, dan pembangunan irigasi dan jalan yang baru.

Dinasti Han, tetap mempertahan tradisi dinasti-dinasti sebelumnya untuk memperluas wilayah Cina, bahkan pada saat kekuasaan kaisar Wu Ti menghasilkan sebuah imperium yang luas hingga ke Korea, Turkestan, sebagian India dan IndoCina.

Berkat imperium ini, terjadi hubungan perdagangan antara Cina dan India sehingga terjadi percampuran kebudayaan dan dimulainya masuk ajaran agama Buddha. Jalur perdagangan Cina dengan Asia Tengah menggunakan Jalur Sutera, yaitu jalur perjalanan dari Cina ke Asia Tengah melalui India Utara. Adanya kerawanan keamanan selama perjalanan, jalur perdagangan diganti melalui laut melalui Indonesia. Sepeninggal Wu Ti, Cina mengalami kemunduran akibat kebijakan yang tidak menguntungkan orang kaya dengan cara penghapusan budak, pembagian pemilikan tanah dan penetapan harga. Kehancuran Dinasti Han terjadi pada tahun 221 SM.

e. Dinasti T’ang (618 – 906 M)
Pada zaman Dinasti T’ang bangsa Cina mengalami kejayaan kembali yang sebelumnya telah hancur dan terpecah-pecah menjadi negara kecil. Kemajuan Dinasti T’ang ditunjang kedekatannya kepada para petani dan kaum bangsawan dengan diberlakukannya Undang-undang tentang pembagian tanah dan perpajakan. Wilayah Cina diperluas hingga ke Persia dan Laut Kaspia sehingga terjalin hubungan perdagangan dengan Asia Tengah. Dari perdagangan inilah masuknya agama Kristen dan Islam ke daratan Cina.

4. Pengetahuan dan Teknologi Peradaban Lembah Sungai Kuning

Ilmu pengetahuan bangsa Cina diketahui dari tulisan-tulisannya yang berbentuk gambar (piktograf). Tulisan ini menunjukkan lambang dari suatu kata atau kalimat, sehingga komunikasi antar daerah bisa terwujud apalagi daerah yang ditempati oleh kelompok-kelompok terpisah-pisah. Pada awalnya tulisan-tulisan ditulis di kayu, kulit, bambu, dan bahkan tulang binatang.

Kemajuan lain bangsa Cina dapat dirasakan dengan banyaknya sisa-sisa peninggalannya dari bahan logam yang kemudian diperdagangkan hingga ke luar negeri. Iklim di Cina mengenal empat musim, adanya keteraturan pergantian musim dimanfaatkan dengan membuat penanggalan dan ilmu perbintangan sehingga dapat dipakai untuk keperluan pola tanam pertanian, perdagangan dan pelayaran. Penemuan swipoa adalah salah satu bentuk keahlian bangsa Cina di bidang matematika yang digunakan untuk mempercepat perhitungan saat berdagang.

5. Ilmu Filsafat

Pada masa Dinasti Chou muncul beberapa tokoh filsafat, tiga diantaranya merupakan yang terbesar, yaitu Lao Tse, Kong Fu Tse dan Meng Tse.

a. Lao Tse
Lao Tse merupakan pencetus dasar-dasar Tao (Tao artinya jalan) dalam buku yang berjudul Tao Tse Ting. Oleh karena itu, ajaran Lao Tse dikenal dengan nama Taoisme. Dalam Taoisme, manusia diharuskan untuk pasrah terhadap hal-hal yang dialaminya dan selalu menjalankan kehidupannya dengan baik karena senang ataupun susah tidak ada bedanya, yang penting adalah cara menjalaninya yang harus diperbaiki. Taoisme mengajarkan tentang keseimbangan alam dengan yin dan yang. Yin adalah unsur-unsur negatif misalnya: malam, gelap, dingin, perempuan. Yang adalah unsur-unsur positif, misalnya siang, terang, panas, laki-laki.

b. Kong Fu Tse
Ajaran Kong Fu Tse mengacu pada ajaran Taoisme yang mengharuskan adanya keselarasan dalam kehidupan bermasyarakat. Kong Fu Tse memusatkan ajarannya pada kehidupan sehari-hari, dan keluarga adalah inti dari masyarakat. Keselarasan hidup dalam keluarga bisa dirasakan saat orang tua menyayangi anak, anak menghormati orang tua, laki-laki sebagai kepala keluarga, perempuan sebagai pengurus rumah tangga. Pemikiran ini diterapkan pada sistem pemerintahan dimana raja harus menyayangi rakyatnya begitu pula rakyat harus taat kepada raja.

c. Meng Tse
Meng Fu Tse mengikuti ajaran gurunya, Kong Fu Tse. Ia mengajarkan bahwa rakyat boleh mengingatkan raja dan memberontak apabila haknya diabaikan, begitu pula rakyat harus tunduk, taat dan melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh raja. Timbal balik antara raja dan rakyat merupakan dasar-dasar kehidupan dalam negara demokrasi, sama seperti yang pernah dilontarkan pula oleh Plato.

Kedudukan Berbakti kepada Kedua Orang Tua dalam Islam

Kedudukan Berbakti kepada Kedua Orang Tua dalam Islam


Sahabat dunia islam, Islam menjadikan Kedudukan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua sebagai sebuah kewajiban yang sangat besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika ditanya tentang amal-amal saleh yang paling tinggi dan mulia,
“Shalat tepat pada waktunya … berbuat baik kepada kedua orang tua … jihad di jalan Allah.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Lihatlah … betapa kedudukan orang tua sangat agung dalam Islam, sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menempatkannya sebagai salah satu amalan yang paling utama. Lalu, sudahkah kita berbakti kepada kedua orang tua?
Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam“Ibumu.” Laki-laki itu bertanya kembali, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Lagi-lagi beliau menjawab,“Ibumu.” Orang itu pun bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Maka beliau menjawab, “Ayahmu.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Perkataan Salafush Shalih (Generasi Pendahulu yang Saleh) tentang Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Suatu ketika Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bertanya kepada seseorang, “Apakah engkau takut masuk neraka dan ingin masuk ke dalam surga?” Orang itu menjawab, “Ya.” Ibnu Umar berkata, “Berbaktilah kepada ibumu. Demi Allah, jika engkau melembutkan kata-kata untuknya, memberinya makan, niscaya engkau akan masuk surga selama engkau menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Bukhari)
Subhanallah … Dewasa ini sering kita saksikan banyak orang yang melakukan ritual-ritual ibadah yang menyimpang karena kebodohan mereka dengan tujuan agar terhindar dari api neraka dan mendekatkan diri ke surga. Padahal kalau mereka tahu, sebenarnya alangkah dekatnya mereka dengan surga. Ya … surga yang selalu menjadi penggerak jiwa para salafush shalih untuk bisa meraihnya, yang dipenuhi dengan kenikmatan, beraroma kasturi, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, yang membuat segenap jiwa merindukannya, yang menjadi harapan utama bagi setiap mukmin. Semua itu bisa mereka raih dengan berbakti kepada kedua orang tua selama mereka menjauhi dosa besar.
Suatu ketika Salim bin Ayyub bercerita, “Aku pernah mengadakan perjalanan ke kota Ray, ketika itu usiaku dua puluh tahun. Di sana aku menghadiri suatu majelis dengan seorang syaikh yang sedang mengajar. Syaikh itu berkata kepadaku, ‘Maju dan bacalah.’ Aku berusaha membacanya tetapi aku tidak bisa. Lidahku kelu.
Ia bertanya, ‘Apakah kamu punya ibu?’
Aku menjawab, ‘Ya.’
Syaikh berkata, ‘Kalau begitu, mintalah ia supaya mendoakanmu agar Allah menganugerahkanmu Al-Qur`anul-Karim dan ilmu.’
Lantas aku pulang menemui ibuku dan memintanya berdoa. Maka ia berdoa untukku. Setelah tumbuh dewasa, suatu ketika aku pergi ke Bagdad. Di sana aku belajar bahasa Arab dan fikih.
Betapa pentingnya Kedudukan Orang Tua terutama seorang ibu. Setiap doa dan keikhlasanya Allah memberi kan mustajabnya doa seorang ibu. Lalu mengapa terkadang kita khawatir doa kita tidak terkabul? Mengapa terkadang kita merasa kesulitan memahami suatu ilmu, rezeki yang seakan susah dan menjauh padahal ada seorang ibu di samping kita
Wallahua’lam

Kisah Tauladan Sahabat Nabi, Zahid ra Yang Mengharukan

Kisah Tauladan Sahabat Nabi, Zahid ra Yang Mengharukan


Kisah Tauladan Sahabat Nabi Zahid ra Yang MengharukanKisah Tauladan – Sahabat dunia islam, Banyak sekali kisah tauladan pada zaman Rasullah dan sahabat nabi yang bisa menjadi pelajaran bagi kita untuk menambah keimanan kita semua salah satunya Kisah tauladan sahabat nabi yang bernama zahid ra. Pada zaman Rasulullah SAW hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid yang berumur 35 tahun namun belum juga menikah. Dia tinggal di Suffah masjid Madinah. Ketika sedang memperkilat pedangnya tiba-tiba Rasulullah SAW datang dan mengucapkan salam. Zahid kaget dan menjawabnya agak gugup.
“Wahai saudaraku Zahid, selama ini engkau sendiri saja,” Rasulullah SAW menyapa.
“Allah bersamaku ya Rasulullah,” kata Zahid.
“Maksudku kenapa engkau selama ini engkau membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah,” kata Rasulullah SAW.
Zahid menjawab, “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku jelek, siapa yang mau denganku ya Rasulullah?”
” Asal engkau mau, itu urusan yang mudah!” kata Rasulullah SAW.
Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan sekretarisnya untuk membuat surat yang isinya adalah melamar kepada wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan terkenal sangat cantik jelita. Akhirnya, surat itu dibawah ke rumah Zahid dan oleh Zahid dibawa kerumah Said. Karena di rumah Said sedang ada tamu, maka Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan surat tersebut dan diterima di depan rumah Said.
“Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasul yang mulia diberikan untukmu saudaraku.”
Said menjawab, “Adalah suatu kehormatan buatku.”
Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab perkawinan yang selama ini biasanya seorang bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya, itulah yang dinamakan SEKUFU.
Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, “Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullah?”
Zahid menjawab, “Apakah engkau pernah melihat aku berbohong.”
Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan berkata, “Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini. bukankah lebih disuruh masuk?”
“Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya,” kata ayahnya.
Disaat itulah Zulfah melihat Zahid sambil menangis sejadi-jadinya dan berkata, “Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau ayah..!” dan Zulfah merasa dirinya terhina.
Maka Said berkata kepada Zahid, “Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau bukan aku menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak.”
Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayah, mengapa membawa-bawa nama rasul?”
Akhirnya Said berkata, “Ini yang melamarmu adalah perintah Rasulullah.”
Maka Zulfah istighfar beberapa kali dan menyesal atas kelancangan perbuatannya itu dan berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah, kenapa sejak tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu segera aku harus dikawinkan dengan pemuda ini.
Karena ingat firman Allah dalam Al-Quran surat 24 : 51. Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan. Kami mendengar, dan kami patuh/taat. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 24:51)”
Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang ke angkasa dan baru kali ini merasakan bahagia yang tiada tara dan segera pamit pulang. Sampai di masjid ia bersujud syukur. Rasul yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya.
“Bagaimana Zahid?”
“Alhamdulillah diterima ya rasul,” jawab Zahid.
“Sudah ada persiapan?”
Zahid menundukkan kepala sambil berkata, “Ya Rasul, kami tidak memiliki apa-apa.”
Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke Abu Bakar, Ustman, dan Abdurrahman bi Auf. Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli persiapan perkawinan. Dalam kondisi itulah Rasulullah SAW menyerukan umat Islam untuk menghadapi kaum kafir yang akan menghancurkan Islam.
Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya, “Ada apa ini?”
Sahabat menjawab, “Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, maka apakah engkau tidak mengerti?”.
Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, “Wah kalau begitu perlengkapan kawin ini akan aku jual dan akan kubelikan kuda yang terbagus.”
Para sahabat menasehatinya, “Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau hendak berperang?”
Zahid menjawab dengan tegas, “Itu tidak mungkin!”
Lalu Zahid menyitir ayat sebagai berikut, Jika bapak-bapak, anak-anak, suadara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih baik kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya (dari) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS. 9:24).
Akhirnya Zahid (Aswad) maju ke medan pertempuran dan mati syahid di jalan Allah. Rasulullah berkata, “Hari ini Zahid sedang berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah.”
Lalu Rasulullah membacakan Al-Quran surat 3 : 169-170 dan 2:154). Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(QS 3: 169-170).
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (QS. 2:154).
Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata dan Zulfah pun berkata, “Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku tidak bisa mendampinginya di dunia izinkanlah aku mendampinginya di akhirat.”